Anda di halaman 1dari 7

PERMASALAHAN KEBERSIHAN PERMUKIMAN PINGGIR SUNGAI

GANDUS PALEMBANG DAN BERBAGAI ALTERNATIF TINDAKAN KEBERSIHAN

Wintoro Maulana Malik 03061281621037


Fak. Teknik, Prodi. Arsitektur Universitas Sriwijaya
email : wintoromaulanamalik@gmail.com

Abstrak
Kebersihan suatu lingkungan, merupakan tolak ukur yang krusial, karena kondisi kebersihan
suatu lingkungan menjadi katalis utama kondisi bangunan dan penghuni di suatu lingkungan
kawasan. Kondisi kesehatan para warga suatu lingkungan, terdapat hubungan dengan kondisi
kebersihan lingkungan. Pada kondisi pinggir sungai, apabila terdapat banyak sampah yang
dibuang di sungai, selain dapat menyebabkan penyakit, juga dapat berpotensi menyebabkan
bencana banjir, atau naiknya ketinggian air sungai, yang disebabkan menumpuknya sampah
di sungai. Kondisi tersebut bisa disebabkan kurangnya perhatian pada kondisi sanitasi
lingkungan, berupa tempat sampah atau kurangnya perhatian warga terhadap kebersihan.
Pada kawasan permukiman pinggir sungai Gandus, respon warga terhadap kebersihan
lingkungan begitu beragam, ada warga yang sudah membuang sampah di Tempat
Pembuangan Sampah resmi, tetapi masih banyak mayoritas warga yang disurvey, masih
membuang sampah di sungai. Pada saat kondisi cuaca hujan, beberapa warga menuturkan
bahwa air sungai bisa masuk ke dalam rumah, namun, para warga lebih memilih untuk tetap
tinggal di rumah-rumah mereka. Upaya kebersihan pada kawasan pinggir sungai Gandus,
belum sepenuhnya terlaksana, tempat sampah, petugas kebersihan dan penyuluhan, belum
sepenuhnya diterapkan pada warga kawasan pinggir sungai Gandus. Faktor-faktor tersebut,
menjadi poin penting, terhadap kebersihan di kawasan pinggir sungai Gandus. Dengan
demikian, diharapkan penelitian ini, dapat menjadi referensi, bagaimana kondisi kebersihan
kawasan pinggir sungai Gandus, dan alternatif tindakan kebersihannya.

1. Pendahuluan
Indonesia adalah negara maritim yang sebagian besar wilayahnya adalah air, hal ini
menyebabkan air menjadi hal penting di indonesia, kondisi ini juga memiliki sisi lain, yaitu,
indonesia sering mengalami bencana banjir, terutama pada provinsi yang mengutamakan
fungsi sungai, seperti di provinsi sumatera selatan, tepatnya di daerah tepian sungai musi
yang ada di kota palembang. Daerah tepian Sungai Musi sering mengalami pasang-surut air
dan menyebabkan banjir, kawasan Gandus adalah daerah yang sangat dekat dengan sungai
dan menjadi fokus utama.
Masyarakat Gandus banyak tinggal di tepian sungai dan berinteraksi langsung dengan Sungai
Musi dalam hal mandi, cuci dan kakus. Kebanyakan rumah di kawasan Gandus menggunakan
struktur rumah panggung dengan ketinggian yang tidak sama, berdasar hasil survey , rata-rata
para warga membuang sampah di sungai, sehingga memperburuk kondisi sungai.
Rata-rata warga tidak mempermasalahkan lingkungan mereka tinggal, hal ini disebabkan oleh
faktor kenyamanan mereka sudah tinggal lama di sana. Dilihat secara fisik lingkungan dan
rumah mereka, terdapat rumah yang perlu mendapat perbaikan, dan lingkungan mereka perlu
diberikan sebuah tindakan seperti pembersihan lingkungan atau gotong royong.

2. Tinjauan Pustaka
Menurut Doxiadis dalam Kuswartojo, T., & Salim, S. (1997), permukiman merupakan
sebuah sistem dengan adanya lima unsur, yaitu: alam, masyarakat, manusia, lindungan dan
jaringan. Bagian permukiman yang disebut wadah tersebut merupakan suatu bentuk paduan
tiga unsur: alam (tanah, air, udara), lindungan (shell) dan jaringan (networks), sedang isinya
terdapat manusia dan masyarakat. Alam merupakan unsur dasar dan di alam itulah ciptakan
lindungan (rumah, gedung dan lainnya) sebagai tempat manusia tinggal serta menjalankan
fungsi lain.

