Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
kesehatan perempuan. AKI merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam
tujuan pembangunan millennium yaitu tujuan ke 5, meningkatkan kesehatan ibu dimana
target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah
kematian ibu. Terdapat dua kategori kematian ibu yaitu disebabkan oleh penyebab
langsung obstetri yaitu kematian yang diakibatkan langsung oleh kehamilan dan
persalinannya, dan kematian yang disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu
kematian yang terjadi pada ibu hamil yang disebabkan oleh penyakit dan bukan oleh
kehamilan atau persalinannya.
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka
kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sekitar
359/100.000 kelahiran hidup angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu
sekitar 228/100.000 kelahiran hidup. Trias utama kematian ibu adalah perdarahan,
hipertensi dalam kehamilan (HDK) dan infeksi. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014,
hampir 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 disebabkan oleh HDK. Penyakit
hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular yang terjadi sebelum kehamilan
atau timbul dalam kehamilan atau pada masa nifas.
Data Laporan Kematian Ibu di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat kasus
kematian ibu di Sumatera Barat pada tahun 2012 adalah 99 kasus, tahun 2013 adalah 90
kasus, sedangkan pada tahun 2014 adalah 116 kasus. Meningkat dari tahun sebelumnya.
Kota Padang merupakan daerah yang memiliki kematian ibu tertinggi yaitu 16 kasus pada
tahun 2013 dan 2014. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang penyebab kematian
maternal pada tahun 2012 dan 2013 adalah preeklampsia-eklampsia, perdarahan, infeksi.
Pada tahun 2014 penyebab kematian ibu adalah preeklamsia-eklampsia 31,25%,
perdarahan 18,75%, dan infeksi 12,5% dapat diketahui bahwa setiap tahunnya penyebab
utama kematian ibu secara langsung di kota Padang masih sama. Preeklampsia merupakan
penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
Secara umum, preeklamsi merupakan suatu hipertensi yang disertai dengan
proteinuria yang terjadi pada kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul setelah minggu ke-
20 usia kehamilan dan paling sering terjadi pada primigravida. Jika timbul pada

1
multigravida biasanya ada faktor predisposisi seperti kehamilan ganda, diabetes mellitus,
obesitas, umur lebih dari 35 tahun dan sebab lainnya.
Kematian janin diakibatkan hipoksia akut, karena sebab sekunder terhadap solusio
plasenta atau vasospasme dan diawali dengan pertumbuhan janin terhambat (IUGR). Di
negara berkembang, sekitar 25% mortalitas perinatal diakibatkan kelainan hipertensi
dalam kehamilan. Mortalitas maternal diakibatkan adanya hipertensi berat, kejang grand
mal, dan kerusakan end organ lainnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:
1.
C. Tujuan

1.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pre-eklamsi
Pre-eklamsi adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi
penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan
masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi. Pre-eklampsia dalam kehamilan
adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu
(akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.
Pre-eklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan
edema yang ditimbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke
3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa
(prawirohardjo, 2005).
Pre-eklamsi adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan
dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria dan edema yang
kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-
tanda kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya (muchtar, 1998).
Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia
ringan, pre-eklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang
sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama
kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan masing-
masing penyakit di atas tidak sama.

B. Etiologi
Penyebab preeklamsi saat ini belum dapat diketahui secara pasti, walaupun
penelitian dilakukan terhadap penyakit ini sedemikian maju. Semuanya baru didasarkan
pada teori yang dihubung-hubungkan dengan kejadian. Itulah sebabnya preklamsi
disebut juga “disease of theory”, gangguan kesehatan yang diasumsikan pada teori.
Adapun teori tersebut antara lain :
1. Peran prostasiklin dan tromboksan
Pada preeklamsi dan eklamsi didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga
terjadi penurunan prostasiklin yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi
pengumpalan dan fibionalisis, yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin.
Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin.

3
Aktivitas trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotinin,
sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
2. Peran faktor imunologis
Preeklamsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada
kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama
pembentukkan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang
semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Fierlie FM (1992) mendapatkan
beberapa data yang mendukung adanya sistem imun pada penderita preeklamsi ;
beberapa wanita dengan preeklamsi mempunyai komplek imun dalam serum,
beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada preeklamsi
diikuti proteiuri.
3. Faktor genetik
Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian preeklamsi
antara lain :
a. Preeklamsi hanya terjadi pada manusia
b. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklamsi pada anak-anak
dari ibu yang menderita preeklamsi
c. Kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklamsi pada anak dan cucu ibu hamil
dengan riwayat preeklamsi dan bukan pada ipar mereka
d. Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron Sistem (RAAS)
Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang
terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor resiko terjadinya preeklamsi, preeklamsi
umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja, dan
kehamilan pada wanita diatas 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah riwayat tekanan
darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan, riwayat mengelami preeklampsia
sebelumnya, riwayat preeklampsi pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan,
mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal lupus
atau rematoid arthritis.

