Anda di halaman 1dari 23

IBU HAMIL DAN NIFAS DALAM ANCAMAN

DEPRESI

Penulis :
Irma Fidora, S.Kep., Ns., M.Kep

PENERBIT CV. PENA PERSADA

i
IBU HAMIL DAN NIFAS DALAM ANCAMAN DEPRESI

Penulis :
Irma Fidora, S.Kep., Ns., M.Kep

ISBN : 978-979-3025-87-2

Desain Sampul
Retnani Nur Briliant

Penata Letak
Fajar T. Septiono

Penerbit CV. Pena Persada


Redaksi :
Jl. Gerilya No.292 Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas
Jawa Tengah
Email : penerbit.penapersada@gmail.com
Website : www.penapersada.com
Phone : 0857-2604-2979

Anggota IKAPI
All right reserved

Cetakan Pertama : 2019

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang.


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan cara
apapun tanpa izin dari penerbit.

ii
PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin atas kesempatan dan waktu


yang Allah SWT anugerahkan kepada penulis untuk
menyelesaikan karya ini. “..sungguh atas kehendak Allah SWT
semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan
Allah..” (QS. Al Kahfi : 39)
Penulis mempersembahkan karya ini kepada orang tua
Papa Yurnalis dan Mama Roswita, Abang Andi Hendry dan
Kakak Sulastri Kumaladewi, Uninda Linda Yurnita dan Uda
Syahrul Ramadhan, semua keponakan. Kepada yang teristimewa
suami Ditya Heryo Kuntyardi, S.IP dan ananda Ditfia Arum
Nafisha, sungguh tanpa doa dan dukungan mereka semua
penulis tidak sanggup menyelesaikan karya kecil ini.
Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu,
sehingga buku ini dapat selesai sesuai harapan.

Bukittinggi, November 2019


Penulis

Irma Fidora, S.Kep., Ns., M.Kep

iii
PENGANTAR

Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat


Dr. Riki Saputra, MA

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia‐ Nya kepada kita
semua. Buku berjudul : “Ibu Hamil dan
Nifas dalam Ancaman Depresi” ini
merupakan karya yang dihasilkan dosen
dari Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kesehatan dan MIPA
Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.
Buku ini bisa dipergunakan sebagai bahan bacaan yang
bermanfaat bagi kalangan ilmiah dan masyarakat umum
khususnya ibu hamil dan nifas.
Saya selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera
Barat selalu mendorong dosen untuk menghasilkan karya-karya
yang sesuai bidang keilmuan masing-masing. Saya berharap
buku ini bisa menjadi salah satu sumber bacaan yang bermanfaat.
Kepada penulis teruslah berkarya.

Bukittinggi, November 2019


Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Dr. Riki Saputra, MA

iv
PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan


karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku
berjudul : “Ibu Hamil dan Nifas dalam Ancaman Depresi”. Buku
ini bisa digunakan sebagai salah satu sumber bacaan bagi praktisi
kesehatan, pendidik bidang kesehatan, masyarakat umum,
terutama bagi ibu hamil dan nifas.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu, Kemenristekdikti, Pimpinan Universitas
Muhammadiyah Sumatera Barat dan semua pihak yang tidak
bisa disebutkan satu persatu sehingga buku ini dapat selesai
sesuai harapan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam buku
ini. Oleh karena itu, masukan dan saran yang membangun sangat
diharapkan. Demikian selamat membaca.

