Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis,
yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu
(Sarwono, 2008).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Sebagian besar ketuban pecah dini yang terjadi pada umur kehamilan diatas 37 minggu,
sedangkan pada umur kehamilan kurang 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah
dini merupakan masalah kontroversial obstetric dalam kaitannya dengan penyebabnya.
Pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya menyebabkan kemungkinan infeksi dalam
rahim, persalinan prematuritas yang akan meningkatkan kesakitan dan kematian ibu
maupun janinnya (Manuaba, 2009).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan di seluruh dunia lebih dari
585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Di Indonesia menurut Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003/2004 Angka Kematian Ibu (AKI)
masih cukup tinggi, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan data Dinas
Kesehatan Provinsi Jateng menyebutkan pada 2008 AKI mencapai 114,42/100.000
kelahiran hidup.
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Semarang jumlah kematian ibu
maternal di Kota Semarang pada tahun 2009 sebanyak 22 kasus dengan jumlah kelahiran
hidup sebanyak 25.739. Penyebab AKI terdiri dari penyebab langsung dan tidak
langsung,penyebab langsung dari AKI disebabkan oleh komplikasi pada masa
hamil,bersalin dan nifas atau kematian yang disebabkan oleh suatu tindakan atau berbagai
hal yang terjadi akibat-akibat tindakan tersebut yang dilakukan selama hamil, bersalin
dan nifas, seperti perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil (eklamsia), infeksi,
persalinan macet dan komplikasi keguguran. Beberapa komplikasi persalinan salah
satunya adalah persalinan lama. Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah
karena kondisi masyarakat, seperti pendidilkan, sosial ekonomi dan budaya (Dinkes
Jateng, 2009).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengambil judul
“Asuhan Kebidanan Pada Ny. Usia kehamilan minggu dengan Ketuban Pecah Dini di
Ruang VK Bersalin RSUD Dr.H.Moch Ansari Saleh Banjarmasin”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan pada Ny. umur kehamilan dengan Ketuban Pecah
Dini yang sesuai dengan keterampilan yang telah didapat di pendidikan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari ketuban pecah dini
b. Mengetahui etiologi dari ketuban pecah dini
c. Mengetahui gejala klinis ketuban pecah dini
d. Mengetahui patofisiologi ketuban pecah dini
e. Mengetahui penatalaksanaan ketuban pecah dini

C. Manfaat
1. Bagi Instansi Pendidikan
Menambah informasi bagi instansi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan
mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Mengetahui acuan pembelajaran untuk penatalaksanaan yang dilakukan di Ruang VK
bersalin RSUD Dr.H.Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
3. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa terutama mengenai asuhan
kebidanan pada Ny. dengan ketuban pecah dini.
4. Bagi Keluarga Pasien
Agar dapat mengetahui tanda dan gejala ketuban pecah dini dan dapat melakukan
penanganan dini.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda persalinan
(Manuaba, 2009). Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang
terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di mulai (Sarwono,2005).
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat
terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan
aterm. (saifudin,2002). Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya
kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan mambran disebabkan adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina serviks. (Sarwono Prawiroharjo, 2002). Ketuban pecah dini adalah
pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan primi kurang dari 3 cm dan
pada multipara kurang dari 5 cm. (Sarwono Prawirohardjo, 2005).
Selain itu, Ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput janin sebelum proses
persalinan dimulai (Protap Bagian/SMF Obgyn FK Unud/ RS Sanglah, 2004). KPD
dikelompokan menjadi dua, yaitu:
1. KPD saat preterm (KPDP) adalah KPD pada usia <37 minggu
2. KPD aterm adalah KPD pada usia 37 minggu keatas

B. Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina
dan serviks. Penyebab lainnya sebagai berikut:
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan
janin yang semakin besar (Manuaba, 2002).
2. Peningkatan tekanan intra uterin, bisa disebabkan oleh :
a. Trauma : hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b. Gameli
3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang
4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP
(sepalo pelvic disproporsi).
5. Infeksi yang menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk preteolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah. (Amnionitis/
Korioamnionitis).
6. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
7. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten
8. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
9. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan
morbiditas janin