1. Kumuh
Kumuh biasanya memiliki kesan atau gambaran secara umum tentang suatu sikap dan
tingkah laku yang begitu rendah, dilihat dari standar kehidupan dan penghasilan kelas
menengah. Dengan kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai suatu pertanda atau cap yang
diberikan golongan yang berada di atas yang sudah mapan yang ditujukan kepada golongan
bawah yang belum mapan. Menurut kamus ilmu-ilmu sosial, Slum’s dapat diartikan sebagai
suatu daerah yang memiliki kondisi lingkungan kotor yang status bangunan-bangunannya
sangat tidak memenuhi syarat kelayakan. Jadi daerah slum’s dapat diartikan sebagai daerah
yang ditempati oleh penduduk dengan status ekonomi rendah dan bangunan-bangunan
perumahannya tidak memenuhi syarat untuk disebut sebagai perumahan yang sehat.
Slum’s merupakan lingkungan hunian yang sifatnya legal akan tetapi dari segi kondisi sudah
tidak layak huni atau persyaratannya tidak terpenuhi sebagai permukiman (Utomo Is Hadri,
2000). Slum’s yaitu permukiman diatas lahan sudah sah yang sudah sangat kumuh baik
perumahan maupun permukimannya (Herlianto, 1985).

2. Permukiman kumuh
Diana Puspitasari dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman (Distarkim) Kota Depok memberi
pernyataan, definisi permukiman kumuh berdasar pada karakteristik suatu lingkungan
permukiman yang mengalami penurunan kualitas. Dengan kata lain memburuk baik secara
kondisi fisiknya, sosial ekonomi maupun sosial budaya. Dan tidak ada kemungkinan tercapai
kehidupan yang lebih layak bahkan cenderung memiliki potensi bahaya bagi penghuninya.
Menurut Diana, ciri permukiman kumuh merupakan permukiman yang memiliki tingkat
hunian dan kepadatan bangunan yang sangat tinggi, bangunan-bangunan dengan tata letaknya
yang tidak teratur, kualitas rumah yang sangat rendah. Selain itu tidak memadainya prasarana
dan sarana dasar seperti air minum, jalan, air limbah dan sampah.

3. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat subjektif, dengan melakukan metode survey ke rumah-
rumah warga, warga yang disurvey yakni berjumlah 42 orang berdasar jumlah rumah yang
dikunjungi.
4. Gambaran Umum Lokasi

Gambar 1. Letak Permukiman Pinggir Sungai Gandus


Kawasan keseluruhan Gandus seluas 50,70 Km2, untuk kawasan yang disurvey memiliki luas
sekitar 10 Km2, kawasan pinggiran sungai gandus juga terdapat pabrik.

5. Hasil dan Pembahasan


1. Respon Warga Terhadap Sampah
Pembahasan akan terfokus pada tindakan warga terhadap sampah, penanganan sampah, dan
berbagai tindakan alternatif.

5% SANGAT
10% SETUJU
SETUJU
NETRAL
45%
TIDAK
SETUJU
40% SANGAT
TIDAK
SETUJU

Gambar 2. Diagram Respon Warga Terhadap Banyaknya Sampah

Berdasarkan diagram, para warga mayoritas menyatakan bahwa lingkungan mereka, terdapat
banyak sampah.
Gambar 3. Kondisi Sekitar Rumah

Buang Sampah
7% 5%

26%

40%

21%

Halaman Dibakar
TPS Sungai
Diambil petugas
Gambar 4. Diagram Perlakuan Warga Terhadap Sampah
Dari diagram diatas, mayoritas warga masih membuang sampah di sungai, sedangkan hanya
sekitar seperempat jumlah warga atau 21% yang disurvey, telah membuang sampah ke
Tempat Pembuangan Sampah terdekat, 26% membakar sampah, dan sebagian kecil yang lain,
membuang sampah di halaman dan diambil petugas.
2. Opini Warga Terhadap Penanganan Sampah

