Anda di halaman 1dari 36

1. Bagaimana pertumbuhan anak sehat?

Jawab :
BB/U

TB/U

BB/TB
`
Sumber : Standar WHO 2005.
Tidak hanya KMS, cari juga yang Z score untuk menentukan status gizi
2. Mengapa anak tampak kurus, lemah, nafsu makan sangat kurang, dan hanya suka
minum air putih dan juga rewel?

3. Apa hubungan tidak pernah makan daging, telur, ikan dengan keluhan pasien?
HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa terdapat hubungan
antara asupan protein dengan status gizi menurut Indikator BB/U dengan nilai OR=
2,638, artinya balita yang berstatus gizi kurang menurut indikator BB/U 2,6 kali lebih
banyak ditemukan pada balita yang asupan proteinnya kurang dibandingkan dengan
balita yang asupan proteinnya cukup.

KEP (kurang energi protein) merupakan salah satu defisiensi gizi yang masih sering
ditemukan di Indonesia dan merupakan masalah gizi utama khususnya terjadi pada
balita, Dan ketika ketidakcukupan zat gizi tersebut (protein) berlangsung lama maka
cadangan jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidakcukupan itu, kemudian
timbul penurunan jaringan yang ditandai dengan penurunan berat badan, dan akan
terjadi perubahan secara anatomi yang tampak sebagai gizi kurang (Supariasa, 2002).

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DENGAN STATUS GIZI

Hasil analisis hubungan antara asupan lemak dengan status gizi menurut BB/U diketahui
ada hubungan antara asupan lemak dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas
Margototo tahun 2012 dengan nilai OR= 4,096, artinya balita yang berstatus gizi kurang
menurut indikator BB/U 4,09 kali lebih banyak ditemukan pada balita dengan asupan
lemak kurang dibandingkan dengan balita yang asupan lemaknya cukup.

Saat tubuh kekurangan lemak, persediaan lemak akan kurang sehingga tubuh menjadi
kurus. Terjadi pula kekurangan asam lemak essensial, yaitu asam lemak linoleat dan
linolenat. Kekurangan linoleat menyebabkan pertumbuhan menurun, kegagalan
reproduktif, perubahan struktur kulit dan rambut serta patologi hati. Kekurangan asam
lemak omega 3 menyebabkan penurunan kemampuan belajar (Dewi, 2010).

Sumber : Helmi Rosmalia. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Margototo Kecamatan Metro Kibang Kabupaten
Lampung Timur. Jurnal Kesehatan, Volume IV, Nomor 1. April 2013. hlm 233-242

4. Apa hubungan pemberian ASI yang tidak eksklusif dan MP ASI yang terlalu dini
dengan klinis anak?
MP-ASI merupakan makanan pendamping ASI yang diberikan pada bayi umur 6-23
bulan. Bayi siap untuk makan makanan padat, baik secara pertumbuhan maupun secara
psikologis, pada usia 6-9 bulan. Kemampuan bayi baru lahir untuk mencerna,
mengabsorpsi, dan memetabolisme bahan makanan sudah adekuat, tetapi terbatas
hanya pada beberapa fungsi.

Sekresi enzim yang berfungsi untuk menguraikan karbohidrat (polisakarida) seperti :


a. Enzim amilase (deltaamilase) yang dihasilkan oleh pankreas belum disekresi selama
3 bulan pertama dan hanya terdapat dalam jumlah sedikit sampai bayi usia 6 bulan.
Pencernaan polisakarida yang tidak sempurna pada bayi usia muda dapat
mengganggu penyerapan zat gizi lain dan dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan.
b. Enzim yang berfungsi mencerna disakarida telah ada sejak lahir dan aktivitas enzim
tersebut sama dengan bayi yang lebih besar, sehingga bayi muda tidak mengalami
kesulitan untuk mencerna laktosa, sukrosa, dan maltosa.
c. Enzim amilase yang diproduksi oleh pankreas belum mencapai jumlah yang cukup
untuk mencernakan makanan kasar sampai usia sekitar 6 bulan.
d. Bayi juga memiliki jumlah lipase dalam jumlah yang sedikit, sehingga pencernaan
lemak belum mencapai level orang dewasa sebelum usia 6-9 bulan.

Ada beberapa tanda yang mengindikasi bahwa bayi siap menerima MP-ASI,
diantaranya adalah :

a. Memiliki control terhadap kepala, jika bayi bisa mempertahankan posisi yang tegak
dan mantap, lebih mudah memberi makanan padat melalui sendok

b. Kemampuan untuk duduk, ketika bayi belajar duduk dengan nyaman setidaknya
selama 10 menit, akan lebih mudah memberi makanan melalui sendok

c. Membuat gerakan mengunyah, penting bagi bayi untuk belajar mendorong


makanan ke bagian belakang mulutnya lalu menelannya

d. Pertahankan berat badan, sangat dianjurkan bahwa memperkenalkan makanan


padat setelah bayi mencapai dua kali berat badan lahirnya, biasanya terjadi sekitar
usia enam bulan.

e. Tertarik pada makanan, ketika bayi tumbuh makin besar, ia akan mulai menjulurkan
tangan untuk mengambil makanan.

Pemberian MP-ASI dini pada dasarnya dapat menyebabkan risiko terhadap gangguan
kesehatan. Risiko ini ada yang langsung terjadi pada saat bayi diberikan MP- ASI dini dan
ada pula yang akan tampak setelah beberapa lama kemudian yang disebut dengan risiko
jangka panjang.

Risiko jangka panjang pemberian MP-ASI dini adalah :

a. Obesitas

b. Hipertensi

c. Ateroskerosis

d. Alergi makanan.
OBESITAS

Obesitas atau kelebihan berat badan dapat terjadi pada bayi. Konsumsi yang berlebihan
terhadap makanan berkadar lemak maupun gula yang tinggi memicu peningkatan
berat badan yang tidak proporsional. Masyarakat banyak yang memandang bayi yang
gemuk memiliki image lucu dan menggemaskan, namun secara fisiologis maupun
psikologis ada beberapa dampak negatif bagi bayi. Obesitas pada bayi dapat
menurunkan kekebalan imun, dan obesitas ini bisa berlanjut hingga usia dewasa nanti.
Bayi yang obesitas banyak lipatan di kulit yang dapat menyebabkan iritasi, lecet dan
gatal-gatal, bahkan pada sebagian bayi, daerah lipatan tersebut menimbulkan bau yang
tak sedap. Obesitas pada bayi juga dapat menyebabkan kelainan tulang, karena tulang
bayi yang masih rawan harus menopang berat badan yang berlebih. Bayi yang obesitas
akan menjadi lambat karena bayi yang gemuk otomatis akan berpengaruh pada
pergerakannya.

Risiko jangka pendek pemberian MP ASI dini adalah :

Pemberian MP- ASI secara dini yang sering dapat memberikan dampak secara langsung
pada bayi, diantaranya adalah gangguan pencernaan seperti :

a. Diare

b. sulit BAB

c. muntah

d. bayi akan mengalami gangguan menyusu.

DIARE

Diare disebabkan karena dalam makanan tambahan bayi biasanya terkandung


konsentrasi tinggi karbohidrat dan gula yang masih sukar untuk dicerna oleh organ
pencernaan bayi apabila diberikan terlalu dini, karena produksi enzim-enzim
khususnya amilase pada bayi masih rendah maka akan terjadi malabsorpsi didalam
pencernaan bayi dan mengakibatkan terjadinya gangguan pencernaan yang salah
satunya adalah diare.

SULIT BAB

Sembelit atau gangguan susah buang air besar pada bayi biasanya terjadi umur 0-4
bulan, karena pada pencernaan bayi dan pembentukan enzim pencernaan belum
sempurna.

MUNTAH

Muntah disebabkan karena fungsi pencernaan peristaltik (gelombang kontraksi pada


dinding lambung dan usus) pada bayi belum terbentuk sempurna. Muntah juga bisa
terjadi karena bayi terlalu kenyang sehingga tekanan diperut tinggi. Reflek menelan
baru sempurna dilakukan oleh bayi berumur 6 bulan ke atas

GANGGUAN MENYUSU

Gangguan menyusu disebabkan karena pemberian MP-ASI terlalu banyak sehingga


menyebabkan bayi kenyang dan keinginan untuk menyusu atau minum ASI berkurang.
Asupan ASI yang kurang dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada bayi karena
didalam ASI banyak terkandung zat gizi yang sangat dibutuhkan bayi. Standar dinas
kesehatan menyebutkan bahwa bayi umur 0-6 bulan hanya membutuhkan ASI saja
karena mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, air, dan enzim yang dibutuhkan
oleh bayi.

ASI memiliki beberapa manfaat, diantaranya :

a. mengurangi risiko berbagai jenis kekurangan nutrisi karena zat besi yang yang
terkandung dalam ASI diserap secara lebih baik dari pada sumber zat besi lainnya

b. ASI mengandung “faktor pematangan usus” yang melapisi bagian dalam saluran
pencernaan dan mencegah kuman penyakit serta protein berat untuk terserap ke
dalam tubuh
c. ASI juga mengandung “faktor pematangan cerebrosida” yang membuat bayi lebih
cerdas dikemudian hari

d. ASI mendorong partumbuhan bakteri sehat dalam usus yang disebut Lactobacillus
bifidus. Bakteri ini mencegah bakteri penyebab penyakit lainnya untuk bertumbuh
dalam saluran pencernaan dan untuk mencegah diare

e. ASI mengandung zat yang disebut laktoferin yang dikombinasikan dengan zat besi
dan mencegah pertumbuhan kuman penyakit

f. ASI juga mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dan substansi antiinfeksi
lainnya yang melindungi bayi dari infeksi. Antibodi adalah substansi yang dikeluarkan
oleh tubuh ketika penyebab penyakit memasuki tubuh. Antibodi yang ada dalam
kolostrum juga melindungi bayi yang baru lahir dari alergi, asma, dan lain-lain.

g. ASI mengandung faktor pertumbuhan seperti “faktor kematangan epidermal”.


Faktor ini melapisi bagian dalam saluran pernapasan dan mencegah kuman penyakit
memasuki saluran pernapasan.

Pemberian MP-ASI yang tidak sesuai dengan umur dan kebutuhan bayi dapat
menimbulkan dampak pada kesehatan dan status gizi bayi. Gizi memegang peranan
penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada bayi akan menimbulkan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat
berlanjut hingga dewasa.

Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,
sehingga diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat
diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai
untuk tumbuh kembang optimal, sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak
memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah
menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik
pada saat ini maupun masa selanjutnya.
WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan untuk
mencapai tumbuh kembang optimal di dalam Global Strategy for Infant and Young
Child Feeding, yaitu :

a. Pertama, memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah
bayi lahir

b. Kedua, memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara
eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan

c. Ketiga, memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6
bulan sampai 24 bulan

d. Keempat, meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan

Sumber : Wargiana Risa et all. 2013. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan
Status Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten
Jember
5. Bagaimana tahapan pemberian MP ASI?
(Rahmawati, UA. 2019. Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (Mp-Asi) Dengan
Kejadian Kurang Energi Protein (KEP) Pada Anak Usia 12–24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sentolo Kabupaten Kulon Progo Tahun 2019. Kulon Progo: Yogyakarta)

KAPAN DIBERI MP ASI


MP-ASI merupakan makanan pendamping ASI yang diberikan pada bayi umur 6-23
bulan. Bayi siap untuk makan makanan padat, baik secara pertumbuhan maupun secara
psikologis, pada usia 6-9 bulan. Kemampuan bayi baru lahir untuk mencerna,
mengabsorpsi, dan memetabolisme bahan makanan sudah adekuat, tetapi terbatas
hanya pada beberapa fungsi.

Ada beberapa tanda yang mengindikasi bahwa bayi siap menerima MP-ASI,
diantaranya adalah :

a. Memiliki control terhadap kepala, jika bayi bisa mempertahankan posisi yang tegak
dan mantap, lebih mudah memberi makanan padat melalui sendok

b. Kemampuan untuk duduk, ketika bayi belajar duduk dengan nyaman setidaknya
selama 10 menit, akan lebih mudah memberi makanan melalui sendok

c. Membuat gerakan mengunyah, penting bagi bayi untuk belajar mendorong


makanan ke bagian belakang mulutnya lalu menelannya

d. Pertahankan berat badan, sangat dianjurkan bahwa memperkenalkan makanan


padat setelah bayi mencapai dua kali berat badan lahirnya, biasanya terjadi sekitar
usia enam bulan.

e. Tertarik pada makanan, ketika bayi tumbuh makin besar, ia akan mulai menjulurkan
tangan untuk mengambil makanan.

Sumber : Wargiana Risa et all. 2013. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Status
Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember.

PEMBERIAN MAKANAN ANAK UMUR 0-24 BULAN YANG BAIK DAN BENAR
Sesuai dengan bertambahnya umur bayi, perkembangan dan kemampuan bayi
menerima makanan, maka makanan bayi atau anak umur 0-24 bulan dibagi menjadi 4
tahap yaitu:

(1) MAKANAN BAYI UMUR 0-6 BULAN

a. Hanya ASI saja (ASI Eksklusif)

Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit
pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan
gizi bayi, ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi
dan ibu, dengan menyusui akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak

b. Berikan kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna
kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan yang
tinggi.

c. Berikan ASI dari kedua payudara


Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke payudara
lainnya, ASI diberikan 8-10 kali setiap hari.

(2) MAKANAN BAYI UMUR 6-9 BULAN


a. Pemberian ASI diteruskan

b. Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara
bertahap, karena merupakan makanan peralihan ke makanan keluarga
c. Berikan makanan selingan 1 kali sehari, seperti bubur kacang hijau, buah dan
lain-lain.
d. Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan, seperti lauk
pauk dan sayuran secara berganti-gantian.

(3) MAKANAN BAYI UMUR 12-24 BULAN


a. Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah berkurang,
tetapi merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi.
b. Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari
dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan. Disamping itu
tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari.
c. Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan padanan bahan makanan.
Misalnya nasi diganti dengan mie, bihun, roti, kentang dan lain-lain. Hati ayam
diganti dengan telur, tahu, tempe dan ikan. Bayam diganti degan daun kangkung,
wortel dan tomat. Bubur susu diganti dengan bubur kacang ijo, bubur sum-sum,
biskuit dan lain- lain.
d. Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi
frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.

Pada prinsipnya makanan tambahan untuk bayi atau yang biasa dikenal sebagai
makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan yang kaya zat gizi, mudah dicerna,
mudah disajikan, mudah menyimpannya, higienis dan harganya terjangkau. Makanan
tambahan pada bayi dapat berupa campuran dari beberapa bahan makanan dalam
perbandingan tertentu agar diperoleh suatu produk dengan nilai gizi yang tinggi.

Sumber : Lailina Mufida, et all. 2015. Prinsip Dasar MP ASI untuk Bayi Usia 6-24 Bulan.
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1646-1651, September 2015
6. Mengapa anak sudah menderita KEP berat sejak umur setahun sering diare disertai
batuk dan pilek?
DIARE
(1) Akibat dari pemberian ASI secara dini, efek pemberian ASI secara dini. Diare
disebabkan karena dalam makanan tambahan bayi biasanya terkandung
konsentrasi tinggi karbohidrat dan gula yang masih sukar untuk dicerna oleh
organ pencernaan bayi apabila diberikan terlalu dini, karena produksi enzim-enzim
khususnya amilase pada bayi masih rendah maka akan terjadi malabsorpsi
didalam pencernaan bayi dan mengakibatkan terjadinya gangguan pencernaan yang
salah satunya adalah diare.

(2) Akibat tidak diberikan ASI eksklusif ASI memiliki beberapa manfaat, diantaranya :
a. mengurangi risiko berbagai jenis kekurangan nutrisi karena zat besi yang yang
terkandung dalam ASI diserap secara lebih baik dari pada sumber zat besi lainnya

b. ASI mengandung “faktor pematangan usus” yang melapisi bagian dalam saluran
pencernaan dan mencegah kuman penyakit serta protein berat untuk terserap ke
dalam tubuh

c. ASI juga mengandung “faktor pematangan cerebrosida” yang membuat bayi


lebih cerdas dikemudian hari

d. ASI mendorong partumbuhan bakteri sehat dalam usus yang disebut


Lactobacillus bifidus. Bakteri ini mencegah bakteri penyebab penyakit lainnya
untuk bertumbuh dalam saluran pencernaan dan untuk mencegah diare

e. ASI mengandung zat yang disebut laktoferin yang dikombinasikan dengan zat
besi dan mencegah pertumbuhan kuman penyakit

f. ASI juga mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dan substansi
antiinfeksi lainnya yang melindungi bayi dari infeksi. Antibodi adalah substansi
yang dikeluarkan oleh tubuh ketika penyebab penyakit memasuki tubuh.
Antibodi yang ada dalam kolostrum juga melindungi bayi yang baru lahir dari
alergi, asma, dan lain-lain.

g. ASI mengandung faktor pertumbuhan seperti “faktor kematangan epidermal”.


Faktor ini melapisi bagian dalam saluran pernapasan dan mencegah kuman
penyakit memasuki saluran pernapasan

BATUK DAN PILEK

Karena tidak diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. ASI memiliki beberapa manfaat,
diantaranya :

h. mengurangi risiko berbagai jenis kekurangan nutrisi karena zat besi yang yang
terkandung dalam ASI diserap secara lebih baik dari pada sumber zat besi lainnya
i. ASI mengandung “faktor pematangan usus” yang melapisi bagian dalam saluran
pencernaan dan mencegah kuman penyakit serta protein berat untuk terserap ke
dalam tubuh

j. ASI juga mengandung “faktor pematangan cerebrosida” yang membuat bayi lebih
cerdas dikemudian hari

k. ASI mendorong partumbuhan bakteri sehat dalam usus yang disebut Lactobacillus
bifidus. Bakteri ini mencegah bakteri penyebab penyakit lainnya untuk bertumbuh
dalam saluran pencernaan dan untuk mencegah diare

l. ASI mengandung zat yang disebut laktoferin yang dikombinasikan dengan zat besi
dan mencegah pertumbuhan kuman penyakit

m. ASI juga mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dan substansi antiinfeksi
lainnya yang melindungi bayi dari infeksi. Antibodi adalah substansi yang dikeluarkan
oleh tubuh ketika penyebab penyakit memasuki tubuh. Antibodi yang ada dalam
kolostrum juga melindungi bayi yang baru lahir dari alergi, asma, dan lain-lain.

n. ASI mengandung faktor pertumbuhan seperti “faktor kematangan epidermal”.


Faktor ini melapisi bagian dalam saluran pernapasan dan mencegah kuman penyakit
memasuki saluran pernapasan.

Sumber : Wargiana Risa et all. 2013. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Status
Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember.

KOMPONEN ASI
DAMPAK PROTEKSI ASI TERHADAP INFEKSI

Air susu ibu merupakan suatu cairan kompleks dengan sejumlah besar protein, sel, dan
komponen lainnya. Pengetahuan tentang dampak menyusui pada bayi terus meningkat,
termasuk dampak langsung dan tidak langsung pada sistem imun. Pengaruh imunologis
berhubungan dengan kenyataan bahwa ASI kaya dengan berbagai faktor aktif khususnya
antibodi. Sekretori IgA (sIgA) melindungi membran mukosa saluran pencernaan dan
pernafasan, antibodi IgG dan IgM, hormon, antioksidan, vitamin, sitokin, faktor
pertumbuhan, komponen, prostaglandin, granulosit, makrofag, serta limfosit B dan T.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa ASI dapat mengurangi kejadian infeksi

selama masa bayi dan balita terhadap gastroenteritis, infeksi saluran pernafasan,
otitis media, sepsis neonatorum, dan infeksi saluran kemih. Chen dkk menyatakan
bahwa bayi yang tidak mendapat ASI, dua kali lebih sering masuk rumah sakit
dibandingkan bayi mendapat ASI. Suatu meta-analisis di negara maju dari bayi dengan
penyakit saluran pernafasan berat yang diberi susu formula membutuhkan rawat inap
lebih dari tiga kali lipat dibandingkan bayi yang diberi ASI eksklusif 4 bulan atau lebih.

IMUNOGLOBULIN PADA ASI


Air susu ibu mengandung imunoglobulin M, A, D, G, dan E, namun yang paling banyak
adalah IgA. Sekretori IgA pada ASI merupakan sumber utama imunitas didapat secara
pasif selama beberapa minggu sebelum produksi endogen sIgA, konsentrasi paling tinggi
pada beberapa hari pertama post partum. Selama masa pasca lahir, bayi rentan
terhadap infeksi patogen yang masuk, oleh sebab itu IgA adalah faktor protektif penting
terhadap infeksi.

Studi dari Swedia menyatakan bahwa kadar antibodi IgA dan IgM secara bermakna lebih
tinggi pada bayi mendapat ASI dibandingkan yang tidak mendapat ASI. Imunoglobulin A
(Ig A) yang terdapat di dalam antibodi maternal didapat dari sistem imun saluran cerna
dan pernafasan yang dibawa melalui sirkulasi darah dan limfatik ke kelenjar payudara,
akhirnya dikeluarkan melalui ASI sebagai IgA.

ZAT IMUNOLOGI LAIN YANG DIMILIKI ASI

Air susu ibu mempunyai sejumlah faktor yang mempengaruhi mikroflora usus bayi,
sehingga menambah kolonisasi dari jumlah bakteri sementara menghambat kolonisasi
yang lainnya. Komponen- komponen imunologik ini termasuk :

a. Laktoferin, merupakan protein yang terikat dengan zat besi, diproduksi oleh
makrofag, neutrofil, dan epitel kelenjar payudara bersifat bakteriostatik dan
bakterisid. Menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan dengan zat
besi sehingga tidak tersedia untuk bakteri patogen. Kadar dalam ASI 1–6 mg/ml dan
tertinggi pada kolostrum (600 mg/dL). Laktoferin juga terbukti menghambat
pertumbuhan kandida.

b. Lisozim, suatu enzim yang diproduksi oleh makrofag, neutrofil, dan epitel kelenjar
payudara, dapat memecah dinding sel bakteri Gram positif yang ada pada mukosa
usus dan menambah aktifitas bakterisid sIgA terhadap E. coli dan beberapa
Salmonella. Kadar dalam ASI 0,1 mg/ml yang bertahan sampai tahun kedua laktasi,
bahkan sampai penyapihan. Dibandingkan susu sapi, ASI mengandung 300 kali lebih
banyak lisozim per satuan volume.
c. Komplemen, berupa komplemen C3 yang dapat diaktifkan oleh bakteri melalui jalur
alternatif sehingga terjadi lisis bakteri. Juga mempunyai sifat opsonisasi sehingga
memudahkan fagosit mengeliminasi mikroorganisme pada mukosa usus yang
terikat dengan C3 aktif. Kadar C3 dan C4 dalam kolostrum sekitar 50%–70% kadar
serum dewasa. Pada masa laktasi dua minggu, kadar komplemen menurun dan
kemudian menetap, yaitu kadar C3 dan C4 masing- masing 15 mg/dL dan 10 mg/dL.

d. Granulocyte colony – stimulating factor (G-CSF) merupakan sitokin spesifik yang


dapat menambah pertahanan anti bakteri melalui efek proliferasi, diferensiasi dan
ketahanan neutrofil. Mengeluarkan reseptornya dalam vili usus bayi dan kadar
meningkat pada dua hari post partum. Oligosakarida, menghadang bakteri dengan
cara bekerja sebagai reseptor dan mengalihkan bakteri patogen atau toksin
mendekat ke faring dan usus bayi.

e. Musin, melapisi membran lemak susu dan mempunyai sifat antimikroba, dengan
cara mengikat bakteri dan virus serta segera mengeliminasi dari tubuh. Musin dapat
menghambat adhesi E.coli dan rotavirus. Disamping itu ASI mengandung enzim PAF-
hidrolase yang dapat memecah PAF yang berperan pada enterokolitis nekrotikans.
Lactadherin protein globule fat pada ASI dapat merusak membran pembungkus
virus. Kvistgaard dkk mendapatkan bahwa PAF-hidrolase dapat melindungi bayi dari
infeksi Rotavirus.

f. Lipase, membentuk asam lemak dan monogliserida yang menginaktivasi organisme,


sangat efektif terhadap Giardia lamblia dan Entamoeba histolytica.
g. Interferon dan fibronektin mempunyai aktifitas antiviral dan menambah sifat lisis
dari leukosit susu.
h. Protein pengikat vitamin B12 dan asam folat, dapat menjadi antibakteri dengan
menghalangi bakteri seperti E.coli dan bacteroides untuk mengikat vitamin bebas
sebagai faktor pertumbuhan.
i. Probiotik, bayi yang mendapat ASI mempunyai kandungan Lactobacilli yang tinggi,
terutama Lactobacillus bifidus (Bifidobacterium bifidum). Glikan merupakan
komponen ASI yang men- stimulasi pert umbuhan dan kolonisasi L. bifidus. Kuman
ini akan mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat, situasi asam
dalam cairan usus akan menghambat pertumbuhan E. Coli.

SEL YANG TERDAPAT PADA ASI

Leukosit (90% dari jumlah sel) di dalam ASI terutama terdiri dari makrofag (90%). Sel
makrofag ASI merupakan sel fagosit aktif sehingga dapat menghambat multiplikasi
bakteri pada infeksi mukosa usus. Selain sifat fagositik, sel makrofag juga memproduksi
lisozim, C3 dan C4, laktoferin, monokin seperti IL-1 serta enzim lainnya. Makrofag ASI
dapat mencegah enterokolitis nekrotikans pada bayi. Limfosit (10% dari jumlah sel) 50%
terdiri atas limfosit T dan 34% limfosit B. Fungsi limfosit untuk mensintesis antibodi IgA,
memberikan respons terhadap mitogen dengan cara berproliferasi, meningkatkan
interaksi makrofag – limfosit dan pelepasan mediator. Leukosit ASI dapat bertahan
terhadap perubahan pH, suhu dan osmolaritas, sama dengan yang terjadi pada binatang
bertahan selama seminggu pada orang utan dan domba.

IMUNITAS PASIF DARI IBU

Sementara menunggu sistem imunologi endogen bayi matang, berbagai komponen


imunologi dan bioaktif susu bekerja secara sinergis untuk memberikan sistem
penyokong imunologi pasif dari ibu ke bayinya pada hari dan bulan pertama kelahiran.
Beberapa studi secara jelas mengatakan keuntungan secara klinis menunjukkan
penurunan risiko infeksi saluran cerna dan pernapasan terutama selama tahun pertama
kehidupan. Kejadian meningkatnya faktor bioaktif dan imun dapat menjelaskan
penurunan risiko alergi saluran cerna dan pernapasan serta penyakit autoimun pada
anak yang diberi ASI.

Kegunaan faktor-faktor yang terkandung di dalam ASI tertera pada Tabel 1, 2, 3, dan 4.
Sumber : Omar Sazaly Aldy, et all. 2009. Dampak Proteksi Air Susu Ibu Terhadap Infeksi
Sari Pediatri, Vol. 11, No. 3, Oktober 2009

7. Apa yang dimaksud dari gizi buruk?

8. Bagaimana cara mengetahui status gizi seorang balita? (Menggunakan grafik KMS)
9. Apa saja manifestasi klinis dari scenario?
KEP berat terdiri dari tiga tipe, yaitu kwashiorkor, marasmus, dan marasmik-
kwashiorkor.

KWASHIORKOR
a. Kwashiorkor adalah keadaan yang diakibatkan oleh kekurangan makanan sumber
protein.
b. Tipe ini banyak dijumpai pada anak usia 1 sampai 3 tahun.
c. Gejala utama kwashiorkor adalah :
- Pertumbuhan Terhalang
- Badan Bengkak, Tangan, Kaki, Serta Wajah Tambak Sembab Dan Ototnya Kendur
- Wajah Tampak Bengong Dan Pandangan Kosong
- Tidak Aktif Dan Sering Menangis
- Rambut Menjadi Berwarna Lebih Terang Atau Coklat Tembaga
- Perut Buncit
- Kaki Kurus Dan Bengkok
- Karena Adanya Pembengkakan, Maka Tidak Terjadi Penurunan Berat Badan,
Tetapi Pertambahan Tinggi Terhambat
- Lingkar Kepala Mengalami Penurunan
- Serum Albumin Selalu Rendah, Bila Turun Sampai 2,5 Ml Atau Lebih Rendah,
Mulai Terjadi Pembengkakan (Budiyanto, 2002).
d. Gejala klinis kwashiorkor adalah :
- Penampilan anak seperti anak gemuk (sugar baby), tetapi bagian tubuh lain
terutama pantat terlihat atrofi
- Pertumbuhan tubuh mengalami gangguan yang ditunjukkan dengan nilai z- skor
indeks BB/U berada di bawah -2 SD
- pada tinggi badan anak juga mengalami keterlambatan
- Mental anak mengalami perubahan mencakup banyak menangis dan pada
stadium yang lanjut anak sangat apatis
- Penderita kwashiorkor diikuti dengan munculnya edema dan terkadang menjadi
asites
- Selain itu juga terjadi atrofi otot sehingga penderita terlihat lemah (Par’i, 2016).
- Pada penderita kwashiorkor mengalami gangguan sistem gastrointestinal, seperti
penderita menolak semua makanan sehingga kadang makanan harus melalui
sonde lambung
- Penderita kwashiorkor mudah mengalami kelainan kulit yang khas (crazy
pavement dermatosis), yaitu munculnya kelainan dimulai dari bintik-bintik merah
bercampur bercak, lama-kelamaan menghitam kemudian mengelupas. Kejadian
ini umumnya terjadi di punggung, pantat, dan sekitar vulva yang selalu
membasah karena keringat atau urin
- Pada hati terjadi pembesaran, terkadang batas pembesaran sampai ke pusar, hal
ini disebabkan karena sel-sel hati terisi lemak. Penderita kwashiorkor juga
menderita anemia. Albumin dan globulin serum sedikit menurun di bawah 2,
terkadag sampai 0
- Kadar kolesterol serum rendah, hal ini mungkin disebabkan karena asupan gizi
yang rendah atau terganggunya pembetukan kolesterol tubuh (Par’i, 2016).
MARASMUS

Marasmus adalah gejala kelaparan yang hebat karena makanan yang dikonsumsi tidak
menyediakan energi yang cukup untuk mempertahankan hidupnya sehingga badan menjadi
sangat kecil dan tinggal kulit pembalut tulang.

a. Marasmus biasanya terjadi pada bayi berusia setahun pertama. Hal ini terjadi apabila ibu
tidak dapat menyusui karena produksi ASI sangat rendah atau ibu memutuskan untuk
tidak menyusui bayinya.

b. Tanda-tanda marasmus yaitu:

- Berat badan sangat rendah

- Kemunduran pertumbuhan otot (atrophi)

- Wajah anak seperti orang tua (old face)

- Ukuran kepala tidak sebanding dengan ukuran tubuh

- Cengeng dan apatis (kesadaran menurun)

- Mudah terkena penyakit infeksi

- Kulit kering dan berlipat-lipat karena tidak ada jaringan lemak di bawah kulit

- Sering diare

- Rambut tipis dan mudah rontok. (Budiyanto, 2002).

