Anda di halaman 1dari 7

1

Nama : Arif Rahman Setyawan


NIM : 19/440675/KG/11664

Tugas Vignette drg. Aga

1. Diagram alur penyakit yang mungkin terjadi pada pasien

2. Penjelasan pemeriksaan penunjang (sialometri), prosedur dan hasil yang diharapkan


Sialometri adalah pemeriksaan untuk mengukur aliran saliva dengan cara terstimulasi
dan tidak terstimulasi.
 Pemeriksaan saliva terstimulasi, pasien diinstruksikan untuk mengunyah
permen karet dengan ± 45 kali kunyahan/menit. Kemudian pasien
mengosongkan mulutnya dari saliva dengan meludahkannya ke tabung tiap
menit dan begitu selanjutnya selama 5 menit. Nilai normal saliva terstimulasi
beriksar 1-2 mL/min.
 Pemeriksaan saliva tidak terstimulasi dilakukan dengan, pasien diinstruksikan
untuk tidak makan, minum, merokok, menyikat gigi, atau meletakkan apapun
di mulut mereka selama 90 menit sebelum waktu pengukuran. Dokter gigi atau
stafnya mengumpulkan saliva dalam suasana yang tenang, pasien berada
dalam posisi berdiri, kepala dimiringkan ke depan, mata terbuka dengan
pergerakan tubuh dan orofasial yang minimal. Pasien diperintahkan untuk
2

menelan saliva terlebih dahulu, jangan banyak bergerak dan biarkan saliva
mangalir sendiri selama ± 5 menit melalui bibir bawah ke tabung dengan
cerobong pada bagian atasnya. Nilai normal saliva tidak terstimulasi berkisar
0,3-0,5 mL/min
(Navazesh, 2003)
Sialometri yang akan digunakan pada kasus pasien yaitu dengan cara pengukuran
tidak terstimulasi. Karena pasien merupakan lansia dimana fungsi dari kelenjar
parotid sudah mulai menurun, sedangkan jika menggunakan teknik terstimulasi maka
kelenjar yang akan banyak bekerja yaitu kelenjar parotid, sehingga hasil yang
didapatkan akan tidak maksimal. Pada pengukuran saliva tidak terstimulasi kelenjar
yang akan bekerja yaitu kelenjar submandibular, dan pengukuran saliva dengan
metode tidak terstimulasi akan lebih nyaman untuk pasien. Hasil yang diharapkan
pada kasus, pasien akan mendapatkan nilai laju saliva <0,3 mL/min.
(Nagler dan Hershkovic, 2004)
3. Komponen pemeriksaan darah lengkap

(Dean, 2005)

4. Pemeriksaan anemia dan jenis-jenis anemia


Anemia merupakan suatu kondisi dimana menurunnya jumlah hemoglobin dari batas
normal sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen dalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer (Asdie, 2010).
3

Sebagai tahap pertama pemeriksaan laboratorium untuk memuat diagnosis anemia


adalah hemoglobin (HGB), hematocrit (HCT), red blood cells (RBC), mean
corpuscular volume (MCV), mean corpuscular hemoglobin (MCH), mean cell
hemoglobin concentration (MCHC), white blood cells (WBC), platelet, hitung jenis
leukosit, retikulosit dan hapusan darah (Tjokroprawiro, dkk., 2015).
Berdasarkan Sudoyo, dkk. (2010) anemia diklasifikasikan menurut beberapa hal,
yaitu:
1) Klasifikasi menurut etiopatogenesis
a) Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum
tulang
i. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit
i) Anemia defisiensi besi
ii) Anemia defisiensi asam folat
iii) Anemia defisiensi vitamin B12
ii. Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
i) Anemia akibat penyakit kronis
ii) Anemia sideroblastik
iii. Anemia defisiensi vitamin B12
i) Anemia aplastic
ii) Anemia mieloptisik
iii) Anemia pada keganasan hematologi
iv) Anemia diseritropoietik
v) Anemia pada sindrom mielodisplastik
b) Anemia akibat hemoragi
i. Anemia pasca perdarahan akut
ii. Anemia akibat perdarahan kronik
c) Anemia hemolitik
i. Anemia hemolitik intrakorpuskular
i) Gangguan membran eritrosit (membranopati)
ii) Gangguan enzim eritrosit (enzimopati): anemia akibat defisiensi
G6PD
iii) Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati): thalassemia dan
hemoglobinopati struktural
ii. Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
4

i) Anemia hemolitik autoimun


ii) Anemia hemolitik mikroangiopatik
iii) Lain-lain
d) Anemia dengan penyebab yang tidak diketahui atau dengan pathogenesis
yang kompleks
2) Klasifikasi berdasarkan gambaran morfologi
a. Anemia hipokromik mikrositer: bila MCV <80 fl dan MCH <27 pg.
b. Anemia normokromik normositer: bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg.
c. Anemia makrositer: bila MCV >95 fl.
3) Klasifikasi berdasarkan derajat keparahan Berikut adalah klasifikasi menurut
WHO (2014)
Anemia
Populasi Non-Anemia Ringan Sedang Berat
Anak-anak usia 6 - 59 11,0 atau lebih 10,0-10,9 7,0-9,9 < 7,0
bulan
Anak-anak usia 5 - 11 11,5 atau lebih 11,0-11,4 8,0-10,9 < 8,0
tahun
Anak-anak usia 12 - 14 12,0 atau lebih 11,0-11,9 8,0-10,9 < 8,0
tahun
Wanita tidak hamil 12,0 atau lebih 110-119 8,0-10,9 < 8,0
(15 tahun keatas)
Wanita hamil 11,0 atau lebih 10,0-10,9 7,0-9,9 < 7,0
Pria (15 tahun keatas) 13,0 atau lebih 11,0-12,9 8,0-10,9 < 8,0

