Anda di halaman 1dari 83

KAJIAN AKADEMIS

UNIT PELAYANAN TEKNIS DAERAH (UPTD)


PENGELOLA PERSAMPAHAN
KABUPATEN KAIMANA

PEMERINTAH KABUPATEN KAIMANA


2017

1
KATA PENGANTAR

Mengingat dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh pengelolaan sampah


memerlukan upaya-upaya khusus agar capaian akses layak sanitasi sebesar
100 persen di tahun 2019. Tantangan pembangunan di bidang persampahan
di Kabupaten Kaimana masih cukup besar mengingat beberapa hal yang
disebutkan dalam hasil studi EHRA tahun 2015, salah satunya adalah
Sampah yang dikumpulkan di TPS sebesar 68,40 persen dan 16,50 persen
Sampah tersebut langsung dibakar, selebihnya masih dibuang sembarangan
ke saluran air ataupun di tanah kosong, sungai dan pantai/laut.

Kebutuhan UPTD Persampahan yang bertindak sebagai satu lembaga yang


khusus secara operasional menangani pengelolaan sampah sehubungan
dengan tuntutan pemenuhan akses sanitasi 100 persen pada akhir tahun
2019. Kajian akademis ini akan menjelaskan relevansi dari kebutuhan
kelembagaan persampahan berikut gambaran kebutuhan SDM dan
pembiayaannya.

Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya Kajian Akademis ini
kami ucapkan banyak terima kasih. Semoga kontribusinya akan bermanfaat
bagi peningkatan pelayanan persampahan kepada masyarakat.

Kaimana, 2017
Penyusun,

_________________________

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR - i
DAFTAR ISI - ii
DAFTAR TABEL - iv
DAFTAR GAMBAR - vi

BAB I PENDAHULUAN - 1
1.1. Latar Belakang - 1
1.2. Dasar Hukum - 5
1.2. Tujuan – 6

BAB II KRITERIA PEMBANTUKAN UPTD - 7


2.1. Kegiatan Teknis Operasional Tertentu yang Akan Dilaksanakan - 7
2.1.1. Kegiatan yang merupakan pelaksanaan urusan yang menjadi -
kewenangan daerah - 7
2.1.2. Bukan merupakan kegiatan perumusan kebijakan - 9
2.1.3. Bukan merupakan kegiatan lintas perangkat daerah dan bukan
pembinaan kepada unit kerja lain - 10
2.1.4. Memerlukan arahan, pengaturan dan pembagian kerja,
pengawasan dan/atau pengambilan keputusan dalam
pelaksanannya - 12

2.2. Bentuk/Jenis Barang atau Jasa yang Disediakan Bagi masyarakat - 15


2.2.1. Barang/ Jasa Yang Diberikan Bersifat Konkrit dan Terukur
Baik barang/Jasa Kolektif Maupun Barang/jasa Individu - 15
2.2.2. Penyediaan Barang/jasa yang diperlukan secara terus menerus
- 44

2.3. Kontribusi dan Manfaat Langsung Dan Nyata Kepada Masyarakat


dan/atau Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan - 46
2.3.1. Layanan Kepada masyarakat Menjadi Lebih Dekat, Murah dan
Cepat - 47
2.3.2. Layanan Yang Diberikan UPTD Merupakan Layanan Pemerintah
Yang Dibutuhkan Oleh Masyarakat, Sehingga Apabila Tidak
Tersedia Akan Mengganggu Kehidupan Masyarakat atau
Penyelenggara Pemerintahan - 47
2.3.3. Layanan Yang Diberikan Belum Disediakan Oleh BUMN,
BUMD, Swasta atau penyedia lainnya - 48

2.4. Sumber Daya Pegawai, Pembiayaan, Sarana dan Prasarana - 48


2.4.1. Pegawai Yang Akan Ditempatkan Pada UPTD Tidak
Mengakibatkan Terganggunya Kinerja Unit-Unit Organisasi Lain
- 48
2.4.2. Tidak Menambah Pegawai Baru, baik PNS ataupun Honorer -
49
2.4.3. Belanja Pegawai dan Biaya Operasional Kantor Tidak
Mengurangi Belanja Publik - 50

ii
2.4.4. Tersedia Sarana dan Prasarana Kerja Berupa Kantor dan
Perlengkapannya - 50

2.5. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelaksanakan Tugas Keknis


Operasional - 52
2.6. Jabatan teknis yang tersedia sesuai tugas dan fungsi UPTD dan nama
pegawai (tenaga) teknis - 53

BAB III ANALISIS BEBAN KERJA - 54


3.1. Analsis Beban Kerja - 54
3.2. Analisis Kebutuhan SDM - 57

BAB IV ANALISIS RASIO BELANJA PEGAWAI - 69


4.1. Rasio Belanja Pegawai Dengan Belanja Langsung Rasio Belanja Barang
Dan Jasa dan/atau Belanja Modal - 69
4.2. Analisis Kebutuhan Biaya O/P - 71

BAB V PENUTUP – 74

LAMPIRAN - 75

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Lampiran C. Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum


dan Penataan Ruang - 8
Tabel 2. Lampiran K. Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup -
9
Tabel 3. Uraian Tugas dan fungsi Dinas induk dan Uraian tugas UPTD - 10
Tabel 4. Tugas dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang, dan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman –
11
Tabel 5. Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang, dan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman -
12
Tabel 6. Arahan Pengaturan Jabatan Berdasarkan Uraian Tugas - 13
Tabel 7. Pola Pewadahan - 17
Tabel 8. Kriteria Sarana Pewadahan - 17
Tabel 9. Label atau Tanda dan Warna Wadah Sampah - 18
Tabel 10. Karakteristik Wadah Sampah Menurut SNI 19-2454-2002 - 19
Tabel 11. Jenis Wadah, Kapasitas, Kemampuan Pelayanan, dan Umur Wadah
Sampah Menurut SNI 19-2454-2002 - 19
Tabel 12. Tata Cara Penempatan Wadah Kontainer Sampah - 21
Tabel 13. Pola Operasional Pengumpulan Sampah - 23
Tabel 14. Penentuan Kebutuhan Jumlah Alat Angkut - 30
Tabel 15. Klasifikasi Pembuangan Akhir - 38
Tabel 16. Komposisi Sampah di Kabupaten Kaimana - 45
Tabel 17. Pengukuran Laju Timbulan Sampah Permukiman - 46
Tabel 18. Jumlah Pegawai Keseluruhan Dinas Lingkungan Hidup - 49
Tabel 19. Sarana dan Prasarana Pengelolaa Sampah Eksisting – 50
Tabel 20. Belanja Peralatan Kerja Bidang Penanganan Persampahan TA. 2018 - 51
Tabel 21. Proyeksi Sarana dan Prasarana Sampah - 51
Tabel 22. Penambahan Sarana dan Prasarana Sampah - 52
Tabel 23. Jabatan teknis yang tersedia untuk pelayanan pengelolaan sampah di
Kabupaten Kaimana - 53
Tabel 24. Kebutuhan Personil Dalam Kegiatan Pengelolaan Persampahan - 55
Tabel 25. Hasil analisis Beban Kerja Jabatan pada UPTD Persampahan Kabupaten
Kaimana - 57
Tabel 26. Analisis Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM UPTD Pengelola
Persampahan Kabupaten Kaimana - 57

Tabel 27. Hasil Analisis Tambahan SDM yang Diperlukan untuk UPTD Pengelola
Persampahan Kabupaten Kaimana - 58
Tabel 28. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM Pengelola UPTD Pengelola
Persampahan Kabupaten Kaimana (Jabatan : Kepala UPTD) - 59
Tabel 29. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM Pengelola UPTD Pengelola
Persampahan Kabupaten Kaimana (Jabatan : Kepala Sub Bagian Tata
Usaha) - 60
Tabel 30. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM Pengelola UPTD Pengelola
Persampahan Kabupaten Kaimana (Jabatan : Koordintaor Pengelolaan
Sampah Wilayah Pelayanan) - 61
Tabel 31. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM Pengelola UPTD Pengelola
Persampahan Kabupaten Kaimana (Jabatan : Tenaga Perencana) - 62
Tabel 32. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM Pengelola UPTD Pengelola
Persampahan Kabupaten Kaimana (Jabatan : Tenaga Administrasi) - 63
Tabel 33. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM Pengelola UPTD Pengelola
Persampahan Kabupaten Kaimana (Jabatan : Tenaga Penyuluh) - 64

iv
Tabel 34. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM Pengelola UPTD Pengelola
Persampahan Kabupaten Kaimana (Jabatan : Tenaga Pengumpul) - 65
Tabel 35. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM Pengelola UPTD Pengelola
Persampahan Kabupaten Kaimana (Jabatan : Tenaga Pengangkut) - 66
Tabel 36. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM Pengelola UPTD Pengelola
Persampahan Kabupaten Kaimana (Jabatan : Tenaga Pengoperasian SPA) -
67
Tabel 37. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM Pengelola UPTD Pengelola
Persampahan Kabupaten Kaimana (Jabatan : Tenaga Pengoperasian TPA) -
68
Tabel 38. Anggaran Belanja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab.
Kaimana 2013-2016 - 69
Tabel 39. Persentase Anggaran Belanja pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kab. Kaimana 2013-2016 - 70
Tabel 40. Rasio Belanja Pegawai Tindak Langsung dan Belanja Pengawai Langsung
Terhadap Belanja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab.
Kaimana 2013-2016 - 70
Tabel 41. Anggaran Belanja Langsung Pegawai Setelah Terbentuk UPTD - 71
Tabel 42. Rencana Prakiraan Biaya OM Pengelolaan Sampah untuk Wilayah
Pelayanan Kabupaten Kaimana (Rp. 000,000) – 72
Tabel 43. Rencana Prakiraan Biaya dan OM Pengelolaan Sampah (OP/ton sampah)
untuk Wilayah Pelayanan Kabupaten Kaimana - 72

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Capaian Pembangunan Sanitasi Saat Ini – 2


Gambar 2. Susunan Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kimana
(sumber: Lampiran II Peraturan Bupati Kaimana Nomor 3 Tahun 2017) - 7
Gambar 3. Pola Pelayanaan (Sumber: Permen PU 03/2013) - 16
Gambar 4. Contoh Bahan dan Bentuk Wadah Sampah - 20
Gambar 5. Pola Operasional Pengumpulan Sampah - 23
Gambar 6. Pola Kontainer Angkat - 26
Gambar 7. Pengangkutan Dengan SCS Mekanis - 27
Gambar 8. Pengangkutan Dengan SCS Manual - 27
Gambar 9. Alat Angkut Sampah - 29
Gambar 10. Pewadahan Sampah di Perumahan - 41
Gambar 11. Pewadahan Sampah di Rumah Sakit - 41
Gambar 12. Pengangkutan Sampah - 41
Gambar 13. Penempatan Container di Pantai Bantemin - 42
Gambar 14. Penempatan Container di RT Krooy 1 dan 2 - 42
Gambar 15. Penempatan Container di Pasar Ikan - 42
Gambar 16. Penempatan Container di Pasar Sayur - 42
Gambar 17. Lokasi TPS Kontainer Kabupaten Kaimana - 43
Gambar 18. Skema Pengelolaan Sampah di Kabupaten Kaimana - 43
Gambar 19. Jalur Pengangkutan Sampah Kabupaten Kaimana - 44
Gambar 20. Komposisi sampah di Kabupaten Kaimana - 45
Gambar 21. Kebutuhan Biaya OM Pengelolaan Sampah untuk Wilayah Pelayanan
Kabupaten Kaimana - 72

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah permasalahan
sampah perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar
memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi
lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat. Pertambahan penduduk dan
perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan
karakteristik sampah yang semakin beragam. Pengelolaan sampah yang selama ini
belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan
lingkungan telah menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan
lingkungan.

Mengingat pada dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh pengelolaan sampah yang
tidak berwawasan lingkungan maka Pemerintah telah menetapkan Arah Kebijakan
pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 capaian
100 persen akses terhadap sanitasi (universal access). Arah kebijakan Pemerintah
tersebut menunjukkan bahwa sampai akhir tahun tersebut setiap masyarakat
Indonesia baik yang tinggal di perkotaan maupun kawasan perdesaan sudah memiliki
akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak tremasuk di dalamnya pelayanan terhadap
pengelolaan sampah.

Namun demikian, diterbitkannya Peraturan Presiden No. 185 Tahun 2014 tentang
Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi, ini mengingatkan bahwa penyediaan
air minum dan sanitasi masih mengalami berbagai kendala dan memang pada
kenyataannya pelayanan pengelolaan persampahan belum seluruhnya terlayani
dengan baik, kisaran capaian layanan pengelolaan persampahan saat ini baru
mencapai 86,73% itu artinya masih terdapat gap yang memerlukan upaya-upaya
khusus agar capaian akses layak sanitasi sebesar 100 persen di tahun 2019. Salah
satunya melalui pengembangan kelembagaan yang dibentuk khusus mengelolaa
pelayanan persampahan di daerah.

1
capaian akses target

100
90
80
70
60
50 86.73
40
62.14 58,85
30
20
10
0
air limbah persampahan drainase

Gambar 1. Capaian Pembangunan Sanitasi Saat Ini

Kabupaten Kaimana merupakan salah satu kabupaten yang terletak di wilayah


administrasi Provinsi Papua Barat dengan wilayah seluas 2.095 Km2 dan merupakan
Distrik kelima terbesar di Provinsi Papua Barat dengan jumlah penduduk 60.882 jiwa
(Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Kaimana, 2016). Dengan
karakterisitik wilayah yang demikian, Kabupaten Kaimana memiliki permasalahan
persampahan yang tidak jauh berbeda dengan permasalahan persampahan di
Kabupaten/Kota lain di Indonesia, seperti permasalahan: 1) kurangnya fasilitas
pengangkut sampah (mobil, motor roda 3, alat berat/excavator untuk dorong sampah
di TPA) 2) Sumber Daya Manusia terbatas, 3) Dana operasional terbatas, dan 4) masih
rendahnya kesadaran masyarakat membuang sampah pada tempatnya. Terakhir
disebutkan bahwa layanan persampahan Kabupaten Kaimana saat ini baru terlayani
sekitar 60%, artinya masih terdapat gap yang cukup besar untuk mencapai cakupan
layanan persampahan 90 persen pada tahun 2021, apalagi untuk mencapai cakupan
akses layak sanitasi sebesar 100 persen pada tahun 2019.

Visi Kabupaten Kaimana 2016-2021: “Pembangunan Berkelanjutan dalam


Mewujudkan Kaimana yang Mandiri, Sehat, Cerdas, Unggul, dan Sejahtera”.
Visi tersebut akan dijalankan dengan 5 (lima) Misi, yaitu:
1. Mewujudkan pendidikan berkualitas disertai penyediaan akses yang luas kepada
masyarakat;
2. Mewujudkan aksesibilitas yang luas bagi masyarakat terhadap fasilitas dan
pelayanan kesehatan bermutu;
3. Mewujudkan perekonomian daerah berbasis keunggulan komparatif SDA yang
dikelola secara berkelanjutan;
4. Mewujudkan tata kelola dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, dinamis
dan berpihak pada rakyat;

2
5. Mewujudkan pembangunan infrastruktur secara berkelanjutan dan menjawab
kebutuhan masyarakat.

Walaupun dalam Visi dan Misi tersebut tidak secara eksplisit tidak menyebutkan
tentang pengelolaan persampahan, namun demikian pengelolaan persampahan
sebagai pelayanan publik oleh pemerintah daerah merupakan wujud bagian dari tata
kelola dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, dinamis dan berpihak pada
rakyat sebagaimana disebutkan pada Misi-4 dan sebagai bagian mewujudkan
pembangunan infrastruktur secara berkelanjutan dan menjawab kebutuhan
masyarakat sebagaimana disebutkan pada Misi-5.

Pernyataan eksplisit tentang pelayanan pengelolaan persampahan Kabupaten Kaimana


sudah diatur pada dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Kaimana 2016
yang menyebutkan bahwa tujuan pelayanan pengelolaan persampahan di Kabupaten
Kaimana, adalah:
1. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat dalam bidang kebersihan,
pertamanan dan penataan ruang terbuka hijau.
2. Meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha serta berkaitan dengan
program kerja/proyek Kabupaten Kaimana Bersahaja menuju Kota Bandar
Madani.
3. Meningkatkan kesadaran dan ketaatan masyarakat berkaitan dengan hak dan
kewajiban selaku warga negara yaitu dalam hal pelunasan membayar retribusi
kebersihan.
4. Meningkatkan kerjasama dengan pihak swasta dalam pengolahan sampah, yang
telah di gagas maupun yang direncanakan secara realistik.

Tantangan pembangunan di bidang persampahan di Kabupaten Kaimana masih cukup


besar mengingat beberapa hal yang disebutkan dalam hasil studi EHRA tahun 2015
tantangan tersebut adalah:
1. 11,30 persen pengolahan sampah dilakukan secara setempat.
2. Frekuensi pengangkutan sampah menunjukkan angka 72,70 persen dengan
ketepatan baru mencapai 54,50 persen.
3. Praktik pemilahan sampah skala rumah tangga sebesar 9,80 persen.
4. Sampah yang dikumpulkan di TPS sebesar 68,40 persen dan 16,50 persen
Sampah tersebut langsung dibakar, selebihnya masih ada masyarakat yang
membuang sampah sembarangan, misalnya di saluran air ataupun di tanah
kosong, sungai dan pantai/laut.

3
5. Ketidaktersediaan ataupun minimnya sarana dan prasarana persampahan
menjadi salah satu penyebab penanganan sampah pada sebagaian wilayah
masih terabaikan,
6. Kemampuan, wawasan dan kesadaran masyarakat yang juga masih rendah
teruatama penerapan konsep 3R.

Upaya yang telah dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Kaimana terkait layanan
persampahan adalah dengan membentuk Seksi Kebersihan dan Pertamanan pada
Bidang Ciptakarya, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kaimana.
Seksi Kebersihan dan Pertamanan dipimpin pejabat eselon IV/a dan membawahi 2
(dua) Koordinator. Dengan bentuk kelembagaan Dinas saat ini, fungsi Regulator dan
Operator pengelolaan sampah belum dipisahkan satu dengan lainnya. Fungsi
kebijakan dan fungsi operasional persampahan masih berjalan secara bersamaan
sesuai dengan tugas dan fungsi dari Bidang Ciptakarya dan Seksi Kebersihan dan
Pertamanan.

Perubahan kelembagaan di daerah dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah


Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, menjadikan Pemerintah Daerah,
termasuk Pemerintah Kabupaten Kaimana perlu meninjau kembali infrastruktur
perangkat daerah yang telah dibentuk sebelumnya mejadi perangkat daerah dengan
bentukan yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016.

Melalui Peraturan Daerah Kabupaten Kaimana Nomor 4 Tahun 2016 tentang


Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah dan Peraturan Bupati Kaimana Nomor
3 Tahun 2017 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata
Kerja Dinas Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran
Kabupaten Kaimana telah dibentuk Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kaimana.
Sebagaimana pada Lampiran II Peraturan Bupati Kaimana Nomor 3 Tahun 2017 telah
ditetapkan Susunan Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kaimana. pada
Susunan Organisasi tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan sampah dan
kebersihan ditetapkan menjadi urusan pengelolaan persampahan berada pada Bidang
Penanganan Sampah dan Kebersihan Kota dan KSD. Bidang ini membawahi 2 (dua)
Seksi, yaitu Seksi Penanganan Persampahan dan Seksi Kebersihan dan Tata Kota.

Terkait dengan belum terpisahnya fungsi Regulator dan Operator pengelolaan sampah
di Kabupaten Kaimana, maka sesuai paradigma baru penataan kelembagaan
perangkat daerah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah dan Permendagri Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pedoman

4
Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah
menjadi penting untuk ditindaklajuti di Kabupaten Kaimana yaitu melalui pemisahan
secara tegas fungsi Regulator dan Operator pengelolaan sampah.

Peran Regulator adalah peran pemerintah daerah dalam menjamin terwujudnya


pelayanan yang efektif sedangkan peran Operator yaitu peran institusi yang
menjalankan fungsi pengoperasian dan pelayanan sehari-hari. Peran Regulator
memberikan dukungan sumber daya yang dibutuhkan Operator yang memungkinkan
pengelolaan pelayanan dapat dilaksanakan dengan lancar. Peran Operator adalah
menjalankan Tupoksi yang diberikan dan mempertanggungjawabkan atas pengelolaan
sarana. Untuk itu Operator menjalankan sistem manajemen internal.

Pemisahan secara tegas fungsi Regulator dan Operator pengelolaan sampah


dimaksudkan agar pelayanan pengelolaan sampah di Kabupaten Kaimana berjalan
secara efektif, optimal, dan terkonsentrasi pada satu lembaga yang khusus secara
operasional menangani pengelolaan sampah.

Kebutuhan UPTD Persampahan yang bertindak sebagai satu lembaga yang khusus
secara operasional menangani pengelolaan sampah juga terkait dengan permasalahan
persampahan itu sendiri di Kabupaten Kaimana. Hingga saat ini layanan pengelolaan
sampah hanya sekitar 60 persen. Minimnya layanan tersebut disebabkan masih
terbatasnya anggaran, prasarana dan sarana serta personil yang menangani sampah.

1.3. Dasar Hukum

Dasar hukum yang terkait erat dengan pembentukan kelembagaan dan peraturan
teknis pengelolaan persampahan di Kabupaten Kaimana, terdiri atas:
a. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah

b. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.


c. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antar Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
d. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.
f. Peraturan Presiden No. 185 Tahun 2014 Tentang Percepatan Penyediaan Air
Minum dan Sanitasi.
g. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 57 tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis
Penataan Organisasi Perangkat Daerah.

5
h. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 12 Tahun 2017 Tentang tentang Pedoman
Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah
i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan dalam penanganan
sampah Rumah Tangga dan sampah sejenis sampah Rumah Tangga.
j. Peraturan Daerah Kabupaten Kaimana Nomor 12 Tahun 2009 tentang Retribusi
Pelayanan Persampahan/Kebersihan (Lembaran Daerah Kabupaten Kaimana
Tahun 2009 Nomor 30);
k. Peraturan Daerah Kabupaten Kaimana Nomor 4 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Kaimana (Lembaran
Daerah Kabupaten Kaimana Tahun 2016 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Kaimana Nomor 3);

1.3. Tujuan
Tujuan dari penyusunan kajian akademis ini adalah sebagai dokumen pertimbangan
kebutuhan dalam pembentukan UPTD.

