Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SISTEM MEDIS

Disusun oleh :
Alvia Maulani A. (14.401.19.007)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimahkan nikmat kesehatan,
iman, dan ilmu pengetahuan kepada umat manusia , atas dasar nikmat tersebut itulah kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SISTEM MEDIS” tepat pada waktunya
shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang dinanti nantikan syafaatnya diakhirat nanti.
Dalam kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, yaitu:
a. Bapak Siswoto, S.Kp.,M.Kes. selaku Dosen Mata Kuliah “Antropologi”.
b. Semua pihak yang telah membantu dalam jalan memberikan semangat untuk
menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal
itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang positif dan bersifat membangun dari semua pihak demi
perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Krikilan, 5 Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Tujuan Umum...............................................................................................................1
C. Tujuan Khusus..............................................................................................................1
BAB 2.........................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................2
A. Pengertian Sistem Medis..............................................................................................2
B. Ciri-ciri Universal Sistem Medis..................................................................................2
C. Sistem Medis Tradisional.............................................................................................6
D. Pandangan Antropologi Kesehatan Terhadap Terjadinya Suatu Penyakit............9
BAB 3.......................................................................................................................................11
PENUTUP...............................................................................................................................11
A. Kesimpulan..................................................................................................................11
B. Saran.............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak manusia mengalami sakit, ia pun berusaha untuk mencari kesembuhan. Ada
berbagai cara manusia untuk mendapatkan kesembuhan agar bsa menjadi manusia sehat
seperti sediakala. Maka sejak itu pula ditemukan berbagai sistem medis yang berbeda di
setiap kondisi zaman. Manusia sangat menyadari bahwa kondisi sakit merupakan kondisi
yang membuat hidupnya menderita. Maka dari itu, kesadaran ini membuat manusia
mencari berbagai cara untuk mencari kesembuhan terhadap segala penyakit. Namun,
terkadang sistem medis yang salah dapat membuat manusia menjadi semakin sakit.
Pembahasan dalam sistem medis memfokuskan pada masalah-masalah orang sakit,
teori-teori etiologi, teknik-teknik pengobatan, stategi adaptasi sosial yang melahirkan
sistem-sistem medis, tingkah laku serta bentuk-bentuk kepercayaan yang berlandaskan
budaya yang timbul sebagai respons terhadap ancaman yang disebabkan oleh
penyakit.Pembahasan mengenai masalah orang sakit, teori etiologi, dan teknik
pengobatannya muncul dikarenakan adanya penyakit yang tidak mampu ditangani oleh
masyarakat.Dan bentuk pranata-pranata sosial dan tradisi-tradisi budaya berupa tingkah
laku manusia itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan kesehatan manusia.
Secara umum, sistem medis dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu sistem
medis alamiah yang merupakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan (terutama dalam
dunia barat) dan sistem medis tradisional yang hidup aneka warna kebudayaan-
kebudayaan (Kalangie,1976:15). Pengobatan modern adalah pengobatan yang dilakukan
secara alamiah (Samunjaya,2007:1). Pengobatan tradisional merupakan suatu sistem
pengobatan yang (pengetahuan) pada pengalaman dan ketrampilan turun-temurun
(Handoko,2008:xxxii).
B. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang sistem medis
C. Tujuan Khusus
1. mahasiswa mampu mengetahui apa pengertian sistem medis
2. mahasiswa mampu mengetahui ciri-ciri universal sistem medis
3. mahasiswa mampu mengetahui apa saja dan bagaimana sistem medis tradisional
4. mahasiswa mampu mengetahui pandangan antropologi kesehatan terhadap terjadinya
suatu penyakit.