Bukittinggi, November 2019

Irma Fidora, S.Kep., Ns., M.Kep

v
DAFTAR ISI

Persembahan .................................................................................... iii


Pengantar .......................................................................................... iv
Prakata ............................................................................................... v
Daftar Isi ............................................................................................ vi

Bab I Masa Kehamilan dan Nifas.............................................. 1


A. Definisi Masa Kehamilan dan Nifas ................................ 1
B. Perubahan Fisik Pada Masa Kehamilan dan Nifas ....... 2
C. Adaptasi Psikologis pada Masa Kehamilan dan Nifas 7

Bab II Permasalahan Psikologis Pada Masa Kehamilan dan


Nifas .................................................................................... 17
A. Maternal Depressive Symptoms ...................................... 17
B. Pengukuran Maternal Depressive Symptoms ................ 22

Bab III Faktor Penyebab Permasalahan Psikologis Masa


Kehamilan dan Nifas ........................................................ 26
A. Usia Ibu ................................................................................ 26
B. Paritas .................................................................................. 27
C. Tingkat Pendidikan Ibu ..................................................... 28
D. Tingkat Pendapatan Ibu .................................................... 30
E. Dukungan Sosial ................................................................. 31
F. Faktor Lain .......................................................................... 33

Bab IV Pendidikan Kesehatan Ibu Hamil dan Nifas ............... 35


A. Definisi Pendidikan Kesehatan......................................... 35
B. Pendidikan Kesehatan Sebagai Solusi Permasalahan
Psikologis Pada Masa Kehamilan dan Nifas .................. 37
Referensi ........................................................................................... 45
Lampiran ........................................................................................... 52
Profil Penulis .................................................................................... 62

vi
BAB I Masa Kehamilan dan Nifas
A. Definisi Masa Kehamilan dan Nifas
Proses kehamilan kemudian persalinan dan diikuti
masa nifas merupakan hal yang membedakan perempuan
dengan pria. Kedua proses ini menjadi sangat penting karena
merupakan wujud dari puncak feminisme seorang
perempuan. Bagi sebagian besar perempuan, dapat hamil,
melahirkan dan menjadi seorang ibu dianggap sebagai suatu
takdir dan juga harapan mereka. Ini merupakan alasan yang
dapat memperkuat identitas diri seorang perempuan secara
biologis, tubuh dan alat reproduksi perempuan telah
memberikan suatu pengalaman menarik seperti menstruasi
pertama (menarche), pertumbuhan payudara, kehamilan,
menyusui hingga berhentinya siklus menstruasi (menopause).
Masa kehamilan dimulai dari penyatuan dari sperma
dan sel telur kemudian dilanjutkan dengan implantasi atau
penanaman hasil pembuahan sel telur dan sperma di lapisan
rahim. Pembuahan biasanya terjadi sekitar dua minggu
setelah hari pertama haid terakhir, di sekitar masa-masa
setelah tubuh memproduksi sel telur. Hingga saat mencapai
usia hamil 1 bulan, bentuk janin masih merupakan kumpulan
sel yang disebut embrio, yang terus membelah diri dan
berkembang untuk menjadi bayi di bulan-bulan berikutnya.
Kehamilan merupakan proses mata rantai yang
berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi sperma
dan sel telur, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi
(implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh
kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2012).
Selama kehamilan tubuh ibu mengalami perubahan sebagai
penyesuaian terhadap perkembangan janin dalam
kandungan.

1
Sekitar 90% perempuan hamil merasakan mual dan
muntah di awal masa kehamilan, yang dikenal dengan istilah
morning sickness. Gejala tersebut merupakan pertanda bahwa
hormon kehamilan dalam tubuh cukup untuk mendukung
kehamilan. Perempuanyang mengalami mual di awal masa
kehamilan memiliki risiko lebih rendah dalam mengalami
keguguran daripada mereka yang tidak mengalami mual.
Namun tidak berarti bahwa perempuanyang tidak mual,
tidak bisa mendapatkan kehamilan yang sehat.
Seluruh sistem dan organ tubuh dipengaruhi proses
kehamilan. Beberapa minggu setelah persalinan tubuh ibu
mengalami perubahan fisik dan psikologis, tubuh ibu secara
bertahap kembali pada keadaan sebelum hamil. Ibu
mengalami adaptasi fisik dan psikologis (Klossner and
Hatfield, 2010). Setelah melalui masa kehamilan hingga proses
persalinan, ibu memasuki masa nifas.
Masa nifas adalah periode 6 minggu setelah kelahiran
bayi. Pada saat ini terjadi perubahan maternal retrogresif yaitu
involusi uterus dan vagina serta progresif yaitu produksi air
susu ibu, kembalinya siklus menstruasi normal dan awal
peran baru sebagai orang tua (Pillitteri, 2010). Masa nifas
adalah periode interval antara waktu persalinan dan
kembalinya organ reproduksi pada kondisi normal sebelum
hamil dan disebut juga trimester keempat kehamilan (Perry,
2012).

