Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

KULTUR JARINGAN
“INDUKSI KALUS PADI”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kultur Jaringan

Disusun Oleh
Nama : Reny Larasati
NIM : 4442170073
Kelas : VI A

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembibitan merupakan awal proses yang dilakukan dalam budidaya pertanian.
Penggunaan bibit yang sehat dan bebas dari penyakit merupakan salah satu kunci
suksesnya suatu budidaya pertanian. Menggunakan bibit bermutu merupakan
salah satu upaya dalam meningkatkan produksi hasil pertanian. Usaha pembibitan
merupakan upaya pembiakan tanaman yang dapat dilakukan secara generative
maupun vegetatif. Kultur jaringan merupakan salah satu cara atau teknik
pembibitan secara vegetatif guna mendapatkan bibit yang bermutu (Djapfar,
1990).
Teknik kultur jaringan bukanlah merupakan suatu cabang tersendiri, melainkan
merupakan suatu teknik yang mempunyai kegunaan sangat luas dalam penerapan dan
pengembangan berbagai cabang ilmu. Teknik kultur jaringan, dalam praktek telah
dikembangkan secara komersial untuk reproduksi tanaman, baik melalui kultur biji,
kultur embrio ataupun kultur jaringan. Bahkan dalam pengembangannya teknik kultur
jaringan telah banyak dimanfaatkan untuk kultur sel dan kultur protoplassetelah orang
berhasil mengisolasi protoplas tanpa dinding sel (Avivi, 2004).
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman,
khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang
dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain (mempunyai
sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga
tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah
besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin,
kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional
(Desriatin, 2004).
Kultur biji merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara teknik
kultur jaringan menggunakan bagian tanaman berupa biji. Biji digunakan sebagai media
kultur jaringan, karena merupakan bagian tanaman yang berfungsi untuk melanjutkan
kelangsungan hidup tanaman budidaya secara generatif. Bila menggunakan bagian
embrio bagian biji-biji sebagai eksplan, yang perlu diperhatikan adalah kemasakan
embrio, waktu imbibisi, temperature, dan dormansi (Prahandini et al, 2004).
Gegenerasi tanaman secara In Vitro dapat dilakukan melalui induksi tunas
(organogenesis) atau induksi embrio somatik (embriogenesis somatik). Teknik kultur
jaringan yang dapat menginduksi embrio somatic lebih diinginkan karena dapat berasal
dari satu sel pada jaringan somatic yang perkembangannya serupa dengan embrio normal.
Gegenerasi melalui jalur embriogenesis somatik mudah diregenerasikan menjadi embrio
bipolar, yaitu mempunyai dua kutub yang langsung sebagai bakal tunas dan akar
(Morgan. 1901).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari teknik induksi kalus dari benih padi.

BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Induksi Kalus Padi ini dilaksanakan pada hari Kamis, 12 Maret
2020 pukul 07.30-09.10 WIB di Laboratorium Bioteknologi, Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini ialah gelas jar, pinset, bunsen,
cawan petri, botol kutur berisi media N6. Sedangkan bahan yang digunakan ialah
plastik wrap, aluminium foil, media N6 dan MS, alkohol dan benih padi varietas
rojolele dan mentik wangi.

2.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini ialah:
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. LAF dihidupkan kemudian nyalakan cahaya UV.
3. Setelah 30 menit UV dimatikan kemudian blower dinyalakan dan
praktikan siap bekerja di LAF.
4. Tangan disemprot dengan menggunakan alkohol agar steril sebelum
bekerja di dalam LAF.
5. Botol kultur yang berisi media N6 dan dilapisi alumunium foil serta
wraping plastic dibuka dengan cara didekatkan dengan sumber api.
6. Botol kultur diarahkan ke sumber api dan air sisa yang berada didalam
botol dibuang.
7. Cawan petri yang berisi benih padi dipanaskan didekat sumber api
kemudian dibuka.
8. Eksplan diambil dengan menggunakan pinset yang sebelumnya sudah
direndam dengan menggunakan alkohol, lalu dikering anginkan dan
dipanaskan ke sumber api baru setelah itu digunakan.
9. Eksplan diambil sebanyak 2 buah dan diletakan didalam botol kultur yang
berisi media N6 dan diletakan agak berjauhan satu dengan yang lainnya.
10. Kemudian botol kultur ditutup dengan menggunakan alumunium foil yang
diambil dengan menggunakan pinset dan didekatkan kesumber api lalu
direkatkan ke atas botol kultur.
11. Atas botol kultur ditambah dengan plastic wrap agar semakin rekat.
12. Botol kultur yang sudah berisi eksplan disterilkan kembali dengan
disemprot alkohol sebelum disimpan di rak kultur.