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sistem Medis
Menurut  Dunn  (1976)  yang  dikutip  dari  Anne  (2007)  sistem  medis  adalah pola-
pola  dari  pranata  sosial  dan  tradisi-tradisi  yang  menyangkut  perilaku  yang
disengaja  untuk  meningkatkan  kesehatan,  meskipun  hasil  dari  tingkah  laku  khus
us tersebut  belum  tentu  menghasilkan  kesehatan  yang  baik.  Sistem  medis  juga
merupakan suatu kompleks luar dari pengetahuan, kepercayaan, teknik, peran, norma-
norma, nilai-nilai, ideology, sikap, adat istiadat, upacara-upacara dan lain-lain. Secara
singkat sistem medis mencakup semua kepercayaan dalam usaha untuk meningkatkan
kesehatan  dan  tindakan  serta  pengetahuan  ilmiah  maupun  keterampilan  anggota-
anggota kelompok yang mendukung sistem tersebut.
Saunders (154:7) menambahkan bahwa sistem medis sebagai suatu kompleks luar dari
pengetahuan, kepercayaan, teknik, peran, norma-norma, nilai-nilai, ideologi, sikap,
adat-istiadat, upacara-upacara, dan lain-lain. Karena keharusan, manusia mau tidak
mau senantiasa menaruh perhatian terhadap masalah-masalah kesehatan serta usaha
untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan sejauh batas pengetahuannya
mencari penyelesaian masalah-masalah penyakit (Rubin; 1960).
Secara umum, sistem medis adalah segala kepercayaan dalam usaha untuk
meningkatkan kesehatan dan tindakan pengetahuan ilmiah maupun keterampilan
anggota-anggota kelompok yang mendukung sistem tersebut.
B. Ciri-ciri Universal Sistem Medis
Terdapat suatu struktur universal yang mendasari semua sistem medis untuk
memudahkan kita dalam pemahaman dan studi yang sifatnya berhubungan dengan
peranan dan kewajiban-kewajiban antara pasien dan penyembuh. Beberapa ciri
universal dalam sistem medis adalah sebagai berikut:
1. Sistem Medis Merupakan Integral dari Kebudayaan-Kebudayaan.
Di sini dikatakan bahwa sistem medis berkaitan dengan keseluruhan pola-pola
kebudayaan. Sebagai contoh, kepercayaan terhadap penyakit pada banyak masyarakat
sangat terjalin erat dengan magis dan religi, di mana sebagian masyarakat masih
mempercayai mitos dan makhluk-makhluk lain yang mendatangkan penyakit, serta
adanya pantangan-pantangan yang didapat dari sesepuhnya. Masyarakat menganggap
bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang
menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel,

2
sering menangis, dan tidak nafsu makan. Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak
dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau “kantong kering” (tidak punya uang).
Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam tiga bagian:
a.  Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia
b. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin
c. Supranatal (roh, setan dan lain-lain) untuk mengobati sakit yang termasuk dalam
golongan pertama dan kedua, dapat digunakan obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat,
kerok, pantangan makan, dan bantuan tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang
ketiga harus dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain. Dengan demikian upaya
penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit
2. Penyakit Ditentukan oleh Kebudayaan
Dari pandangan budaya, penyakit adalah pengakuan sosial bahwa seseorang itu tidak
bisa menjalankan peran normalnya secara wajar dan harus dilakukan sesuatu terhadap
kondisi tersebut. Dengan kata lain, harus dibedakan antara penyakit (disease) sebagai
suatu konsep patologi, dan penyakit (illness) sebagai suatu konsep kebudayaan.
Illness adalah penyakit yang dianggap sebagai suatu konsep kebudayaan atau dapat
dikategorikan konsep penyebab sakit personalistik dimana dianggap munculnya penyakit
disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk atau bukan
manusia.
Sedangkan disease adalah penyakit yang dianggap sebagai suatu konsep patologi atau
dapat dikategorikan konsep penyebab sakit naturalistik yaitu seseorang menderita sakit
akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak
seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin
dan penyakit bawaan.
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu
dengan daerah yang lain, tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam
masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan
sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih
ada di beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua
adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh dari mereka
tinggal terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik
penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya.