B. Perubahan Fisik Pada Masa Kehamilan dan Nifas


Masa kehamilan dan nifas merupakan tugas berat yang
dialami hampir seluruh perempuan di dunia ini. Tugas ini
merupakan sebuah anugerah dan pengalaman luar biasa yang
dijalani dalam kehidupan. Masa kehamilan dan nifas bagi
sebagian perempuan adalah masa yang sulit karena begitu

2
banyak perubahan yang dialami. Kedua perubahan ini
dirasakan mulai dari awal kehamilan hingga janin dilahirkan.
Setiap perempuan perlu mengetahui bagaimana perubahan
yang akan dialami selama kehamilan hingga masa nifas.

1. Perubahan Fisik Masa Kehamilan


Pada masa kehamilan seluruh sistem tubuh akan
menyesuaikan dengan kebutuhan ibu dan bayi. Tubuh
perempuan hamil yang sehat akan bekerja dengan efisiensi
maksimal. Laju metabolik pada perempuan hamil adalah
15-25% lebih tinggi daripada nilai normalnya dalam paruh
kedua kehamilan, sehingga masukan diet bagi perempuan
tersebut harus cukup untuk mengatasi aktivitas fisiologis
tambahan ini (Bobak, et al, 2005).
Pada sistem reproduksi terjadi peningkatan
vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah. Hipertrofi dan
hiperplasia (pertumbuhan dan perkembangan jaringan
abnormal) yang menyebabkan otot rahim bisa membesar
mengikuti pembesaran janin. Perkembangan desidua atau
sel selaput lendir rahim selama hamil. Ukuran uterus
sebelum hamil sekitar 8x5x3 cm dan bertambah berat
sekitar 70-1.100 gram selama kehamilan. Ukuran uterus
saat kehamilan aterm mencapai 30x25x20 cm dengan
kapasitas mencapai 4.000 cc (Klossner & Hatfield, 2010).
Kehamilan berlangsung selama kira-kira 10 bulan
lunar, atau 9 bulan kalender, atau 40 minggu, atau 280 hari.
Lama kehamilan dihitung dari Hari Pertama Haid Terakhir
(HPHT) akan tetapi sebenarnya konsepsi terjadi sekitar
dua minggu setelah hari pertama periode menstruasi
terakhir. Dengan demikian umur janin pascakonsepsi lebih
kurang dua minggu, yakni 266 hari atau 38 minggu. Usia

3
pascakonsepsi akan digunakan untuk membahas
perkembangan janin (Manuaba, 2012).
Tahap embrio berlangsung dari hari ke 15 sampai
sekitar 8 minggu setelah konsepsi atau sampai ukuran
embrio sekitar 3 cm, dari puncak kepala sampai bokong.
Tahap ini merupakan masa paling kritis dalam
perkembangan sistem organ dan penampilan luar utama
janin. Usia 4 minggu, embrio mulai membentuk mata,
tangan dan kaki. Usia 6 minggu,embrio berukuran 1,5 cm.
Otak, mata, telinga dan jantung sudah berkembang.
Tangan dan kaki beserta jari-jarinya mulai terbentuk. Usia
8 minggu, embrio sudah memiliki organ lengkap. Embrio
berubah menjadi janin (fetus). Setelah usia kehamilan
mencapai 38 minggu bayi siap dilahirkan (Klossner &
Hatfield, 2010).