BAB III
`HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Tabel 1. Data Pengamatan Induksi Kalus Varietas Mentik Wangi
Sifat Fisik Kalus Kontaminasi (Ada/Tidak)
Miinggu % %
Letak Jenis Browning
ke- Tekstur Warna Kontaminasi Browning
Media Eksplam Bakteri Jamur
3 Remah Putih
- - - - -
Kuning
0%
3 Remah Putih - - - - -
3 Remah Putih - - - - - 0%
3 Kompak Coklat - - - - -
3 Kompak Ke-
- - - - -
Kuningan
3 Remah Putih - - - - -

Tabel 2. Data Pengamatan Induksi Kalus Varietas Rojolele


Sifat Fisik Kalus Kontaminasi (Ada/Tidak)
Miinggu % %
Letak Jenis Browning
ke- Tekstur Warna Kontaminasi Browning
Media Eksplam Bakteri Jamur
3 Kompak Kuning
- - - - -
Kecoklatan
3 Kompak Kuning
- - - - -
Kecoklatan
3 Kompak Kuning
- - - - 0% - 0%
Kecoklatan
3 Kompak Kekuningan - - - - -
3 Kompak Abu-abu
- - - - -
Kecoklatan
3 Kompak Kekuningan - - - - -

3.2 Pembahasan
Kultur biji merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara teknik kultur
jaringan menggunakan bagian tanaman berupa biji. Biji digunakan sebagai media kultur
jaringan, karena merupakan bagiantanaman yang berfungsi untuk melanjutkan
kelangsungan hidup tanaman budidaya secara generatif. Bila menggunakan bagian
embrio bagian biji biji sebaga eksplan, yang perlu diperhatikan adalah kemasakan embrio,
waktu imbibisi, temperatur, dan dormansi (Fitriani, 2003).
Morgan (1901) menjelaskan bahwa kultur jaringan tanaman merupakan teknik
budidaya (perbanyakan) sel, jaringan, dan organ tanaman dalam suatu lingkungan yang
terkendali dan dalam keadaan aseptik atau bebas dari mikroorganisme. Secara umum
perbanyakan tanaman berdasarkan perkembangan dan siklus hidupnya dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu perbanyakan secara seksual dan perbanyakan secara aseksual. Kultur
Jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman
seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan
secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang
tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi
menjadi tanaman lengkap.
Metode kultur jaringan dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang
banyak dalam waktu yang relatif singkat, dimana tidak bergantung pada musim.
Keunggulan lain dari kultur jaringan yaitu memperoleh sifat fisiologi dan morfologi sama
persis dengan tanaman induknya (Nurwahyuni, 2006).
Pada praktikum kali ini media yang kami gunakan adalah media N6 dan tanaman
yang akan dijadikan eksplan yaitu padi varietas mentik wangi dan rojolele. Hal pertama
yang kita lakukan yaitu persiapan ruang penanaman, langkah-langkah yang dilakukan
antara lain mensterilkan LAF dengan sinar UV 30 menit atau dengan menyemprotkan
alkohol 96% ke bagian tangan dan botol yang berisi media, kemudian mengatur dengan
rapi alat-alat yang ingin digunakan pada LAF, posisi scalpel dan pinset serta alcohol 96%
yang digunakan untuk mensterilkan dissecting kit (scalpel dan pinset) disebelah kiri
bunsen, sedangkan botol kultur disebelah kanan, kemudian petridish diletakan dibagian
tengah. Petridish ini berguna sebagai tempat eksplan padi yang nantinya ingin diinduksi
yaitu pada bagian bijinya. Kemudian sebelum masuk ke dalam LAF semua alat dan bahan
seperti botol dan tangan harus disterilkan dengan alkohol 96% guna mencegah terjadinya
kontaminasi.
Menurut Prihardini, et al (1993) Bagian tanaman yang digunakan untuk kultur
jaringan biasanya adalah jaringan yang masih muda yang berasal dari organ vegetatif
seperti akar, batang, dan daun maupun organ generatif seperti embrio, biji, anther, atau
ovul serta bagian lain dari bunga. Daun kantong semar ini dipotong dengan cara satu kali
gesekan agar tidak menimbulkan luka yang lebih banyak dan membuat eksplan tersebut
mudah terkontaminasi.
Selanjutnya yang harus dilakukan ialah penanaman eksplan yang dilakukan
dengan cara mengambil bagian eksplan yang sudah disiapkan untuk ditanam dengan
menggunakan pinset yang telah disterilkan terlebih dahulu, lalu membuka botol kultur