3
Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian, dan
lain-lain akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi,
menggigil, dan muntah. Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun
kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan
untuk di minum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam beberapa hari
penderita akan sembuh. Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan
ditentukan dari penuturan sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit
akibat kutukan Allah, makhluk gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa,
binatang, dan sebagainya.
Pada sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati
dengan cara menyiram air di malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi–jampi
oleh dukun dan pemuka masyarakat yang disegani digunakan sebagai obat malaria.
3. Sistem Medis memiliki segi-segi pencegahan dan pengobatan.
Segi-segi pencegahan umumnya dilakukan dengan upaya preventif dari tindakan
individu itu sendiri, dan tindakan ini merupakan tingkah laku individu yang secara logis
mengikuti konsep tentang penyebab sakit, menjelaskan mengapa orang jatuh sakit, dan
tentang apa yang harus dilakukan untuk menghindari penyakit itu. Apabila penduduk
percaya bahwa penyakit terjadi karena dikirim oleh dewa-dewa atau leluhur yang marah
untuk menghukum suatu dosa, maka prosedur untuk melakukan upaya preventifnya
adalah dengan pengakuan dosa.
Contoh nyata dalam masyarakat di beberapa daerah, yaitu penyakit kejang-kejang di
mana masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-kejang
disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di Sumatra Barat
disebabkan hantu jahat. Di Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke
dukun atau memasukkan bayi ke bawah tempat tidur yang ditutupi jaring.
Contoh lain adalah penyakit campak yang dalam asumsi masyarakat mengatakan
bahwa Penyebabnya adalah karena anak terkena panas dalam, anak dimandikan saat
panas terik, atau kesambet. Di Indramayu ibu-ibu mengobatinya dengan membalur anak
dengan asam kawak, meminumkan madu dan jeruk nipis atau memberikan daun suwuk.
Walaupun banyak praktik-praktik “pencegahan” ala pribumi tidak lebih dari mitos
atau tahayul, namun beberapa tindakan memberikan hasil, walaupun tidak untuk alasan
yang diasumsikan. Namun hal demikian juga termasuk dalam upaya preventif di mana
tindakan tersebut dilakukan untuk mencegah sakit.
4. Sistem Medis Memiliki Sejumlah Fungsi

4
a. Sistem teori penyakit memberikan rasional bagi pengobatan maksudnya setiap
penyakit memiliki upaya pengobatan demi kesembuhan si pasien.
b. Sistem teori penyakit menjelaskan “mengapa”. Sistem teori penyakit tidak hanya
mendiagnosis sebab penyakit dan memberikan pengobatan yang logis untuk
penyembuhan, tetapi juga menjelaskan mengapa penyakit tersebut dapat menyerang
seseorang dengan menjelaskan tentang apa yang telah mengganggu hubungan sosial si
pasien atau apakah adanya gangguan keseimbangan alam yang terjadi pada pasien.
Hal ini guna memuaskan kebutuhan dasar manusia untuk mengetahui penyebab
penyakit-nya agar dapat melakukan upaya-upaya agar penyakitnya tidak kembali.
c. Sistem-sistem teori penyakit berperan dalam memberi sanksi dan dorongan norma-
norma budaya sosial dan moral. Hal ini menyatakan bahwa penyakit disebabkan oleh
dosa, pelanggaran tabu, dan bentuk-bentuk lain dari kesalahan tindakan. Dalam hal ini
penyakit dilihat sebagai ganjaran bagi tingkah laku yang tidak baik atau tidak disukai.
Hal itu merupakan akibat dari tingkah laku yang menyimpang dari pola-pola umum
yang berlaku dalam hubungan antar pribadi, baik sesama manusia atau antara manusia
dengan makhluk lain yang bukan manusia.
d. Sistem teori penyakit juga berperan dalam dorongan norma-norma budaya sosial dan
moral. Psikiater John Cawte menyatakan dalam sanksi atas ketidak sepakatan sosial di
kalangan penduduk asli Australia, di mana timbale balik antara dominasi-submissi
digunakan oleh para dukun pribumi sebagai suatu dorongan menuju kesepakatan
sosial. Dukun mengatakan: sesuaikan diri atau kamu akan menjadi sakit, ia
memaksakan para pembangkang pada tindakan yang kompromistis supaya kelompok
kekerabatan tersebut dapat hidup bersama secara lebih baik.
e. Sistem teori penyakit dapat memberikan rasional bagi pelaksanaan-pelaksanaan
konservasi (perlindungan alam). Hal ini dapat dilihat di kalangan tertentu, misalnya
kalangan pemburu orang-orang Indian Tukano di daerah Amazon Columbia. Mereka
tidak boleh sembarangan memburu dan untuk melakukan perburuan mereka harus
mentaati beberapa peraturan tertentu dari sang penguasa yang ditakuti oleh orang-
orang Tukano. Mereka mempercayai bahwa hewan buruan dapat melakukan tindakan
balasan terhadap para pemburu dengan mengakibatkan penyakit di kalangan
penduduk desanya. Dengan demikian hal tersebut menekankan pemburu agar
membunuh hewan apabila makanan diperlukan. Kepercayaan-kepercayaan terhadap
penyakit jelas menghasilkan konservasi yang baik bagi pelaksanaan perburuan.