C. Gejala Klinis
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau air seni. Alirannya tidak deras
keluar, kecuali bila ibu hamil dalam posisi berbaring. Bila ibu duduk atau berdiri,
kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat
kebocoran untuk sementara. Selain itu, juga karena tidak ada kontraksi yang
mendorong keluarnya cairan tersebut. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering
karena terus diproduksi sampai kelahiran. Untuk lebih memastikan bahwa itu adalah
air ketuban, dilakukan dengan tes ferning atau tes nitrazine. Demam, bercak vagina
yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-
tanda infeksi yang terjadi.
D. Patofisiologi
Ketuban pecah dini berhubungan dengan kelemahan menyeluruh membrane fetal
akibat kontraksi uteri dan peregangan berulang. Membran yang mengalami rupture
premature ini tampak memiliki defek fokal kelemahan menyeluruh. Daerah dekat
tempat pecahnya membrane ini disebut “ restricted zone of extreme altered
morphology” yang ditandai dengan adanya pembengkakan dan kerusakan jaringan
kolagen fibrilar pada lapisan kompakta, fibroblast maupun spongiosa. Daerah ini akan
muncul sebelum ketuban pecah dini dan merupakan daerah breakpoint awal.
Patogenesis terjadinya ketuban pecah dini secara singkat ialah akibat adanya
penurunan kandungan kolagen dalam membrane sehingga memicu terjadinya ketuban
pecah dini dan ketuban pecah dini preterm terutama pada pasien risiko tinggi.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung  sebagai berikut :
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
2. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan
mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

E. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan.
Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena
kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya
persalinan normal.
1. Persalinan prematur
2. Infeksi pada ibu dan anak
3. Hipoksia dan asfiksia
4. Syndrom deformitas janin

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboraturium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH
nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine
atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak
berubah warna, tetap kuning.
2. Nitrazin Tes Lakmus (tes), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah dan
infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
3. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
4. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya
infeksi pada komplikasi ibu dan janin serta adanya tanda-tanda persalinan.
1. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan Preterm
Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan preterm berupa penanganan
konservatif, antara lain :
a. Rawat di Rumah Sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu
dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan
kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu.
b. Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan
ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari).
c. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu dirawat di Rumah Sakit selama air
ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu. Sedian terdiri atas betametason 12 mg sehari dosis
tunggal selama 2 hari atau deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4
kali.
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa
(-), beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
g. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi.
h. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
2. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan Aterm
Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm berupa penanganan
aktif, antara lain:
a. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal lakukan seksio
sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 50 µg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalinan di
akhiri :
- bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika
tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesaria.
- bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUAHAN KEBIDANAN PADA NY “D” UMUR 19 TAHUN DENGAN
KETUBAN PECAH DINI
DI BPM HASMA

No. Register : xxx


Masuk Tgl/Jam : 31 Desember 2019 Jam : 16.00 wita
Ruang : Kamar Bersalin

A. Data Subjektif
1. Identitas

Istri Suami
Nama Ny. D Tn. H
Umur 19 Tahun 23 Tahun
Agama Islam Islam
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Pendidikan SMP SMP
Pekerjaan Pedagang Pedagang
Alamat Jl. Kelayan A Jl. Kelayan A
gg.Pepadaan gg.Pepadaan

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil 38 minggu keluar air air sejak pukul 21.00 wita.
3. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 17 tahun, dengan suami sekarang
sudah 2 tahun.
4. Riwayat Haid
a. Menarche umur : 12 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Teratur/ tidak : Teratur
d. Lamanya : 7 hari
e. Banyaknya : 3x ganti pembalut / hari
f. Disminorhoe : Tidak ada
g. HPHT : 02-04-2019
h. TP : 09-01-2020
5. Riwayat Obstetri
G1P0A0

Thn kehamilan Persalinan Bayi Pnylt Ket


Nifas
UK Pnylit UK Cara Tempat/ Pnylt B P JK Keadaaan
Penolong B B Nifas
Ini 38
mgg