Butuh Petugas Sampah


10%

36% 55%

Sangat Setuju Setuju


Netral
Gambar 5. Diagram Butuh Petugas Sampah

Perbanyak tempat
pembuangan sampah

10% Sangat
Setuju
38% Setuju
Netral
52%

Gambar 6. Diagram Perbanyak Tempat Sampah


Memberikan penyuluhan tentang
kebersihan lingkungan pada
masyarakat
5%
Sangat
Setuju
39% Setuju
Netral
56%

Gambar 7. Diagram Butuh Penyuluhan

Dari ketiga diagram di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa, warga pinggir sungai kawasan
Gandus, memerlukan berbagai tindakan penanganan sampah, seperti petugas, tempat sampah,
dan penyuluhan. Kurangnya petugas kebersihan dan tempat sampah, juga menjadi faktor
utama kurangnya kebersihan kawasan pinggir sungai Gandus, Tempat Pembuangan Sampah
yang tersedia di kawasan tersebut, berjarak tidak dekat dengan permukiman penduduk
pinggir sungai, hal ini menjadi faktor utama mayoritas warga membuang sampah di sungai.
Penambahan Tempat Pembuangan Sampah atau petugas yang membawa sampah ke Tempat
Pembuangan Sampah, dapat mengurangi volume sampah di kawasan pinggir sungai Gandus.

6. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Kondisi kebersihan kawasan pinggir sungai Gandus, belum mendapat perhatian dan
penanganan yang baik, dari warga atau pemerintah setempat. Sampah-sampah warga yang
mayoritas dibuang secara sembarangan, seperti dibuang di sungai atau di halaman. Kondisi
sampah yang berserakan terutama di bawah rumah-rumah warga, memperburuk kondisi fisik
dan estetika permukiman tersebut. Sampah-sampah yang berserakan juga memberikan aroma
yang tidak sedap, sehingga dapat mengganggu warga, selain mengganggu keindahan
permukiman. Jauhnya Tempat Pembuangan Sampah, menjadi penyebab yang signifikan
terhadap kebersihan permukiman tersebut, petugas pengambil sampah menurut survey,
sangat dibutuhkan untuk membantu mengambil sampah-sampah warga, ke Tempat
Pembuangan Sampah, memperbanyak tempat sampah dan mengadakan penyuluhan,
merupakan suatu tindakan yang sederhana namun, memberi dampak yang signifikan terhadap
kebersihan permukiman tersebut.
2. Saran
Berdasarkan hasil survey, dari penelitian tentang, permasalahan kebersihan permukiman
pinggir sungai gandus palembang dan berbagai alternatif tindakan kebersihan, terbagi dalam
beberapa prioritas, antara lain :

a. Prioritas I : Kondisi kebersihan lingkungan


b. Prioritas II : Penambahan tempat sampah
c. Prioritas III : Perbanyak Petugas
d. Prioritas IV : Diadakan Penyuluhan

Referensi
Anonim. (n.d.). Tinjauan Pustaka. Retrieved Maret 11, 2019, from elib.unikom.ac.id:
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/543/jbptunikompp-gdl-diralazuar-27111-5-
unikom_d-i.pdf
Elmer, F. dkk. (2010). Influence of flood frequency on residential building losses. Natural
Hazards and Earth System Sciences, 2146.
Gwimbi, P. (2009). Linking rural community livelihoods to resilience building in flood risk
reduction in Zimbabwe. JÀMBÁ: Journal of Disaster Risk Studies, Vol.2, No.1, 71.
Indrosaptono, D. (2003). Penekanan desain riverfront park pada perancangan penataan
bantaran kali banjir kanal barat, kota semarang. Vol 1.

Maulana, W. (2018). Tanggap Bencana. Kendali Kawasan Tepian Sungai 5 Ulu Palembang
Terhadap Bencana Banjir, 1-4.
N., D. (2005). Permukiman yang berwawasan lingkungan tinjauan. Jurnal Sistem Teknik
Industri Volume 6, No.4 Oktober 2005, 35-39.
Putu, N. (2004). Permukiman Kumuh Masalah Atau Solusi? JURNAL PERMUKIMAN
NATAH VOL. 2 NO. 2 AGUSTUS 2004 : 56 - 107, 92-95.

Anda mungkin juga menyukai