Gambar 1. Perkembangan Janin

4
Payudara membesar, tegang dan sakit karena
peningkatan pertumbuhan jaringan alveoli dan suplai
darah yang meningkat akibat perubahan hormon.
Pelebaran pembuluh vena bawah kulit dan bisa terlihat
jelas. Hiperpigmentasi pada areola mamae dan papilla
mamae. Kelenjar montgomery atau kelenjar lemak di
daerah sekitar papila mammae membesar. Kelenjar ini
mengeluarkan banyak cairan minyak agar papila mamae
selalu lembab. Mulai kehamilan 16 minggu bisa keluar
cairan jernih. Kehamilan 16-32 minggu warna cairan agak
putih seperti susu encer. Dari kehamilan 32 minggu cairan
kental berwarna kuning dan banyak mengandung lemak
(cairan ini disebut kolostrum) (Manuaba, 2012).

2. Perubahan Fisik Masa Nifas


Adaptasi fisik berkaitan erat dengan perubahan
fungsi reproduksi ibu pada keadaan normal. Organ dan
hormon reproduksi secara bertahap kembali pada kondisi
sebelum hamil. Adaptasi fisik juga mempengaruhi
psikologis ibu nifas (Pillitteri, 2010; Klossner & Hatfield,
2010).
Segera setelah plasenta lahir uterus mengalami
kontraksi dan retraksi, otot menjadi keras dan menjepit
pembuluh darah. Involusi adalah proses kembalinya
uterus pada keadaan sebelum hamil setelah melahirkan.
Kontraksi ini sering menimbulkan nyeri pada ibu nifas.
Jika uterus tidak berkontraksi secara normal maka akan
terjadi perdarahan. Pada waktu 12 jam setelah persalinan
uterus berada di garis tengah sekitar 1 cm di atas
umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian proses ini
berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1-2 cm
setiap 24 jam. Pada hari ke-6 fundus berada di antara

5
umbilikus dengan pinggir simfisis pubis. Uterus tidak
dapat dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 nifas.
Banyak faktor yang mempengaruhi kontraksi uterus.
Stimulasi melalui payudara meningkatkan produksi
hormon oksitosin. Hormon ini menstimulasi kontraksi
uterus. Faktor lain adalah ambulasi dini. Beberapa faktor
penghambat involusi uterus adalah kandung kemih yang
penuh, beberapa kondisi saat hamil seperti kehamilan
kembar, hidramnion, multipara dengan kehamilan lebih
dari 5 kali dan infeksi juga bisa memperlambat involusi
uterus (Bobak, 2005).
Ovulasi bisa terjadi pada 3 minggu setelah
persalinan. Siklus menstruasi kembali pada 6-8 minggu
setelah persalinan bagi ibu yang tidak menyusui bayinya
dan 18 bulan bagi ibu yang menyusui. Walaupun proses
laktasi menekan ovulasi namun bukan salah satu alternatif
untuk menjarangkan kehamilan. Proses menyusui
menekan ovulasi sehingga level estrogen rendah. Hal ini
menyebabkan kekeringan pada vagina, bisa terjadi udem
pada labia dan perineum terutama pada ibu yang
mengalami kesulitan saat proses kelahiran bayi. Setelah
plasenta terlepas konsentrasi hormon selama hamil seperti
estrogen dan progesteron menurun dengan cepat.
Prolaktin meningkat di dalam darah dan merangsang
produksi Air Susu Ibu (ASI). Hisapan bayi juga
menstimulasi produksi ASI. Waktu yang dibutuhkan
hormon tersebut untuk kembali pada keadaan sebelum
hamil sebagian ditentukan oleh ibu menyusui bayi atau
tidak. Apabila ibu nifas tidak menyusui maka kadar
prolaktin akan turun dengan cepat. Kolostrum yang kaya
antibodi menetap selama beberapa hari pertama nifas
(Manuaba, 2012).