6. Riwayat Keluarga Berencana


a. Jenis : Kb Pil
b. Lama : 1 tahun.
c. Masalah : Tidak ada
7. Riwayat Kesehatan
a. Ibu : Ibu tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti
DM, asma, jantung dan penyakit menular seperti hepatitis dan TBC.
b. Keluarga : Keluarga mengatakan tidak pernah menderta penyakit
keturunan seperti DM. asma , jantung dan juga tidak punya penyakit
menular seperti hepatitis dan TBC.
8. Riwayat Kehamilan Sekarang
Gravida 1 Para 0 Abortus 0 dengan ketuban pecah dini
a. ANC Trimester I
1) Frekuensi : 2x
2) Tempat : BPM
3) Umur kehamilan : 8 minggu
4) Imunisasi : Belum dilakukan
5) Pergerakan anak : Belum terasa
6) Keluhan : Mual
7) Nasehat : Makan makanan bergizi
8) Pengobatan : Vitamin C
b. ANC trimester II
1) Frekuensi : 2x
2) Tempat : BPM
3) Umur kehamilan : 16 minggu
4) Imunisasi : Belum dilakukan
5) Pergerakan anak : Terasa
6) Keluhan :-
7) Nasehat : Istirahat yang cukup
8) Pengobatan : Vit C, Kalk
c. ANC trimester III
1) Frekuensi : 3x
2) Tempat : BPM
3) Umur kehamilan : 28 minggu
4) Imunisasi : Belum dilakukan
5) Pergerakan anak : Terasa
6) Keluhan : Sakit pinggang
7) Nasehat : Istirahat yang cukup dan
hindari gerakan tiba-tiba
Pengobatan : Vit C, Kalc & FE
9. Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
- Jenis : Nasi, sayur, lauk-pauk
- Frekuensi : 3x sehari
- Porsi : 1 piring
- Pantangan : Tidak Ada
b. Eliminasi
BAB
- Frekuensi : 2x sehari
- Konsistensi : Lembek
- Warna : Coklat
- Masalah : Tidak ada

BAK
- Frekuensi : 4x sehari
- Warna : Kuning
- Bau : Bau khas urine
- Masalah : Tidak Ada
c. Personal Hygne
- Frekkuensi mandi : 3x Sehari
- Frekuensi gosok gigi :3x Sehari
- Frekuensi ganti pakaian : Sesuai kebutuhan
d. Aktifitas : Bejualan
e. Tidur dan istirahat :
- Siang hari : Pukul 14.00-16.00
- Malam hari : Pukul 21.00-05.00
- Masalah : Tidak ada
f. Pola seksual
- Masalah : Tidak ada
10. Data Psikososial dan Spiritual
a. Tanggapan ibu terhadap keadaan dirinya : Ibu senang dan
bahagia
b. Tanggapan ibu terhadap kehamilannya : Ibu senang dan
bahagia
c. Ketaatan ibu beribadah : Ibu sholat waktu
d. Pemecahan masalah dari ibu : Suami
e. Pengetahuan ibu terhadap kehamilannya : Ibu mendapatkan
pengetahuan tentang kehamilan dari bidan
f. Lingkungan yang berpengaruh
- Ibu tinggal bersama : Suami
- Hewan peliharaan : Tidak ada
g. Hubungan sosial ibu dengan mertua, orang tua, keluarga
h. Penentu pengambil keputusan dalam keluarga : Suami
i. Jumlah penghasilan keluarga : Mencukupi
j. Yang menanggung biaya ANC dan persalinan : Suami

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran umum : composmentis
c. Berat badan
- Sebelum hamil : 45 kg
- Sekarang : 55 kilo
d. Tinggi badan : 152 cm
e. LiLa : 24 cm
f. Tanda-tanda vital : TD :120/80 mmHg R: 28x/m
N: 88x/menit T: 36,7 C
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
- Kepala :Tampak bersih, tidak tampak ketombe, rambut tidak
rontok, pertumbuhan rambut merata, warna
rambut hitam
- Muka : Tidak tampak oedem, tidak pucat, dan tidak
tampak cloasma gravidarum
- Mata : Tampak simetris, konjungtiva tidak pucat,

sklera tidak kuning

- Telinga : Tampak simetris, tampak bersih, tidak


terdapat pengeluaran serumen
- Hidung : Tidak tampak pernapasan cuping hidung,
tidak ada polip, dan sekret
- Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada sariawan, tidak
ada karies pada gigi, lidah tampak bersih
- Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis dan
kelenjar tiroid
- Dada : Tampak simetris, tidak ada retraksi dada saat
inspirasi dan ekspirasi
- Mamae : Tampak simetris, terdapat hiperpigmentasi
pada areola, puting susu tidak menonjol
- Abdomen : Pembesaran perut sesuai dengan usia
kehamilan
- Tungkai : Tidak ada odem
- Genetalia : Tidak ada keputihan
b. Palapasi
- Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
dan vena jagularis
- Mamae : Tidak teraba benjolan abnormal, dan
kolostrum belum keluar
- Abdomen :
 Leopold I : TFU setinggi Prosexus hipoideus,
bagian fundus teraba bulat dan tidak
melenting.
 Leopold II : Pada perut ibu sebelah kanan
teraba keras (pungung kanan) dan pada perut
ibu sebelah kiri teraba lunak (ektremitas)
 Leopold III : bagian bawah perut ibu terasa
keras, dan bisa dilentingkan (kepala janin)
 Leopold IV : Konvergen, bagian terbawah janin
belum mamsuk PAP
- TFU : 28 cm
- TBJ : (28-12) x 155 = 2480 gram
c. Auskultasi
DJJ (+) terdengar jelas dan teratur , frekuensi 142x/menit.
d. Perkusi
- Refleks Patella : Kiri / Kanan, (+) / (+)
- Cek Ginjal : Kiri / Kanan, (-) / (-)
e. Pemeriksaan Pangul Luar
- Distansia Spinarum : 24 cm
- Distansa Cristarum : 27 cm
- Conjugata Eksterna : 18 cm
- Lingkar Panggu : 90 cm
3. Pemeriksaan penunjang
- HB : 11 gr %
- Albumin : (-)
- Reduksi : (-)

C. Analisa Data
1. Diagnosa Kebidanan : G1P0A0 Umur kehamilan 38 minggu
dengan ketuban pecah dini janin tunggal hidup.
2. Masalah : Khawatir
3. Kebutuhan : Konseling dan health education.
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
TD : 110/80 mmHg R: 21 x/menit
N: 70 x/ menit T: 36,2 C
Usia kehamilan ibu sekarang adalah dan taksiran partus dan keadaan janin
baik, DJJ (+) terdengar jelas dan teratur, Frekuensi DJJ 142x/menit, secara
keseluruhan keadaan ibu dan janin baik.
“ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan”
2. Menjelaskan kepada ibu penyebab kemungkinan keluhan yang ibu
rasakan, yaitu kerena ibu kelelahan dan kurang istirahat.
“ibu mengerti dengan penjelasan bidan”
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi yaitu :
a. Infus RL 18 tpm
b. Injeksi IV Ceftriaxone 10 mL 1-2 gram satu kali sehari untuk obat
antibiotik.
“ibu mengerti dengan penjelasan bidan”
4. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti
nasi, sayur-syuran (bayam, kangkung dan sawi), ikan, telur, hati ayam,
buah-buahan (pisang, jeruk,pepaya) dan susu.
“ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran bidan”
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup pada siang hari 2-3 jam dan
7-8 jam pada malam hari.
“ibu mengerti dan bersedia”
6. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan
a. Perdarahan pervaginam
b. Bengkak tangan atau wajah, pusing dan diikuti kejang
c. Gerakan janin berkurang
d. Pengelihatan kabur
e. Nyeri abdomen yang kuat
f. Sakit kepala yang hebat
“ibu mengerti tentang tanda-tanda bahaya kehamilan”
7. Menjelaskan tentang P4K, yaitu program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi :
a. Dimana rencana persalinan ibu
b. Siapa yang akan menolong dalam persalinan ibu
c. Siapa yang akan mendampingi dalam persalinan ibu
d. Alat transportasi apa yang ibu gunakan
e. Siapa pendonor ibu apabila dalam persalinan terjadi kegawatdaruratan
“ibu mengerti tentang P4K dan memiliki persiapann terhadap
persalinan”
8. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan seperti sering
mengganti celana dalam minimal 3x sehari.
“ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang di berikan”
9. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau
apabila ada keluhan
“ibu bersedia melakukan kunjungan ulang”
BAB IV