Sumber : WHO, 2014, WHA Global Nutrition Targets 2025: Low Birth Weight Policy Brief,
Switzerland.

5. Treatment planning
 KIE :
a. Stress Induced Xerostomia
o K : Mengkomunikasikan pada pasien bahwa keluhan rongga mulutnya
yang kering disebut xerostomia
o I : Menginformasikan pada pasien bahwa xerostomia merupakan
keadaan dimana terjadi penurunan laju saliva yang dapat disebabkan
karena berbagai faktor salah satunya karena stress. Pada kondisi stress
hormon kortisol akan meningkat sehingga akan mempengaruhi sekresi
5

saliva karena terjadi penurunan fungsi kelenjar saliva


o E : Mengedukasi pasien bahwa keluhan tersebut dapat hilang seiring
dengan menurunnya tingkat stress pasien. Pasien dianjurkan untuk
berkonsultasi dengan psikiater atau psikolog untuk mengatasi masalah
stresnya dan mendapatkan pengobatan sehingga jika pasien dapat
mengelola stresnya diharapkan nantinya keluhan mulut kering juga
akan berkurang. Selain itu, pasien disarankan untuk mengoleskan
rongga mulutnya dengan menggunakan dry mouth gel saat mulut
terasa kering.
b. Atrofik glossitis
o K : Mengkomunikasikan pada pasien bahwa kondisi lidah pasien yang
nampak kehilangan papilla dan licin dinamakan atrofik glossitis
I : Mengedukasikan pasien bahwa atrofik glossitis merupakan kondisi
dimana permukaan lidah nampak licin karena papilla lidah mengalami
peradangan. Kondisi tersebut dapat terjadi diantaranya saat mengalami
xerostomia ataupun saat pasien kekurangan nutrisi dan menderita
anemia.
E : Mengedukasi pasien supaya menjaga kesehatan rongga mulut serta
mengkonsumsi makanan yang bernutrisi dan menjaga pola makannya.
Selain itu perlunya untuk melakukan pemeriksaan darah lengkap untuk
mengetahui apakah pasien menderita anemia atau tidak
 Pemeriksaan penunjang
o Uji sialometri dengan metode unstimulated untuk mengetahui laju
curah saliva
o Uji kekentalan saliva dengan menempelkan kaca mulut pada mukosa
mulut, kemudian dilihat apakah saliva lengket atau tidak, jika saliva
nampak lengket atau tertarik maka menandakan bahwa saliva lebih
kental
o Pengisian kuisioner Depression Anxiety Stress Scale (DASS) untuk
mengetahui skor keparahan stress pasien.
o Pemeriksaan darah lengkap untuk memastikan apakah pasien
menderita anemia atau tidak.
 Konsul ke psikiater atau psikolog
6

SURAT KONSUL

Kepada Yth.
TS psikiater/psikolog
RSUP Dr. Sardjito

Dengan ini kami mengirimkan pasien :


Nama :…
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki

Dengan keluhan :
Rongga mulut kering sejak dua bulan yang lalu. Diagnosis kami pasien
menderita stress induced xerostomia. Mohon penatalaksanaan di bidang TS
agar dapat mengevaluasi kondisi psikis pasien.

Harap menjadi periksa dan kami mohon kabar


Demikian atas bantuan TS kami ucapkan terima kasih

Yogyakarta, 1 April 2021


Salam Sejawat

Drg. Ayu Fresno Argadianti, Sp.PM


 Reevaluasi
Dilakukan reevaluasi setelah satu bulan sejak kunjungan pertama. Kemudian
dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan sialometri, kekentalan saliva dan
pengisian kuisioner DASS. Jika keluhan dan hasil pemeriksaan masih belum
membaik maka dilakukan pemeriksaan pada kondisi sistemik pasien dan dapat
7

diberikan pengobatan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Asdie A.H., 2010, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, EGC, Jakarta.
Nagler, R.M., dan Hershkovich, O., 2005, Age-related changes in unstimulated salivary
function and composition and its relations to medications and oral sensorial complaints,
Aging Clin Exp Res, vol. 17(5) : 358-366
Navazesh, M., 2003, How can oral health providers determine if patient have dry mouth, J
Am Dent Assoc, vol.134: 613-8.
Sudoyo A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., 2010, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Internal Publising, Jakarta.
Tjokroprawiro, A., Setiawan, P.B., Santoso, D., Soegiarto G., Rahmawati, L.D., 2015, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, ed. 2, Airlangga University Press, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai