Jawab :
BB/U
TB/U
BB/TB
`
Sumber : Standar WHO 2005.
Tidak hanya KMS, cari juga yang Z score untuk menentukan status gizi
2. Mengapa anak tampak kurus, lemah, nafsu makan sangat kurang, dan hanya suka
minum air putih dan juga rewel?
3. Apa hubungan tidak pernah makan daging, telur, ikan dengan keluhan pasien?
HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa terdapat hubungan
antara asupan protein dengan status gizi menurut Indikator BB/U dengan nilai OR=
2,638, artinya balita yang berstatus gizi kurang menurut indikator BB/U 2,6 kali lebih
banyak ditemukan pada balita yang asupan proteinnya kurang dibandingkan dengan
balita yang asupan proteinnya cukup.
KEP (kurang energi protein) merupakan salah satu defisiensi gizi yang masih sering
ditemukan di Indonesia dan merupakan masalah gizi utama khususnya terjadi pada
balita, Dan ketika ketidakcukupan zat gizi tersebut (protein) berlangsung lama maka
cadangan jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidakcukupan itu, kemudian
timbul penurunan jaringan yang ditandai dengan penurunan berat badan, dan akan
terjadi perubahan secara anatomi yang tampak sebagai gizi kurang (Supariasa, 2002).
Hasil analisis hubungan antara asupan lemak dengan status gizi menurut BB/U diketahui
ada hubungan antara asupan lemak dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas
Margototo tahun 2012 dengan nilai OR= 4,096, artinya balita yang berstatus gizi kurang
menurut indikator BB/U 4,09 kali lebih banyak ditemukan pada balita dengan asupan
lemak kurang dibandingkan dengan balita yang asupan lemaknya cukup.
Saat tubuh kekurangan lemak, persediaan lemak akan kurang sehingga tubuh menjadi
kurus. Terjadi pula kekurangan asam lemak essensial, yaitu asam lemak linoleat dan
linolenat. Kekurangan linoleat menyebabkan pertumbuhan menurun, kegagalan
reproduktif, perubahan struktur kulit dan rambut serta patologi hati. Kekurangan asam
lemak omega 3 menyebabkan penurunan kemampuan belajar (Dewi, 2010).
Sumber : Helmi Rosmalia. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Margototo Kecamatan Metro Kibang Kabupaten
Lampung Timur. Jurnal Kesehatan, Volume IV, Nomor 1. April 2013. hlm 233-242
4. Apa hubungan pemberian ASI yang tidak eksklusif dan MP ASI yang terlalu dini
dengan klinis anak?
MP-ASI merupakan makanan pendamping ASI yang diberikan pada bayi umur 6-23
bulan. Bayi siap untuk makan makanan padat, baik secara pertumbuhan maupun secara
psikologis, pada usia 6-9 bulan. Kemampuan bayi baru lahir untuk mencerna,
mengabsorpsi, dan memetabolisme bahan makanan sudah adekuat, tetapi terbatas
hanya pada beberapa fungsi.
Ada beberapa tanda yang mengindikasi bahwa bayi siap menerima MP-ASI,
diantaranya adalah :
a. Memiliki control terhadap kepala, jika bayi bisa mempertahankan posisi yang tegak
dan mantap, lebih mudah memberi makanan padat melalui sendok
b. Kemampuan untuk duduk, ketika bayi belajar duduk dengan nyaman setidaknya
selama 10 menit, akan lebih mudah memberi makanan melalui sendok
e. Tertarik pada makanan, ketika bayi tumbuh makin besar, ia akan mulai menjulurkan
tangan untuk mengambil makanan.
Pemberian MP-ASI dini pada dasarnya dapat menyebabkan risiko terhadap gangguan
kesehatan. Risiko ini ada yang langsung terjadi pada saat bayi diberikan MP- ASI dini dan
ada pula yang akan tampak setelah beberapa lama kemudian yang disebut dengan risiko
jangka panjang.
a. Obesitas
b. Hipertensi
c. Ateroskerosis
d. Alergi makanan.