PEMBAHASAN

Secara klinis ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada
kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm. Penyebabnya bisa
karena inkompetensia serviks, peningkatan tekanan intra uterin, kelainan letak janin dan rahim
kemungkinan kesempitan panggul. Gejala klinisnya dapat berupa keluarnya cairan ketuban
merembes melalui vagina, aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau air seni,
alirannya tidak deras keluar. Komplikasi yang dapat di timbulkan adalah persalinan prematur,
infeksi ibu dan anak, hipoksia dan asfeksia. Penanganan yang dapat diberikan kepada pasien
yaitu memberikan obat-obatan farmakologi sesua dengan advis dokter.

Saat melakukan tinjauan kasusu pada tanggal 31 desember 2019 pada pasien dengan
Ny.D usia kehamilan 38 miggu yang datang dengan keluhan keluar air-air sejak pukul 21.00
wita. Dari hasil pemeriksaan yang saya lakukan pada tanggal 31 desember 2019 pada Ny.D yaitu
TD: keluar air-air dan tidak begitu deras, pasien didiagnosa mengalami ketuban pecah dini.

Asuhan yang telah diberikan kepada Ny.D usia kehamilan 38 minggu dengan ketuban
pecah dini sudah sesuai dengan teori yang ada. Asuhan tersebut seperti pemeriksaan tanda-tanda
vital pasien, memberiahu hasil pemeriksaan, menganjurkan ibu untuk istirahat yag cukup,
menganjurkan ibu untuk makan-makannan yang bergizi, memberikan terapi sesuai dengan advis
dokter yaitu : di Infus RL 18 tpm dan Injeksi IV Ceftriaxone 10 mL 1-2 gram satu kali sehari
untuk obat antibiotik.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
ketuban pecah dini adalah keluarnya air-air dari vagina sebelum proses persalinan
berlangsung. Penyebabnya bisa karena kelainann letak janin, kesempitan panggul dan
peningkatan tekanan didalam uterus. Gejalanya dapat berupa keluarnya cairan
ketuban merembes melalui vagina berbau amis. Komplikasi yang ditimbulkan yaitu
persalinan prematur, infeksi pada janin dan asfiksia. Penanganan yang dapat
diberikan kepada ibu yaitu memberikan obat-obatan farmakologi dengan advis
dokter.
Dari hasil pemeriksaan yang saya lakukan pada tanggal 31 desember 2019 pada
Ny. D pada pemeriksaan fisik terlihat pengeluaran cairan pada vagina. Pasien
didiagnosa mengalami ketuban pecah dini. Berdasarkan hasil pemeriksaan Ny.D
diberi tindakan seperti yang sudah dianjurkan sebelumnya serta memberikan terapi
sesuai dengan advis dokter.
Jadi asuhan yang diberikan kepada Ny.D usia kehamilan 38 minggu ketuban
pecah dini antara teori dan penatalaksanaan sudsh sesuai.
B. Saran
1. Bagi instansi pendidikan
Disarankan untuk pendidikan melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan tetap
memberikan asuhan yang tepat pada pasien dan sesuai kebutuhan pasien serta
meningkatkan pelayanan menjadi lebih baik sesuai protap yang diberikan.
2. Bagi tenaga kesehatan
Lebih meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan
menerapkannya dalam memberikan pelayanan.
3. Bagi mahasiswa
Dalam memberikan asuhan kebidanan diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan
ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan menerapkan dalam memberikan pelayanan.
4. Bagi keluarga pasien
Agar dapat mengetahui gejala asma sehingga dapat ditangani tepat waktu.

Anda mungkin juga menyukai