6
BAB II
KRITERIA PEMBANTUKAN UPTD

2.1. Kegiatan Teknis Operasional Tertentu yang Akan Dilaksanakan


2.1.1. Kegiatan yang Merupakan Pelaksanaan Urusan yang Menjadi Kewenangan
Daerah

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa Peraturan Bupati Bangka Nomor 48 Tahun


2019 telah menetapkan urusan pengelolaan air limbah domestik merupakan urusan
pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang tepatnya pada Seksi Infrastruktur
Linkungan Bidang Cipta Karya dan Jasa Konstruksi.

Gambar 2. Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (sumber:
Lampiran I Peraturan Bupati Bangka Nomor 48 Tahun 2019)

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mempunyai tugas membantu Bupati


melaksanakan. Membina. Mengoordinasikan, merumuskan dan menetapkan kebijakan
dalam penyelenggarakan Pemerintah Daerah pada urusan pekerjaan umum dan
penataan ruang, untuk menyelenggrakan tugas tersebut maka dinas pekerjaan umum
dan penataan ruang kabupaten Bangka mempunyai fungsi;
a. Perumusan kebijakan perncanaan, perencanaan pembinaan danbimbingan serta
perizinan pada urusan pekerjaa umum dan penataan ruang;
b. Penyelenggaraan perencanaan pengawasan dan pengendalian teknis di bidang bina
marga, cipta karya, pengairan, penataan ruang dan penyehatan lingkungan sesuai
peraturan/ktentuan yang berlaku

7
c. Penyelenggaran tata usaha dina
d. Penyelenggaraan dan pengevaluasian kegiatan di bidang perencanaan, bina marga,
cipta karya, pengairan, penataan ruang, penyehatan lingkungan untuk dijadikan
sebagai bahan pembuatan laporan
e. Penyelengaraan program dan kegiatan di bidang pekerjaan umum dan penataan
ruang
f. Penyenlenggaraan pembianaan pengawasan pengelolaan UPT; dan
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan urusan
pekerjaan umum dan penataan ruang
Adanya Seksi infrastruktur lingkungan mengharuskan adanya pengaturan
penanganan air limbah domestik yang harus diatur secara baik agar terjadi sinegri
bilamana UPTD Air Limbah Domestik Kabupaten Bangka dibentuk. Sudah tentu UPTD
Air Limbah Domestik Kabupaten Bangka akan bertindak sebagai lembaga operator
yang khusus menangani pengelolaan Air Limbah Domestik Kabupaten. Di sisi lain
Seksi Infrastruktur hanya berperan sebagai pembantu Bidang Cipta karya dan Bina
Konstruksi yaitu membantu tugas-tugas vertikal Kepala Dinas dalam perumusan
kebijakan teknis di bidang air limbah domestik; pelaksanaan kebijakan urusan
pemerintahan dan pelayanan umum di bidang air limbah domestik; dan pelaksanaan
evaluasi dan pelaporan dibidang lingkungan hidup.

UPTD Air Limbah Domestik Kabupaten Bangka yang akan dibentuk akan
melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional sub urusan air limbah domestik
sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah berada pada urusan pemerintahan bidang Bidang Bidang Penanganan Sampah
dan Kebersihan Kota dan KSD, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kaimana.

Pembagian Urusan Pemerintahan sub Bidang Persampahan diatur pada Lampiran C


dan Lampiran K Undang-undang No. 23 Tahun 2014, seperti diuraiakan pada tabel
berikut ini.

Tabel 1. Lampiran C. Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum dan


Penataan Ruang
PEMERINTAH DAERAH DAERAH
NO SUB BIDANG
PUSAT PROVINSI KABUPATEN/KOTA
3 Persampahan a. Penetapan Pengembangan Pengembangan
pengembangan sistem dan sistem pengelolaan
sistem pengelolaan persampahan dalam
pengelolaan persampahan daerah
persampahan regional Kabupaten/Kota
secara nasional
b. Pengembangan
sistem
pengelolaan

8
persampahan
lintas daerah
provinsi dan
sistem
pengelolaan
sampah untuk
kepentungan
strategis
nasional

Tabel 2. Lampiran K. Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup


PEMERINTAH DAERAH DAERAH
NO SUB BIDANG
PUSAT PROVINSI KABUPATEN/KOTA
11 Persampahan a. Penerbitan izin Penanganan a. Pengelolaan
insenerator sampah di sampah.
pengolah TPA/TPST b. Penerbitan izin
sampah menjadi regional pendaurulangan
energi listrik sampah/pengolahan
b. penerbitan izin sampah dan
pemanfaatan pemrosesan akhir
gas metana sampah yang
(landfill gas) diselenggarakan
untuk energy oleh swasta
listrik di tempat c. pembinaan dan
pemrosesesan pengawasan
akhir (TPA) pengelolaan sampah
regional oleh yang
pihak swasta diselenggarakan
c. pembinaan dan oleh pihak swasta.
pengawasan
penangan
sampah di
TPA/tempat
pengolahan
sampah terpadu
(TPST) regional
oleh pihak
swasta
d. Penetapan dan
pengawasan
tanggung jawab
produsen dalam
pengurangan
sampah.
e. Pembinaan dan
pengawasan
tanggung jawab
produsen dalam
pengurangan
sampah.

2.1.2. Bukan Merupakan Kegiatan Perumusan Kebijakan

9
Sebagaimana disampaikan di atas bahwa UPTD Persampahan Kabupaten Kaimana
akan bertindak sebagai lembaga operator yang khusus menangani pengelolaan
persampahan dan kebersihan Kabupaten. Tugas tersebut menurut ketentuan Pasal 26
ayat (1) dan ayat (2) adalah tugas melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau
kegiatan teknis penunjang serta Urusan Pemerintahan yang bersifat pelaksanaan dari
organisasi induknya yang pada prinsipnya tidak bersifat pembinaan serta tidak
berkaitan langsung dengan perumusan dan penetapan kebijakan daerah.

Memperhatikan Pasal 25 ayat (1) dan ayat (2) Permendagri Nomor 12 Tahun 2017
maka UPTD Persampahan yang akan dibentuk berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada kepala Dinas yang melingkupi kewenangan pengelolaan sampah. UPTD
Persampahan merupakan bagian dari Perangkat Daerah Kabupaten Kaimana.

Adapun uraian tugas dan fungsi antara Dinas induk dan UPTD sebagaimana pada
tabel berikut ini.

Tabel 3. Uraian Tugas dan fungsi Dinas induk dan Uraian tugas UPTD
Dinas UPTD
Tugas Membantu Bupati Melaksanakan kegiatan teknis
melaksanakan urusan operasional dan/ atau
pemerintahan daerah di kegiatan teknis penunjang di
bidang lingkungan hidup bidang pengelolaan sampah.
berdasarkan asas Otonomi
Daerah dan tugas
Pembantuan.
Fungsi Dinas dalam melaksanakan Dalam menjalankan tugas
tugas menyelenggarakan pokok tersebut UPTD
fungsi: menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan a. pelaksana penyusun
teknis di bidang rencana kebutuhan
lingkungan hidup; operasional pengelolaan
b. pelaksanaan kebijakan sampah
urusan pemerintahan dan b. pelaksana pelayanan dan
pelayanan umum di jasa pengangkutan
bidang lingkungan hidup; sampah, serta pemrosesan
c. pelaksanaan evaluasi dan akhir sampah
pelaporan dibidang c. pelaksana pemeliharaan
lingkungan hidup; sarana dan prasarana
d. pelaksanaan administrasi pelayanan persampahan
Dinas lingkungan hidup; d. pengawasan pemanfaatan
dan sarana dan prasarana
e. pelaksanaan tugas lain pelayanan persampahan
yang diberikan oleh Bupati e. pelaksana pendataan dan
sesuai dengan tugas dan pelaporan hasil
fungsinya. pelaksanaan operasi dan
pemeliharaan sarana dan
prasarana persampahan.
f. pelaksana administrasi
umum dan
kerumahtanggaan.
g. pelaksanaan tugas lain
yang diberikan oleh
Pimpinan sesuai dengan

10
tugas dan fungsinya.

2.1.3. Bukan Merupakan Kegiatan Lintas Perangkat Daerah dan Bukan


Pembinaan Kepada Unit Kerja Lain

UPTD Persampahan yang akan dibentuk merupakan UPTD yang mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang serta
Urusan Pemerintahan bidang persampahan yang bersifat pelaksanaan dari Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Kaimana.
UPTD Persampahan yang akan dibentuk berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada kepala Dinas Lingkungan Hidup dengan demikian UPTD Persampahan
merupakan bagian dari Perangkat Daerah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Kaimana.

Memperhatikan uraian tugas dan fungsi UPTD Persampahan sebagaimana disebutkan


di atas dan tugas dan fungsi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kaimana tersebut
maka dapat dikatakan bahwa layanan UPTD Persampahan tersebut bukan merupakan
kegiatan lintas perangkat daerah. Hal tersebut dapat dilihat pada tugas fungsi dan
struktur organisasi dinas yang melaksanakan urusan Bidang Pekerjaan Umum dan
Lingkungan Hidup maupun Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman,
sebagaimana diuraikan pada tabel berikut ini.

Tabel 4. Tugas dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang, dan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
Tugas
Dinas Pertanahan,
Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Lingkungan Hidup Perumahan dan
dan Penataan Ruang
Kawasan Permukiman
Fungsi
Tugas Membantu Bupati Membantu Bupati Membantu Bupati
melaksanakan urusan melaksanakan urusan melaksanakan urusan
pemerintahan daerah di pemerintahan daerah di pemerintahan daerah di
bidang lingkungan hidup bidang pekerjaaan umum bidang pertanahan,
berdasarkan asas Otonomi dan penataan ruang perumahan dan
Daerah dan tugas berdasarkan asas kawasan permukiman
Pembantuan. Otonomi Daerah dan berdasarkan asas
tugas Pembantuan. Otonomi Daerah dan
tugas Pembantuan.
Fungsi a. perumusan kebijakan a. perumusan kebijakan a. perumusan kebijakan
teknis di bidang teknis di bidang teknis di bidang
lingkungan hidup; pekerjaaan umum pertanahan,
b. pelaksanaan kebijakan dan penataan ruang; perumahan dan
urusan pemerintahan b. pelaksanaan kawasan
dan pelayanan umum kebijakan urusan permukiman;
di bidang lingkungan pemerintahan dan b. pelaksanaan
hidup; pelayanan umum di kebijakan urusan
c. pelaksanaan evaluasi pekerjaaan umum pemerintahan dan
dan pelaporan dan penataan ruang; pelayanan umum di
dibidang lingkungan c. pelaksanaan evaluasi bidang pertanahan,
hidup; dan pelaporan perumahan dan
d. pelaksanaan dibidang pekerjaaan kawasan
administrasi Dinas umum dan penataan permukiman;
lingkungan hidup; dan ruang; c. pelaksanaan evaluasi
e. pelaksanaan tugas lain d. pelaksanaan dan pelaporan

11
Tugas
Dinas Pertanahan,
Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Lingkungan Hidup Perumahan dan
dan Penataan Ruang
Kawasan Permukiman
Fungsi
yang diberikan oleh administrasi Dinas dibidang pertanahan,
Bupati sesuai dengan Pekerjaan Umum dan perumahan dan
tugas dan fungsinya. Penataan Ruang; dan kawasan
e. pelaksanaan tugas permukiman;
lain yang diberikan d. pelaksanaan
oleh Bupati sesuai administrasi Dinas
dengan tugas dan Pertanahan,
fungsinya. Perumahan dan
Kawasan
Permukiman; dan
e. pelaksanaan tugas
lain yang diberikan
oleh Bupati sesuai
dengan tugas dan
fungsinya.
Tabel 5. Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang, dan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
Dinas Pertanahan,
Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Lingkungan Hidup Perumahan dan
dan Penataan Ruang
Kawasan Permukiman
Struktur a. Kepala Dinas; a. Kepala Dinas; a. Kepala Dinas;
Organisasi b. Sekretariat: b. Sekretariat: b. Sekretariat:
1. Sub Bagian Umum 1. Sub Bagian Umum 1. Sub Bagian
dan Kepegawaian; dan Kepegawaian; Umum dan
dan dan Kepegawaian; dan
2. Sub Bagian 2. Sub Bagian 2. Sub Bagian
Perencanaan dan Perencanaan dan Perencanaan dan
Keuangan. Keuangan. Pelaporan; dan
c. Bidang Tata c. Bidang Pengairan: 3. Sub Bagian
Lingkungan: 1. Seksi Perencanaan Keuangan;
1. Seksi Perencanaan Teknis Pengairan; c. Bidang Pertanahan:
Lingkungan; 2. Seksi 1. Seksi
2. Seksi Amdal; dan Pembangunan, Penatagunaan,
3. Seksi Penanganan Pemeliharaan Data, dan
Persampahan dan Irigasi dan Informasi
Kebersihan. Drainase; dan Pertanahanan;
3. Seksi Air Bersih 2. Seksi Pengkajian
d. Bidang Pengendalian, d. Bidang Bina Marga: dan Penetapan
Pencemaran, Limbah 1. Seksi Perencanaan Perizinan
B3, dan Penegakan Teknis Bina Pertanahan; dan
Hukum: Marga; 3. Seksi Pengawasan
1. Seksi Pengendalian 2. Seksi Pemanfaatan dan
Pencemanran dan Pembangunan Penanganan
Pemulihan Jalan dan Masalah
Lingkungan; Jembatan; dan Pertanahan.
2. Seksi Monev Limbah 3. Seksi Peningkatan d. Bidang Perencanaan
B3; dan Pemeliharaan dan Bina Teknik:
3. Seksi Penegakan Jalan dan 1. Seksi Prasarana
Hukum;. Jembatan. Dasar;
e. Bidang Penanganan e. Bidang Cipta Karya: 2. Seksi Prasarana
Persampahan 1. Seksi Tata Ruang; Lingkungan; dan
Kebersihan Kota dan 2. Seksi Perencanaan 3. Seksi Bangunan
KSDA Masyarakat: Teknis Cipta Perumahan.
1. Seksi Penanganan Karya; dan e. Bidang
Persampahan; 3. Seksi Bangunan Pembangunan,
2. Seksi Kebersihan Gedung. Pemeliharaan, dan
dan Tata Kota; dan f. Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan
3. Seksi KSDA. g. Kelompok Jabatan Perumahan dan
f. Unit Pelaksana Teknis; Fungsional. Kawasan
g. Kelompok Jabatan Permukiman:
Fungsional. 1. Seksi Prasarana
Dasar;
2. Seksi Prasarana
Lingkungan; dan
3. Seksi Bangunan
Perumahan.

12
f. Unit Pelaksana
Teknis.
g. Kelompok Jabatan
Fungsional.

2.1.4. Memerlukan Arahan, Pengaturan dan Pembagian Kerja, Pengawasan


dan/atau Pengambilan Keputusan Dalam Pelaksanannya

Arahan, pengaturan dan pembagian kerja, pengawasan dan/atau pengambilan


keputusan dalam pelaksanannya pengarahannya dilakukan melalui indentifikasi
jabatan dan uraian tugas. Indentifikasi jabatan dan uraian tugas UPTD Persampahan
Kabupaten Kaimana dilakukan dengan mengacu pada Panduan Praktis Penataan
Kelembagaan sistem pengelolaan Persampahan (Kementerian PUPR, 2015). Pembagian
kerja dalam UPTD Persampahan Kabupaten Kaimana meliputi jabatan-jabatan utama
dan pendukung. Beberapa jabatan kemungkinan belum diperlukan pada saat
pembentukan UPTD Persampahan Kabupaten Kaimana. Adapun jabatan-jabatan
dimaksud sebagaimana diuraikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Arahan Pengaturan Jabatan Berdasarkan Uraian Tugas


JABATAN URAIAN TUGAS
Ka. UPTD  Mengkoordinasikan kegiatan perencanaan UPTD
 Mengkoordinasikan kegiatan operasional UPTD
 Memberikan pembinaan SDM UPTD
 Melakukan pengendalian dan evaluasi kegiatan
UPTD
 Mengkoordinasikan kegiatan penyusunan data,
informasi dan pelaporan UPTD
Ka. Subbgian Tata Usaha  Menyusun rencana program, kegiatan dan
anggaran tahunan
 Menyusun rencana bisnis (bagi UPTD PPK
BLUD/Perusahaan Daerah)
 Memberi masukan dan terlibat dalam penyusunan
perencanaan master plan, DED, AMDAL dan dokumen
perencanaan lainnya bersama regulator
 Melakukan perhitungan tariff retribusi sampah
 Melakukan pemeliharaan prasarana dan sarana
 Melakukan pengadaan prasarana dan sarana
 Meningkatkan kompetensi personil operator
pemrosesan sampah
 Melakukan pengadaan kebutuhan operasional alat
angkut dan alat berat
 Melakukan pengarsipan surat menyurat −
melakukan pengadministrasian keuangan dan
kepegawaian dan perlengkapan
 Mengumpulkan dan menyusun data kegiatan
pengelolaan sampah
 Menyajikan data, informasi dan pelaporan UPTD
Koordinator Pengumpulan  Merencanakan kegiatan pengumpulan
 Melakukan pengumpulan
 Melakukan kebersihan pada fasilitas umum
 Mengumpulkan dan menyusun data pengumpulan
 Melaporkan kegiatan pengangkutan kepada Kepala
UPTD

13
JABATAN URAIAN TUGAS
Koordinator Pengolahan dan  Merencanakan kegiatan pengolahan dan
Pengangkutan pengangkutan
 Melakukan pengolahan dan pengangkutan
sampah
 Mengoperasikan alat angkut dan alat berat
 Memelihara alat angkut dan alat berat
 Mengoperasikan Prasarana Sarana TPST, SPA
 Melaksankan pemeliharaan alat angkut dan alat
berat
 Melakukan pemeliharaaan Prasarana Sarana
TPST, SPA Mengumpulkan dan menyusun data
pengolahan dan pengangkutan
 Melaporkan kegiatan pengolahan dan
pengangkutan kepada Kepala UPTD
Koordinator Pemrosesan Akhir  Merencanakan kegiatan pemrosesan akhir
 Melaksanakan penimbangan dan pencatatan
sampah yang masuk ke TPA
 Melakukan pengadaan tanah penutup sel sampah
 Melaksanakan penutupan sampah secara rutin
sesuai SOP
 Melakukan pengaturan penempatan sampah di
TPA
 Pelaksanaan pengolahan leachate di TPA
 Melaksanakan pengendalian proses pengolahan di
TPA
 Melaksanakan pengelolaan gas metan
 Melaksanakan pemeliharaan rutin sarana dan
prasarana fasilitas TPA
 Mengumpulkan dan menyusun data pengolahan
dan pengangkutan
 Melaporkan kegiatan pengolahan dan
pengangkutan kepada Kepala UPTD
Kelompok jabatan fungsional  Menyusun dan/atau memberikan masukan pada
perencanaan UPTD
 Menyusun dan mensosialisasikan SOP
 Memberikan arahan operasional UPTD
 Membina dan melakukan penyuluhan (kampanye
dan edukasi) kelompok masyarakat
 Melakukan pengendalian dan pengawasan
terhadap kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan
persampahan sesuai SOP
 Menyusun dan/atau memberikan masukan data,
informasi dan pelaporan UPTD
Tenaga Perencana  Penyusunan rencana program/ kegiatan &
Anggaran
 Penyusunan perencanaan teknis pengelolaan
persampahan
Tenaga Administrasi  Pelaksanaan administrasi surat menyurat
 Pelaksanaan administrasi kepegawaian
 Penyusunan laporan kegiatan dan keuangan
Tenaga Penyuluhan  Sosialisasi/ kampanye pemilahan sampah, serta
3R
 Pendataan dan pembinaan kegiatan pemilahan
yang berbasis masyarakat
Tenaga Pengumpulan sampah  Perencanaan dan penyediaan kebutuhan sarana
pewadahan sampah di tempat umum
 Pemeliharaan sarana pewadahan sampah di
tempat umum
 Pembagian wilayah pelayanan pengumpulan dan
penyediaan sarananya

14
JABATAN URAIAN TUGAS
 Perencanaan dan Penyediaan alat pengumpul
sampah (gerobak, motor sampah)
 Penyusunan kebutuhan dan pengawasan petugas
gerobak sampah dan penyapu jalan, taman fasilitas
umum
 Koordinasi dan pengawasan pengumpulan yang
dilakukan pengelola kawasan
 pemeliharaan alat pengumpul sampah (gerobak,
motor sampah)
 Penyusunan kebutuhan prasarana penampungan
sementara (TPS/ TPS 3R)
 Pemeliharaan prasarana penampungan sementara
(TPS/ TPS 3R)
 Pengaturan dan pengawasan kegiatan pemilahan/
pencacahan & pengomposan di TPS/ TPS 3R
 Pengaturan kendaraan angkut yang keluar &
masuk di TPS/ TPS 3R

2.2. Bentuk/Jenis Barang atau Jasa yang Disediakan Bagi masyarakat


2.2.1. Barang/ Jasa yang Diberikan Bersifat Konkrit dan Terukur Baik
Barang/Jasa Kolektif Maupun Barang/Jasa Individu

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menyebutkan


bahwa pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Sedangkan
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, menyebutkan bahwa
pengelolaan sampah ini bertujuan untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan
hidup.

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan


Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga bahwa
penyelenggaraan pengelolaan sampah yang nantinya akan menjadi tugas teknis
operasional dari UPTD Persampahan meliputi kegiatan: a) pengurangan sampah; dan
b) penanganan sampah.

Pengurangan sampah meliputi:


a. pembatasan timbulan sampah;
b. pendauran ulang sampah; dan/atau
c. pemanfaatan kembali sampah.

Penanganan sampah meliputi kegiatan:


a. pemilahan;
b. pengumpulan;
c. pengangkutan;

15
d. pengolahan; dan
e. pemrosesan akhir sampah.