C. Jenis-jenis Pre-eklamsi
1. Pre-eklamsi ringan
Pre-eklamsi ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau
edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Penyebab
preeklamsi ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai

4
“maladaptation sundrome” akibat vasospasme general segala akibat. Gejala klinis
preeklamsi ringan meliputi :
a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHg atau lebih
dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih dari sistol
140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastole 90 mmHg sampai kurang 110
mmHg
b. Proteinuri: secara kuantitatif lebih dari 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara
kualitatif positi 2 (+2)
c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan
Penangan preeklamsi ringan dapat dilakukan dua cara, tergantung gejala yang timbul,
yakni :
a. Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeklamsi ringan, dengan cara :
1) Ibu dianjurkan banyak istirahat (berbaring tidur/miring)
2) Diet: cukup protein, rendah lemak, rendah karbohidrat, dan rendah garam
3) Pemberian sedative ringan
4) Kunjungan ulang setiap 1 minggu
5) Pemeriksaan laboratorium (Hb, Hemotokrit, trombosit, urine lengkap,asam
urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal)
b. Penatalaksaan rawat tinggal pasien preeklamsi ringan berdasarkan kriteria :
1) Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya
perbaikan dari gejala-gejala preeklamsi
2) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama 2 kali berturut-
turut (2 minggu)
3) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsi berat
Perawatan obstetri pasien preeklamsi ringan :
a. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan ditunggu
sampai aterm. Namun bila desakan darah turun tetapi belum mencapai
normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur
kehamilan 37 minggu atau lebih
b. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)
Perslaian ditunggu sampai terjadinya onset persalinan atau di pertimbangkan
untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan.

5
c. Cara persalinan
Persalian dapat dilakukan secara spontan bila memperpendek kala II
2. Pre-eklamsi berat
Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih desertai proteinuria dan/atau edema
pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Gejala dan tanda preeklamsi berat :
a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg, tekanan darah diastolik > 110 mmHg
b. Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus
c. Trombosit < 100.000/mm3
d. Oliguria < 400 ml/24 jam
e. Proteinuria > 3 gr/liter
f. Nyeri episgastrium
g. Skotoma dan gangguan visus lainnya atau nyeri frontal yang berat
h. Perdarahan retina
i. Odem pulmonum
Pada preeklamsi berat juga terdapat penyulit lain, diantaranya : kerusakan
organ-organ tubuh seperti jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan
pembekuan darah, sindrome HELLP, bahkan dapat terjadi kematian pada janin, ibu,
atau keduanya bila preeklamsi tak segera diatasi dengan baik dan benar. Penanganan
preeklamsi berat, yakni:

a. Perawatan aktif, sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita
dilakukan pemeriksaan fetal assessment yakni pemeriksaan nonstress test (NST)
dan USG, dengan indikasi (salah satu atau lebih) :
1) Ibu : usia khamilan 37 minggu atau lebih; adanya tanda- tanda atau gejala
impending eklamsi, kehgagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam
pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam
perwatan edicinal, ada gejala-gejala satus quo (tidak ada perbaikan)
2) Janin : hasil fetal assesment jelek (NST dan USG): adanya tanda Intravena
Uterine Growt retardatin (IUGR)
3) Hasil laboratorium: adanya “HELP syndrome” (hematolisis dan peningkatan
fungsi hepar, trombositopenia)
b. Pengobatan medisinal pasien preeklamsi berat (dilakukan dirumah sakit dan atas
instruksi dokter) yaitu : segera masuk RS: tirah baring kesatu sisi. Tanda-tanda

6
vital diperiksa setiap 30 menit, reflek patella setiap jam, infus RL dextrose 5%
dimana setiap 1 liter disleingi infus RL (60-125 cc/jam) 500CC, berikan antasida,
diet cukup protein, rendah karbohidrat, rendah lemak, dan rendah garam,
pemberian obat anti kejang, MgSO4, diuretik tidak diberikan kecuali bila ada
tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka, diberikan
furosemid injeksi 40mg/IM
c. Antidepresa diberikan bila : tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg. Diastolis
lebih dari 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasasaran pengobatan adalah
tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan
menurunkan perfusi plasenta, dosis antihipertensi sama dengan dosis
antihipertensi pada umumnnya.
d. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan obat-obat
antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu)
e. Bila tidak tersedia anti hipertensi parental dapat diberikan tablet anti hipertensi
secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal
pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral (Syakib
Bakri, 1997)
f. Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-tanda menjurus payah
jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid
g. Lain-lain : konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata.