yang telah berisi media dan dibakar bagian mulut botol tersebut dengan api pada Bunsen.
Hal ini dilakukan agar mencegah adanya kontaminan yang masuk. Lalu eksplan diletakan
kedalam media dengan hati-hati, letak eksplan harus dalam keadaan vertikal dan
menempel dengan media agar pertumbuhannya normal, lalu botol ditutup dengan kertas
aluminium foil dan ditutup dengan plastic wrap atau seal, lalu botol kultur yang sudah
diisi eksplan diletakan pada rak kultur di ruang inkubasi dan diamati perkembangan
eksplan selama 3 minggu. Setiap selesai menggunakan alat disterilkan dengan alkohol
dan dibakar dengan bunsen untuk mencegah kontaminasi.
Pada praktikum kali ini yang akan kami amati adalah tumbuhnya kalus pada
eksplan benih padi mentik wangi dan rojolele. Menurut Priadi et, al (2008) Pembentukan
kalus merupakan salah satu langkah penting yang menentukan keberhasilan teknik kultur
in vitro. Kalus merupakan massa sel yang tidak terorganisir, pada mulanya sebagai respon
terhadap pelapukan (wounding). Pembelahan selnya menjadi tidak terkendali, sel-selnya
mengalami proliferasi yaitu membelah terus menerus dengan sangat cepat, hal ini
dimungkinkan karena sel-sel tumbuhan yang secara alamiahnya bersifat autotrof
dikondisikan menjadi heterotrof oleh adanya nutrisi yang cukup komplek dan zat
pengatur tumbuh didalam medium kultur. Selain dari luka bekas irisan, kalus juga dapat
berasal dari pembelahan sel-sel kambium yang terus membelah dan berpoliferasi.
Poliferasi sel-sel akan menjadi lebih baik jika eksplan yang digunakan berasal
dari jaringan yang masih muda. Sel-sel kalus secara fisiologis dan biokimia sangat
berbeda dengan sel-sel eksplannya yang sudah terdiferensiasi. Sel-sel pada kalus bersifat
meristematik dan merupakan salah satu wujud dari dediferensiasi. Dediferensiasi
merupakan reversi dari sel-sel hidup yang telah terdiferensiasi menjadi tidak
terdiferensiasi, atau dengan kata lain menjadi meristematik kembali. Dediferensiasi
merupakan langkah awal bagi perbanyakan vegetatif dengan teknik kultur in vitro karena
merupakan dasar terjadinya primerdia tunas dan akar.
Maliro (2004) menyatakan pemilihan media kultur jaringan merupakan kunci
sukses dalam kultur jaringan. Hal ini menyebabkan banyak diadakan penelitian untuk
memodifikasi media-media yang memberikan respon berbeda terhadap berbagai macam
tanaman. Pada pelaksanaan praktikum seperti penyiapan eksplan dan penanamannya
perlu diperhatikan juga pada kesterilannya, seperti halnya kami perlu menggunakan
masker untuk mencegah kontam, mengurangi berbicara dimana yang nanti akan
menyebarkan bakteri serta perlu ketelitian dalam melakukannya agar terhindar dari
kontaminan dan mencegah kegagalan.
Pada hasil yang saya amati yaitu penanaman eksplan biji padi pada varietas
mentik wangi dan rojolele diketahui eksplan tersebut semuanya mengalami pertumbuhan
kalus dan tidak mengalami browning. Hal ini terjadi karena kami selaku praktikan
mengikuti langkah-langkah yang dianjurkan secara baik dan benar. Sehingga penanaman
ini dapat berjalan dengan baik dan lancer serta tidak terjadi kontaminasi dalam
pertumbuhannya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Teknik budidaya tanaman dengan menggunakan metode konvensional dalam
medium tanah atau pasir seringkali menghadapi kendala teknis, lingkungan maupun
waktu. Kultur jaringan tanaman merupakan teknik budidaya (perbanyakan) sel, jaringan,
dan organ tanaman dalam suatu lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan aseptik
atau bebas dari mikroorganisme. Berdasarkan bagian tanaman yang dikulturkan secara
lebih spesifik terdapat tipe-tipe kultur yaitu, kultur kalus, kultur suspensi sel, kultur anter,
kultur akar, kultur pucuk tunas, kultur embrio, kultur ovul, dan kultur kuncup bunga.
Terlihat pada praktikum kali ini praktikan tidak mengalami kendala apapun
dalam pengamatannya. Hal ini dikarenakan praktikan mengikuti prosedur pelaksanaan
praktikum dengan baik dan benar, sehingga dalam penanaman padi secara in vitro ini
tidak mengalami kontaminasi.