Gambar 3. Pola Pelayanaan (Sumber: Permen PU 03/2013)

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan


Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga menyebutkan bahwa:

A. Kegiatan Teknis Pemilahan


Pemilahan dilakukan melalui kegiatan pengelompokan sampah menjadi paling sedikit
5 (lima) jenis sampah yang terdiri atas:
a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan
berbahaya dan beracun;
b. sampah yang mudah terurai;
c. sampah yang dapat digunakan kembali;
d. sampah yang dapat didaur ulang; dan
e. sampah lainnya.

B. Kegiatan Teknis Pewadahan


Pewadahan sampah adalah kegiatan menampung sampah sementara sebelum sampah
dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dilakukan pemrosesan akhir sampah di
TPA. Tujuan utama dari pewadahan adalah :
1) Untuk menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga tidak berdampak
buruk kepada kesehatan, kebersihan lingkungan dan estetika.
2) Memudahkan proses pengumpulan sampah dan tidak membahayakan petugas
pengumpul sampah.

16
B.1. Pola Pewadahan
Pola pewadahan terbagi menjadi 1) Pewadahan Individual dan 2) Pewadahan Komunal,
dengan masing-masing rincian peruntukan pola pewadahan sebagai berikut:

Tabel 7. Pola Pewadahan


No. Pola Pewadahan
1 Pewadahan Individual Diperuntukan bagi daerah permukiman
tinggi dan daerah komersial
2 Pewadahan Komunal Diperuntukan bagi daerah permukiman
sedang/kumuh, taman Kota dan pasar.
Sumber : Permen PU No 03 Tahun 2013

B.2. Kriteria Sarana Pewadahan


Kriteria Sarana Pewadahan meliputi kriteria 1) Pemilihan sarana pewadahan, 2)
Kriteria sarana pewadahan pola individualdan 3) Persyaratan sarana pewadahan.
Rincian masing-masing kriteria perwadahan adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Kriteria Sarana Pewadahan


No. Kriteria Sarana Pewadahan
1 Pemilihan sarana pewadahan  Volume sampah
 Jenis sampah
 Penempatan
 Jadwal pengumpulan
 Jenis sarana pengumpulan dan pengangkutan
2 Kriteria sarana pewadahan  Kedap air dan udara
pola individual  Mudah dibersihkan
 Ringan dan mudah diangkat
 Bentuk dan warna estetis
 Memiliki tutup supaya higienis
 Mudah diperoleh
 Volume perwadahan untuk sampah yang dapat
digunakan ulang, untuk sampah yang dapat
didaur ulang, dan untuk sampah lainnya
minimal 3 hari serta 1 hari untuk sampah
mudah terurai
3 Persyaratan sarana  Jumlah sarana harus sesuai dengan jenis
pewadahan pengelompokan sampah
 Diberi label atau tanda
 Dibedakan berdasarkan warna bahan dan
bentuk
Sumber : Permen PU No 03 Tahun 2013

B.3. Persyaratan Sarana Pewadahan


Seperti halnya persyaratan sarana pemilahan dan persyaratan sarana pewadahan
didasarkan pada:
a. volume sampah;
b. jenis sampah;
c. penempatan;

17
d. jadwal pengumpulan; dan
e. jenis sarana pengumpulan dan pengangkutan.

Sarana pewadahan harus:


a. diberi label atau tanda;
b. dibedakan bahan, bentuk dan/atau warna wadah; dan
c. menggunakan wadah yang tertutup.

B.4. Label dan Warna Wadah


Label atau tanda dan warna wadah sampah dapat digunakan seperti pada tabel
berikut ini :

Tabel 8. Label atau Tanda dan Warna Wadah Sampah

Sumber : Permen PU
No 03 Tahun 2013

B.5. Kriteria
Wadah
Sampah
Kriteria wadah
sampah diuraikan
dalam SNI No 19-
2454-2002 tentang
Tata Cara Teknik
Operasional
Pengelolaan Sampah
Perkotaan adalah
sebagai berikut:
a. Tidak mudah rusak dan kedap air;
b. Ekonomis dan mudah diperoleh/dibuat oleh masyarakat; dan
c. Mudah dikosongkan.

Karakteristik wadah sampah yaitu bentuk, sifat, bahan, volume, dan pengadaan
wadah sampah untuk masing-masing pola pewadahan sampah dapat dilihat pada
tabel berikut ini:

Tabel 10. Karakteristik Wadah Sampah Menurut SNI 19-2454-2002


No. Karateristik Pola Pewadahan Individual Pola Pewadahan Komunal
Wadah
1 Bentuk Kotak,silinder,kontainer,bin Kotak,silinder,kontainer,bin

18
(tong yang tertutup),kantong (tong) yang bertutup
plastik
2 Sifat Ringan, mudah dipindahkan Ringan, mudah dipindahkan
dan dikosongkan dan dikosongkan
3 Bahan Logam, plastic, fiberglass, kayu, Logam, plastic, fiberglass,
bambu, rotan kayu, bambu, rotan
4 Volume Pribadi,instansi,pengelola Instansi,pengelola
5 Pengadaan Pribadi, instansi, pengelola Instansi, pengelola
Sumber : Permen PU No 03 Tahun 2013

Kriteria jenis wadah, kapasitas, kemampuan pelayanan, dan umur wadah menurut
SNI 19-2454-2002 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 11. Jenis Wadah, Kapasitas, Kemampuan Pelayanan, dan Umur Wadah
Sampah Menurut SNI 19-2454-2002
Jenis Kapasitas Pelayanan Umur Kontaner Keterangan
Kontainer
Kantong (10-40 L) 1 KK (2-3) hari
Bin 40 L 1 KK (2-3) tahun
Bin 120 L 1 KK(2-3) KK (2-3) tahun
Bin 240 L (4-6) KK (2-3) tahun
Kontainer 1000 L 80 KK (2-3) tahun Komunal
Kontainer 500 L 40 KK (2-3) tahun Komunal
Bin (30-40 L) Pejalan kaki, (2-3) tahun
taman
Sumber : Permen PU No 03 Tahun 2013

Gambar contoh bahan dan bentuk wadah sampah dapat dilihat pada gambar berikut
ini:

Gambar 4. Contoh Bahan dan Bentuk Wadah Sampah

B.6. Persyaratan Wadah Sampah Terpilah


Pemilahan sampah di sumbernya merupakan cara yang paling efektif guna mereduksi
volume dan memanfaatkan kembali sampah. Dalam hal ini sampah yang masih

19
memiliki nilai ekonomis dipilah berdasarkan jenisnya dari sampah organik yang
mudah membusuk. Sampah yang telah dipilah selanjutnya dapat digunakan kembali
secara langsung (reuse), diolah lebih lanjut, atau dijual kepada pihak pemanfaat.
Dalam hal pemilahan sampah telah dilakukan oleh masyarakat, maka wadah komunal
sebaiknya dibedakan berdasarkan jenis sampah yang dipilah.

Cara pengangkutan/pengambilan wadah dapat dilakukan secara manual dan


mekanis. Ukuran dan bentuk wadah harus disesuaikan dengan kondisi alat
pengangkutan/ pengambilnya. Jika pengangkutan secara manual maka ukuran dan
bentuk wadah harus disesuaikan dengan kemampuan orang yang akan
mengangkatnya. Sedangkan jika pengangkutan dilakukan secara mekanis maka
ukuran dan bentuk wadah harus disesuaikan dengan spesifikasi teknis kendaraan
pengangkutnya.

B.7. Perencanaan Pewadahan


 Kebutuhan data perencanaan
Data yang diperlukan dalam perencanaan adalah sebagai berikut:
a) Peta penyebaran rumah
b) Luas daerah yang dikelola
c) Jumlah penduduk berdasarkan klasifikasi pendapatan tinggi, menengah, dan
rendah
d) Jumlah rumah berdasarkan tipe
e) Besaran timbulan sampah per hari
f) Jumlah bangunan fasilitas umum
g) Kondisi jalan (panjang, lebar, dan kondisi fisik)
h) Kondisi topografi dan lingkungan
i) Ketersediaan lahan untuk lokasi TPS dan daur ulang sampah skala
lingkungan
j) Karakteristik sampah

Ukuran volume pewadahan ditentukan berdasarkan:


a) Jumlah penghuni tiap rumah
b) Tingkat kehidupan masyarakat
c) Frekuensi pengambilan/pengumpulan sampah
d) Cara pengambilan sampah (manual atau mekanik)
e) Sistem pelayanan (individual atau komunal)
f) Sumber sampah besar (hotel, restoran) boleh di belakang dengan alasan
estetika dan kesehatan, dengan syarat menjamin kemudahan diambil.

20
Walaupun berfungsi sebagai tempat penyimpanan sampah yang hanya bersifat
sementara, akan tetapi harus disediakan sarana pewadahan yang sesuai dengan
volume yang ada. Pola pewadahan sampah dibedakan atas wadah individu dan
wadah komunal.

B.8. Perencanaan Penempatan Pewadahan Sampah


Lokasi wadah harus diusahakan di tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan
pengangkutnya seperti di depan dan belakang pekarangan rumah, tepi trotoar jalan,
dan sebagainya.

Penempatan kontainer ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu jenis perumahan,


fasilitas pertokoan atau industri, ruang yang tersedia, akses untuk kegiatan
pengumpulan/pengangkutan. Penempatan kontainer di daerah pertokoan dan industri
ditetapkan berdasarkan ruang yang tersedia dan faktor kemudahan pengumpulan.
Bilamana pelayanan pengumpulan bukan merupakan tanggung jawab pengelola
bangunan, maka jenis kontainer dan lokasi penempatannya ditentukan bersama oleh
pihak swasta yang menangani pengumpulan sampah dan pengelola bangunan.

SNI No 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah


Perkotaan menyebutkan bahwa penempatan wadah kontainer sampah sebaiknya:

Tabel 12. Tata Cara Penempatan Wadah Kontainer Sampah


Kontainer Individual Kontainer Komunal
 Di halaman muka (tidak diluar pagar  Tidak mengambil lahan trotoar (kecuali
 Di halaman belakang (untuk sumber container pejalan kaki)
sampah dari hotel dan restaurant  Tidak di pinggir jalan protocol
 Tidak sedekat mungkin dengan sumber
sampah
 Di tepi jalan besar, pada lokasi yang
mudah untuk pengoperasiannya
Sumber: SNI 19-2454-2002 2.

C. Persyaratan Teknis Pengumpulan


C.1. Metoda Pengumpulan
Kegiatan Pengumpulan sampah dilakukan oleh pengelola kawasan permukiman,
kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas
sosial dan fasilitas lainnya serta pemerintah kabupaten/kota. Pada saat pengumpulan,
sampah yang sudah terpilah tidak diperkenankan dicampur kembali. Pengumpulan
didasarkan atas jenis sampah yang dipilah dapat dilakukan melalui :
a. Pengaturan jadwal pengumpulan sesuai dengan jenis sampah terpilah dan sumber
sampah;

21
b. Penyediaan sarana pengumpul sampah terpilah.

Pengumpulan sampah dari sumber sampah dilakukan sebagai berikut :


1. Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak atau motor dengan bak
terbuka atau mobil bak terbuka bersekat dikerjakan sebagai berikut:
a) Pengumpulan sampah dari sumbernya minimal 2(dua) hari sekali.
b) Masing-masing jenis sampah dimasukan ke masing-masing bak di dalam alat
pengumpul atau atur jadwal pengumpulan sesuai dengan jenis sampah
terpilah.
c) Sampah dipindahkan sesuai dengan jenisnya ke TPS atau TPS 3R.

2. Pengumpulan sampah dengan gerobak atau motor dengan bak terbuka atau mobil
bak terbuka tanpa sekat dikerjakan sebagai berikut :
a) Pengumpulan sampah yang mudah terurai dari sumbernya minimal 2 (dua)
hari sekali lalu diangkut ke TPS atau TPS 3R.
b) Pengumpulan sampah yang mengandung bahan B3 dan limbah B3, sampah
guna ulang, sampah daur ulang, dan sampai lainnya sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan dan dapat dilakukan lebih dari 3 hari sekali oleh petugas
RT atau RW atau oleh pihak swasta.

C.2. Pola Pengumpulan


Terdapat lima pola pengumpulan sampah yaitu :
1. Pola individual tidak langsung
2. Pola individual langsung
3. Pola komunal langsung
4. Pola komunal tidak langsung
5. Pola penyapuan jalan

Diagram pola pengumpulan sampah seperti pada gambar berikut ini :

22
Keterangan :

Gambar 5. Pola Operasional Pengumpulan Sampah

Tabel 13. Pola Operasional Pengumpulan Sampah


No Pola Pengumpulan Persyaratan
1 Pola individual langsung  Kondisi topografi bergelombang dengan
kemiringan 15-40% hanya alat pengumpul mesin
yang dapat beroperasi
 Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak
mengganggu pemakai jalannya
 Kondisi dan jumlah alat memadai
 Jumlah timbunan sampah >0,3 m3/hari
 Bagi penghuni yang berlokasi di jalan protokol
2 Pola individual tidak langsung  Untuk daerah yang partisipasi masyarakatnya
pasif
 Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia
 Kondisi topografi relative datar kemiringan <5%
 Alat pengumpul masih dapat menjangkau secara
langsung
 Kondisi lebar gang dapat dilalui alat pengumpul
tanpa mengganggu pemakai jalan lainnya
 Ada organisasi pengumpulsamaph
3 Pola kemunal langsung  Alat angkut terbatas
 Kemampuan pengendalian personil dan peralatan
relative rendah
 Alat pengumpul sulit menjangkau sumber
sampah
 Peran masyarakat tinggi

23
No Pola Pengumpulan Persyaratan
 Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan
kebutuhan dan lokasi yang mudah dijangkau
oleh alat pengangkut
 Pemukiman tidak teratur
4 Pola kemunal tidak langsung  Peran masrakatan tinggi
 Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan
kebutuhan dan lokasi yang mudah dijangkau
oleh alat pengumpul
 Lahan lokasi pemindahan tersedia
 Untuk lokasi dengan kemiringan rata-rata < dari
5% dan > dari 5%
 Kondisi lebar gang dapat dilalui alat pengumpul
tanpa mengganggu pemakai jalan lainnya
 Ada organisasi pengumpul sampah
5 Pola penyapuan jalan  Juru sapu harus mengetahui cara penyapuan
untuk setiap daerah pelayanan
 Penanganan penyapuan jalan untuk setiap
daerah berbeda tergantung pada fungsi dan nilai
daerah yang dilayani
 Pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan
diangkut ke lokasi pemindahan untuk kemudian
diangkut ke TPA
 Pengendalian personel dan peralatan harus baik

C.3. Prasarana dan Sarana Pengumpulan


1. Jenis dan volume sarana pengumpulan harus :
a. Disesuaikan dengan kondisi setempat Dilakukan dengan jadwal
pengumpulan yang ditetapkan
b. Memenuhi ketentuan dan pedoman yang berlaku dengan memperhatikan
sistem pelayanan persampahan yang telah tersedia.

2. Jenis sarana pengumpulan terdiri dari :


a. TPS
b. TPS 3R
c. Alat pengumpul untuk sampah terpilah

C.4. Perencanaan Operasional Pengumpulan


1. Ritasi antara 1 sampai dengan 4 kali per hari
2. Periodisasi 1 hari, 2 hari atau maksimal 3 kali sehari tergantung dari kondisi
sampah yaitu:
a. semakin besar persentasi sampah yang mudah terurai, periodisasi
pengumpulan sampah menjadi setiap hari
b. untuk sampah guna ulang dan sampah daur ulang, periode pengumpulannya
disesuaikan dengan jadwal yang telah ditentukan. Dapat dilakukan 3 hari
sekali atau lebih
c. untuk sampah yang mengandung bahan B3 dan limbah B3 serta sampah
lainnya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

24
3. Mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap
4. Mempunyai petugas pelaksanaan yang tetap dan dipindahkan secara periodik
5. Pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah sampah
terangkut, jarak tempuh dan kondisi daerah

D. Persyaratan Teknis Pemindahan dan Pengangkutan


Pemindahan dan pengangkutan sampah dimaksudkan sebagai kegiatan operasi yang
dimulai dari titik pengumpulan terakhir dari suatu siklus pengumpulan sampai ke
TPA atau TPST pada pengumpulan dengan pola individual langsung atau dari tempat
pemindahan/penampungan sementara (TPS, TPS 3R, SPA) atau tempat penampungan
komunal sampai ke tempat pengolahan/pembuangan akhir (TPA/TPST). Metoda
pengangkutan serta peralatan yang akan dipakai tergantung dari pola pengumpulan
yang dipergunakan.

Berdasarkan atas operasional pengelolaan sampah, maka pemindahan dan


pengangkutan sampah merupakan tanggung jawab dari pemerintah kota atau
kabupaten. Sedangkan pelaksana adalah pengelola kebersihan dalam suatu kawasan
atau wilayah, badan usaha dan kemitraan. Sangat tergantung dari struktur organisasi
di wilayah yang bersangkutan.

D.1. Metoda Pemindahan dan Pengangkutan


Pada saat pemindahan dan pengangkutan sampah yang sudah terpilah tidak
diperkenankan dicampur kembali. Pemindahan dan pengangkutan didasarkan atas
jenis sampah yang dipilah dapat dilakukan melalui :
1. Pengaturan jadwal pemindahan dan pengangkutan sesuai dengan jenis sampah
terpilah dan sumber sampah;
2. Penyediaan sarana pemindahan dan pengangkut sampah terpilah.

Kegiatan pengangkutan sampah harus mempertimbangkan :


1. Pola pengangkutan
2. Jenis peralatan atau sarana pengangkutan
3. Rute pengangkutan
4. Operasional pengangkutan
5. Aspek pembiayaan.

D.2. Pola Pengangkutan


Pola pengangkutan sampah dapat dilakukan berdasarkan sistem pengumpulan
sampah. Jika pengumpulan dan pengangkutan sampah menggunakan sistem

25
pemindahan (TPS/TPS 3R) atau sistem tidak langsung, proses pengangkutannya dapat
menggunakan sistem kontainer angkat (Hauled Kontainer System=HCS) ataupun
sistem kontainer tetap (Stationary Kontainer System=SCS). Sistem kontainer tetap
dapat dilakukan secara mekanis maupun manual. Sistem mekanis menggunakan
compactor truck dan kontainer yang kompetibel dengan jenis truknya.

Sedangkan sistem manual menggunakan tenaga kerja dan kontainer dapat berupa bak
sampah atau jenis penampungan lainnya.
1. Sistem Kontainer Angkat (Hauled Container System = HCS)
Untuk pengumpulan sampah dengan sistem kontainer angkat, pola pengangkutan
yang digunakan dengan sistem pengosongan kontainer dapat dilihat pada gambar
berikut ini:

Gambar 6. Pola Kontainer Angkat

Proses pengangkutan:
1) Kendaraan dari poll dengan membawa kontainer kosong menuju lokasi kontainer
isi untuk mengganti atau mengambil dan langsung membawanya ke TPA.
2) Kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA menuju kontainer isi
berikutnya.
3) Demikian seterusnya sampai rit terakhir.

2. Sistem Pengakutan dengan Kontainer Tetap (Stationary Container System=SCS)


Sistem ini biasanya digunakan untuk kontainer kecil serta alat angkut berupa truk
kompaktor secara mekanis atau manual seperti pada gambar berikut ini :

26
Gambar 7. Pengangkutan Dengan SCS Mekanis

Gambar 8. Pengangkutan Dengan SCS Manual

Pengakutan dengan SCS mekanis yaitu :


1) Kendaraan dari pool menuju kontainer pertama, sampah dituangkan kedalam truk
kompaktor dan meletakkan kembali kontainer yang kosong.
2) Kendaraan menuju kontainer berikutnya sampai truk penuh untuk kemudian
menuju TPA.
a. Demikian seterusnya sampai rit terakhir.

Pengangkutan dengan SCS manual yaitu :


1) Kendaraan dari poll menuju TPS pertama, sampah dimuat ke dalam truk
kompaktor atau truk biasa.
2) Kendaraan menuju TPS berikutnya sampai truk penuh untuk kemudian menuju
TPA.
3) Demikian seterusnya sampai rit terakhir.

27
D.3. Perencanaan Penentuan Sarana Pengangkutan
Peralatan dan perlengkapan untuk sarana pengangkutan sampah dalam skala kota
adalah sebagai berikut:
Persyaratanya:
1. Sampah harus tertutup selama pengangkutan, agar sampah tidak berceceran di
jalan.
2. Tinggi bak maksimum 1,6 meter.
3. Sebaiknya ada alat pengungkit.
4. Tidak bocor, agar llndi tidak berceceran selama pengangkutan.
5. Disesuaikan dengan kondisi jalan yang dilalui.
6. Disesuaikan dengan kemampuan dana dan teknik pemeliharaan.

Jenis peralatan dapat berupa :


1. Dump Truck
Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi sistem hidrolis untuk mengangkat
bak dan membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap secara manual
dengan tenaga kerja. Truk ini memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu 6 m3, 8 m3,
10 m3, 14 m3. Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan dump truck
dapat dicapai apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip atau ritasi
perhari minimum 3 dan jumlah awak maksimum 3. Agar tidak mengganggu
lingkungan selama perjalanan ke TPA, dump truck sebaiknya dilengkapi dengan
tutup terpal.

2. Arm Roll Truck


Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi sistem hidrolis untuk mengangkat
bak dan membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap secara manual
dengan tenaga kerja. Truk ini memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu 6 m3, 8 m3,
dan 10 m3. Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan arm roll truck
dapat dicapai apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip atau ritasi
perhari minimum 5 dan jumlah awak maksimum 1. Agar tidak mengganggu
lingkungan selama perjalanan ke TPA, kontainer sebaiknya memiliki tutup dan
tidak rembes sehingga lindi tidak mudah tercecer. Kontainer yang tidak memiliki
tutup sebaiknya dilengkapi dengan tutup terpal selama pengangkutan.

3. Compactor Truck
Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi sistem hidrolis untuk memadatkan
dan membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap secara manual
dengan tenaga kerja. Truk ini memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu 6 m3, 8 m3,

28
dan 10 m3. Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan compactor truck
dapat dicapai apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip atau ritasi
perhari minimum 3 dan jumlah awak maksimum 2.