Penanganan preeklamsi berat pada saat persalinan, dilakukan tindakan


penderita dirawat inap anatara lain :
a. Istirahat mutlak dan ditempatkan diruangan isolasi; berikan diet rendah garam,
lemak dan tinggi protein; berikan suntikan MgSO4 8 gr IM, 4 gr bokong kanan,
dan 4 gr bokong kiri; suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap jam; syarat
pemberia MgSO4 adalah reflek patella positif, diuresis 100 cc dalam 4 jam
terakhir, respirasi 16 x/ menit dan harus tersedia antidotnya yaitu calsium
gluconas 10% dalam ampul sedia 10cc; infus dextrose 5% dan ringer laktat;
berikan obat anti hipertensi; injeksi katapres 1 ampul 1 mg dan selanjutnya dapat
diberikan tablet katapres 3 X ½ tablet atau 2 X ½ tablet sehari; diuretika tidak
diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru dan kegagalan jantung
kongestif. Untuk itu dapat disuntikkan 1 ampul IV lasix; segera setelah pemberian
MgSO4 kedua, dilakukan induksi partus dengan atau tanpaamniotomi. Untuk

7
induksi dipakai oksitosin 10 satuan dalam infus tetes (dilakukan oleh bidan atas
instruksi dokter)
b. Kala II harus dipersingkat dalam 24 jam dengan ekstraksi wakum atau forceps,
jadi ibu dilarang mengedan ()dilakukan oleh dokter ahli kandungan); jangan
berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang disebabkan
antonia uteri; pemberian MgSO4 kalau tidak ada kontraindikasi, kemudia
diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam postpartum.
c. Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea, perhatikan bahwa: tidak
terdapat koagulopati: anastesi yang aman atau terpilih adalah anastesi spinal
berhubungan dengan resiko (dilakukan oleh dokter kandungan)
d. Jika anastesi umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlau kecil, lakukan
persalinan pervaginam. Jikaservuks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2-
5 IU dalam 500nml dextrose 10 tetes/mnit atau dengan prostaglandin (atas
instruksi dokter boleh dilakukan oleh bidan)

D. Pengertian Eklamsi
1. Defenisi
Eklamsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat neurologik) dan/ atau koma
dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala- gejala preeklamsi.
Eklamsi adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil dan
wanita masa nifas disertai dengan hipertensi, oedema dan protenuria.Eklamsi lebih sering
terjadi pada kehamilan kembar, hydramnion, mola hydatidosa, dan eklamsi dapat terjadi
sebelum kehamilan bulan ke-6.
2. Tanda dan gejala
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklamsi dan
terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri
di episgastrium, dan hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan diobati, akan timbul
kejang; terutama pada persalinan, ini bahaya besar. Konvulsi eklamsi dibagi dalam 4
tingkat, yaitu :
a. Tingkat awal atau aura. Gejala ini berlangsung kira-kira 30 detik. Mata terbuka tanpa
melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya, dan kepala diputar kekanan
atau ke kiri