OBESITAS
Obesitas atau kelebihan berat badan dapat terjadi pada bayi. Konsumsi yang berlebihan
terhadap makanan berkadar lemak maupun gula yang tinggi memicu peningkatan
berat badan yang tidak proporsional. Masyarakat banyak yang memandang bayi yang
gemuk memiliki image lucu dan menggemaskan, namun secara fisiologis maupun
psikologis ada beberapa dampak negatif bagi bayi. Obesitas pada bayi dapat
menurunkan kekebalan imun, dan obesitas ini bisa berlanjut hingga usia dewasa nanti.
Bayi yang obesitas banyak lipatan di kulit yang dapat menyebabkan iritasi, lecet dan
gatal-gatal, bahkan pada sebagian bayi, daerah lipatan tersebut menimbulkan bau yang
tak sedap. Obesitas pada bayi juga dapat menyebabkan kelainan tulang, karena tulang
bayi yang masih rawan harus menopang berat badan yang berlebih. Bayi yang obesitas
akan menjadi lambat karena bayi yang gemuk otomatis akan berpengaruh pada
pergerakannya.
Pemberian MP- ASI secara dini yang sering dapat memberikan dampak secara langsung
pada bayi, diantaranya adalah gangguan pencernaan seperti :
a. Diare
b. sulit BAB
c. muntah
DIARE
SULIT BAB
Sembelit atau gangguan susah buang air besar pada bayi biasanya terjadi umur 0-4
bulan, karena pada pencernaan bayi dan pembentukan enzim pencernaan belum
sempurna.
MUNTAH
GANGGUAN MENYUSU
a. mengurangi risiko berbagai jenis kekurangan nutrisi karena zat besi yang yang
terkandung dalam ASI diserap secara lebih baik dari pada sumber zat besi lainnya
b. ASI mengandung “faktor pematangan usus” yang melapisi bagian dalam saluran
pencernaan dan mencegah kuman penyakit serta protein berat untuk terserap ke
dalam tubuh
c. ASI juga mengandung “faktor pematangan cerebrosida” yang membuat bayi lebih
cerdas dikemudian hari
d. ASI mendorong partumbuhan bakteri sehat dalam usus yang disebut Lactobacillus
bifidus. Bakteri ini mencegah bakteri penyebab penyakit lainnya untuk bertumbuh
dalam saluran pencernaan dan untuk mencegah diare
e. ASI mengandung zat yang disebut laktoferin yang dikombinasikan dengan zat besi
dan mencegah pertumbuhan kuman penyakit
f. ASI juga mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dan substansi antiinfeksi
lainnya yang melindungi bayi dari infeksi. Antibodi adalah substansi yang dikeluarkan
oleh tubuh ketika penyebab penyakit memasuki tubuh. Antibodi yang ada dalam
kolostrum juga melindungi bayi yang baru lahir dari alergi, asma, dan lain-lain.
Pemberian MP-ASI yang tidak sesuai dengan umur dan kebutuhan bayi dapat
menimbulkan dampak pada kesehatan dan status gizi bayi. Gizi memegang peranan
penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada bayi akan menimbulkan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat
berlanjut hingga dewasa.
Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,
sehingga diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat
diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai
untuk tumbuh kembang optimal, sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak
memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah
menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik
pada saat ini maupun masa selanjutnya.
WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan untuk
mencapai tumbuh kembang optimal di dalam Global Strategy for Infant and Young
Child Feeding, yaitu :
a. Pertama, memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah
bayi lahir
b. Kedua, memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara
eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan
c. Ketiga, memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6
bulan sampai 24 bulan
Sumber : Wargiana Risa et all. 2013. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan
Status Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten
Jember
5. Bagaimana tahapan pemberian MP ASI?
(Rahmawati, UA. 2019. Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (Mp-Asi) Dengan
Kejadian Kurang Energi Protein (KEP) Pada Anak Usia 12–24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sentolo Kabupaten Kulon Progo Tahun 2019. Kulon Progo: Yogyakarta)
Ada beberapa tanda yang mengindikasi bahwa bayi siap menerima MP-ASI,
diantaranya adalah :
a. Memiliki control terhadap kepala, jika bayi bisa mempertahankan posisi yang tegak
dan mantap, lebih mudah memberi makanan padat melalui sendok
b. Kemampuan untuk duduk, ketika bayi belajar duduk dengan nyaman setidaknya
selama 10 menit, akan lebih mudah memberi makanan melalui sendok
e. Tertarik pada makanan, ketika bayi tumbuh makin besar, ia akan mulai menjulurkan
tangan untuk mengambil makanan.
Sumber : Wargiana Risa et all. 2013. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Status
Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember.
PEMBERIAN MAKANAN ANAK UMUR 0-24 BULAN YANG BAIK DAN BENAR
Sesuai dengan bertambahnya umur bayi, perkembangan dan kemampuan bayi
menerima makanan, maka makanan bayi atau anak umur 0-24 bulan dibagi menjadi 4
tahap yaitu:
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit
pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan
gizi bayi, ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi
dan ibu, dengan menyusui akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak
b. Berikan kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna
kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan yang
tinggi.
b. Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara
bertahap, karena merupakan makanan peralihan ke makanan keluarga
c. Berikan makanan selingan 1 kali sehari, seperti bubur kacang hijau, buah dan
lain-lain.
d. Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan, seperti lauk
pauk dan sayuran secara berganti-gantian.
Pada prinsipnya makanan tambahan untuk bayi atau yang biasa dikenal sebagai
makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan yang kaya zat gizi, mudah dicerna,
mudah disajikan, mudah menyimpannya, higienis dan harganya terjangkau. Makanan
tambahan pada bayi dapat berupa campuran dari beberapa bahan makanan dalam
perbandingan tertentu agar diperoleh suatu produk dengan nilai gizi yang tinggi.
Sumber : Lailina Mufida, et all. 2015. Prinsip Dasar MP ASI untuk Bayi Usia 6-24 Bulan.
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1646-1651, September 2015
6. Mengapa anak sudah menderita KEP berat sejak umur setahun sering diare disertai
batuk dan pilek?
DIARE
(1) Akibat dari pemberian ASI secara dini, efek pemberian ASI secara dini. Diare
disebabkan karena dalam makanan tambahan bayi biasanya terkandung
konsentrasi tinggi karbohidrat dan gula yang masih sukar untuk dicerna oleh
organ pencernaan bayi apabila diberikan terlalu dini, karena produksi enzim-enzim
khususnya amilase pada bayi masih rendah maka akan terjadi malabsorpsi
didalam pencernaan bayi dan mengakibatkan terjadinya gangguan pencernaan yang
salah satunya adalah diare.
(2) Akibat tidak diberikan ASI eksklusif ASI memiliki beberapa manfaat, diantaranya :
a. mengurangi risiko berbagai jenis kekurangan nutrisi karena zat besi yang yang
terkandung dalam ASI diserap secara lebih baik dari pada sumber zat besi lainnya
b. ASI mengandung “faktor pematangan usus” yang melapisi bagian dalam saluran
pencernaan dan mencegah kuman penyakit serta protein berat untuk terserap ke
dalam tubuh
e. ASI mengandung zat yang disebut laktoferin yang dikombinasikan dengan zat
besi dan mencegah pertumbuhan kuman penyakit
f. ASI juga mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dan substansi
antiinfeksi lainnya yang melindungi bayi dari infeksi. Antibodi adalah substansi
yang dikeluarkan oleh tubuh ketika penyebab penyakit memasuki tubuh.
Antibodi yang ada dalam kolostrum juga melindungi bayi yang baru lahir dari
alergi, asma, dan lain-lain.