4. Trailer Truck
Merupakan kendaraan angkut berdaya besar sehingga mampu mengangkut
sampah dalam jumlah besar hingga 30 ton. Trailer truck terdiri atas prime over
dan kontainer beroda. kontainer dilengkapi sistem hidrolis untuk membongkar
muatannya. Pengisian muatan dilakukan secara hidrolis dengan kepadatan tinggi
di transfer station. Trailer memiliki kapasitas 20 sampai dengan 30 ton. Dalam
pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan trailer truck dapat dicapai apabila
memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip atau ritasi perhari minimum 5 dan
jumlah awak maksimum 2.

(Sumber: Permen
PU No. 03/2013)

Gambar 9. Alat
Angkut Sampah

Pemilihan jenis peralatan atau sarana yang digunakan dalam proses pengangkutan
sampah antara dengan mempertimbangkan beberapa factor sebagai berikut:
1. Umur teknis peralatan (5 – 7) tahun.
2. Kondisi jalan daerah operasi.
3. Jarak tempuh.
4. Karakteristik sampah.
5. Tingkat persyaratan sanitasi yang dibutuhkan.
6. Daya dukung pemeliharaan.

29
Pemilihan pemakaian peralatan tersebut tidak terlepas dari memperhatikan segi
kemudahan, pembiayaan, kesehatan, estetika, serta kondisi setempat:
1. Dari segi kemudahan, peralatan tersebut harus dapat dioperasikan dengan
mudah dan cepat, sehingga biaya operasional jadi murah.
2. Dari segi pembiayaan, peralatan tersebut harus kuat dan tahan lama serta
volume yang optimum, sehingga biaya investasi menjadi murah.
3. Dari segi kesehatan dan estetika, peralatan tersebut harus dapat mencegah
timbulnya lalat, tikus atau binatang lain dan tersebarnya bau busuk serta
kelihatan indah atau bersih.

Penentuan kebutuhan jumlah alat angkut sangat ditentukan pemilihan jenis alat
angkut yang akan digunakan. Data yang representatif yang dapat digunakan
untuk menghitung jumlah kebutuhan alat angkut dan pekerja dapat dilihat pada
tabel berikut ini :

Tabel 14. Penentuan Kebutuhan Jumlah Alat Angkut


Waktu untuk
mengangkat, Waktu untuk
Metoda mengosongkan mengosongka Waktu
Jenis Alat Factor
bongkar dan n dilokasi
Angkut pemadatan
muat meletakkan kontainer (jam/trip)
kontainer (jam/trip)
(jam/trip)
HCS
- Hoist
Mekanis 2,0 - 4,0 0,067 0,008 - 0,05 0,053
truck
- Tilt-frame Mekanis 2,0 - 2,5 0,40 0,127
- Tilt-frame Mekanis 2,0 - 2,5 0,40 0,133
SCS
- Compactor Mekanis 0,1
- Compactor Manual 0,1
Sumber: Tchobanoglous et al., 1993 dalam Permen PU No. 03/2013

D.5. Rute Pengangkutan


Rute pengangkutan dibuat agar pekerja dan peralatan dapat digunakan secara efektif.
Pada umumnya rute pengumpulan dicoba berulang kali, karena rute tidak dapat
digunakan pada semua kondisi. Pedoman yang dapat digunakan dalam membuat rute
sangat tergantung dari beberapa faktor yaitu:
1. Peraturan lalu lintas yang ada
2. Pekerja, ukuran dan tipe alat angkut
3. Jika memungkinkan, rute dibuat mulai dan berakhir di dekat jalan utama,
gunakan topografi dan kondisi fisik daerah sebagai batas rute
4. Pada daerah berbukit usahakan rute dimulai dari atas dan berakhir dibawah
5. Rute dibuat agar kontainer/TPS terakhir yang diangkut yang terdekat ke TPA

30
6. Timbulan sampah pada daerah sibuk/lalu lintas padat diangkut sepagi mungkin
7. Daerah yang menghasilkan timbulan sampah terbanyak diangkut lebih dahulu
8. Daerah yang menghasilkan timbulan sampah sedikit diusahakan terangkut dalam
hari yang sama.

Pada langkah awal pembuatan rute maka ada beberapa langkah yang harus diikuti
agar rute yang direncanakan lebih efisien, yaitu :
1. Penyiapan peta yang menunjukkan lokasi-lokasi dengan jumlah timbulan sampah
2. Analisis data kemudian diplot ke peta daerah permukiman, perdagangan, industri
dan untuk masing-masing area, diplot lokasi, frekuensi pengumpulan dan jumlah
kontainer
3. Layout rute awal
4. Evaluasi layout rute awal dan membuat rute lebih seimbang dengan cara dicoba-
coba

Setelah langkah awal ini dilakukan maka langkah selanjutnya adalah pembuatan rute
dan sangat dipengaruhi oleh sistem pengangkutan yang digunakan yaitu sistem HSC
atau SCS.

1. Untuk sistem HCS langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:


a. Langkah 1
Pada tabel buat kolom sebagai berikut: frekwensi pengumpulan, jumlah lokasi
pengumpulan/TPS, jumlah kontainer dan kolom untuk setiap hari pengumpulan.
Kemudian tandai lokasi yang memerlukan pengambilan beberapa kali dalam
seminggu (Senin-Jumat atau Senin, Selasa, Jumat).
Pengangkutan dimulai dari frekuensi 5x seminggu. Distribusikan jumlah kontainer
yang memerlukan pengangkutan 1x seminggu, sehingga jumlah kontainer yang
harus diangkut seimbang setiap hari.
b. Langkah 2
Mulai dari Garasi. Rute harus mengangkut semua kontainer yang harus dilayani.
Langkah selanjutnya, modifikasi rute untuk mengangkut kontainer tambahan.
Rute dimulai dari TPS terdekat dan berkahir pada TPS terdekat dengan garasi.
c. Langkah 3
Setelah rute awal digunakan, hitung jarak rata-rata antar kontainer. Jika rute
tidak seimbang (>15%), rute harus dirancang kembali. Beban kerja pekerja harus
seimbang.

Untuk sistem SCS (with mechanically loaded collection vehicles) dilakukan sebagai
berikut:

31
a. Langkah 1
Pada tabel buat kolom frekuensi pengumpulan, jumlah lokasi pengumpulan/TPS,
jumlah timbulan sampah dan kolom untuk setiap hari pengumpulan. Kemudian
tandai lokasi yang memerlukan pengambilan beberapa kali dalam seminggu
(Senin-Jumat atau Senin, Selasa,Jumat).
Pengangkutan dimulai dari frekuensi 5x seminggu. Gunakan volume efektif alat
angkut (Vol. x faktor pemadatan), hitung berapa jumlah sampah yang dapat
ditambah dari lokasi yang frekuensinya sekali seminggu. Distribusikan jumlah
sampah yang memerlukan pengangkutan 1x seminggu, sehingga jumlah sampah
yang harus diangkut seimbang setiap hari.
b. Langkah 2
Buat rute pengumpulan sehari. Modifikasi dibuat jika ada tambahan sampah yang
harus diangkut.
c. Langkah 3
Setelah rute awal digunakan, hitung jarak rata-rata rute pengumpulan dan jumlah
sampah yang diangkut. Jika rute tidak balance (>15%), rute harus dirancang
kembali. Beban kerja pekerja harus seimbang. Setelah rute seimbang, cantumkan
dalam peta rute pengumpulan.

D.6. Operasional Pengangkutan


Pengaturan rute pengangkutan sangat penting dalam penanganan sampah di
pemukiman karena terkait dengan penyimpanan sampah di TPS. Jika pengangkutan
mengalami kendala dan tidak dapat mengangkut sampah sesuai dengan jadwal
pengangkutan, maka akan terjadi penumpukan sampah di TPS dan secara langsung
akan mempengaruhi kondisi lingkungan sekitar TPS.

Beberapa faktor yang mempengaruhi operasional pengangkutan yaitu :


1. Pola pengangkutan yang digunakan.
2. Alat angkut yang digunakan
3. Jumlah personil
4. Lokasi TPS atau TPST

Operasional untuk system kontainer angkat (HCS) tipe 1


1. Arm roll truck disiapkan sesuai ketentuan
2. Arm rolltruck (truck chasis) menuju ke lokasi kontainer 1 sesuai rencana
3. Arm rolltruck mengangkat kontainer 1 dan membawanya ke TPA untuk dibongkar
4. Arm roll truck mengembalikan kontainer 1 ke lokasi semula setelah sebelumnya
dicuci terlebih dahulu

32
5. Arm roll truck berpindah ke lokasi kontainer 2 dan mengangkatnya ke TPA.
Demikian seterusnya sampai seluruh rute diselesaikan dan arm roll truck kembali
ke pool setelah dicuci.

Operasional untuk system kontainer angkat (HCS) tipe 2 dan 3


1. Arm roll truck disiapkan sesuai ketentuan
2. Arm roll truck dengan membawa kontainer kosong menuju ke lokasi kontainer 1
sesuai rencana
3. Arm roll truck meletakkan kontainer kosong dan mengangkat kontainer 1 yang
penuh dan membawanya ke TPA untuk dibongkar
4. Arm roll truck membawa kontainer kosong dan meletakkan di lokasi 2 lalu
mengangkat kontainer 2 yang penuh. Demikian seterusnya sampai seluruh rute
yang direncanakan diselesaikan.
5. Pada akhir operasi, kontainer yang kosong dibawa kembali ke pool setelah
sebelumnya dicuci terlebih dahulu untuk tipe 3 sedangkan untuk tipe 2 dari TPA
kontainer diangkut ke lokasi 1 dan kemudian truk menuju ke pool tanpa
membawa kontainer.
6. Operasional untuk sistem kontainer tetap SCS :

Pola ini berkaitan dengan pengumpulan tidak langsung baik individual maupun
komunal
1. Petugas menyiapkan kendaraan sesuai ketentuan
2. Petugas mendatangi lokasi TPS atau TPS 3R, menerima muatan sampah dari
gerobak pengumpul sampai penuh
3. Truk menuju TPST/TPA untuk membongkar sampahnya
4. Truk menuju ke lokasi TPS atau TPS 3R berikutnya sesuai rute yang direncanakan
dan melanjutkan operasinya
5. Setelah seluruh rute diselesaikan, truk dicuci dan kembali ke pool

Pola transfer station


Pola ini muncul karena jarak dari TPS menuju TPA sangat jauh, sehingga untuk
membantu pola pengangkutan dari TPS menuju ke transfer station kemudian baru
menuju TPA. Truk untuk mengangkut menuju ke TPS yang mempunyai ukuran
kontainer lebih kecil antara 6 m3 sampai dengan 10 m3 kemudian di transfer station
truk trailer dengan kapasitas 40 m3 sampai dengan 90 m3 digunakan untuk
mengangkut sampah ke TPA.

33
Operasional pola ini adalah :
1. Trailer bergerak menuju ke lokasi transfer station;
2. Trailer menerima muatan sampah berupa container kapasitas besar;
3. Trailer membawa container ke TPA untuk dibongkar;
4. Trailer kembali ke lokasi transfer, demikian seterusnya sampai rencana
pengangkutan diselesaikan.

D.7. Aspek Pembiayaan Pengangkutan Sampah


Biaya pemindahan dan pengangkutan sampah terdiri atas :
a. Biaya investasi : sarana yang dibutuhkan untuk pengangkutan seperti truk
sampah yang digunakan.
b. Biaya operasional : operasi dan pemeliharaan pengangkutan sampah.

Langkah perhitungan biaya pengangkutan adalah:


1. Tentukan terlebih dahulu berdasarkan harga HSPK setempat
2. Hitung kebutuhan alat angkut dan sarana lain penunjang
3. Hitung operasi dan pemeliharaan juga gaji tenaga kerja.

E. Persyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS3R


E.1. Penyediaan TPS 3R
TPS merupakan landasan pemindahan yang dapat dilengkapi dengan ramp dan
kontainer. TPS harus memenuhi kriteria teknis antara lain :
a. Luas TPS sampai dengan 200 m2
b. Jenis pembangunan penampung sampah sementara bukan merupakan wadah
permanen
c. Sampah tidak boleh berada di TPS lebih dari 24 jam
d. Penempatan TPS tidak mengganggu estetika dan lalu lintas
e. TPS harus dalam keadaan bersih setelah sampah diangkut ke TPA

E.2. Penyediaan TPS 3R


1. Deskripsi Umum
a. TPS 3R adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendauran ulang, dan pengolahan skala kawasan.
b. Persyaratan TPS 3R:
1) Luas TPS 3R, lebih besar dari 200 m2
2) Jenis pembangunan penampung residu/sisa pengolahan sampah di TPS 3R
bukan merupakan wadah permanen
3) Penempatan lokasi TPS 3R sedekat, mungkin dengan daerah pelayanan
dalam radius tidak lebih dari 1 km

34
4) TPS 3R dilengkapi dengan ruang pemilah, pengomposan sampah organik,
gudang, - zona penyangga (buffer zone) dan tidak mengganggu estetika
serta lalu lintas
5) Keterlibatan aktif masyarakat dalam mengurangi dan memilah sampah

c. Area kerja pengelolaan sampah terpadu skala kawasan (TPS3R) yang meliputi
area pembongkaran muatan gerobak, pemilahan, perajangan sampah,
pengomposan, tempat/kontainer sampah residu, penyimpanan barang lapak
atau barang hasil pemilahan, dan pencucian.
d. Kegiatan pengelolaan sampah di TPS3R meliputi pemilahan sampah,
pembuatan kompos, pengepakan bahan daur ulang, dll.
e. Pemisahan sampah di TPS3R dilakukan untuk beberapa jenis sampah seperti
sampah B3 rumah tangga (selanjutnya akan dikelola sesuai dengan ketentuan),
sampah kertas, plastik, logam/kaca (akan digunakan sebagai bahan daur
ulang) dan sampah organik (akan digunakan sebagai bahan baku kompos).
f. Pembuatan kompos di TPS 3R dapat dilakukan dengan berbagai metode, antara
lain Open Windrow dan Caspary. Sedangkan pembuatan kompos cair di TPS 3R
dapat dilakukan dengan Sistem Komunal Instalasi Pengolahan Anaerobik
Sampah (SIKIPAS)

2. Lokasi
a. Luas TPS 3R bervariasi. Untuk kawasan perumahan baru (cakupan pelayanan
2000 rumah) diperlukan TPS 3R dengan luas 1000 m2. Sedangkan untuk
cakupan pelayanan skala RW (200 rumah), diperlukan TPS 3R dengan luas
200-500 m2.
b. TPS 3R dengan luas 1000 m2 dapat menampung sampah dengan atau tanpa
proses - pemilahan sampah di sumber.
c. TPS 3R dengan luas <500 m2 hanya dapat menampung sampah dalam
keadaan terpilah (50%) dan sampah campur 50%.
d. TPS 3R dengan luas <200 m2 sebaiknya hanya menampung sampah tercampur
- 20%, sedangkan sampah yang sudah terpilah 80%.

3. Fasilitas TPS 3R
Fasilitas TPS 3R meliputi wadah komunal, areal pemilahan, areal composting (kompos
dan kompos cair), dan dilengkapi dengan fasilitas penunjang lain seperti saluran
drainase, air bersih, listrik, barier (pagar tanaman hidup) dan gudang penyimpan
bahan daur ulang maupun produk kompos serta biodigester (opsional).

35
4. Daur Ulang
a. Sampah yang didaur ulang minimal adalah kertas, plastik dan logam yang
memiliki nilai ekonomi tinggi dan untuk mendapatkan kualitas bahan daur
ulang yang baik, pemilahan sebaiknya dilakukan sejak di sumber.
b. Pemasaran produk daur ulang dapat dilakukan melalui kerja sama dengan
pihak - penampung atau langsung dengan industri pemakai.
c. Daur ulang sampah B3 Rumah tangga (terutama batu baterai dan lampu neon
- bekas) dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan
perundangan yang berlaku
d. Daur ulang kemasan plastik (air mineral, minuman dalam kemasan, mie
instan, dan lain-lain) sebaiknya dimanfaatkan untuk barangbarang kerajinan
atau bahan baku produk lainnya.

5. Pembuatan Kompos
a. Sampah yang digunakan sebagai bahan baku kompos adalah sampah dapur -
(terseleksi) dan daun potongan tanaman.
b. Metode pembuatan kompos dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain -
dengan open windrow dan caspary.
c. Perlu dilakukan analisa kualitas terhadap produk kompos secara acak dengan
- parameter antara lain warna, C/N rasio, kadar N,P,K dan logam berat. Dalam
pengecekan analisa kualitas produk kompos, bisa bekerja sama dengan
Laboratorium Tanah yang ada di universitasatau milik Instansi Pemerintah
setempat.
d. Pemasaran produk kompos dapat bekerja sama dengan pihak koperasi dan
dinas - (Kebersihan, Pertamanan, Pertanian, dan lainlain).

6. Sarana pengolahan TPS 3R


- Bangunan hangar semi permanen
- Kantor
- Gedung
- Fasilitas peralatan (mesin pencacah organik, mesin ayakan kompos)

F. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah


Mengacu pada berbagai ketentuan pengembangan TPA di Indonesia, maka beberapa
ketentuan berikut perlu menjadi dasar pertimbangan saat dilakukan pengembangan
rencana pengoperasiannya
 Penetapan sampah yang menjadi obyek pengelolaan. Sampah yang boleh masuk ke
TPA adalah sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga, kegiatan pasar,

36
kegiatan komersial, kegiatan perkantoran, institusi pendidikan, dan kegiatan
lainnya yang menghasilkan limbah sejenis sampah kota. Limbah yang berkategori
B3 dilarang masuk ke TPA
 Penerapan teknologi pengolahan harus dilakukan dengan pendekatan bertahap,
dari mulai teknologi sederhana yang dapat dilakukan oleh pengelola sendiri ,
hingga pada teknologi yang membutuhkan investor asing,
 Pengolahan sampah yang layak diterapkan di sebuah TPA ini antara lain :
a. Pemilahan sampah organik dan anorganik, mengingat pada umumnya di kota-
kota di Indonesia, sampah di TPA bersumber dari wilayah yang belum
melakukan pemilahan
b. Pengolahan sampah organik masih harus menjadi pilihan teknologi untuk
mengatasi sampah organic. Sangat disarankan adalah Pengomposan skala
besar dengan penerapan teknologi yaitu “Accelerated composting”, namun
masih bisa dilakukan oleh pengelola sendiri atau investor local
c. Pengolahan sampah organik lainnya dengan kapasitas lebih besar dapat dicoba
dengan penerapan Anaerobic Digestion
d. Daur ulang sampah anorganik yang difokuskan pada upaya perolehan kembali
(recovery) bahan potensi daur ulang seperti plastik,kertas, gelas dan logam.
Proses recovery dilanjutkan dengan pengemasan dan penjualan, tanpa
dilakukannya pengolahan oleh pihak pengelola TPA hal ini untuk menjamin
terjaganya mekanisme pasar sampah potensi daur ulang yang sesungguhnya
sudah berkembang sangat luas
e. Sampah campuran yang masih berpotensi untuk di jadikan bahan bakar
beserta residu olahan sampah, harus dikelola lebih lanjut, yaitu dengan
menerapkan konsep Refuse Derive Fuel (RDF)
f. Limbah B3 yang berasal dari kegiatan rumah tangga harus ditangani secara
khusus sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan TPA hanya
berfungsi sebagai tempat penampungan sementara. Limbah B3 rumah tangga
dikelola dengan mengaktifkan fungsi pewadahan di TPS untuk kemudian
diangkut ke tempat pemerosesan akhir limbah B3, lokasi penampungan juga
disediakan di TPA untuk mengantisipasi limbah B3 yang terlanjur masuk ke
TPA. Limbah B3 tidak diolah di TPA
g. Residu sampah yaitu sampah yang bersifat toksik, dan jenis sampah ang tidak
memiliki potensi lagi, akan ditumbun di lahan penimbunan dengan operasi
Sanitary Landfill.

F.1. Metoda Pembuangan Sampah


Dalam pelaksanaannya terdapat 3 (tiga) metoda kegiatan pembuangan sampah, yaitu:

37
• Controll Landfill
Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara periodik
sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi
potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam operasionalnya juga
dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi
pemanfaatan lahan dan kestabilan permukan TPA. Di Indonesia, metode controll
landfill dianjurkan untuk diterapkan di kota sedang dan kecil. Untuk dapat
melaksanakan metode ini diperlukan penyediaan beberapa fasilitas, diantaranya :
Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan; Saluran pengumpul
leachate dan kolam penampungan; Pos pengendalian operasional; Fasilitas
pengendalian gas metan; Alat berat.

• Sanitary Landfill
Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internasional dimana
penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi gangguan timbul dapat
diminimalkan. Namun diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang cukup
mahal bagi penerapan metode ini sehingga sampai saat ini baru dianjurkan untuk
kota-kota besar dan metropolitan.

Tabel 15. Klasifikasi Pembuangan Akhir


Ukuran
Klasifikasi Rancang Bangun Pengolahan Lindi
Pengoperasian
Controlled Landfill Ada infrastruktur Ada pelapisan dasar Adanya pencatatan,
dan pengolahan lindi penempatan,
sederhana. Ada pemadatan dan
ventilasi gas penutupan tanah
setiap hari
Sanitary Landfill Penempatan lokasi Ada pelapisan dasar, Adanya pencatatan,
melalui pemilihan pengolahan lindi penempatan,
infrastruktur dan secara biologi, fisika, pemadatan dan
pengolahan lindi dan kimia penutupan tanah
setiap hari dan
penutupan akhir

F.2. Sarana dan Prasarana TPAS


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03 Tahun 2013 tentang
penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan dalam penanganan sampah
rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga, terdiri dari :
 fasilitas umum (jalan masuk, jalan operasi, bangunan penunjang, drainase, pagar
dan papan nama)
 fasilitas perlindungan lingkungan (landfill, pengolahan lindi, penaganan gas,
penutupan tanah, daerah penyangga dan sumur uji)
 fasilitas penunjang (jembatan timbang, air bersih, hangar, fasilitas pemadam
kebakaran, fasilitas daur ulang dan pengomposan)

38
 fasilitas operasional (alat berat)

Berdasarkan sifat tugasnya wilayah kerja UPTD dapat melampaui batas wilayah
administrasi kecamatan dalam daerahnya dan tidak membawahkan UPTD lainnya.

Kegiatan yang dilaksanakan Seksi Kebersihan dan Pertamanan yang nantinya akan
dialihkan kepada tugas dan fungsi UPTD Persampahan merupakan bagian dari tugas
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang/Dinas Lingkungan Hidup. Kegiatan
UPTD Persampahan bukan merupakan kegiatan lintas Dinas dan bukan merupakan
kegiatan yang merumuskan kebijakan.

Untuk melaksanakan pengelolaan sampah di Kabupaten Kaimana, daerah telah


memiliki/menyusun dokumen perencanaan, sebagai berikut:
1. Perencanaan Teknis Dan Manajemen Persampahan Kabupaten Kaimana, disusun
pada tahun 2015
2. Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Kaimana, disusun pada tahun 2016.

UPTD Persampahan akan melakukan pelayanan berupa jasa pengelolaan sampah


lingkup wilayah Kabupaten Kaimana meliputi kegiatan pengumpulan, pengangkutan
dan pemrosesan akhir. Gambaran kondisi eksisting sistem pengelolaan sampah di
Kabupaten Kaimana, seperti diuraikan di bawah ini:

a. Sistem Pengelolaan Sampah


Þ Sub Sistem Pengaturan
Peraturan Daerah yang terkait dengan pengelolaan sistem persampahan di
Kabupaten Kaimana saat ini hanya mengacu pada RTRW Kabupaten Kaimana
2013-2033 serta Peraturan Daerah Kabupaten Kaimana tentang Pengelolaan
Sampah Nomor 16 tahun 2014.

Oleh karena itu masih diperlukan beberapa peraturan untuk mendukung


peningkatan pelayanan persampahan di Kabupaten Kaimana diantaranya adalah
Peraturan Tentang Pembentukan Kelembagaan, Retribusi, dan sebagainya.

Þ Sub Sistem Kelembagaan


Pengelolaan persampahan di Kabupaten Kaimana secara keseluruhan diatur oleh
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Bidang Ciptakarya, Seksi Kebersihan
dan Pertamanan.

39
Þ Sub Sistem Keuangan
Anggaran untuk pembiayaan pelayanan sampah di Kabupaten Kaimana bersumber
dari APBD Kabupaten Kaimana sebesar Rp 186.145.000,- . Biaya Operasional ini
juga mencakup sewa alat berat di tahun pertama pelayanan persampahan.

Þ Sub Sistem Peran Masyarakat / Swasta / Perguruan Tinggi


Peran serta masyarakat maupun swasta dan perguruan tinggi terhadap
penanganan persampahan di Kabupaten Kaimana masih sangat kurang.
Masyarakat belum melakukan pengolahan sampah, selain itu partisipasi dari
pihak swasta maupun perguruan tinggi terhadap pengelolaan sampah juga belum
ada. Hal ini dibuktikan dengan adanya masyarakat yang masih membuang
sampah ke saluran drainase meskipun telah di pasang papan himbauan untuk
tidak membuang sampah di sembarang tempat.

Þ Sub Sistem Teknis - Teknologis


a) Pemilahan/pewadahan
Pewadahan sampah rumah tangga maupun sampah komersial (pertokoan,
perkantoran, sekolah dan pasar) di wilayah perkotaan Kabupaten Kaimana
umumnya dilakukan dengan menggunakan tempat sampah fiber beroda
kapasitas 120 liter yang diletakkan di depan rumah warga. Bagi warga
masyarakat yang tidak memiliki tempat sampah tersebut umumnya mewadahi
sampah dalam kantong plastik atau langsung melakukan pengelolaan sampah
dengan cara membakar maupun membuang sampah ke aliran sungai atau
saluran drainase.

Dalam hal ini sampah umumnya tidak terpilah antara organik dan anorganik,
dikarenakan belum adanya pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan
sampah.

Sedangkan untuk sampah Rumah Sakit dan Puskesmas terdiri dari sampah
domestik dan sampah medis. Sampah medis umumnya merupakan sampah
berbahaya, bersifat infeksius atau benda tajam seperti jaum suntik atau pisau
bedah, maupun bersifat racun misalnya obat-obatan kadaluarsa. Sampah dari
Rumah Sakit ini umumnya juga belum terpilah sehingga bercampur antara
sampah domestik dan sampah medis.

40
Gambar 10. Pewadahan Sampah di Gambar 11. Pewadahan Sampah di
Perumahan Rumah Sakit

b) Pengumpulan
Pola pengumpulan sampah di wilayah perkotaan Kaimana saat ini adalah
sebagai berikut :
1) Pola Individual Langsung
Pengumpulan sampah dengan metode individual langsung adalah sampah
yang dikumpulkan oleh warga secara langsung dari sumber sampah ke
TPA, baik dengan menggunakan peralatan maupun tidak. Pengumpulan
sampah dilakukan oleh petugas kebersihan dengan cara mendatangi tiap
bangunan atau sumber sampah (door to door) dan langsung diangkut
untuk dibuang ke TPA. Pengumpulan sampah dengan metode ini biasanya
hanya melayani sumber sampah yang berada di sekitar jalan utama.

2) Pola Komunal Langsung


Pengumpulan sampah dengan metode komunal langsung merupakan
metode pengumpulan sampah yang dilakukan sendiri oleh masing-masing
penghasil sampah langsung ke tempat penampungan sementara atau
kontainer, untuk kemudian dibawa oleh mobil angkutan sampah ke TPA.

Gambar 12. Pengangkutan Sampah

Di wilayah perkotaan Kaimana terdapat 15 titik TPS berupa masing-masing


1 unit container ukuran 6 m3. Lokasi masing-masing TPS adalah :
1. Pasar Ikan
2. RT Air Merah 1 dan 2

41
3. Pantai Bantemin
4. Polres Kaimana
5. Kantor Bupati
6. Perumahan RSUD
7. Kompi / Batalyon
8. Perumahan DPRD
9. Taman Kota (2 unit container)
10. RT Anda Air
11. Jalan baru belakang PERTAMINA
12. RT Krooy 1 dan 2
13. Pasar Sayur
14. Kodim
15. RSUD Kaimana (2 unit container)

Gambar 13. Penempatan Container di Gambar 14. Penempatan Container di RT


Pantai Bantemin Krooy 1 dan 2

Gambar 15. Penempatan Container di Gambar 16. Penempatan Container di


Pasar Ikan Pasar Sayur

42
Gambar 17. Lokasi TPS Kontainer Kabupaten Kaimana

Hingga tahun 2015 sarana dan prasarana pengelolaan persampahan di


Kabupaten Kaimana adalah TPA Kabupaten Kaimana di Km.5 Kampung Coa,
namun TPA ini masih melakukan sistem open dumping. Jadwal pengangkutan
sampah di Kabupaten Kaimana dilaksanakan 6 kali dalam seminggu. Jarak
antara daerah pelayanan dengan TPA adalah ± 15 Km.

Gambar 18. Skema Pengelolaan Sampah di Kabupaten Kaimana

Jalur pengangkutan sampah di Kabupaten Kaimana hingga saat ini hanya


beroperasi di jalan utama yang merupakan pusat keramaian kota.
Pengumpulan atau pengangkutan dari permukiman penduduk masih
dilakukan mandiri oleh penduduk yang akan menumpukan sampah di suatu
tempat yang dapatdijangkau oleh truck atau dibuang ke TPS terdekat. Jadwal
pengangkutan persampahan di Kabupaten Kaimana diadakan setiap hari dari
pukul 07.00 WIT – 13.00 WIT. Secara sederhana pola pengangkutan dan

43
pengeloaan sampah di Kabupaten Kaimana dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.

Gambar 19. Jalur Pengangkutan Sampah Kabupaten Kaimana

c) Pengolahan
Belum ada pengolahan sampah di Kabupaten Kaimana. Semua sampah yang
dihasilkan sebagian diangkut ke TPA dan sebagian lagi dibuang ke sembarang
empat, antara lain ke lahan kosong, pekarangan rumah kemudian dibakar atau
dibuang saluran, sungai, laut dan sebagainya.

d) Pemrosesan Akhir
Saat ini, TPA Sampah di Kabupaten Kaimana masih dioperasikan untuk system
open dumping. TPA Sampah di Kabupaten Kaimana sedang ditingkatkan
kapasitasnya menjadi TPA dengan system pemrosesan sanitary landfill.

2.2.2. Penyediaan Barang/Jasa yang Diperlukan Secara Terus Menerus

a. Sumber Sampah
Sumber sampah di Kabupaten Kaimana dihasilkan dari permukiman penduduk,
pusat-pusat perdagangan, perkantoran, pasar, sekolah, hotel, penyapuan jalan
dan taman kota dan Rumah Sakit. Seluruh sampah yang dihasilkan dari sumber
sampah diangkut dengan dump truck atau truck armroll menuju TPA.

b. Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sampah


Timbulan sampah di Kabupaten Kaimana dihasilkan dari permukiman penduduk,
pusat perdagangan, perkantoran, pasar, sekolah dan Rumah Sakit. Seluruh

44
sampah yang dihasilkan dari sumber sampah diangkut dengan dump truck dan
armroll menuju TPA, dan belum terdapat pengurangan sampah karena belum ada
program 3R dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Kaimana.

Besar jumlah timbulan sampah dipengaruhi oleh sumber sampah yang ilayani.
Sumber sampah merupakan tempat atau kegiatan pertama kali sampah itu
dihasilkan. Sumber sampah pada umumnya adalah tempat dimana terdapat
aktifitas manusia didalamnya. Sedangkan komposisi sampah merupakan jenis
sampah apa saja yang terdapat di Kabupaten Kaimana. Pada umumnya jenis
sampah dibagi menjadi sampah basah dan sampah kering. Hasil survey komposisi
sampah di Kabupaten Kaimana yang dilakukan pada Bulan September 2015.

Tabel 16. Komposisi Sampah di Kabupaten Kaimana


Komposisi Massa (kg) % Berat sampah
 Organik 103.34 53.92
 Plastik 30.14 15.73
 Kertas 27.95 14.58
 Kayu 1.37 0.71
 Kaleng 2.86 1.49
 Kaca/Gelas 4.87 2.54
 Kain 2.13 1.11
 Karet 2.85 1.49
 B3 15.74 8.21
 Besi 0.41 0.21
Sumber data: Hasil Analisis

Gambar 20. Komposisi sampah di Kabupaten Kaimana

Sedangkan untuk besaran laju timbulan sampah telah dilakukan pengukuran di


lapangan sesuai dengan SNI No 19A3964A1994 tentang Metode Pengambilan dan
Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan, dan hasilnya
diperlihatkan pada tabel berikut :

45
Tabel 17. Pengukuran Laju Timbulan Sampah Permukiman

Maka diketahui laju timbulan sampah permukiman Kabupaten Kaimana adalah


0,60 l/org/hari menurut persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Berat (Kg/org/hari) 0.14 0,13±0,02
2. Vol. (m3/hari) 0.0006 0,0006±4.42624E-20
3. Densitas(kg/m3) 225,77 225.77±31.38
4. laju timbulan (l/org/hari) 0.60 0.60±4.53247E-17

Untuk memperoleh laju timbulan sampah secara keseluruhan dari masing masing
sumber sampah dihitung laju timbulan tiap sumber sampah lalu di rata-rata.
Untuk Kabupaten Kaimana diperoleh laju timbulan sampah adalah 1,43 l/org/hari
dan berat sampah adalah 0,099 kg/org/hari.

Saat ini, Timbulan sampah di Kabupaten Kaimana yang terlayani sebanyak 60


m3/hari dengan cakupan layanan baru sekitar 60 persen. Pengambilan sampah
dilakukan setiap hari, dan proses pemilahan hingga pemrosesan akhir
dilaksanakan sesuai jadwal, TPA menerima sampah setiap pengiriman yang
dilakukan. Layanan pengambilan sampah dilakukan pada setiap hari kecuali hari
Minggu. Layanan pengambilan sampah dilakukan sejak jam 07.00-13.00 WIT.

2.3. Kontribusi dan Manfaat Langsung dan Nyata Kepada Masyarakat dan/atau
Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Seperti disampaikan di atas bahwa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah menyebutkan bahwa pengelolaan sampah bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan
sampah sebagai sumber daya. Sedangkan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun
2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga, menyebutkan bahwa pengelolaan sampah ini bertujuan untuk:
menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Kesehatan merupakan hak asasi
manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan

46
cita-cita bangsa Indonesia dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat telah pula dituangkan dalam Pasal 28
Piagam Hak Asasi Manusia sebagai bagian tak terpisahkan dari ketetapan MPR RI No.
XVII/MPR/1998 tentang hak asasi manusia yang menyatakan: “setiap orang berhak
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”. Selanjutnya pemberian hak tersebut
telah secara tegas diatur di dalam Pasal 28 H ayat (1) Undang-undang Dasar 1945
amandemen ke IV yang menetapkan bahwa setiap warga negara Indonesia berhak
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, negara berkewajiban untuk
menyediakan lingkungan yang baik dan sehat. Dengan demikian pengakuan hak atas
lingkungan yang baik dan sehat sebagai hak asasi setiap warga Negara di Indonesia
dan hak konstitusional bagi setiap warga Negara. Oleh karena itu Negara, pemerintah,
dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan.

Terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat akan menimbulkan kerugian


ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan negara dan dengan kesehatan
yang terjamin memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.

2.3.1. Layanan Kepada Masyarakat Menjadi Lebih Dekat, Murah dan Cepat
Adanya UPTD Persampahan di Kabupaten Kaimana akan menjadikan pengelolaan
sampah menjadi lebih optimal ditambah dengan peningkatan kapasitas TPA akan
mengurangi kondisi-kondisi ketidaknyamanan dalam pengelolaan sampah di TPA. Saat
ini karena keterbatasan sarana pengelolaan sampah di TPA, seringkali
tumpukan/timbulan sampah mengganggu aktivitas masyarakat di perkebunan
sekitar bahkan diduga terjadi pencemaran air lindi di kawasan pekerbunan setempat.

2.3.2. Layanan yang Diberikan UPTD Merupakan Layanan Pemerintah Yang


Dibutuhkan Oleh Masyarakat, Sehingga Apabila Tidak Tersedia Akan
Mengganggu Kehidupan Masyarakat Atau Penyelenggara Pemerintahan

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa sub urusan persampahan merupakan urusan


wajib dan pelayanan dasar pemerintah kabupaten yang mana urusan tersebut harus
tersedia bagi masyarakat. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Urusan
Pemerintahan Wajib adalah Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh

47
semua Daerah. Pelayanan Dasar adalah pelayanan publik untuk memenuhi
kebutuhan dasar warga negara.

Apabila pengelolaan sampah tidak dilakukan secara sistematis menyeluruh dan


berkesinambungan maka akan menimbulkan beberapa dampak negative. Gelbert, dkk
(Faizah, 2008) dampak tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dampak terhadap kesehatan: tempat berkembangbiaknya organisme yang dapat
menimbulkan berbagai penyakit, meracuni hewan dan tumbuhan yang dikonsumsi
oleh manusia;
2. Dampak negatif lingkungan: mati atau punahnya flora dan fauna serta
menyebabkan kerusakan pada unsur-unsur alam seperti: terumu karang, tanah,
perairan, hingga lapisan ozon.
3. Dampak terhadap sosial ekonomi: menyebabkan bau busuk, pemandangan buruk
yang sekaligus berdampak negative pada pariwisata serta bencana banjir.

2.3.3. Layanan yang Diberikan Belum Disediakan Oleh BUMN, BUMD, Swasta atau
Penyedia Lainnya
Hingga saat ini pengelolaan sampah sepenuhnya dilaksanakan oleh Pemerintah
Daerah (Cq. Seksi Kebersihan dan Persampahan, Bidang Cipta Karya, Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kaimana) kedepan pengelolaan sampah
sepenuhnya dilaksanakan oleh Bidang Penanganan Sampah dan Kebersihan Kota dan
KSD dibantu Seksi Penanganan Persampahan dan Seksi Kebersihan dan Tata Kota
pada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kaimana. Bidang dan Seksi tersebut
beroperasi pada sisi pengelolaan Kebijakan Penanganan Persampahan Dinas
sedangakan UPTD Persampahan akan bergerak pada bidang operasional pengelolaan
sampah mulai sector hulu hingga sector hilir (pengumpulan – pengangkutan –
pemrosesan akhir). Komposisi operasional tersebut dilakukan karena hingga saat ini di
Kabupaten Kaimana belum tersedia layanan pengelolaan sampah oleh swasta atau
penyedia jasa lainnya.

2.4. Sumber Daya Pegawai, Pembiayaan, Sarana dan Prasarana


2.4.1. Pegawai yang Akan Ditempatkan pada UPTD Tidak Mengakibatkan
Terganggunya Kinerja Unit-Unit Organisasi Lain
Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola persampahan di Kabupaten Kaimana yang
berjumlah sebanyak 145 orang. Dengan jumlah tersebut sudah cukup memadai
untuk mendukung pengelolaan sampah di wilayah pelayanan. Selain pejabat
struktural terdapat juga tenaga pendukung seperti Koordinator Kebersihan, Pengawas
Lapangan Kebersihan, Petugas Kebersihan, Petugas Kebersihan (8 Kelompok) dan staf

48
pendukung kegiatan administrasi. Ketersedian SDM pengelola persampahan sejumlah
tersebut akan memberikan keleluasaan untuk mengatur penempatannya sesuai
bidang-bidang teknis persampahan. Penempatan SDM sebanyak itu pada UPTD
Persampahan tidak akan mengakibatkan terganggunya kinerja unit-unit organisasi
lain. Dikarenakan memang sebelumnya SDM tersebut merupakan SDM yang khusus
ditempatkan untuk pengelolaan sampah di wilayah pelayanan sampah Kabupaten
Kaimana. Dengan penempatan tenaga penunjang pada UPTD Persampahan tidak
mengakibatkan terganggunya kinerja unit-unit organisasi lain seperti Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kaimana yang sebelumnya membawahi SDM
tersebut dan Bappeda Kabupaten Kaimana yang sebagian pegawainya kemudian
menjadi pegawai Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kaimana.

2.4.2. Tidak Menambah Pegawai Baru, Baik PNS ataupun Honorer


Dengan total jumlah pegawai pengelola sampah Dinas Lingkungan Hidup Pekerjaan
sebanyak 171 orang yang terdiri atas 28 orang PNS dan 143 orang Non PNS (honorer)
maka pembetukkan UPTD Pengelola Persampahan di Kabupaten Kaimana
diindikasikan tidak menambah pegawai baru, baik PNS ataupun honorer. Dengan
jumlah pegawai tersebut dirasakan cukup untuk menyelenggarakan kegiatan
pengelolaan sampah dengan kondisi saat ini (60 m3 per hari). Penambahan pegawai
belum memungkinkan dilakukan saat ini, dengan pertibangan selain adanya
keterbatasan Pemerintah Daerah dalam pengadaan pegawai dan pengupahan pegawai,
juga timbulan sampah yang dikelola kapasitasnya belum terlalu besar.

Tabel 18. Jumlah Pegawai Keseluruhan Dinas Lingkungan Hidup


Uraian SDM Keseluruhan Dinas Jumlah
1. Jumlah Total Pegawai 83 orang
2. Pejabat Struktural
a. Jumlah pejabat eselon II 1 orang
b. Jumlah pejabat eselon III 4 orang
c. Jumlah pejabat eselon IV 9 orang
3. Staf dan Fungsional
a. Fungsional Tertentu 0 orang
b. Staf/ Pelaksana 12 orang
4. Pegawai yang menangani langsung persampahan
a. Unsur PNS (Pejabat struktural UPTD) 2 orang
b. Unsur non PNS (Honor)
 Koordinator Kebersihan 1 orang
 Pengawas Lapangan Kebersihan 2 orang
 Petugas Kebersihan 40 Orang
 Petugas Kelompok Kebersihan 8 Orang
 Staf (Sarjana) 2 orang
 Staf (SMA) 2 orang
5. Rasio pegawai yang membidangi persampahan
a. Rasio jumlah pegawai bidang persampahan terhadap 66.27%
seluruh pegawai
b. Rasio PNS yang membidangi persampahan terhadap 5.66%
seluruh pegawai

49
Uraian SDM Keseluruhan Dinas Jumlah
c. Rasio tenaga non PNS yang membidangi 3.61%
persampahan terhadap seluruh pegawai
2.4.3. Belanja Pegawai dan Biaya Operasional Kantor Tidak Mengurangi Belanja
Publik
Untuk pencapaian pelayanan pengelolaan persampahan hingga 100 persen atau
sebanyak 100 m3 per hari seharusnya dibutuhkan tambahan pegawai. Namun
demikian dengan jumlah pegawai pengelola persampahan yang ada sebanyak 83 orang
berdasarkan hasil analisis hanya dibutuhkan sebanyak 80 orang pegawai, maka
dengan demikian terjadi kelebihan 3 orang pegawai. Kelebihan pegawai tersebut
bertambah jumlahnya bilamana SDM Alternatif terdiri atas Tenaga Perencana, Tenaga
Penyuluh, dan Tenaga Pengoperasian SPA belum ditempatkan, sehingga kelebihan
jumlah pegawai tersebut menjadi sebanyak 9 orang. Mengikuti hasil alaisis kebutuhan
pegawai maka akan terjadi penurunan anggaran belanja langsung pegawai sebesar
3.61 persen bilamana jumlah pegawai menjadi sebanyak 80 orang (atau dikurangi
sebanyak 3 orang) dan 10.84 persen bilamana jumlah pegawai menjadi sebanyak 74
orang saja (atau dikurangi sebanyak 9 orang). Dengan kondisi tersebut maka
pembentukan UPTD Persampahan Kabupaten Kaimana Tidak Mengurangi Belanja
Publik.

2.4.4. Tersedia Sarana dan Prasarana Kerja Berupa Kantor dan Perlengkapannya
Pelayanan persampahan di Kabupaten Kaimana saat ini didukung oleh keberadaan
sarana dan prasarana yang kondisinya jumlahnya masih terbatas. Jumlah sarana
dan prasarana persampahan di Kabupaten Kaimana saat ini terdiri atas 1 unit TPA, 2
unit TPS, Armada Roda 6 2 unit Truk bak 3 unit, Truk Amrol 3 unit, motor sampah 5
unit dan container sampah 23 unit.

Tabel 19. Sarana dan Prasarana Pengelolaa Sampah Eksisting


No. Prasarana dan Sarana Jumlah Kondisi
1 TPA 1 unit (luas 6 ha) Sedang ditingkatkan
kapasitasnya menjadi TPA
Sanitary landfill
2 TPS 2 unit (2 x 75 m2)
3 Armada Roda 6 6 unit
4 Truk bak 3 unit (2 baik, 1 rusak)
5 Truk amrol 3 unit (2 baik, 1 standby – kekurangan
tenaga)
6 Motor sampah 5 unit (3 baik, 2 rusak)
7 Kontainer sampah 23 unit ( 18 unit terpakai, 5 unit standby
belum ada penempatan)

Sarana dan prasarana tersebut akan ditambah oleh Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Kaimana melalui belanja peralatan kerja tahun anggaran 2018. Adapun
sarana dan prasarana tersebut, seperti pada table berikut ini.

50
Tabel 20. Belanja Peralatan Kerja Bidang Penanganan Persampahan
TA. 2018
No. Uraian Jumlah (unit)
1 Pengadaan mesin potong rumput 10
2 Mesin Chenso Besar 1
3 Dump truck sampah (bak terbuka) 2
4 Truck am roll (kontener ) 2
5 kontainer sampah 3
6 Mesin Chenso Kecil 1
7 Baju 50
8 Sepatu boat 50
9 Masker 150
10 Helm 50
11 Sarung Tangan 150
12 Pengadaan Kunci-kunci Mobil 2
13 Gerobak Sampah 10
14 Parang 25
15 Skop 25
16 Garuk-Garuk Sampah 25
17 Piso mesin potong rumput 10
18 Penggusuran Sampah di Lokasi TPA 4
19 Pemeliharaan pesisir pantai/bantaran sungai 12
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup, Kab. Kaimana, 2017

Penambahan peralatan kerja tersebut cukup relevan dilakukan mengingat Hasil


analisis Proyeksi Sarana dan Prasarana Sampah pada kegiatan PTMP Persampahan
Kabupaten Kaimana yang dilaksanakan pada tahun 2015, menunjukkan bahwa
kebutuhan seluruh Sarana dan Prasarana Sampah diproyeksikan meningkat setiap
tahunnya, seperti sarana dan prasarana gerobak/motor sampah, container, dan TPS.

Tabel 21. Proyeksi Sarana dan Prasarana Sampah


Tahun *)
Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
a. Gerobak/Motor Sampah (eksisting 5
35 36 38 39 41
unit)
b. Kotainer (eksisting 23 unit) 12 17 22 23 24
c. TPS (eksisiting 2 unit) 6 8 11 11 12
d. TPS 3R (eksisiting 0 unit) 6 8 11 11 12
e. Dump truk/Truk bak & Armada Roda 6
1 1 2 2 2
(eksisiting 9 unit)
f. Am Roll truck (ekisisitng 3 unit) 1 2 2 2 2
g. Wadah sampah (*) 5 5 2 2 2
h. Personil Kebersihan (eksisiting 35
101 113 129 133 137
orang)
Sumber: hasil analisis pada PTMP Persampahan Kab. Kaimana, 2015.
(*) wadah sampah yang disediakan oleh Pemerintah Daerah di pinggir jalan umum dan tempat umum.

Proyeksi ideal Sarana dan Prasarana Sampah pada kegiatan PTMP Persampahan
Kabupaten Kaimana sebagaimana disebut di atas akan dilakukan pemenuhannya
dengan penambahaan pada setiap tahun perencanaan yang jumlahnya akan dipenuhi

51
sesuai kemampuan keuangan daerah dan prioritas kebutuhan pengelolaan sampah di
Kabupaten Kaimana.

Tabel 22. Penambahan Sarana dan Prasarana Sampah


Tahun
Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
a. Gerobak/Motor Sampah (eksisting 5 unit) 1 1 2 2 2
- penambahan baru 1 1 2 2 2
- penggantian - - - - -
b. Kotainer (eksisting 23 unit) 2 2 5 3 3
- penambahan baru 2 2 5 1 1
- penggantian - - - 2 2
c. TPS (eksisiting 2 unit) 3 3 3 3 3
- penambahan baru 3 3 3 3 3
- penggantian - - - - -
d. TPS 3R (eksisiting 0 unit) 6 8 11 11 12
e. Dump truk/Truk bak & Armada Roda 6
- - - - -
(eksisiting 9 unit)
- penambahan baru - - - - -
- penggantian - - - - -
f. Am Roll truck (ekisisitng 3 unit) - - - - -
- penambahan baru - - - - -
- penggantian - - - - -
g. Wadah sampah (*) 13 13 13 13 13
Sumber: hasil analisis pada PTMP Persampahan Kab. Kaimana, 2016.
Asusmsi:
 Penggantian gerobak dan container dialokasikan setiap 5 tahun
 Penggantian dump truck, dan amroll truck dialokasikan setiap 7 tahun
 Container tahun 2017, jumlah 23 unit, kebutuhan tahun 2019 27 unit, tambahan baru mulai tahun 2020
= 5 unit selanjutnya 1-3 unit per tahun. Container tahun 2016 akan diganti mulai tahun 2021 setiap
tahun 2 unit.
 GERobak tahun 2014 akan diganti mulai tahun 2019 setiap tahun 2 unit dan untuk selanjutjya akan
dilakukan penggantian gerobak setiap 2 tahun 2 unit.
 Dump truck eksisting tahun 2017 9 sebanyak unit akan diganti setiap 7 tahun sekali
 Amrol truck eksisting tahun 2017 sebanyak 3 unit akan diganti setiap 7 tahun sekali

2.5. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelaksanakan tugas teknis Operasional


Saat ini pengelolaan sampah di Kabupaten Kaimana belum memiliki Standar
Operasional Prosedur (SOP) pengelolaan sampah. Namun demikian SOP yang
dibutuhkan akan sediakan. SOP pelaksanakan tugas keknis operasional, sekurang-
kurangnya meliputi:
NO-SOP JUDUL SOP
1.KA-UPTD Menyusun Kegiatan dan Anggaran
2.AR-UPTD Pelaksanaan Pengarsipan Dokumen
3.KU-UPTD Pelaksanaan Administrasi Keuangan
4.K2-UPTD Pelaksanaan Pemeliharaan Kebersihan dan Kenyamanan Kantor
5.PT-UPTD Pelaksanaan Pelayanan Tamu
6.PKD-UPTD Pelaksanaan Penilaian Kinerja dan Diklat Pegawai
7.PDI-UPTD Pelayanan Data dan Informasi
8.AB-UPTD Pelaksanaan Pengelolaan Absensi Pegawai
9.GP-UPTD Pelaksanaan Pembayaran Gaji Pegawai
10.PP-UPTD Pelaksanaan Penerimaan Pegawai

52
NO-SOP JUDUL SOP
11.KKT-UPTD Pelaksanaan Keamanan Kantor dan TPA
12.PL-UPTD Pelaksanaan Pengendalian Lingkungan
13.PS-UPTD Pelaksanaan Pengumpulan Sampah
14.PJ-UPTD Penanganan Penyapuan Jalan
15.ROP-UPTD Perencanaan Operasional Pengumpulan Sampah
16.PS-UPTD Pemilahan Sampah
17.PWD-UPTD Pewadahan Sampah
18.PPS-UPTD Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
19.POT.-UPTD Penyiapan dan Operasional TPS
20.POT3R-UPTD Penyiapan dan Operasional TPS3R
21.OPTPA-UPTD Operasional dan Pemeliharaan TPA
22.Rehab-UPTD Rehabilitasi TPA
23.PSM-UPTD Penanganan Sampah yang Masuk
24.LINDI-UPTD Pengoperasian Unit Pengolahan Lindi
25.PJ-UPTD Pemeliharaan Jalan
26.PD-UPTD Pemeliharaan Drainase

Masing-masing SOP tersebut terlampir pada Kajian Akademis ini.

2.6. Jabatan teknis yang tersedia sesuai tugas dan fungsi UPTD dan
nama pegawai (tenaga) teknis

Jabatan teknis yang tersedia untuk pelayanan pengelolaan sampah di Kabupaten


Kaimana meliputi tenaga sopir dan operator motor sampah. Namun demikian terdapat
potensi SDM dengan disiplin Teknik Lingkungan yang saat ini masih bekerja di Dinas
LIngkungan Hidup. Adapun nama pegawai teknis sebagaimana dimaksud adalah
sebagai berikut:

Tabel 23. Jabatan Teknis Yang Tersedia Untuk Pelayanan Pengelolaan Sampah di
Kabupaten Kaimana
No. Jabatan Nama
1 Sopir  Samsul Bahri
 Idris Rengen
 H. Azis Alwi
2 Operator Motor Sampah  Uslin Sihite
 Daniel Huik
 Antonius Herokubun
 Ignasius Nolas Making
3 Teknik Lingkungan  PM Dinas LH
 PM Dinas LH

53
BAB III
ANALISIS BEBAN KERJA

3.1. Analsis Beban Kerja


Analisa beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang
digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu
tertentu, atau dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan
berapa jumlah personalia dan berapa jumlah tanggung jawab atau beban kerja yang
tepat dilimpahkan kepada seorang petugas.

Analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan berapa jumlah pegawai yang
dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dan berapa jumlah tanggung
jawab atau beban kerja yang dapat dilimpahkan kepada seorang pegawai, atau dapat
pula dikemukakan bahwa analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan
jumlah jam kerja orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan
beban kerja dalam waktu tertentu.

Jabatan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 12 Tahun
2017 untk UPTD Klas A yaitu terdiri atas:
1. Kepala
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
3. Pejabat Fungsional

Seangkan pada UPTD Kelas B, terdiri atas:


1. Kepala
2. Pejabat Fungsional

Selain jabatan-jabatan sebagaimana tersebut di atas, maka penentuan kebutuhan


jabatan/tenaga/personil pengelola persampahan yang kompeten menurut Panduan
Praktis Penataan Kelembagaan sistem pengelolaan Persampahan (Kementerian PUPR ,
2015) dapat diidentifikasi melalui pendekatan proses kegiatan dalam pengelolaan
persampahan, mulai dari pengumpulan sampah hingga pemrosesan akhir. Pendekatan
tersebut dilakukan untuk memastikan UPTD Persampahan bisa menjalankan tugas-
fungsinya dengan baik.

Sumberdaya manusia yang dibutuhkan untuk pengelolaan sampah meliputi PNS


(Jabatan Struktural dan Jabatan Fungsional) dan THL. PNS utamanya adalah untuk

54
jabatan Kepala UPTD dan Kasubag Tata Usaha. Jumlah Sumberdaya manusia
didasarkan pada analisis beban kerja dan kapasitas penyelenggaraan kegiatan (teknis
dan penunjang) pengelolaan sampah.

Berikut ini personil yang diperlukan untuk menjalankan komponen-komponen


kegiatan pengelolaan persampahan.

Tabel 24. Kebutuhan Personil Dalam Kegiatan Pengelolaan Persampahan


No. Komponen Kegiatan Kebutuhan Personil
A.  Penyusunan rencana program/ kegiatan & Anggaran Tenaga Perencana
 Penyusunan perencanaan teknis pengelolaan
persampahan
B.  Pelaksanaan administrasi surat menyurat Tenaga Administrasi
 Pelaksanaan administrasi kepegawaian
 Penyusunan laporan kegiatan & keuangan
C.  Sosialisasi/ kampanye pemilahan sampah, serta 3R Tenaga Penyuluhan
 Pendataan & pembinaan kegiatan pemilahan yang
berbasis masyarakat
D.  Perencanaan & penyediaan kebutuhan sarana Tenaga Pengumpulan
pewadahan sampah di tempat umum sampah
 Pemeliharaan sarana pewadahan sampah di tempat
umum
 Pembagian wilayah pelayanan pengumpulan &
penyediaan sarananya
 Perencanaan & Penyediaan alat pengumpul sampah
(gerobak, motor sampah)
 Penyusunan kebutuhan & pengawasan petugas
gerobak sampah & penyapu jalan, taman fasilitas
umum
 Koordinasi & pengawasan pengumpulan yang
dilakukan pengelola kawasan
 Pemeliharaan alat pengumpul sampah (gerobak,
motor sampah)
 Penyusunan kebutuhan prasarana penampungan
sementara (TPS/ TPS 3R)
 Pemeliharaan prasarana penampungan sementara
(TPS/ TPS 3R)
 Pengaturan & pengawasan kegiatan pemilahan/
pencacahan & pengomposan di TPS/ TPS 3R
 Pengaturan kendaraan angkut yang keluar & masuk
di TPS/ TPS 3R
E.  Penyusunan pola & rute pengangkutan sampah Tenaga Pengangkutan
 Pengaturan jadwal & kebutuhan sopir pengangkutan sampah
sampah
 Perencanaan & penyediaan kebutuhan alat angkut
 Perencanaan kerjasama dengan swasta
 Pemeliharaan kendaraan angkut
 Pengawasan operasional alat angkut
 Pembelian bahan bakar untuk kendaraan angkut
F.  Pencatatan sampah masuk SPA Tenaga Pengoperasian
 Pengaturan kendaraan pengumpul yang masuk SPA SPA
 Pengaturan kendaraan pengangkut besar yang
keluar SPA
 Proses reduksi volume sampah di SPA
 Pengawasan proses reduksi volume sampah di SPA
 Pengawasan lingkungan sekitar SPA
G.  Pencatatan & Penimbangan sampah masuk Tenaga Pengoperasian

55
No. Komponen Kegiatan Kebutuhan Personil
 Pengarahan pembongkaran sampah TPA
 Pemadatan sampah
 Pengurugan & penimbunan tanah penutup harian &
antara
 Pemadatan
 Penutupan tanah penutup
 Penyiapan tanah penutup
 Pemeriksanaan leachate influen & efluen
 Pengerukan/ penyedotan lumpur
 Pembuangan lumpur ke lanfill
 Pengumpulan dan penanganan gas methan
 Pemanfaatan gas methan
 Penerangan & suplai energi untuk sarana di TPA
 Monitoring sumur pemantauan
 Monitoring parameter pencemar

Secara sederhana analisis beban kerja yang akan dimiliki oleh UPTD Persampahan
Kabupaten Kaimana sebagai berikut:
1. Asumsi cakupan pelanan saat ini 60 persen
2. Jumlah timbulan sampah per hari 60 m3
3. Jumlah pekerja sebanyak 37 orang
4. Jam kerja 7 jam per hari (Jam 07.00 s/d jam 13.00)
5. Jumlah hari kerja dalam setahun 328 hari kerja

Dengan menggunnakan formulasi matematis Rumus Norma Waktu sebagai berikut:

Waktu = 328 hari kerja x 7 jam per hari = 2.296 jam


Hasil = 328 hari kerja x 60 m3 per hari = 19.680 m3

Dengan rumus orang x waktu tersebut maka diketahui bobot jam kerja yang dimiliki
UPTD sebesar: 37 orang pegawai x 2296 jam = 84,952 jam.

Hasil analisis Beban Kerja yang menggunakan pertimbangan dari beberapa indikator
seperti Hasil Kerja, Satuan Hasil Kerja, Norma Waktu (Menit), dan Jam Kerja Efektif
Pertahun, dengan ketentuan Waktu Kerja Efektif (WKE) yang dipergunakan untuk
melaksanakan tugas sebagai berikut:
a. Pekerjaan Harian, WKE = 300 Menit
b. Pekerjaan Mingguan, WKE = 1,500 Menit
c. Pekerjaan Bulanan, WKE = 6,000.0 Menit
d. Pekerjaan Tahunan, WKE = 72,000 Menit
diperoleh Beban Kerja untuk masing-masing Jabatan. Beban Kerja sebagaimana
dimaksud seperti diuraikan pada table di bawah ini.

56
Tabel 25. Hasil Analisis Beban Kerja Jabatan pada UPTD Persampahan Kabupaten
Kaimana
HASIL KERJA
NORMA WAKTU BEBAN KERJA
Jabatan (Dokumen/Kegiat
(Menit) (Menit)
an)
1.     Kepala UPTD 18 2325 9750
2.     Kepala Subbag TU 21 3000 3000
3.     Koordintor Wil. Pelayanan 115 2850 20370
4.     Tenaga Perencana *) 13 310 310
5.     Tenaga Administrasi 70 5100 57900
6.     Tenaga Penyuluh *) 49 4530 30390
7.     Tenaga Pengumpul 528 2160 39120
8.     Tenaga Pengangkut 70 2160 24060
9.     Tenaga Pengoperasian SPA *) 44 2235 23205
10.  Tenaga Pengoperasian TPA 62 2355 24585
Jumlah 32,690
*) SDM Alternatif

3.2. Analisis Kebutuhan SDM


Hasil analisis kebutuhan SDM yang merupakan kelanjutan dari hasil analisis Beban
Kerja seperti disampaikan di atas, dengan menggunakan asumsi pelayanan
pengelolaan persampahan hingga 100 persen maka diketahui kebutuhan SDM
pengelola UPTD Pengelola Persampahan Kabupaten Kaimana dengan uraian sebagai berikut:

Tabel 26. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM UPTD Pengelola Persampahan
Kabupaten Kaimana
HASIL Pegawai yang Dibutuhkan
NORMA BEBAN
KERJA
Jabatan WAKTU KERJA
(Dokumen/ Riil Dibulatkan
(Menit) (Menit)
Kegiatan)
1.     Kepala UPTD 18 2325 9750 1.13 1
2.     Kepala Subbag TU 21 3000 3000 1.04 1
3.     Koordintor Wil. Pelayanan 115 2850 20370 1.68 2
4.     Tenaga Perencana *) 13 310 310 0.70 1
5.     Tenaga Administrasi 70 5100 57900 1.80 2
6.     Tenaga Penyuluh *) 49 4530 30390 2.41 2
7.     Tenaga Pengumpul 528 2160 39120 56.31 56
8.     Tenaga Pengangkut 70 2160 24060 6.18 6
9.     Tenaga Pengoperasian SPA *) 44 2235 23205 3.04 3
10.  Tenaga Pengoperasian TPA 62 2355 24585 5.85 6
Jumlah 32,690 80.14 80
*) SDM Alternatif

Akumulasi Beban Kerja sebagaimana pada tabel di atas menunjukkan bahwa UPTD
yang akan dibentuk memiliki beban kerja sebanyak 32,690 menit. Berdasarkan Pasal
24 ayat (3) huruf a, UPTD kabupaten/kota Kelas A dibentuk apabila:
1. lingkup tugas dan fungsinya meliputi 2 (dua) fungsi atau lebih pada Dinas/Badan
atau wilayah kerjanya lebih dari 1 (satu) kecamatan; dan
2. jumlah beban kerja 10.000 (sepuluh ribu) atau lebih jam kerja efektif per tahun
atau lebih

57
Berdasarkan ketentuan Pasal 24 ayat (3) huruf a, UPTD Persampahan Kabupaten
Kaimana dapat dibentuk sebagai UPTD dengan klasifikasi A.

Untuk pencapaian pelayanan pengelolaan persampahan hingga 100 persen atau


sebanyak 100 m3 per hari tidak dibutuhkan tambahan pegawai. Jumlah pegawai
pengelola persampahan yang ada sebanyak 83 orang pegawai sementara berdasarkan
hasil analisis hanya dibutuhkan sebanyak 80 orang pegawai, maka dengan demikian
terjadi kelebihan 3 orang pegawai. Namun demikian kelebihan pegawai tersebut
bertambah jumlahnya bilamana SDM Alternatif terdiri atas Tenaga Perencana, Tenaga
Penyuluh, dan Tenaga Pengoperasian SPA belum ditempatkan, sehingga kelebihan
jumlah pegawai tersebut menjadi sebanyak 9 orang. Dengan kelebihan tersebut
pegawai yang ada diatur sebaik mungkin agar pelayanan persampahan di Kabupaten
Kaimana menjadi maksimal.

Hasil analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM pengelola UPTD Pengelola
Persampahan Kabupaten Kaimana, secara lengkap dapat dilihat pada matriks berikut
ini.

Tabel 27. Hasil Analisis Tambahan SDM yang Diperlukan untuk UPTD Pengelola
Persampahan Kabupaten Kaimana
Kelebihan/Kekurangan
No. Pegawai Jumlah (orang)
Pegawai (orang)
1. Eksisting 83 -
2. Kebutuhan Pegawai dengan
48 +35
tingkat pelayanan s/d 60%
3. Kebutuhan Pegawai dengan
tingkat pelayanan s/d 100% dan
80 +3
dengan menempatkan SDM
alternative
4. Kebutuhan Pegawai dengan
tingkat pelayanan s/d 100% dan
74 +9
belum menempatkan SDM
alternative

Tabel 27. Hasil Analisis Tambahan SDM yang Diperlukan untuk UPTD Pengelola
Persampahan Kabupaten Kaimana
Kelebihan/Kekurangan
No. Pegawai Jumlah (orang)
Pegawai (orang)
1. Eksisting 83 -
2. Kebutuhan Pegawai dengan
48 +35
tingkat pelayanan s/d 60%
3. Kebutuhan Pegawai dengan
tingkat pelayanan s/d 100% dan
80 +3
dengan menempatkan SDM
alternative
4. Kebutuhan Pegawai dengan 74 +9
tingkat pelayanan s/d 100% dan
belum menempatkan SDM

58
alternative

59
Tabel 28. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM Pengelola UPTD Pengelola Persampahan Kabupaten Kaimana
Jabatan : Kepala UPTD
NORM JAM
HASIL SATUAN BEBAN
A KERJA JUMLAH JAM PEGAWAI YANG
NO JABATAN TUGAS JABATAN URAIAN TUGAS KERJ HASIL KERJ
WAKTU EFEKTIF KERJA EFEKTIF DIBUTUHKAN
A KERJA A
(Menit) PERTAHUN
1. Kepala Mengkoordinasikan A. Mengkoordinasikan perencanaan teknis
UPTD seluruh kegiatan prasarana dan sarana dan personil:              
pengelolaan sampah 1. Mengolah data untuk perencanaan teknis 72,00
1 Dokumen 300 Tahun 300 0.004
UPTD 0
2. Mengkaji dan menyusun perencanaan teknis 72,00
1 Dokumen 300 Tahun 300 0.004
UPTD 0
72,00
1 Dokumen 60 Tahun 60 0.001
3. Membahas perencanaan teknis UPTD 0
4. Mengusulkan perencanaan teknis UPTD 72,00
1 Dokumen 15 Tahun 15 0.000
kepala Kepala Dinas 0
Jumlah (A)
4 675   675   0.009
B. Mengkoordinasikan perencanaan anggaran:              
1. Mengumpulkan usulan anggaran dari tiap 72,00
1 Dokumen 300 Tahun 300 0.004
unit UPTD 0
2. Mengkaji dan menyusun usulan anggaran 72,00
1 Dokumen 300 Tahun 300 0.004
dari tiap unit UPTD 0
3. Membahas usulan anggaran dari tiap unit 72,00
1 Dokumen 60 Tahun 60 0.001
UPTD 0
4. Mengusulkan perencanaan anggaran UPTD 72,00
1 Dokumen 15 Tahun 15 0.000
kepada Kepala Dinas 0
Jumlah (B) 4   675   675   0.009
C. Mengkoordinasikan operasional UPTD:              
1. melaksanakan supervisi dan penetapan
1 Kegiatan 20 Hari 20 300 0.067
administrasi
2. melaksanakan supervisi penyuluhan 1 Kegiatan 10 Hari 10 300 0.033
3. melaksanakan supervisi pengumpulan
1 Kegiatan 60 Hari 60 300 0.200
sampah
4. melaksanakan supervisi pengangkutan
1 Kegiatan 60 Hari 60 300 0.200
sampah
5. melaksanakan supervisi pengoperasian SPA 1 Kegiatan 30 Hari 30 300 0.100
6. melaksanakan supervisi pengoperasian TPA 1 Kegiatan 120 Hari 120 300 0.400
Jumlah (C ) 6   300   300   1.000
D. Mengkoordinasikan kegiatan evaluasi dan
pelaporan:              
3. mengumpulan data kinerja masing-masing 72,00
12 Dokumen 300 Tahun 3600 0.050
unit 0
4. melakukan evaluasi perencanaan dan 72,00
12 Dokumen 300 Tahun 3600 0.050
operasional UPTD 0
5. menyusun pelaporan 72,00
12 Dokumen 60 Tahun 720 0.010
0
6. menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas 72,00
12 Dokumen 15 Tahun 180 0.003
0
Jumlah (D) 48   675   8100   0.113
TOTAL (A+B+C+D) 62   2325   9750   1.13
Dibulatkan             1

60
Tabel 29. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM Pengelola UPTD Pengelola Persampahan Kabupaten Kaimana
Jabatan : Kepala Sub Bagian Tata Usaha
NORM JAM
BEBA
HASIL SATUAN A KERJA
JABATA N JUMLAH JAM PEGAWAI YANG
No TUGAS JABATAN URAIAN TUGAS KERJ HASIL WAKT EFEKTIF
N KERJ KERJA EFEKTIF DIBUTUHKAN
A KERJA U PERTAHU
A
(Menit) N
2. Kepala Mengkoordinasika A. Menatausahakan kegiatan perencanaan sarana UPTD:              
Sub n seluruh kegiatan 1. Mengolah nventarisasi data untuk perencanaan sarana Dokume 72,00
Bagian ketatausahaan 1 300 Tahun 300 0.004
umum UPTD n 0
Tata UPTD 2. Menelaah menyusun perencanaan sarana umum UPTD Dokume 72,00
Usaha 1 300 Tahun 300 0.004
n 0
3. Membahas perencanaan sarana umum dengan Kepala Dokume 72,00
1 60 Tahun 60 0.001
UPTD n 0
4. Menyiapkan perencanaan kebutuhan sarana umum UPTD Dokume 72,00
1 15 Tahun 15 0.000
kepada Kepala Dinas n 0
Jumlah (A)
4 675   675   0.009
B. Menatausahakan perencanaan anggaran, meliputi:              
1. Mengolah data untuk perencanaan anggaran UPTD Dokume 72,00
1 300 Tahun 300 0.004
n 0
2. Menelaah dan menyusun perencanaan anggaran UPTD Dokume 72,00
1 300 Tahun 300 0.004
n 0
3. Membahas perencanaan anggaran dengan Kepala UPTD Dokume 72,00
1 60 Tahun 60 0.001
n 0
4. Menyiapkan perencanaan kebutuhan anggaran UPTD Dokume 72,00
1 15 Tahun 15 0.000
n 0
Jumlah (B) 0.00
4   675   675  
9
C. Menatausahakan perencanaan kepegawaian, meliputi:              
1. Mengolah data untuk perencanaankepegawaian UPTD Dokume 72,00
1 300 Tahun 300 0.004
n 0
2. Menelaah dan menyusun perencanaan kepegawaian UPTD Dokume 72,00
1 300 Tahun 300 0.004
n 0
3. Membahas perencanaan kepegawaian dengan Kepala UPTD Dokume 72,00
1 60 Tahun 60 0.001
n 0
4. Menyiapkan perencanaan kebutuhankepegawaian UPTD Dokume 72,00
1 15 Tahun 15 0.000
n 0
Jumlah (C) 0.00
4   675   675  
9
D. Mengkoordinasikan operasional UPTD, meliputi:              
1. melaksanakan penatausahaan sarana umum 1 Kegiatan 30 Hari 30 300 0.100
2. melaksanakan penatausahaan keuangan 1 Kegiatan 30 Hari 30 300 0.100
3. melaksanakan penatausahaan kepegawaian 1 Kegiatan 30 Hari 30 300 0.100
4. melaksanakan pelayanan publik UPTD 1 Kegiatan 30 Hari 30 300 0.100
5. melaksanakan pelayanan keamanan UPTD 1 Kegiatan 180 Hari 180 300 0.600
Jumlah (C ) 1.00
5   300   300  
0
D. Mengkoordinasikan kegiatan evaluasi dan pelaporan              
1. Pengumpulan data kinerja sarana umum, keuangan, 1 Dokume 300 Tahun 300 72,00 0.004
kepegawaian, pelayanan publik, dan keamanan n 0

61
2. Melakukan evaluasi perencanaan dan operasional Dokume 72,00
1 300 Tahun 300 0.004
ketatausahaan n 0
3. Menyusun laporan Dokume 72,00
1 60 Tahun 60 0.001
n 0
4. Menyampaikan laporan kepada Kepala UPTD Dokume 72,00
1 15 Tahun 15 0.000
n 0
Jumlah (D)
4   675   675   0.009
TOTAL (A+B+C+D)
21   3000   3000   1.04
Dibulatkan
            1

Tabel 30. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM Pengelola UPTD Pengelola Persampahan Kabupaten Kaimana
Jabatan : Koordintaor Pengelolaan Sampah Wilayah Pelayanan
JAM JUMLAH
SATUAN NORMA PEGAWAI
HASIL KERJA BEBAN JAM
No JABATAN TUGAS JABATAN URAIAN TUGAS HASIL WAKTU YANG
KERJA EFEKTIF KERJA KERJA
KERJA (Menit) DIBUTUHKAN
PERTAHUN EFEKTIF
3. Koordinato Mengkoordinasik A. Mengkoordinasikan kegiatan perencanaan pengumpulan
r Wilayah an seluruh sampah wilayah pelayanan              
Pelayanan kegiatan 1. Pembagian wilayah pelayanan pengumpulan & penyediaan
2 Dokumen 300 Tahun 600 72,000 0.008
pengelolaan sarananya
sampah wilayah 2. Perencanaan & penyediaan kebutuhan sarana pewadahan
pelayanan 2 Dokumen 300 Tahun 600 72,000 0.008
sampah di tempat umum
3. Perencanaan & Penyediaan alat pengumpul sampah (gerobak,
2 Dokumen 60 Tahun 120 72,000 0.002
motor sampah)
4. Penyusunan kebutuhan & pengawasan petugas gerobak
2 Dokumen 15 Tahun 30 72,000 0.000
sampah & penyapu jalan, taman fasilitas umum
5. Penyusunan kebutuhan prasarana penampungan sementara
2 Dokumen 300 Tahun 600 72,000 0.008
(TPS/ TPS 3R)
Jumlah (A) 975 1950 0.027
B. Mengkoordinasikan kegiatan perencanaan pengangkutan
sampah wilayah pelayanan
1. Penyusunan pola & rute pengangkutan sampah 2 Dokumen 300 Tahun 600 72,000 0.008
2. Perencanaan & penyediaan kebutuhan alat angkut 2 Dokumen 300 Tahun 600 72,000 0.008
3. Perencanaan kerjasama dengan swasta 2 Dokumen 300 Tahun 600 72,000 0.008
Jumlah (B) 6 900 1800 0.025
C. Mengkoordinasikan operasional pelaksanaan pengumpulan
sampah wilayah pelayanan, meliputi:
1. Koordinasi & pengawasan pengumpulan 1 Kegiatan 120 Hari 120 300 0.400

62
2. Pemeliharaan sarana pewadahan sampah di tempat umum 1 Kegiatan 10 Hari 10 300 0.033
3. Pemeliharaan alat pengumpul sampah (gerobak, motor sampah) 1 Kegiatan 10 Hari 10 300 0.033
4. Pemeliharaan prasarana penampungan sementara (TPS/ TPS
1 Kegiatan 20 Hari 20 300 0.067
3R)
5. Pengaturan kendaraan angkut yang keluar & masuk di TPS/
1 Kegiatan 20 Hari 20 300 0.067
TPS 3R
Jumlah (C) 5 180 180 0.600
D. Mengkoordinasikan operasional pelaksanaan pengangkutan
sampah wilayah pelayanan, meliputi:
1. Pengaturan jadwal & kebutuhan sopir pengangkutan sampah 2 Kegiatan 10 Hari 20 300 0.067
2. Pembelian bahan bakar untuk kendaraan angkut 2 Kegiatan 20 Hari 40 300 0.133
3. Pengawasan operasional alat angkut 2 Kegiatan 60 Hari 120 300 0.400
4. Pemeliharaan kendaraan angkut 2 Kegiatan 30 Hari 60 300 0.200
Jumlah (D) 8 120 240 0.800
E. Mengkoordinasikan kegiatan evaluasi dan pelaporan
pengelolaan sampah wilayah pelayanan
1. Pengumpulan data kinerja perencanaan dan operasional
24 Dokumen 300 Tahun 7200 72,000 0.100
pelaksanaan pengelolaan sampah wilayah pelayanan
2. Melakukan evaluasi kinerja perencanaan dan operasional
24 Dokumen 300 Tahun 7200 72,000 0.100
pelaksanaan pengelolaan sampah wilayah pelayanan
3. Menyusun laporan kinerja perencanaan dan operasional
24 Dokumen 60 Tahun 1440 72,000 0.020
pelaksanaan pengelolaan sampah wilayah pelayanan
4. Menyampaikan laporan kepada Kepala UPTD 24 Dokumen 15 Tahun 360 72,000 0.005
Jumlah (E) 96 675 16200 0.225
TOTAL (A+B+C+D) 115 2850 20370 1.68
Dibulatkan 2
Tabel 31. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM Pengelola UPTD Pengelola Persampahan Kabupaten Kaimana
Jabatan : Tenaga Perencana
JAM JUMLAH
SATUAN NORMA PEGAWAI
HASIL KERJA BEBAN JAM
No JABATAN TUGAS JABATAN URAIAN TUGAS HASIL WAKTU YANG
KERJA EFEKTIF KERJA KERJA
KERJA (Menit) DIBUTUHKAN
PERTAHUN EFEKTIF
4. Tenaga Mengelola dan A. Penyusunan rencana program/ kegiatan & Anggaran              
Perencana menyusun 1. Mengumpulkan data perencanaan anggaran dari masing-
rencana 1 Dokumen 30 Hari 30 300 0.100
masing unit
program/kegiata 2. Menyusun (entri) data pada RKA dari masing-masing unit 1 Dokumen 30 Hari 30 300 0.100
n & anggaran dan 3. Membahas RKA dari masing-masing unit dengan Kasubbag TU 1 Dokumen 15 Minggu 15 300 0.050
rencana teknis 4. Penyelesaian penyusunan dokumen rencana program/kegiatan
pengelolaan 1 Dokumen 15 Hari 15 300 0.050
& anggaran serta mendokumentasikannya
sampah 5. Menyampaikan RKA kepada Dinas 1 Dokumen 10 Bulan 10 6,000 0.002
Jumlah (A) 5 100 100 0.302
B. Penyusunan rencana teknis pengelolaan persampahan
1. Mengumpulkan dan menyusun perencanaan teknis
1 Dokumen 10 Hari 10 300 0.033
penyuluhan
2. Mengumpulkan dan menyusun perencanaan teknis
1 Dokumen 30 Hari 30 300 0.100
pengumpulan
3. Mengumpulkan dan menyusun perencanaan teknis
1 Dokumen 30 Hari 30 300 0.100
pengangkutan
4. Mengumpulkan dan menyusun perencanaan teknis
1 Dokumen 30 Hari 30 300 0.100
pengoperasian SPA
5. Mengumpulkan dan menyusun perencanaan teknis
1 Dokumen 30 Hari 30 300 0.100
pengoperasian TPA
6. Membahasan rencana teknis dengan Kepala Subbag TU 1 Dokumen 10 Hari 10 300 0.033
7. Penyelesaian penyusunan dokumen rencana teknis serta 1 Dokumen 60 Hari 60 300 0.200
63
mendokumentasikannya
8. Menyampaikan Rencana Teknis kepada Dinas 1 Dokumen 10 Hari 10 300 0.033
Jumlah (B) 8 210 210 0.700
TOTAL (A+B) 13 310 310 1.00
Dibulatkan 1

Tabel 32. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM Pengelola UPTD Pengelola Persampahan Kabupaten Kaimana
Jabatan : Tenaga Administrasi

JAM JUMLAH
SATUAN NORMA PEGAWAI
HASIL KERJA BEBAN JAM
No JABATAN TUGAS JABATAN URAIAN TUGAS HASIL WAKTU YANG
KERJA EFEKTIF KERJA KERJA
KERJA (Menit) DIBUTUHKAN
PERTAHUN EFEKTIF
5. Tenaga Mengelola dan A. Pelaksanaan administrasi surat menyurat              
Adminitras mendokumentasik 1. Menyiapkan perlengkapan administrasi surat menyurat 1 Dokumen 10 Hari 10 300 0.033
i an administrasi 2. Mengolah administrasi surat masuk 1 Dokumen 20 Hari 20 300 0.067
surat-menyurat, 3. Mengolah administrasi surat keluar 1 Dokumen 20 Hari 20 300 0.067
sarana umum, 4. Mendistribusikan disposisi atasan 1 Dokumen 20 Hari 20 300 0.067
kepegawaian, 5. Mendokumentasikan surat menyurat 1 Dokumen 20 Hari 20 300 0.067
keuangan, Jumlah (A) 5 90 90 0.300
pelayanan publik,
B. Pelaksanaan administrasi sarana umum, kepegawaian,
dan keamanan
keuangan, pelayanan publik dan keamanan
1. Menyiapkan perlengkapan administrasi sarana umum,
1 Dokumen 10 Hari 10 300 0.033
kepegawaian & keuangan
2. Mengolah administrasi sarana umum, kepegawaian, &
1 Dokumen 120 Hari 120 300 0.400
keuangan
5. Mendokumentasikan administrasi sarana umum, kepegawaian,
1 Dokumen 20 Hari 20 300 0.067
& keuangan
6. Mengadministrasikan pelayanan publik 1 Dokumen 30 Hari 30 300 0.100
7. Mengadministrasikan kegiatan kegiatan keamanan 1 Dokumen 30 Hari 30 300 0.100
Jumlah (B) 5 210 210 0.700
C. Penyusunan laporan kegiatan & keuangan
1. Mengumpulkan data laporan kegiatan dan keuangan 12 Dokumen 900 Tahun 10800 72,000 0.150
2. Menyusun laporan kegiatan dan keuangan 12 Dokumen 1500 Tahun 18000 72,000 0.250

64
3. Membahas laporan kegiatan dan keuangan dengan Kepala Sub
12 Dokumen 600 Tahun 7200 72,000 0.100
Bagian Tata Usaha
4. Menyelesaikan & mendokumentasikan laporan kegiatan dan
12 Dokumen 1500 Tahun 18000 72,000 0.250
keuangan dengan Kepala Sub Bagian Tata Usaha
5. Mendistribusikan laporan kegiatan dan keuangan dengan
12 Dokumen 300 Tahun 3600 72,000 0.050
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Jumlah (C) 60 4800 57600 0.800
TOTAL (A+B) 70 5100 57900 1.80
Dibulatkan 2

Tabel 33. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM Pengelola UPTD Pengelola Persampahan Kabupaten Kaimana
Jabatan: Tenaga Penyuluh

JAM JUMLAH
SATUAN NORMA PEGAWAI
TUGAS HASIL KERJA BEBAN JAM
No JABATAN URAIAN TUGAS HASIL WAKTU YANG
JABATAN KERJA EFEKTIF KERJA KERJA
KERJA (Menit) DIBUTUHKAN
PERTAHUN EFEKTIF
6. Tenaga Pelaksanaan A. Menyiapkan perencanaan Sosialisasi/ kampanye pemilahan
Penyuluhan sosialisasi/ sampah, serta 3R, pendataan & pembinaan kegiatan              
kampanye pemilahan yang berbasis masyarakat
pemilahan 1. Menyiapkan perencanaan sosialisasi/kampanye pemilahan
1 Dokumen 300 Tahun 300 72,000 0.004
sampah, serta sampah serta 3R
3R, pendataan & 2. Menyiapkan perencanaan pendataan & pembinaan kegiatan
pembinaan 1 Dokumen 300 Tahun 300 72,000 0.004
pemilahan yang berbasis masyarakat
kegiatan Jumlah (A) 2 600 600 0.008
pemilahan yang B. Sosialisasi/ kampanye pemilahan sampah, serta 3R
berbasis 1. Menyiapkan media sosialisasi/kampanye pemilahan sampah
masyarakat 4 Dokumen 600 Bulan 2400 6,000 0.400
serta 3R
2. Menetapkan sasaran (terget) sosialisasi/kampanye pemilahan
1 Dokumen 60 Hari 60 300 0.200
sampah serta 3R
3. Melaksanakan sosialisasi/kampanye pemilahan sampah serta
4 Dokumen 300 Bulan 1200 6,000 0.200
3R
Jumlah (B) 9 960 3660 0.800
C. Pendataan & pembinaan kegiatan pemilahan yang berbasis
masyarakat
1. Menyiapkan perlengkapan untuk pendataan pembinaan 4 Dokumen 300 Bulan 1200 6,000 0.200
kegiatan pemilahan yang berbasis masyarakat

65
2. Menyiapkan perlengkapan untuk media pembinaan kegiatan
4 Dokumen 300 Bulan 1200 6,000 0.200
pemilahan yang berbasis masyarakat
3. Menetapkan sasaran (terget) untuk pendataan & media
1 Dokumen 60 Hari 60 300 0.200
pembinaan kegiatan pemilahan yang berbasis masyarakat
4. Melaksanakan pendataan & media pembinaan kegiatan
4 Kegiatan 300 Bulan 1200 6,000 0.200
pemilahan yang berbasis masyarakat
Jumlah (C) 13 960 3660 0.800
D. Penyusunan laporan kegiatan sosialisasi/ kampanye
pemilahan sampah, serta 3R, pendataan & pembinaan
kegiatan pemilahan yang berbasis masyarakat
1. Mengumpulkan dan mendokumentasikan data & media
1 Dokumen 150 Hari 150 300 0.500
kegiatan
2. Mengolah dan menyusun laporan kegiatan 12 Dokumen 1500 Tahun 18000 72,000 0.250
3. Mendistribusikan data dan melaporkan kegiatan kepa Kepala
12 Dokumen 360 Tahun 4320 72,000 0.060
UPTD
Jumlah (C) 25 2010 22470 0.810
TOTAL (A+B+C) 49 4530 30390 2.41
Dibulatkan 2

Tabel 34. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM Pengelola UPTD Pengelola Persampahan Kabupaten Kaimana
Jabatan : Tenaga Pengumpul
JAM JUMLAH
SATUAN NORMA PEGAWAI
HASIL KERJA BEBAN JAM
No JABATAN TUGAS JABATAN URAIAN TUGAS HASIL WAKTU YANG
KERJA EFEKTIF KERJA KERJA
KERJA (Menit) DIBUTUHKAN
PERTAHUN EFEKTIF
7. Tenaga Pelaksanaan A. Persiapan pengumpulan sampah              
Pengumpu pengumpulan 1. Menyiapkan alat & peralatan kerja 56 Kegiatan 5 Hari 280 300 0.933
lan sampah 2. Memperhatikan arahan atau petunjuk koordinator lapangan 56 Kegiatan 5 Hari 280 300 0.933
sampah 3. Mengenakan alat keselamatan kerja 56 Kegiatan 5 Hari 280 300 0.933
Jumlah (A) 168 15 840 2.800
B. Melaksanakan pengumpulan sampah
1. Melaksanakan penyapuan 56 Kegiatan 60 Hari 3360 300 11.200
2. Mengumpulkan sampah pada wadah yang tersedia 56 Kegiatan 60 Hari 3360 300 11.200
3. Mengemas sampah berdasarkan jenisnya 56 Kegiatan 60 Hari 3360 300 11.200
4. Menyiapkan sampah untuk diangkut 56 Kegiatan 30 Hari 1680 300 5.600
5. Melakukan kebersihan & pemeliharaan alat dan peralatan 56 Kegiatan 45 Hari 2520 300 8.400
6. Melakukan pemeliharaan wadah sampah 56 Kegiatan 30 Hari 1680 300 5.600
Jumlah (B) 336 285 15960 53.200
C. Penyusunan laporan kegiatan pengumpulan sampah
1. Mengumpulkan data dan menyusun laporan 12 Dokumen 1500 Tahun 18000 72,000 0.250
2. Melaporkan kegiatan kepada koordinator lapangan 12 Dokumen 360 Tahun 4320 72,000 0.060
Jumlah (C) 24 1860 22320 0.310
TOTAL (A+B) 528 2160 39120 56.31
Dibulatkan 56