8
b. Kemudian timbul tingkat kejang tonik yang berlangsung 30 detik. Dalam tingkat ini
seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan menggenggam, dan kaki
bengkok ke dalam. Pernafasan berhemti, muka mulai menjadi sianotik, lidah dapat
tergigit.
c. Stadium ini kemudian disusul oleh tingkat kejang klonik yang berlangsung antara 1-2
menit. Spasmus tonik menghilang. Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam
tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi. Bola
mata menonjol. Dari mulut keluar lidah berbusa, muka menunjukkan kongesti dan
sianosis. Penderita menjadi tak sadar. Kejang klonik ini dapat demikian hebatnya,
sehingga penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya, kejang terhenti dan
penderita menarik nafas secara mendengkur.
d. Sekarang masuk tingkat koma, lamanya ketidak sadaran tidak berlangsung lama. Secara
perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi serangan ini dapat terjadi
secara berulang sehingga ia tetap koma.
e. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu meninggkat sampai 40
derajat Celcius. Sehingga akibat serangan dapat terjadi komplikasi-komplikasi seperti :
lidah tergigit, sehingga terjadi perlukaan dan fraktura, gangguan pernafasan, solusio
plasenta, dan perdarahan otak.
3. Diagnosis
Dengan adanya tanda-tanda dan gejala preeklamsi yang disusul dengan serangan
kejang yang telah diuraikan diatas, maka diagnosis eklamsi sudah tidak diragukan.
Walaupun demikian eklamsi harus dibedakan antara :
a. Epilepsi; dalam anamesis diketahui adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil
muda dan tanda preeklamsi tidak ada
b. Kejang karena obat anastesi; apabila obat anastesi lokal diinjeksikan kedalam vena,
dapat timbul kejang
c. Koma karena sebab seperti diabetes, perdarahan otak, meningitis, ensefalitis, dan lain-
lain

9
E. Protap Penanganan Preeklamsi dan Eklamsi

PREEKLAMSI DAN EKLAMSIA

Pemeriksaan Dasar diagnosa klinis


1. Fisik ibu 1. Kenaikan berat badan
a. Tekanana darah 2. Kenaikan tekanan darah
b. Berat badan – edema 3. Proteinuria
c. Proteinuria 4. Oliguria
2. Janin 5. Kejang atau koma
a. gerakan janin 6. Nyeri kepala/
b. jantung janin epigastrium
c. air ketuban 7. Penglihatan kabur
3. Konsultasi dokter 8. Edema paru-paru
a. Laboratprium 9. Gangguan kesadaran
b. rujukan

Konservatif Terapi aktif


1. Kamar isolasi 1. Indikasi vital
2. Observasi 2. Gagal pengobatan 2X 24
a. Kesembanagn cairan jam
b. Infus 2000/24 jam 3. Medis teknis
3. Pengobatan a. Induksi persalinan
a. Stroganol b. Pecahkan ketuban
b. Penthotal c. Kala II forsep
c. Diazepam
d. Litik koktil
e. Magnesium sulfat
4. Evaluasi pengobatan
a. Diuresis
Seksio sesarea
b. Kesadaran membaik
1. Gagal induksi
c. Kejang berkurang
d. Nadi dan tekanan 2. Indikasi obstetri
darah menurun
e. Keluhan berkurang

Pengobatan konservatif berhasil


1. Pengawasan hamil intensif
2. Kahamilan mencapai
aterm
3. Persalinan pervaginam

10
F. Pencegahan Pre Eklampsi dan Eklampsi
1. Diet Makanan
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak.
Kurangi garam bila berat bannndan bertambah atau edema.Untuk meningkatkan
jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari.
2. Cukup Istirahat
Istirahat yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya.
Disesuaikan dengan kemampuan lebih banyak duduk, atau berbaring kearah kiri
sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.

G. Diet komplikasi Kehamilan Pre eklampsia dan Eklampsia


1. Tujuan Diet
a. Mencapai dan mempertahankan status gizi normal
b. Mencapai dan mempertahankan tekanandarah normal
c. Mencegah atau mengurangi tekanan darah tinggi
d. Mencapaikeseimbangan Nitrogen
e. Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
f. Mengurangi atau mencegah timbulnya factor risiko lain atau penyulit barupa dasaat
kehamilan atau setelah melahirkan.
2. Syarat Diet
Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan
secara berangsur-angsur sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan.
Penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan diet sebelum hamil.
Garam diberikan rendah sesuai dengan berat-ringan nyaretensi garam atau air.
Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg / bulan atau dibawah 1 kg /
minggu. Protein tinggi (1 setengah g/kg berat badan),Lemak sedang, sebagian lemak
berupa lemak tidak jenuh tunggal dan tidak jenuh ganda. Vitamin cukup ;vit.Cdan B6
diberikan sedikit lebih tinggi.
Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien.Mineral cukup
terutama kalsium dan kalium Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria
cairan di batasi dan disesuaikan dengan cara yang keluar melalui urin, muntah, keringat
dan pernafasan.