4.2 Saran
Dalam kegiatan praktikum ini ada baiknya kami diberitahukan kira – kira
berapa durasi yang dibutuhkan atau pemanasan saat dimasukkan ke dalam media
serta peralatan yang digunakan kurang sesuai karena ada yang terlalu besar
maupun terlalu kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Avivi. 2004. Pertumbuhan Dan Perkembangan Kultur Jaringan Kemenyan


Sumatrana (Styrax Benzoin Dryander). Jurnal Biologi Sumatera. Vol.
1(2):26-33.
Desriatin, N.L. 2004. Pengaruh Kombinasi Zat Pengatur Tumbuh Iaa Dan Kinetin
Terhadap Morfogenesis Pada Kultur In Vitro Tanaman Tembakau
(Nicotiana tabacum L. var. Prancak-95). Jurnal Jaringan Tembakau. Vol.
11 (7):15-22.
Djapfar, Z.R. 1990. Dasar-Dasar Agronomi. Palembang : WUAE Project.
Fitriani. 2003. Kultur Jaringan Tanaman. Malang : UMM Press.
Maliro. 2004. Mikropropagasi Pisang Abaca (Musa textillis nee) Melalui Teknik
Kultur Jaringan . Jurnal Ilmu Pertanian. Vol. 11(2): 27-34.
Morgan. 1901. Petunjuk Perawatan Anggrek. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Nurwahyuni. 2006. Induksi Kalus Binahong (Basella rubra L.) Secara In Vitro
Pada Media Murashige & Skoog Dengan Konsentrasi Sukrosa Yang
Berbeda. Jurnal BIOMA. Vol.13 (1):7-12.
Prahandini PE, Sudaryono RT & Purnomo S. 2004.Komposisi Media dan Eksplan
Kutur Jaringan. Jakarta : Rajawali press
Priadi, Doy, dkk.2008. Pertumbuhan In vitro Tunas Ubi Kayu (Manihot esculenta
Crantz) pada Berbagai Bahan Pemadat Alternatif Pengganti Agar. Jurnal
BIODIVERSITAS. Vol. 9(1):9-12.

LAMPIRAN

Penanaman eksplan benih


padi varietas mentik wangi Penanaman dilakukan di
Botol kultur disusun di
di media N6 dalam LAF
dalam rak kultur

Pertumbuhan eksplan Kalus berwana putih kuning Terdapat beberapa media


menjadi kalus dan kecoklatan dengan yang terkontaminasi
tekstur remah dan kompak

Anda mungkin juga menyukai