5
f. Sistem teori penyakit dapat mengatasi agresi.Dalam masyarakat luas yang terbuka,
jumlah tertentu dari sifat-sifat agresif yang terbuka dapat diserap tanpa mengancam
masyarakat. Namun dalam masyarakat kecil yang tertutup, agresi terbuka merupakan
ancaman yang tak dapat diterima bagi kelangsungan hidup masyarakat tersebut.
g. Peran nasionalistik pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional suatu negara
berperan dalam pengembangan kebangsaan nasional, hal ini dikarenakan pengobatan
tradisional mencerminkan tingkatan kebudayaan suatu negara di masa silam.
Misalnya, kebangsaan Cina termasuk salah satu kebudayaan yang maju, hal ini
ditandai dengan teknik-teknik pengobatan Cina yang telah dikenal dan digunakan
lama sebelum pengobatan itu muncul di Barat . Salah satu contoh peran nasionalistik
pengobatan tradisional di Indonesia adalah jamu yang merupakan khas milik
Indonesia. (Huard dan Wong 1968).
C. Sistem Medis Tradisional
Sekalipun pelayanan kesehatan moderen telah berkembang di Indonesia, namun
jumlah masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi. Menurut
Survei  Sosial Ekonomi Nasional, 2001 ditemukan sekitar 57,7% penduduk Indonesia
melakukan pengobatan sendiri, sekitar 31,7% menggunakanobat tradisional serta sekitar
9,8% menggunakan cara pengobatan. Adapun yang dimaksud dengan pengobatan
tradisional disini adalah cara pengobatan atau perawatan yang diselenggarakan dengan
cara lain diluar ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan yang lazim dikenal, mengacu
kepada pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun,
atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun yang berasal dari luar Indonesia, dan
diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat (UU No 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan).
Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional masih tinggi
di Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:
1. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat.
2. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya masyarakat
menguntungkan pengobatan tradisional.
3. Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan moderen.
4. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa penyakit
tertentu.
5. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (obat) yang
berasal dari alam (back to nature).

6
6. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional.
7. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.
8. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional.
9. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.Meningkatnya minat
mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional.
Pengobatan alternatif adalah cara pengobatan atau perawatan yang diselenggarakan
dengan cara lain di luar ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan yang lazim dikenal,
mengacu kepada pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperoleh secara
turun-temurun atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun dari luar Indonesia.
Pengobatan alternatif bisa dilakukan dengan menggunakan obat-obat tradisional, yaitu
bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian
(galenik), atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang turun-temurun telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pengobatan alternatif merupakan bentuk
pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk
dalam standar pengobatan kedokteran moderen (pelayanan kedoteran standar) dan
digunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran moderen tersebut.
Berbagai istilah telah digunakan untuk cara pengobatan yang berkembang di tengah
masyarakat. WHO (1974) menyebut sebagai “traditional medicine” atau pengobatan
tradisional. Para ilmuwan lebih menyukai “traditional healding”. Adapula yang
menyebutkan “alternatif medicine”. Ada juga yang menyebutkan dengan folk medicine,
ethno medicine, indigenous medicine (Agoes, 1992;59).
Dalam sehari-hari kita menyebutnya “pengobatan dukun”. Untuk memudahkan
penyebutan maka dalam hal ini lebih baik digunakan istilah pengobatan alternatif, karena
dengan istilah ini apat ditarik garis tegas perbedaan antara pengobatan moderen dengan
pengobatan di luarnya dan juga dapat merangkum sistem-sistem pengobatan oriental
(timur) seperti pengobatan tradisional atau sistem penyembuhan yang berakar dari budaya
turun temurun yang khas satu etnis (etno medicine). Pengobatan alternatif sendiri
mencakup seluruh pengobatan tradisional dan pengobatan alternatif adalah pengobatan
tradisional yang telah diakui oleh pemerintah. Pengobatan yang banyak dijumpai adalah
pengobatan alternatif yang berlatar belakang akar budaya tradisi suku bangsa maupun
agama. Pengobat (curer) ataupun penyembuh (healer) dari jasa pengobatan maupun
penyembuhan tersebut sering disebut tabib atau dukun. Pengobatan maupun diagnosa
yang dilakukan tabib atau dukun tersebut selalu identik dengan campur tangan kekuatan
gaib ataupun yang memadukan antara kekuata rasio dan batin. Salah satu ciri pengobatan