6
C. Adaptasi Psikologis pada Masa Kehamilan dan Nifas
Perubahan yang dialami seorang ibu hamil hingga
masa nifas tidak hanya pada bentuk fisik atau tubuh dengan
segala keluhan yang menyertai sebagai hasil perkembangan
janin di dalam kandungan, tetapi juga perubahan psikologis
atau perasaan ibu hamil dan nifas. Pada perubahan psikologis
ini seorang perempuan akan mengalami fase adaptasi.
Adaptasi sendiri memiliki teori sendiri yang mendasarinya. Di
bawah ini akan dijelaskan mengenai teori adaptasi dan
adaptasi psikologis yang terjadi pasa ibu di masa kehamilan
dan nifas.

1. Teori Adaptasi
Model adaptasi Roy dalam Tomey and Alligod
(2010) adalah sistem model yang banyak dipakai, model ini
dikembangkan sejak tahun 1970. Dalam teori ini manusia
dipandang sebagai makhluk biopsikososial sebagai suatu
kesatuan yang utuh. Manusia selalu dihadapkan pada
berbagai perubahan dan persoalan yang kompleks
sehingga dituntut untuk melakukan adaptasi. Penggunaan
koping atau mekanisme pertahanan diri adalah berespon
dalam melakukan peran dan fungsi secara optimal.
Seseorang secara alami melewati proses koping.
Proses adaptasi terhadap perubahan dipengaruhi
banyak faktor baik internal maupun eksternal. Proses
adaptasi terjadi pada seluruh manusia dalam semua tahap
kehidupannya mulai dari lahir hingga meninggal dunia.
Proses adaptasi juga dialami ibu hamil dan nifas.
Asumsi dasar teori adaptasi Roy adalah:
a. Individu menggunakan koping secara alamiah.
Koping bisa bersifat positif maupun negatif.
Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi

7
oleh tiga komponen yaitu: penyebab utama terjadi
perubahan, terjadinya perubahan dan pengalaman
beradaptasi.
b. Individu selalu berada dalam rentang sehat-sakit.
Hal ini berhubungan erat dengan keefektifan koping
yang dilakukan untuk memelihara kemampuan
adaptasi.
Setiap manusia selalu berusaha menanggulangi
perubahan status kesehatan juga perubahan peran. Sebagai
tenaga kesehatan yang memiliki banyak waktu berkontak
dengan pasien perawat memiliki peran penting, perawat
berespon untuk membantu manusia beradaptasi terhadap
perubahan yang sedang dialami. Terdapat 3 (tiga)
tingkatan stimulus adaptasi pada manusia:
a. Stimulus fokal adalah stimulus dari internal maupun
eksternal yang langsung beradaptasi dengan
seseorang dan akan berpengaruh kuat terhadap
individu.
b. Stimulus kontekstual merupakan seluruh stimulus
lain yang datang pada pada suatu situasi dan
memiliki kontibusi pada efek stimulus fokal. Faktor
lingkungan merupakan stimulus kontekstual.
c. Stimulus residual merupakan stimulus lain yang
merupakan ciri tambahan yang ada atau sesuai
dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan
lingkungan tetapi sukar dilakukan observasi.
Model adaptasi Roy mengemukakan bahwa
terhadap suatu perubahan dalam kehidupan, individu
melalui proses adaptasi berupa:
a. Mekanisme koping; pada sistem ini terdapat dua
mekanisme yaitu bawaan dan didapat. Mekanisme
bawaan terjadi tanpa disadari manusia yang secara