11
H. Macam-macam diet dan Indikasi pemberian
1. Diet pre-eklamsia I
Diberikan pada pasien preeklampsia berat. Diet ini diberikan sebagai makanan
perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien yang tidak begitu berat. Makanan
berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. Makanan ini
cukup energi dan zat gizi lainnya.
2. Diet pre-eklamsia II
Diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I makanan ini juga
tidak begitu berat dan makanannya berbentuk lunak dan diberikan sebagai diet rendah
garam.
3. Diet pre-eklamsia III
Diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklamsia II atau kepada pasien
preeklamsia ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi, dan garam rendah, di
berikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup semua zat gizi. Karena
jumlah energinya sesuai dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap
bulan.

I. Bahan makanan dan waktu pemberian makanan preeklamsi I

Bahan makanan Jumlah berat (g)

Beras 3 gelas / tim 4 gelas 150 / 200 gram

Telur 1 butir 50 gram

Tempe 2 potong / 4 potong sedang 50 / 100 gram

Sayuran 2 gelas 200 gram

Daging 2 potong sedang 100 gram

Sari buah atau buah 5/4 potong 1000 / 400 gram

Gula pasir 8 sdm / 3 sdm 80 / 30 gram

Minyak nabati 1/2 stengah sdm 15 / 25 gram

Susu bubuk 5/10 sdm 15/50/75 gram

*Susu Khusus Ibu Hamil

12
Waktu Pemberian Bahan Makanan

Waktu / Jam Makanan Jumlah

06.00 Air Teh 1 gelas

08.00 Sari Tomat 1 gelas

10.00 Sari jeruk 1 gelas

13.00 Sari alpokat dan susu 1 gelas

16.00 Sari tomat dan susu 1 gelas

18.00 Sari papaya dan Jeruk 1 gelas

20.00 Air Teh dan susu 1 gelas

J. Pembagian waktu dan jumlah bahan makanan Sehari preeklamsia II dan III

Waktu Bahan Makanan Jumlah / berat

Pagi Beras /tim 1 gls 50 gram

Telur 1 butir 50 gram

Sayuran 5 ½ sdm 55 gram

Minyak 5,5 sdm 5 ½ sdm

Susu bubuk 5 sdm 25 gram

Gula pasir 1 sdm 10 gram

Pukul 10.00 Buah 1 ptg / pepaya 100 gram

Gula pasir 1 sdm 10 gram

Siang Beras /nasi 1 gls 50-75 gram

Daging 1 ptg sdg 50 gram

Tahu ½ atau 1 buah 50-100 gram

Sayuran ¾ gls atau 1 buah 75-100 gram

13
Buah papaya 1 ptg 100 gram

Pukul 16.00 Buah 1 ptg sdg 100 gram

Gula pasir 1 sdm 10 gram

Susu bubuk 5 sdm 25 gram

Malam Beras / nasi 1 ½ gls 50-75 gram

Ikan 1 ptgsdg 50 gram

Tempe 1-2 ptgsdg 25-50 gram

Sayuran ¼ - ¾ gls 75 gram

Buah papaya 1 ptg sdg 100 gram

Minyak ½ - 1 sdm 5-10 gram

K. Contoh Menu makanan sehari

Waktu JenisMakanan

Pagi Nasitim, telurceplok, tumis kacang, gondong tahu,


susu.

Siang Nasitim, air , daging, pisang

Malam Nasitim, bumbu terikikan, toge tahu bacam, jeruk

pukul 10.00 Selada

Pukul 16.00 Buah jeruk

Pukul 20.00 Air Teh

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Preeklamsi ialah suatu gangguan kehamilan yang menjadi penyebab kematian ibu
dan bayi. Preeklamsi terbagi menjadi dua yaitu preeklamsi ringan dan preeklamsi berat.
Penyebab terjadinya prekklamsi sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti. Itulah
sebabnya preklamsi disebut juga “disease of theory’’.
Macam-macam diet preeklamsi yaitu Diet preeklampsia I, II, dan III. Kekurangan
zat gizi hingga saat ini masih menjadi masalah besar di belahan dunia ini termasuk di
Indonesia. Masalah gizi akan berdampak pada melemahnya daya saing bangsa akibat dan
yatinggiangka kesakitan dan kematian. Golongan yang rentan kekurangan gizi adalah ibu
hamil, bayi, dan balita. Kematian karena eklampsia meningkat dengan tajam dibandingkan
pada tingkat pre-eklampsia berat.

B. SARAN
Demikianlah makalah kami ini dapat dipaparkan, semoga berguna dan bermanfaat
bagi kita semua. Kami sebagai penulis menyadari bahwa apa yang kami tulis dan kami
paparkan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritikannya
yang membangun demi kelancaran makalah kami ini.

15

Anda mungkin juga menyukai