7
alternatif adalah penggunaan doa ataupun bacaan-bacaan. Doa atau  bacaan dapat menjadi
unsur penyembuh utama ketika dijadikan terapi tunggal dalam penyembuhan. Selain doa
ada juga ciri yang lain yaitu adanya pantangan-pantangan. Pantangan berarti suatu aturan-
aturan yang harus dijalankan oleh pasien. Pantangan-pantangan tersebut harus dipatuhi
demi kelancaran proses pengobatan, agar penyembuhan dapat selesai dengan cepat.
Dimana pantangan-pantangan tersebut sesuai dengan penyakit yang diderita pasien.
Seperti misalnya penyakit patah tulang maupun terkilir, biasanya dilarang unutk
mengkonsumsi minum es dan kacang-kacangan. Makanan-makanan tersebut menurutnya
dapat mengganggu aliran syaraf-syaraf yang akan disembuhkan.
Pengelompokan Sistem Medis Tradisional
Sistem medis tradisional merupakan metode pengobatan yang menggunakan pendekatan
diluar medis, yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern. Dalam
pengobatan tradisional, segala metode dimungkinkan, dari penggunaan obat-obat tradiosional
seperti jamu-jamuan, rempah, yang sudah dikenal seperti jahe, kunyit dan sebagainya.
Pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu yang mampu mempercepat proses
penyembuhan. Pada mulanya kalangan kedokteran bersikap sangat sinis dan menganggap
pengobatan tradisional tidak bisa dipertanggung jawabkan karena tidak didukung riset medis
yang memadai. Tetapi semakin banyaknya fakta-fakta keberhasilan membuat mereka tergoda
untuk melakukan riset. Dan pada akhirnya semakin lama semakin banyak teknik pengobatan
tradisional yang diakui, bahkan digunakan para dokter sebagai terapi komplementer untuk
mendapatkan tingkat kesembuhan yang lebih baik. Menurut Agoes (1992:61) pengobatan
tradisional dikelompokkan menjadi 4 (empat) jenis yaitu :
1. Pengobatan tradisional dengan ramuan obat, yaitu pengobatan tradisional dengan
menggunakan ramuan asli Indonesia, pengobatan tradisional dengan ramuan obat Cina,
pengobatan dengan ramuan obat India.
2. Pengobatan tradisional spiritual/kebatinan, yaitu pengobatan yang dilakukan atas dasar
kepercayaan agama, dan dengan dasar getaran magnetis yaitu orang itu bisa memakai
pengaruh dari luar dunia manusia untuk membantu orang sakit.
3. Pengobatan tradisional dengan memakai peralatan/perangsangan yaitu seperti akupuntur,
pengobatan atas dasar ilmu pengobatan tradisional Cina yang menggunakan penusukan
jarum dan penghangatan moxa (daun arthamesia vulgaris yang dikeringkan) termasuk juga
pengobatan urut pijat, pengobatan patah tulang, pengobatan patah tulang, pengobatan
dengan peralatan (tajam/keras), dan benda tumpul.

8
4. Pengobatan tradisional yang telah mendapatkan pengarahan dan pengaturan pemerintah
yaitu, seperti dukun beranak, tukang gigi tradisional.
D. Pandangan Antropologi Kesehatan Terhadap Terjadinya Suatu Penyakit.
Di sini dikatakan bahwa sistem medis berkaitan dengan keseluruhan pola-pola
kebudayaan.Sebagai contoh, kepercayaan terhadap penyakit pada banyak masyarakat
sangat terjalin erat dengan magis dan religi, di mana sebagian masyarakat masih
mempercayai mitos dan makhluk-makhluk lain yang mendatangkan penyakit, serta
adanya pantangan-pantangan yang didapat dari sesepuhnya.
Masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami
serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman.Anak yang sakit
ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis, dan tidak nafsu makan.Orang
dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau
"kantong kering" (tidak punya uang). Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab
sakit ke dalam tiga bagian yaitu :
1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia.
2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.
3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain).
Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan kedua, dapat
digunakan obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan bantuan
tenaga kesehatan.Untuk penyebab sakit yang ketiga harus dimintakan bantuan dukun,
kyai dan lain-lain.Dengan demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada
kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit.
Dari pandangan budaya, penyakit adalah pengakuan sosial bahwa seseorang itu tidak
bisa menjalankan peran normalnya secara wajar dan harus dilakukan sesuatu terhadap
kondisi tersebut. Dengan kata lain, harus dibedakan antara penyakit (disease) sebagai
suatu konsep patologi, dan penyakit (illness) sebagai suatu konsep kebudayaan.
Illness adalah penyakit yang dianggap sebagai suatu konsep kebudayaan atau dapat
dikategorikan konsep penyebab sakit personalistik dimana dianggap munculnya penyakit
disebabkan oleh intervensi suatu aagen aktif yang dapat berupa makhluk atau bukan
manusia.
Sedangkan disease adalah penyakit yang dianggap sebagai suatu konsep patologi
atau dapat dikategorikan konsep penyebab sakit naturalistik yaitu seseorang menderita
sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup,