8
umum dipandang sebagai mekanisme otomatis/
alamiah tubuh sedangkan mekanisme didapat
terjadi dimana koping tersebut diperoleh melalui
pengalaman.
b. Regulator subsistem; yaitu proses koping yang
menyertakan subsistem tubuh mencakup fungsi
saraf, kimiawi dan endokrin.
c. Kognator subsistem; merupakan proses koping
seseorang yang menyertakan empat sistem
pengetahuan dan emosi berupa pengolahan persepsi
dan informasi, pembelajaran, pertimbangan dan
emosi. Penerimaan informasi merupakan kognator
subsistem. Perawat memiliki peran penting dalam
meningkatkan kognator subsisten seseorang
sehingga mendukung proses adaptasi yang dilalui
salah satunya dengan memberikan pendidikan
kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan
promosi kesehatan yang dapat diberikan pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Sistem adaptasi memiliki 5 model adaptasi yang
akan berdampak terhadap respon adaptasi yaitu:
a. Model fisiologis-fisik; sistem adaptasi yang
berkaitan dengan proses fisik dan kimiawi tubuh
(oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat,
serta proteksi). Suatu proses yang komplek
melibatkan cairan, elektrolit, keseimbangan asam
basa, fungsi neurologis dan endokrin yang
berkontribusi terhadap adaptasi fisiologis. Model
fisik adalah cara yang manusia beradaptasi terhadap
sumber daya, fasilitas fisik dan sumber fiskal.
b. Konsep diri-identitas grup; konsep diri berfokus
pada aspek psikologis dan spiritual pada manusia

9
sedangkan identitas grup merefleksikan bagaimana
individu melihat dirinya terhadap lingkungan
sekitar. Aspek yang terkait adalah hubungan
interpersonal, citra diri, lingkungan sosial dan
budaya.
c. Fungsi peran; berfokus pada posisi individu dalam
masyarakat. Proses penyesuaian berhubungan
dengan bagaimana peran seseorang mengenai pola
interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang
lain.
d. Interdependen; model ini berfokus pada hubungan
antar manusia baik secara interpersonal maupun
kelompok terkait tujuan, struktur dan
perkembangan. Hubungan interdependen
melibatkan keinginan dan kemampuan untuk
memberikan dan menerima dari orang lain berupa
cinta, penghargaan, nilai, pengetahuan,
kemampuan, komitmen, waktu dan bakat.
e. Persepsi; merupakan interpretasi dari stimulus dan
apresiasi secara sadar.
Perubahan dan adaptasi yang dilewati individu
memunculkan respon adaptasi yang dinyatakan Roy
terbagi:
a. Respon adaptif; dimana terminologinya adalah
individu dapat mencapai tujuan atau keseimbangan
tubuh terhadap perubahan yang dialami.
b. Respon maladaptif; dimana individu tidak dapat
mengontrol dari terminologi keseimbangan sistem
tubuh manusia atau tidak dapat mencapai tujuan
yang ingin diraih. Kondisi ini mendekatkan individu
pada kondisi depresi.

10
2. Adaptasi Psikologis Masa Kehamilan
Rubin (1967) dalam Pilliteri (2010) dan Chapman
and Durham (2010) menjelaskan bahwa pada masa
kehamilan adaptasi ibu hamil lebih kepada bagaimana
seorang ibu menyesuaikan diri dengan perubahan fisik
yang dialami dan kesulitan yang timbul selama masa
kehamilan. Kehamilan memang merupakan saat dimana
seorang perempuan cukup banyak mengalami yang
namanya perubahan dan harus melakukan adaptasi.
Perubahan tersebut seringkali membawa seorang
perempuan pada perubahan emosional yang sangat
signifikan karena menjadi seorang ibu amatlah sangat
membahagiakan terutama saat menunggu kehadiran dan
juga kelahiran bayi. Di sisi lain perempuan juga seringkali
merasakan khawatir mengenai kehamilan yang sedang
dilaluinya, dimana dia seringkali merasa takut kehilangan
kecantikannya, berat tubuhnya, atau mengenai hal yang
berhubungan dengan kelahiran bayinya nanti, bahkan
beberapa perempuan yang bahkan sangat menghawatirkan
mengenai kemungkinan kematian yang bisa saja terjadi
pada dirinya
Masa kehamilan dibagi menjadi 3 (tiga) trimester.
Perubahan psikologis yang terjadi yaitu :
a. Trimester Pertama
Trimester pertama merupakan masa dimana
terjadinya sebuah penantian dan juga terdapat awal
dari kekhawatiran perempuan hamil mengenai
penantian yang dilaluinya, dimana dalam hal ini
terjadi perubahan beberapa kadar hormon di dalam
tubuh sehingga bisa juga menimbulkan rasa yang
tidak enak, kecemasan, dan bahkan tidak jarang ibu
yang tidak bisa mengatasinya malah membenci