Karena tidak diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. ASI memiliki beberapa manfaat,
diantaranya :
h. mengurangi risiko berbagai jenis kekurangan nutrisi karena zat besi yang yang
terkandung dalam ASI diserap secara lebih baik dari pada sumber zat besi lainnya
i. ASI mengandung “faktor pematangan usus” yang melapisi bagian dalam saluran
pencernaan dan mencegah kuman penyakit serta protein berat untuk terserap ke
dalam tubuh
j. ASI juga mengandung “faktor pematangan cerebrosida” yang membuat bayi lebih
cerdas dikemudian hari
k. ASI mendorong partumbuhan bakteri sehat dalam usus yang disebut Lactobacillus
bifidus. Bakteri ini mencegah bakteri penyebab penyakit lainnya untuk bertumbuh
dalam saluran pencernaan dan untuk mencegah diare
l. ASI mengandung zat yang disebut laktoferin yang dikombinasikan dengan zat besi
dan mencegah pertumbuhan kuman penyakit
m. ASI juga mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dan substansi antiinfeksi
lainnya yang melindungi bayi dari infeksi. Antibodi adalah substansi yang dikeluarkan
oleh tubuh ketika penyebab penyakit memasuki tubuh. Antibodi yang ada dalam
kolostrum juga melindungi bayi yang baru lahir dari alergi, asma, dan lain-lain.
Sumber : Wargiana Risa et all. 2013. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Status
Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember.
KOMPONEN ASI
DAMPAK PROTEKSI ASI TERHADAP INFEKSI
Air susu ibu merupakan suatu cairan kompleks dengan sejumlah besar protein, sel, dan
komponen lainnya. Pengetahuan tentang dampak menyusui pada bayi terus meningkat,
termasuk dampak langsung dan tidak langsung pada sistem imun. Pengaruh imunologis
berhubungan dengan kenyataan bahwa ASI kaya dengan berbagai faktor aktif khususnya
antibodi. Sekretori IgA (sIgA) melindungi membran mukosa saluran pencernaan dan
pernafasan, antibodi IgG dan IgM, hormon, antioksidan, vitamin, sitokin, faktor
pertumbuhan, komponen, prostaglandin, granulosit, makrofag, serta limfosit B dan T.
selama masa bayi dan balita terhadap gastroenteritis, infeksi saluran pernafasan,
otitis media, sepsis neonatorum, dan infeksi saluran kemih. Chen dkk menyatakan
bahwa bayi yang tidak mendapat ASI, dua kali lebih sering masuk rumah sakit
dibandingkan bayi mendapat ASI. Suatu meta-analisis di negara maju dari bayi dengan
penyakit saluran pernafasan berat yang diberi susu formula membutuhkan rawat inap
lebih dari tiga kali lipat dibandingkan bayi yang diberi ASI eksklusif 4 bulan atau lebih.
Studi dari Swedia menyatakan bahwa kadar antibodi IgA dan IgM secara bermakna lebih
tinggi pada bayi mendapat ASI dibandingkan yang tidak mendapat ASI. Imunoglobulin A
(Ig A) yang terdapat di dalam antibodi maternal didapat dari sistem imun saluran cerna
dan pernafasan yang dibawa melalui sirkulasi darah dan limfatik ke kelenjar payudara,
akhirnya dikeluarkan melalui ASI sebagai IgA.
Air susu ibu mempunyai sejumlah faktor yang mempengaruhi mikroflora usus bayi,
sehingga menambah kolonisasi dari jumlah bakteri sementara menghambat kolonisasi
yang lainnya. Komponen- komponen imunologik ini termasuk :
a. Laktoferin, merupakan protein yang terikat dengan zat besi, diproduksi oleh
makrofag, neutrofil, dan epitel kelenjar payudara bersifat bakteriostatik dan
bakterisid. Menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan dengan zat
besi sehingga tidak tersedia untuk bakteri patogen. Kadar dalam ASI 1–6 mg/ml dan
tertinggi pada kolostrum (600 mg/dL). Laktoferin juga terbukti menghambat
pertumbuhan kandida.
b. Lisozim, suatu enzim yang diproduksi oleh makrofag, neutrofil, dan epitel kelenjar
payudara, dapat memecah dinding sel bakteri Gram positif yang ada pada mukosa
usus dan menambah aktifitas bakterisid sIgA terhadap E. coli dan beberapa
Salmonella. Kadar dalam ASI 0,1 mg/ml yang bertahan sampai tahun kedua laktasi,
bahkan sampai penyapihan. Dibandingkan susu sapi, ASI mengandung 300 kali lebih
banyak lisozim per satuan volume.