MARASMUS-KWASHIORKOR

a. Marasmik-kwashiorkor disebabkan karena makanan sehari-hari kekurangan energi dan


juga protein.

b. Berat badan anak sampai di bawah -3 SD sehingga telihat kurus


c. Ada gejala edema

d. Kelainan rambut

e. Kulit mengering dan kusam

f. Otot menjadi lemah

g. Menurunnya kadar protein (albumin) dalam darah (Par’i, 2016).

10. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan penunjang?


11. Bagaimana alur diagnosis dari kasus di scenario?

12.
13.
14.
15. (Petunjuk Tatalaksanan Anak Gizi Buruk Buku I dan II 2011)
16.

17. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari scenario?


18. Apa etiologi dan factor resiko dari scenario?
Terdapat dua faktor resiko gizi buruk pada balita yaitu :
1) penyebab langsung, kurangnya asupan makanan bergizi dalam tubuh balita baik
secara kualitas dan kuantitas. Selain itu adanya infeksi penyakit yang menyertai
seringkali juga merupakan penyebab yang sangat berpengaruh terhadap keadaan
kesehatan dan gizi balita.

2) penyebab tidak langsung, seperti pola asuh maka, ketersediaan pangan dalam keluarga
serta pelayanan kesehatan individu dan sanitasi lingkungan.
Faktor resiko gizi buruk meliputi :

a) Asupan makanan, kurangnya asupan makanan disebabkan oleh berbagai macam faktor,
antara lain yaitu pola makan yang salah
b) Satus sosial ekonomi, Balita dengan gizi buruk pada umumnya hidup dengan makanan
yang kurang bergizi, hal ini dapat disebabkan karena rendahnya ekonomi keluarga
sehingga pada akhirnya akan berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga
tersebut
c) ASI atau air susu ibu, hanya 14% ibu di Indonesia yang memberikan air susu ibu (ASI)
eksklusif kepada bayinya sampai usia enam bulan
d) Pendidikan Ibu, rendahnya pendidikan dapat mempengaruhi ketersediaan pangan
dalam keluarga

(Apriliyanti, Wahyuning Suci.2017.Perbedaan Antara Status Gizi Anak Usia 0-6 Bulan Yang Diberi Susu
Formula Dengan Anak Yang Diberi Asi Dan Susu Formula (Studi Di Kecamatan Kotaanyar Kabupaten
Probolinggo. Malang: Jawa Timur)

19. Bagaimana patofisiologi pada organ-organ?


Adapun energi dan protein yang diperoleh dari makanan kurang, padahal untuk
kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan energi yang didapat, dipengaruhi oleh
makanan yang diberikan sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan
protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut.
Kekurangan energi protein dalam makanan yang dikonsumsi akan menimbulkan
kekurangan berbagai asam amino essensial yang dibutuhkan untuk sintesis, oleh karena
dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan
sebagai asam amino di dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan
disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebab
kurangnya pembentukan albumin oleh heper, sehingga kemudian timbul edema,
perlemahan hati terjadi karena gangguan pembentukan lipo protein beta sehingga
transport lemak dari hati ke hati dapat lemak juga terganggu dan akibatnya terjadi
akumuasi lemak dalam hepar.

(Rahmawati, UA. 2019. Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (Mp-Asi) Dengan
Kejadian Kurang Energi Protein (Kep) Pada Anak Usia 12–24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sentolo Kabupaten Kulon Progo Tahun 2019. Kulon Progo: Yogyakarta)
20. Apa saja tatalaksana yang dilakukan? (diperinci)
(Petunjuk Tatalaksanan Anak Gizi Buruk Buku I dan II 2011)

21. Apa saja komplikasi dari gizi buruk?

TB Paru
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
(Fadia.2016.Manajemen Anak Gizi Buruk Tipe Marasmus dengan TB Paru . J Medula Unila Volume 6
Nomor 1)

Anda mungkin juga menyukai