66
Tabel 35. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM Pengelola UPTD Pengelola Persampahan Kabupaten Kaimana
Jabatan : Tenaga Pengangkut
JAM JUMLAH
SATUAN NORMA PEGAWAI
HASIL KERJA BEBAN JAM
No JABATAN TUGAS JABATAN URAIAN TUGAS HASIL WAKTU YANG
KERJA EFEKTIF KERJA KERJA
KERJA (Menit) DIBUTUHKAN
PERTAHUN EFEKTIF
8. Tenaga Pelaksanaan A. Persiapan pengumpulan sampah              
Pengumpu pengumpulan 1. Menyiapkan dump truck 2 Kegiatan 5 Hari 10 300 0.100
lan sampah 2. Menyiapkan alat & peralatan kerja 6 Kegiatan 5 Hari 30 300 0.100
sampah 3. Memperhatikan arahan atau petunjuk koordinator lapangan 6 Kegiatan 5 Hari 30 300 0.100
4. Mengenakan alat keselamatan kerja 6 Kegiatan 5 Hari 30 300 0.100
Jumlah (A) 20 20 100 0.400
B. Melaksanakan pengangkutan sampah
1. Mengangkat sampah ke dalam buck truck/mengangkat am rool 6 Kegiatan 120 Hari 720 300 2.400
2. Menutup bak truck/mengunci am rool 6 Kegiatan 15 Hari 90 300 0.300
3. Mengangkut sampah ke TPA 6 Kegiatan 90 Hari 540 300 1.800
4. Menimbang truck atau pencatatan tonase sampah 2 Kegiatan 10 Hari 20 300 0.067
5. Melakukan kebersihan & pemeliharaan truck dan-atau am rool 6 Kegiatan 45 Hari 270 300 0.900
Jumlah (B) 26 280 1640 5.467
C. Penyusunan laporan kegiatan pengumpulan sampah
1. Mengumpulkan data dan menyusun laporan 12 Dokumen 1500 Tahun 18000 72,000 0.250
2. Melaporkan kegiatan kepada koordinator lapangan 12 Dokumen 360 Tahun 4320 72,000 0.060
Jumlah (C) 24 1860 22320 0.310
TOTAL (A+B) 70 2160 24060 6.18
Dibulatkan 6

67
Tabel 36. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM Pengelola UPTD Pengelola Persampahan Kabupaten Kaimana
Jabatan : Tenaga Pengoperasian SPA

JAM JUMLAH
SATUAN NORMA PEGAWAI
HASIL KERJA BEBAN JAM
No JABATAN TUGAS JABATAN URAIAN TUGAS HASIL WAKTU YANG
KERJA EFEKTIF KERJA KERJA
KERJA (Menit) DIBUTUHKAN
PERTAHUN EFEKTIF
9. Tenaga Pelaksanaan A. Persiapan pengoperasian SPA              
Pengopera pengoperasian 1. Menyiapkan alat & peralatan kerja 3 Kegiatan 5 Hari 15 300 0.050
sian SPA SPA 2. Memperhatikan arahan atau petunjuk teknis lapangan 3 Kegiatan 5 Hari 15 300 0.050
3. Mengenakan alat keselamatan kerja 3 Kegiatan 5 Hari 15 300 0.050
Jumlah (A) 9 15 45 0.150
B. Melaksanakan pengoperasian SPA
1. Pencatatan sampah masuk SPA 1 Kegiatan 10 Hari 10 300 0.033
2. Pengaturan kendaraan pengumpul yang masuk SPA 1 Kegiatan 20 Hari 20 300 0.067
3. Pengaturan kendaraan pengangkut besar yang keluar SPA 1 Kegiatan 20 Hari 20 300 0.067
4. Proses reduksi volume sampah di SPA 3 Kegiatan 120 Hari 360 300 1.200
5. Pengawasan proses reduksi volume sampah di SPA 3 Kegiatan 120 Hari 360 300 1.200
6. Pengawasan lingkungan sekitar SPA 1 Kegiatan 60 Minggu 60 6,000 0.010
7. Penanganan lindi di SPA 1 Kegiatan 10 Hari 10 300 0.033
Jumlah (B) 11 360 840 2.577
C. Penyusunan laporan kegiatan pengoperasian SPA
1. Mengumpulkan data dan menyusun laporan 12 Dokumen 1500 Tahun 18000 72,000 0.250

68
2. Melaporkan kegiatan kepada Kepala UPTD 12 Dokumen 360 Tahun 4320 72,000 0.060
Jumlah (C) 24 1860 22320 0.310
TOTAL (A+B) 44 2235 23205 3.04
Dibulatkan 3

Tabel 37. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan SDM Pengelola UPTD Pengelola Persampahan Kabupaten Kaimana
Jabatan : Tenaga Pengoperasian TPA

JAM JUMLAH
SATUAN NORMA PEGAWAI
HASIL KERJA BEBAN JAM
No JABATAN TUGAS JABATAN URAIAN TUGAS HASIL WAKTU YANG
KERJA EFEKTIF KERJA KERJA
KERJA (Menit) DIBUTUHKAN
PERTAHUN EFEKTIF
10. Tenaga Pelaksanaan A. Persiapan pengoperasian SPA              
Pengopera pengoperasian 1. Menyiapkan alat & peralatan kerja 3 Kegiatan 5 Hari 15 300 0.050
sian TPA TPA 2. Memperhatikan arahan atau petunjuk teknis lapangan 3 Kegiatan 5 Hari 15 300 0.050
3. Mengenakan alat keselamatan kerja 3 Kegiatan 5 Hari 15 300 0.050
Jumlah (A) 9 15 45 0.150
B. Melaksanakan pengoperasian SPA
1. Pencatatan & Penimbangan sampah masuk 1 Kegiatan 10 Hari 10 300 0.033
2. Pengarahan pembongkaran sampah 1 Kegiatan 20 Hari 20 300 0.067
3. Pemadatan sampah 3 Kegiatan 60 Hari 180 300 0.600
4. Pengurugan & penimbunan tanah penutup harian & antara 3 Kegiatan 60 Minggu 180 1,500 0.120
5. Pemadatan 3 Kegiatan 60 Hari 180 300 0.600
6. Penutupan tanah penutup 3 Kegiatan 60 Minggu 180 1,500 0.120

69
7. Penyiapan tanah penutup 3 Kegiatan 60 Minggu 180 1,500 0.120
8. Pemeriksanaan leachate influen & efluen 1 Kegiatan 10 Hari 10 300 0.033
9. Pengerukan/ penyedotan lumpur 3 Kegiatan 60 Bulan 180 6,000 0.030
10. Pembuangan lumpur ke lanfill 3 Kegiatan 30 Hari 90 300 0.300
11. Pengumpulan dan penanganan gas methan 1 Kegiatan 10 Hari 10 300 0.033
12. Pemanfaatan gas methan 1 Kegiatan 10 Hari 10 300 0.033
13. Penerangan & suplai energi untuk sarana di TPA 1 Kegiatan 10 Hari 10 300 0.033
14. Monitoring sumur pemantauan 1 Kegiatan 10 Hari 10 300 0.033
15. Monitoring parameter pencemar 1 Kegiatan 10 Hari 10 300 0.033
16. Pelaksanaan keamanan TPA *) 2 Kegiatan 480 Hari 960 300 3.200
Jumlah (B) 29 480 2220 5.390
C. Penyusunan laporan kegiatan pengoperasian SPA
1. Mengumpulkan data dan menyusun laporan 12 Dokumen 1500 Tahun 18000 72,000 0.250
2. Melaporkan kegiatan kepada Kepala UPTD 12 Dokumen 360 Tahun 4320 72,000 0.060
Jumlah (C) 24 1860 22320 0.310
TOTAL (A+B) 62 2355 24585 5.85
Dibulatkan 6

70
BAB IV
ANALISIS RASIO BELANJA PEGAWAI

4.1. Rasio Belanja Pegawai Dengan Belanja Langsung Rasio Belanja Barang dan
Jasa dan/atau Belanja Modal
Analisis Rasio Belanja Pegawai akan dilakukan dengan menggunakan Satuan
Anggaran Belanja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kaimana.
Hal ini disebabkan sejak dibentuknya Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kaimana
pada Tahun 2017 belum memiliki alokasi anggaran Belanja Pegawai. Demikian status
pegawai Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kaimana hingga bulan Oktober 2017
masih sebagai pegawai pada Bappeda Kabupaten Kaimana.

Penggunaan Satuan Anggaran Belanja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Kaimana sebagai data yang dianalisis adalah relevan pertimbangannya
karena seluruh pegawai pengelola persampahan Kabupaten Kaimana yang dianalisis
hingga saat ini (Oktober 2017) masih sebagai pegawai Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten Kaimana dan anggaran operasional pengelolaan
persampahan juga masih merupakan bagian dari anggaran Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang Kabupaten Kaimana.

Anggaran Belanja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Kaimana pada
periode 2013-2016 menunjukan tren yang naik dan turun (befluktuatif). Dilihat dari
porsinya, Anggaran Belanja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Kaimana didominasi oleh Belanja Langsung rata-rata sebesar Rp. 169,677,294,621
per tahun.

Tabel 38. Anggaran Belanja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab.
Kaimana 2013-2016
Kode Rek Uraian 2013 2014 2015 2016

5 Belanja 168,966,750,380 197,444,119,217 146,600,209,851 177,941,698,216

5.1 Belanja Tidak Langsung 1,897,762,500 3,057,623,937 4,010,040,164 3,278,172,581

5.2.1 Belanja Pegawai 1,897,762,500 3,057,623,937 4,010,040,164 3,278,172,581

5.2 Belanja Langsung 167,068,987,880 194,386,495,280 142,590,169,687 174,663,525,635

5.2.1 Belanja Pegawai 3,438,164,000 3,694,260,000 3,560,610,000 5,495,429,000

5,2.2 Belanja Barang dan Jasa 15,956,781,000 4,782,965,000 5,832,837,300 9,379,909,800

5.2.3. Belanja Modal 147,674,042,680 185,909,270,280 133,196,722,387 159,788,186,835

71
Secara persentase Belanja Langsung sebagian besar digunakan untuk Belanja Modal
yang rata-rata per tahunnya sebesar Rp. 156,642,055,546 atau sebesar 90.68 persen
dari seluruh Belanja Dinas.

Tabel 39. Persentase Anggaran Belanja pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kab. Kaimana 2013-2016
Kode Rek Uraian 2013 2014 2015 2016 Rata-rata

5.1 Belanja Tidak Langsung 1.12 1.55 2.74 1.84 1.77


5.2.1 Belanja Pegawai 1.12 1.55 2.74 1.84 1.77
5.2 Belanja Langsung 98.88 98.45 97.26 98.16 98.23
5.2.1 Belanja Pegawai 2.03 1.87 2.43 3.09 2.34
5,2.2 Belanja Barang dan Jasa 9.44 2.42 3.98 5.27 5.20
5.2.3. Belanja Modal 87.40 94.16 90.86 89.80 90.68

Sebagaimana hasil analisis persentase Belanja Dinas pada tabel di atas bahwa
Belanja Tidak Langsung Pegawai secara rata-rata hanya sebesar 1.77 persen per tahun
dan rata-rata Belanja Langsung Pegawai sebesar 2,34 persen per tahun. Kenyataan
tersebut menunjukkan bahwa persentase Belanja pegawai masih jauh dari Belanja
Modal demikian jika dibandingkan juga dengan Belanja Barang dan Jasa.

Tabel 40. Rasio Belanja Pegawai Tindak Langsung dan Belanja Pengawai Langsung
Terhadap Belanja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab.
Kaimana 2013-2016
Uraian 2013 2014 2015 2016

Belanja Tidak Langsung Pegawai 1,897,762,500 3,057,623,937 4,010,040,164 3,278,172,581

Belanja Langsung Pegawai 3,438,164,000 3,694,260,000 3,560,610,000 5,495,429,000

Total Belanja Pegawai 5,335,926,500 6,751,883,937 7,570,650,164 8,773,601,581

Total Belanja Dinas 168,966,750,380 197,444,119,217 146,600,209,851 177,941,698,216


Rasio Belanja Pegawai Tidak
1.12 1.55 2.74 1.84
Langsung terhadap Belanja Dinas
Rasio Belanja Langsung Pegawai
2.03 1.87 2.43 3.09
terhadap Belanja Dinas
Rasio Total Belanja Pegawai dengan
3.16 3.42 5.16 4.93
Total Belanja Dinas

Nilai Anggaran Belanja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Kaimana
khususnya Nilai Anggaran Belanja Langsung Pegawai akan meningkat jika dilihat saat
dibentuknya UPTD Persampahan jumlah pegawainya bertambah. Namun demikian
hasil analisis Kebutuhan Pegawai pada UPTD Pengelola Persampahan menunjukkan,
bahwa setelah terbentuk UPTD Persampahan Kabupaten Kaimana, pegawai pengelola
persampahan yang ada malah berlebih sebanyak 3 orang atau 9 orang bilamana SDM
Alternatif terdiri atas Tenaga Perencana, Tenaga Penyuluh, dan Tenaga Pengoperasian
SPA belum ditempatkan.

72
Jika diasumsikan Anggaran semua jenis Belanja tidak meningkat maka persentase
belanja pegawai tidak mengalami kenaikan. Sebaliknya bilamana jumlah pegawai
mengikuti jumlah hasil alaisis kebutuhan pegawai maka akan terjadi penurunan
anggaran belanja langsung pegawai sebesar 3.61 persen bilamana jumlah pegawai
menjadi sebanyak 80 orang (atau dikurangi sebanyak 3 orang) dan 10.84 persen
bilamana jumlah pegawai menjadi sebanyak 74 orang saja (atau dikurangi sebanyak 9
orang).

Tabel 41. Anggaran Belanja Langsung Pegawai Setelah Terbentuk UPTD


Setelah terbentuk UPTD
Sebelum
Uraian Jumlah Jumlah
terbentuk UPTD
pegawai 80 orang pegawai 74 orang
Belanja (Rp) 172,738,194,366 173,446,439,622 173,446,439,622
Belanja Tidak Langsung (Rp) 3,060,899,796 3,060,899,796 3,060,899,796
Belanja Pegawai (Rp) 3,060,899,796 3,060,899,796 3,060,899,796
Belanja Langsung (Rp) 169,677,294,571 170,385,539,827 170,385,539,827
Belanja Pegawai (Rp) 4,047,115,750 3,901,014,871.43 3,608,408,402.70
Belanja Barang dan Jasa (Rp) 8,988,123,275 8,988,123,275 8,988,123,275
Belanja Modal (Rp) 156,642,055,546 156,642,055,546 156,642,055,546
Pengurangan Belanja Langsung
146,100,879 438,707,347
Pegawai (Rp)
Pengurangan Belanja Langsung
3.61 10.84
Pegawai (%)

4.2. Analisis Kebutuhan Biaya O/P


Analisis Kebutuhan Biaya Operasi dan Pemeliharaan (O/P) Pengelolaan Sampah
untuk Wilayah Pelayanan Kabupaten Kaimana menganalisis biaya O/P untuk biaya-
biaya: 1) Pengumpulan, 2) Pengakutan sampah dari TPS ke TPA, 3) Penyapuan kalan
dan pembersihan saluran, 4) overhead kantor, 5) operasional TPS, 6) Operasional
TPS3R, dan 7) operasional TPA.

Kebutuhan Biaya OM Pengelolaan Sampah untuk Wilayah Pelayanan Kabupaten


Kaimana diproyeksikan meningkat setiap tahunnya. Jika pada tahun 2018 sebesar Rp.
3,829.61 juta maka pada tahun 2022 meningkat menjadi sbesar Rp. 5,257.54 juta
atau meningkat sebesar 27.16 persen. Tren Biaya OM Pengelolaan Sampah untuk
Wilayah Pelayanan Kabupaten Kaimana seperti pada gambar berikut ini.

73
Gambar 21. Kebutuhan Biaya OM Pengelolaan Sampah untuk Wilayah Pelayanan
Kabupaten Kaimana

Hasil analisis menunjukan bahwa pada tahun 2018 diproyeksikan biaya dan OM
pengelolaan sampah sebesar Rp. 3,830 milyar untuk OP/ton sampah sebesar 473,190
ton atau 152,514 OP/m3 sampah. Pada tahun 2022 biaya dan OM pengelolaan
sampah sebesar Rp. 5,258 milyar untuk OP/ton sampah sebesar 649,625 ton atau
OP/m3 sampah sebesar 177,561 m3. Artinya akan terjadi kenaikan biaya dan OM
pengelolaan sampah sebesar 50,44 persen pada tahun 2022. Sedangkan OP/ton
sampah meningkat sebesar 50,45 persen atau OP/m3 sampah meningkat sebesar
73,10 persen.

Tabel 42. Rencana Prakiraan Biaya OM Pengelolaan Sampah untuk Wilayah Pelayanan
Kabupaten Kaimana (Rp. 000,000)
Uraian 2018 2019 2020 2021 2022
1. Pengumpulan 336.29 350.41 365.13 380.47 396.46
2. Pengakutan sampah dari TPS ke TPA 255.86 324.37 478.28 491.67 505.63
3. Penyapuan jalan dan pembersihan saluran 321.5 321.5 321.5 321.5 321.5
4. Overhead kantor 361.07 486.44 621.78 646.29 671.84
5. Operasional TPS 32.31 44.9 58.48 60.94 63.51
6. Operasional TPST 3R 803.89 1,116.95 1,454.93 1,516.14 1,579.92
7. Operasional TPA 1,718.68 1,718.68 1,718.68 1,718.68 1,718.68
Jumlah 3,829.60 4,363.25 5,018.78 5,135.69 5,257.54

Tabel 43. Rencana Prakiraan Biaya dan OM Pengelolaan Sampah (OP/ton sampah)
untuk Wilayah Pelayanan Kabupaten Kaimana
Uraian 2018 2019 2020 2021 2022
Produksi Sampah (m3/hari) 69,75 72,680 75.74 78.93 82.25
Biaya Pengumpulan (Rp. 000,000) 336 350 365 38 396
OP/ton sampah 41,552 43,297 45,116 47,011 48,986
Biaya Pengangkutanu (Rp. 000,000) 256 324 478 492 506
OP/ton sampah 31,615 40,079 59,097 60,752 62,476
Biaya Penyapuan jalan dan pembersihan saluran (Rp.
322 322 322 322 322
000.000)
OP/ton sampah 39,725 39,275 39,725 39,725 39,725

74
Uraian 2018 2019 2020 2021 2022
Biaya Overhead kantor (Rp. 000,000) 361 486 622 646 672
OP/ton sampah 44,614 60,105 76,828 79,857 83,013
Biaya Operasional TPS (Rp. 000,000) 32 45 58 61 64
OP/ton sampah 3,993 5,548 7,226 7,530 7,847
Biaya Operasional TPST 3R (Rp. 000,000) 804 1,117 1,455 1,516 1,580
138,01 179,77 187,33 195,21
OP/ton sampah 99,330
1 2 5 7
Biaya Operasional TPA 1,719 1,719 1,719 1,719 1,719
212,36 212,36 212,36 212,36 212,36
OP/ton sampah
2 2 2 2 2
OP/m3 sampah 68,446 65,683 63,031 60,486 58,044
Total Biaya Pengelolaan (Rp. 000,000) 3,830 4,363 5,019 5,136 5,258
473,19 539,12 620,12 634,57 649,62
OP/ton sampah
0 6 5 2 5
152,51 166,75 184,05 180,74 177,56
OP/m3 sampah
4 0 9 3 1

75
BAB V
PENUTUP

Pembentukan UPTD Pengelola Persampahan Kabupaten Kaimana merupakan suatu


kebutuhan prioritas mengingat seiring meningkatnya jumlah penduduk, timbulan
sampah yang dihasilkan dari aktivitas penduduk akan semakin meningkat. Oleh
karena itu pengelolaan persampahan di Kabupaten Kaimana harus semakin fokus
pada operasional pelayanan, sehingga pada akhir tahun 2019 selruh penduduk
Kabupaten Kaimana sudah dapat mengakses pelayanan persampahan yang diberikan
pemerinta daerah.

UPTD Pengelola Persampahan Kabupaten Kaimana adalah bagian perangkat daerah


yang akan melaksanakan sebagian tugas teknis operasional dari Dinas yang
membawahinya. Karena itu adanya UPTD Pengelola Persampahan maka tugas
regulator dan operator pengelolaan persampahan tidak bercampur lagi namun sudah
membagi menjadi fungsinya masing-masing. Dan diharapkan dengan bentukan yang
demikian pelayanan pengelolaan persampahan akan semakin maksimal.

UPTD Pengelola Persampahan Kabupaten Kaimana yang akan dibentuk mempunyai


tugas pokok : “Melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/ atau kegiatan teknis
penunjang di bidang pengelolaan sampah”. Sesuai dengan tugasnya tersebut UPTD
melaksanakan urusan pemerintahan pekerjaan umum dan perumahan rakyat
sekaligus melaksanakan urusan pemerintahan bidang Lingkungan Hidup.
Melaksanakan urusan pemerintahan pekerjaan umum dan perumahan rakyat di
bidang persampahan merupakan urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan
dasar sehingga pelaksanaanya perlu menjadi prioritas pemerintah daerah.

Pembentukan UPTD Pengelola Persampahan Kabupaten Kaimana memang akan


menambah jumlah pegawai Dinas, namun demikian penambahan jumlah pegawai
tersebut tidak menambah secara signifikan anggaran Belanja Dinas. Nilai tersebut
sangat rendah disbanding manfaat yang diberikan yaitu menghadirkan hak asasi
masyarakat Kabupaten Kaimana untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka pembentukan UPTD Pengelola


Persampahan Kabupaten Kaimana menjadi penting untuk segera dilaksanakan.

76

Anda mungkin juga menyukai