c. Komplemen, berupa komplemen C3 yang dapat diaktifkan oleh bakteri melalui jalur
alternatif sehingga terjadi lisis bakteri. Juga mempunyai sifat opsonisasi sehingga
memudahkan fagosit mengeliminasi mikroorganisme pada mukosa usus yang
terikat dengan C3 aktif. Kadar C3 dan C4 dalam kolostrum sekitar 50%–70% kadar
serum dewasa. Pada masa laktasi dua minggu, kadar komplemen menurun dan
kemudian menetap, yaitu kadar C3 dan C4 masing- masing 15 mg/dL dan 10 mg/dL.
e. Musin, melapisi membran lemak susu dan mempunyai sifat antimikroba, dengan
cara mengikat bakteri dan virus serta segera mengeliminasi dari tubuh. Musin dapat
menghambat adhesi E.coli dan rotavirus. Disamping itu ASI mengandung enzim PAF-
hidrolase yang dapat memecah PAF yang berperan pada enterokolitis nekrotikans.
Lactadherin protein globule fat pada ASI dapat merusak membran pembungkus
virus. Kvistgaard dkk mendapatkan bahwa PAF-hidrolase dapat melindungi bayi dari
infeksi Rotavirus.
Leukosit (90% dari jumlah sel) di dalam ASI terutama terdiri dari makrofag (90%). Sel
makrofag ASI merupakan sel fagosit aktif sehingga dapat menghambat multiplikasi
bakteri pada infeksi mukosa usus. Selain sifat fagositik, sel makrofag juga memproduksi
lisozim, C3 dan C4, laktoferin, monokin seperti IL-1 serta enzim lainnya. Makrofag ASI
dapat mencegah enterokolitis nekrotikans pada bayi. Limfosit (10% dari jumlah sel) 50%
terdiri atas limfosit T dan 34% limfosit B. Fungsi limfosit untuk mensintesis antibodi IgA,
memberikan respons terhadap mitogen dengan cara berproliferasi, meningkatkan
interaksi makrofag – limfosit dan pelepasan mediator. Leukosit ASI dapat bertahan
terhadap perubahan pH, suhu dan osmolaritas, sama dengan yang terjadi pada binatang
bertahan selama seminggu pada orang utan dan domba.
Kegunaan faktor-faktor yang terkandung di dalam ASI tertera pada Tabel 1, 2, 3, dan 4.
Sumber : Omar Sazaly Aldy, et all. 2009. Dampak Proteksi Air Susu Ibu Terhadap Infeksi
Sari Pediatri, Vol. 11, No. 3, Oktober 2009
8. Bagaimana cara mengetahui status gizi seorang balita? (Menggunakan grafik KMS)
9. Apa saja manifestasi klinis dari scenario?
KEP berat terdiri dari tiga tipe, yaitu kwashiorkor, marasmus, dan marasmik-
kwashiorkor.
KWASHIORKOR
a. Kwashiorkor adalah keadaan yang diakibatkan oleh kekurangan makanan sumber
protein.
b. Tipe ini banyak dijumpai pada anak usia 1 sampai 3 tahun.
c. Gejala utama kwashiorkor adalah :
- Pertumbuhan Terhalang
- Badan Bengkak, Tangan, Kaki, Serta Wajah Tambak Sembab Dan Ototnya Kendur
- Wajah Tampak Bengong Dan Pandangan Kosong
- Tidak Aktif Dan Sering Menangis
- Rambut Menjadi Berwarna Lebih Terang Atau Coklat Tembaga
- Perut Buncit
- Kaki Kurus Dan Bengkok
- Karena Adanya Pembengkakan, Maka Tidak Terjadi Penurunan Berat Badan,
Tetapi Pertambahan Tinggi Terhambat
- Lingkar Kepala Mengalami Penurunan
- Serum Albumin Selalu Rendah, Bila Turun Sampai 2,5 Ml Atau Lebih Rendah,
Mulai Terjadi Pembengkakan (Budiyanto, 2002).
d. Gejala klinis kwashiorkor adalah :
- Penampilan anak seperti anak gemuk (sugar baby), tetapi bagian tubuh lain
terutama pantat terlihat atrofi
- Pertumbuhan tubuh mengalami gangguan yang ditunjukkan dengan nilai z- skor
indeks BB/U berada di bawah -2 SD
- pada tinggi badan anak juga mengalami keterlambatan
- Mental anak mengalami perubahan mencakup banyak menangis dan pada
stadium yang lanjut anak sangat apatis
- Penderita kwashiorkor diikuti dengan munculnya edema dan terkadang menjadi
asites
- Selain itu juga terjadi atrofi otot sehingga penderita terlihat lemah (Par’i, 2016).