11
kehamilan yang terjadi di dalam dirinya, sehingga
terjadi sebuah rasa penolakan. Bahkan hampir 80%
merasakan yang namanya depresi, gelisah dan juga
rasa kecewa. Adanya perubahan saat masa
kehamilan trimester pertama ini bisa di dasari
dengan perubahan Teori Reva Rubin. Dalam hal ini
adanya sebuah teori yang dilakukan melaui
pencapaian seorang perempuan menjadi seorang ibu
dan tentunya membutuhkan proses yang cukup
panjang dan juga proses belajar dalam melaluinya.
Pada trimester pertama juga seorang calon ibu
sedang mencari pencapaian yang akan
dilakukannya.
b. Trimester Kedua
Masuk ke dalam trimester kedua merupakan saat
dimana hanya perubahan periode kesehatan yang
jauh lebih baik, dimana ibu juga sudah mulai merasa
nyaman dengan kehamilan yang sedang dilaluinya.
Pada fase dan proses trimester kedua ini dimana
banyak sekali fase kemunduran yang dilalui ibu
hamil. Seorang ibu harus bisa mengembangkan
identitas dirinya sebagai seorang ibu yang akan
memiliki anak dan menyambut kehadiran si buah
hati. Saat mulai memasuki awal dari trimester kedua
ini perempuan akan jauh lebih sering mencermati
berbagai perasaan yang ada di dalam dirinya,
dimana potensial kemungkinan hubungan di antara
ibu dan anak harus lebih dikaji lagi. Seorang ibu
perlu dihargai dan juga dihormati. Karena banyak
juga seorang perempuan yang takut pasangannya
menganggap dirinya tidak menarik lagi, hal ini

12
dikarenakan perubahan kondisi fisik yang terjadi
selama hamil.
c. Trimester Ketiga
Akhir trimester ini merupakan hal yang paling
ditunggu dan juga dinanti-nanti, karena adanya
sebuah periode penantian dan juga rasa waspada
yang membuat ibu tidak sabar menunggu kelahiran
sang buah hati. Ib u akan mulai banyak melakukan
persiapan untuk kelahiran bayi. Perubahan seperti
gerakan bayi di dalam perut ibu pun akan semakin
menambah ikatan ibu dan anak. Namun hal ini
jugalah yang biasanya banyak dikhawatirkan setiap
ibu. Karena takut anaknya lahir sewaktu-waktu,
sehingga perlu dilakukan kewaspadaan, sehingga
terjadinya persalinan yang tidak terduga pun akan
bisa dikurangi. Beberapa ibu banyak yang merasa
takut jika tidak bisa melahirkan secara normal.
Ketakutan itu juga mulai ditambah dengan rasa
sedih ibu karena penampilan dirinya yang semakin
tidak menarik, sehingga memang perlu dilakukan
berbagai dukungan dari suami dan juga keluarga.
Rasa tidak nyaman yang pernah dirasakannya saat
trimester awalpun mulai dirasakannya lagi, sehinga
ketidaknyamanan pada fisiknya pun semkain
dirasakannya, bahkan akan semakin kuat ketika
menjelang masa persalinan, dimana adanya
dukungan yang besar dan juga konsisten memang
harus dimiliki oleh ibu hamil pada masa ini. Bahkan
kehilangan hasrat seksual.