9
ketidakseimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk
angin dan penyakit bawaan.
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang
satu dengan daerah yang lain, tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang
dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu
kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke
generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih
ada di beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya).Makanan pokok penduduk Papua
adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa -rawa.Selain rawa-rawa, tidak jauh dari mereka
tinggal terdapat hutan lebat.Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik
penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya.
Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian, dan lain-
lain akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan
muntah. Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa
hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk di minum dan
dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam beberapa hari penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan
sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah,
makhluk gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang, dan
sebagainya.Pada sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi
diobati dengan cara menyiram air di malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi–
jampi oleh dukun dan pemuka masyarakat yang disegani digunakan sebagai obat malaria.

10
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem medis adalah pola-pola dari pranata sosial dan tradisi-tradisi yang menyangkut
perilaku yang di sengaja untuk meningkatkan kesehatan , meskipun hasil dari tingkah
laku khusus tersebut belum tentu mendapatkan hasil kesehatan yang baik. Terdapat suatu
struktur universal yang mendasari semua sistem medis untuk memudahkan kita dalam
pemahaman dan studi yang sifatnya berhubungan dengan peranan dan kewajiban-
kewajiban antara pasien dan penyembuh atau bisa dikatan sebagai tenaga kesehatan.
Didalam sistem medis pengobatan tradisional masih digunakan karena model
pengobatan tradisional ini dianggap suatu pengobatan yang diperoleh secara turun
temurun, atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun yang berasal dari luar
indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat.
B. Saran
Kita sebagai tenaga kesehatan yang sudah mengikuti perkembangan zaman yang
semakin modern sebaiknya harus bisa mensiasati lebih baik lagi bagaimana sistem medis
menyembuhkan pasien yang lebih rasional dan bisa dibuktikan dengan nyata, tanpa
mengganggap penyakit yang belum bisa didiagnosa oleh tenaga kesehatan harus
mengunakan ilmu yang masyarakat umum menyebutnya “Black Magic”.Sebagai tenaga
kesehatan kita boleh menerapkan sistem pengobatan yang tradisional asalkan itu yang
bisa di anggap nyata dan bisa diuji untuk benar-benar bisa menyembuhkan penyakit
misalnya menerapkan pengobatan tradisional dengan memanfaatkan kekayaan alam yang
tersedia. Bukan menggunakan ilmu-ilmu yang tidak bisa dirasionalkan.

11
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/40333/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
https://www.academia.edu/16625392/SISTEM_MEDIS
https://www.scribd.com/doc/95545634/Sistem-Medis
AA, L. (1989). Lumenta.B. Penyakit, Citra Alam dan Budaya. Tinjauan Fenomena
Sosial. Kanisius.
Ngatimin, R. (1992). Dari Nilai Budaya Bugis di Sulawesi Selatan. Apakah Kusta atau
ditakuti dibenci ? Ujung Pandang: Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Hasanudin.
Sarwono, S. (1993). Sosiologi Kesehatan: Beserta Konsep Beserta Aplikasinya. Gajah Mada
University.
Walukow, A. (2004). Antropologi Kesehatan. Jakarta: UI Press.
Walukow, A. (2004). Dari Pendidikan Kesehatan ke Promosi Kesehatan VI (XVIII). Konsep
Sehat, Sakit dan Penyakit , 4.

12

Anda mungkin juga menyukai