- Pada penderita kwashiorkor mengalami gangguan sistem gastrointestinal, seperti
penderita menolak semua makanan sehingga kadang makanan harus melalui
sonde lambung
- Penderita kwashiorkor mudah mengalami kelainan kulit yang khas (crazy
pavement dermatosis), yaitu munculnya kelainan dimulai dari bintik-bintik merah
bercampur bercak, lama-kelamaan menghitam kemudian mengelupas. Kejadian
ini umumnya terjadi di punggung, pantat, dan sekitar vulva yang selalu
membasah karena keringat atau urin
- Pada hati terjadi pembesaran, terkadang batas pembesaran sampai ke pusar, hal
ini disebabkan karena sel-sel hati terisi lemak. Penderita kwashiorkor juga
menderita anemia. Albumin dan globulin serum sedikit menurun di bawah 2,
terkadag sampai 0
- Kadar kolesterol serum rendah, hal ini mungkin disebabkan karena asupan gizi
yang rendah atau terganggunya pembetukan kolesterol tubuh (Par’i, 2016).
MARASMUS
Marasmus adalah gejala kelaparan yang hebat karena makanan yang dikonsumsi tidak
menyediakan energi yang cukup untuk mempertahankan hidupnya sehingga badan menjadi
sangat kecil dan tinggal kulit pembalut tulang.
a. Marasmus biasanya terjadi pada bayi berusia setahun pertama. Hal ini terjadi apabila ibu
tidak dapat menyusui karena produksi ASI sangat rendah atau ibu memutuskan untuk
tidak menyusui bayinya.
- Kulit kering dan berlipat-lipat karena tidak ada jaringan lemak di bawah kulit
- Sering diare
MARASMUS-KWASHIORKOR
d. Kelainan rambut
12.
13.
14.
15. (Petunjuk Tatalaksanan Anak Gizi Buruk Buku I dan II 2011)
16.
2) penyebab tidak langsung, seperti pola asuh maka, ketersediaan pangan dalam keluarga
serta pelayanan kesehatan individu dan sanitasi lingkungan.
Faktor resiko gizi buruk meliputi :
a) Asupan makanan, kurangnya asupan makanan disebabkan oleh berbagai macam faktor,
antara lain yaitu pola makan yang salah
b) Satus sosial ekonomi, Balita dengan gizi buruk pada umumnya hidup dengan makanan
yang kurang bergizi, hal ini dapat disebabkan karena rendahnya ekonomi keluarga
sehingga pada akhirnya akan berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga
tersebut
c) ASI atau air susu ibu, hanya 14% ibu di Indonesia yang memberikan air susu ibu (ASI)
eksklusif kepada bayinya sampai usia enam bulan
d) Pendidikan Ibu, rendahnya pendidikan dapat mempengaruhi ketersediaan pangan
dalam keluarga
(Apriliyanti, Wahyuning Suci.2017.Perbedaan Antara Status Gizi Anak Usia 0-6 Bulan Yang Diberi Susu
Formula Dengan Anak Yang Diberi Asi Dan Susu Formula (Studi Di Kecamatan Kotaanyar Kabupaten
Probolinggo. Malang: Jawa Timur)
(Rahmawati, UA. 2019. Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (Mp-Asi) Dengan
Kejadian Kurang Energi Protein (Kep) Pada Anak Usia 12–24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sentolo Kabupaten Kulon Progo Tahun 2019. Kulon Progo: Yogyakarta)
20. Apa saja tatalaksana yang dilakukan? (diperinci)
(Petunjuk Tatalaksanan Anak Gizi Buruk Buku I dan II 2011)
TB Paru
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
(Fadia.2016.Manajemen Anak Gizi Buruk Tipe Marasmus dengan TB Paru . J Medula Unila Volume 6
Nomor 1)