13
3. Adaptasi Psikologis Masa Nifas
Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama
kehamilan, menjelang proses kelahiran maupun setelah
persalinan (masa nifas). Pada periode tersebut, kecemasan
seorang perempuan dapat bertambah. Pengalaman yang
unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas
merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang
ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai
bertambah. Pada masa nifas seorang ibu mengalami
adaptasi psikologis. Fase yang terjadi pada ibu yaitu:
a. Fase ketergantungan (taking-in)
Fase taking-in merupakan fase pada waktu segera
setelah persalinan dimana pada masa ini ibu
cenderung pasif. Berlangsung 24-48 jam setelah
kelahiran bayi. Ibu membutuhkan banyak bantuan
untuk melakukan hal yang mudah dan juga dalam
pengambilan keputusan. Hal ini berkaitan dengan
ketidaknyamanan yang dirasakan ibu setelah proses
melahirkan misalnya nyeri pada bekas luka jahitan.
Perhatian ibu terbagi antara menjalankan peran
barunya sebagai ibu dengan pengalaman yang baru
saja dialami yaitu proses persalinan. Pada saat ini
ibu ingin membicarakan mengenai kehamilan
terutama persalinan yang baru saja dialami. Ibu
masih membutuhkan waktu istirahat untuk
memulihkan tenaga. Ibu berfokus pada kesembuhan
fisiknya. Hal yang paling dibutuhkan saat ini adalah
kenyamanan. Pada fase ini ibu membutuhkan
kehadiran orang lain seperti suami atau orang tua
untuk memberikan dukungan, jika pada saat ini

14
kebutuhan ibu tidak terpenuhi maka akan menjadi
pemicu maternity blues (Bobak et al, 2005).
b. Fase transisi antara ketergantungan dan
kemandirian (taking-hold)
Peralihan dari fase ketergantungan menuju fase
mandiri disebut taking-hold. Setelah masa pasif ibu
mulai mengambil inisiatif untuk bertindak. Ibu nifas
cenderung ingin melakukan sendiri kegiatan yang
mampu dilakukan dan telah mampu mengambil
keputusan sendiri. Ini disebut fase taking-hold pada
3 hingga 10 hari nifas. Sering disebut masa
perpindahan dari periode ketergantungan menjadi
mandiri. Masa ini bisa lebih cepat pada masing-
masing ibu bersalin. Ibu mulai menerima perannya
sebagai ibu dari bayi yang baru dilahirkan. Pada saat
ini ibu mulai tertarik untuk merawat bayi seiring
meningkatnya tenaga ibu. Selama fase taking-hold
ibu mengalami peningkatan rasa keingintahuan dan
tertarik dengan saran serta aktif mencari informasi
yang dibutuhkan. Ibu merasa lebih nyaman dan
lebih berfokus pada bayi dibanding dirinya sendiri.
Ibu lebih mandiri untuk memulai perawatan diri
dan berfokus pada fungsi tubuh. Ibu dapat
menerima tanggung jawab dalam perawatan bayi.
Menurut Rubin, fase ini sangat ideal untuk
memberikan edukasi (Pillitteri, 2010).
c. Fase mandiri (letting-go)
Merupakan fase ketiga dimana ibu nifas sudah
menemukan peran sendiri. Ibu mulai menerima
peran baru sebagai ibu. Seorang ibu mulai
menyusun rencana untuk melewati hari-hari baru
dengan bayi dan keluarganya. Fase letting go

15
berlangsung pada minggu ke-2 hingga ke-4 nifas
dan bisa lebih cepat tergantung kemampuan ibu
beradaptasi. Proses ini butuh kerja keras dan
berkelanjutan sesuai perkembangan bayi. Ibu yang
dapat melewati proses ini dengan baik juga akan
dapat melakukan perannya dengan baik. Fase ini
merupakan periode kemandirian dalam
menjalankan peran baru. Ibu mulai dapat
menjalankan peran baru sebagai ibu dengan penuh
sejalan dengan kemampuan merawat bayi dengan
penuh percaya diri. Ibu juga sudah mulai
menjalankan aktivitas kesehariannya.

16

Anda mungkin juga menyukai