Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TRANSKULTURAL

Disusun oleh :
Alvia Maulani A. (14.401.19.007)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimahkan nikmat kesehatan,
iman, dan ilmu pengetahuan kepada umat manusia , atas dasar nikmat tersebut itulah kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TRANSKULTURAL” tepat pada waktunya
shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang dinanti nantikan syafaatnya diakhirat nanti.
Dalam kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, yaitu:
1. Bapak Siswoto, S.Kp.,M.Kes. selaku Dosen Mata Kuliah “Antropologi”.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam jalan memberikan semangat untuk
menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal
itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang positif dan bersifat membangun dari semua pihak demi
perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Krikilan, 12 Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB 1.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................................1

B. Tujuan............................................................................................................................1

1. Tujuan Umum............................................................................................................1

2. Tujuan Khusus...........................................................................................................1

BAB 2.........................................................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................3

A. Implikasi Transkultural dalam Praktik Keperawatan.............................................3

B. Implementasi Sosial Budaya Masyarakat dan Kesehatan dalam Asuhan


Keperawatan.........................................................................................................................3

C. Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya terhadap Penyakit........................................4

D. Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi Status Gizi.............................................5

E. Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan..................................7

1. Aspek Sosial yang Mempengaruhi Status Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. 7

2. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku


Kesehatan8

F. Aspek Sosial Budaya dalam Program KB..................................................................9

BAB 3.......................................................................................................................................12

PENUTUP...............................................................................................................................12

A. Kesimpulan..................................................................................................................12

B. Saran.............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu teori yang diungkapkan pada Midle Range Theory adalah Transcultural
Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks
keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman
tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger
beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-
nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh
perawat, akan mengakibatkan cultural shock (Ikuys, 2014).
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam
masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah
mengalami suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami
suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan
dampak positif dan negatif.
Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan
dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah
penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga
membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana
meluruskan keyakinan budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan (Prasetyadi,
2014).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang akibat dan kaitan antara transkultural
dengan praktik keperawatan, serta penyakit, status gizi, status kesehatan, serta
program kb.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Implikasi Transkultural dalam Praktik
Keperawatan
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Implementasi Sosial Budaya
Masyarakat dan Kesehatan dalam Asuhan Keperawatan
c. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya
terhadap Penyakit

1
d. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Aspek Sosial Budaya yang
Mempengaruhi Status Gizi
e. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Aspek Sosial Budaya yang
Mempengaruhi Status Kesehatan
f. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Aspek Sosial Budaya dalam Program
KB

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Implikasi Transkultural dalam Praktik Keperawatan
Menurut Leininger (1984), transkultural keperawatan adalah ilmu dan kiat yang humanis
yang difokuskan pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk
mempertahankan/meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan
psikokultural sesuai latar belakang budaya.
Tujuan dari adanya traskultural dalam praktik keperwatan:
1. Membantu individu/keluarga dengan budaya yang berbeda-beda untuk mampu
memahami kebutuhannya terhadap asuhan keperawatan dan kesehatan
2. Membantu perawat dalam mengambil keputusan selama pemberian asuhan
keperawatan pada individu/keluarga melalui pengkajian gaya hidup, keyakinan
tentang kesehatan dan praktik kesehatan klien
3. Asuhan keperawatan yang relevan dengan budaya dan sensitif terhadap kebutuhan
klien akan menurunkan kemungkinan stress dan konflik karena kesalahpahaman
budaya (Husna, 2013).
B. Implementasi Sosial Budaya Masyarakat dan Kesehatan dalam Asuhan
Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan
keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang
digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya,
mengakomodasi/negosiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien. Terdapat 3
strategi yang digunakan:
1. Strategi 1: mempertahankan Budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-
nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
2. Strategi 2: Negosiasi Budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu
klien berdaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan.
Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih
mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang

3
makan yag berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani
lannya.
3. Strategi 3: Restrukturisasi Budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasa merokok
menjadi tidak merokok.pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
mnguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model). Model ini mnyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat
sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien. Pengelolaan
asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Ikuys, 2014)
C. Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya terhadap Penyakit
Telah dikembangkakan pengertian tentang penyakit yang mempunyai konotasi biomedik
dan sosia kultural. Dalam bahasa inggris dikenal kata disease dan illness sedangkan dalam
bahasa indonesiakedua pengertian itu dinamakan penyakit. Dilihat dari segi sosio kultural
terdapat perbedaan besar antara kedua pengertian tersebut. Dengan disease dimaksudkan
gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada seorang
individu, dengan illnes dimaksud reaksi personal, interpersonal dan kultural terhadap
penyakit atau perasaan kurang nyaman (Soejoeti, 2008).
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu
dengan daerah lain, karena tergantung darikebudayaan yang ada dan berkembang dalam
masyarakat tersebut. Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang
saat ini masih ada di beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya ).
Makanan pokok penduduk papua adalah sagu yang tumbuh antaradaerah rawa-rawa.
Selain rawa-rawa tidak jauh dari mereka yang tinggal dihutan lebat. Penduduk desa tersebut
beranggapan bahwa hutan tersebut memiliki penguasa gaib yang dapat menghukum setiap
orang yang melanggar ketentuannya. Pelanggaran dapat berupa penebangan, pembabatan
hutan untuk tanah pertanian dan lain-lain akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan
gejala panas tinggi menggigil, dan muntah.
Penyakit tesebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan,
kemudian memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk diminum dan di oleskan
keseluruh tubuh penderita dalam beberapa hari penderita akan sembuh. Persepsi masyarakat

4
mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan sederhana dan mudah secara
turun-temurunn (Widiyanto, 2010).
D. Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi Status Gizi
Masalah gizi masyarakat adalah hal yang sangat penting dan mendasar dari
kehidupan manusia kekurangan gizi selain dapat menimbulkan masalah kesehatan
(morbiditas, mortalitas dan disabilitas), juga menurunkan kualitas sumber daya manusia
(SDM) suatu bangsa. Dalam skala yang lebih luas, kekurangan gizi dapat menjadi
ancaman bagi ketahanan dan kelangsungan hidup suatu bangsa.
Kekurangan Gizi adalah masalah yang dialami beberapa orang dimana
indikatornya adalah berat badan yang sangat kurang dari normal, sehingga orang tersebut
tampak sangat kurus, dan lemas. Penyebab kekurangan gizi dibagi menjadi 3 yaitu
penyebab langsung, penyebab tidak langsung dan penyebab lain.
Penyebab langsung terdiri dari :
1. Penyakit infeksi
Penyebab tidak langsung terdiri dari :
1. Kemiskinan keluarga
2. Tingkat pengetahuan dan pengetahuan orang tua rendah
3. Sanitasi lingkungan yang buruk
4. Pelayanan kesehatan yang kurang memadai
Bila dilihat kaitan lebih lanjut antara sosial budaya dengan permasalahan gizi
masyarakat, perlu dipertimbangkan pendapat Pelto (1980) yang menjelaskan kebudayan
sebagai sistem pengetahuan yang memungkinkan untuk melihat berbagai perubahan dan
variasi pengetahuan yang terjadi dalam berbagai perubahan sosial, budaya, dan ekonomi
masyarakat. Termasuk di dalamnya perubahan-perubahan gaya hidup atau perilaku
jangka panjang sebagai konsekuensi langsung ataupun tidak langsung dari perubahan
sosial, budaya dan ekonomi masyarakat. Perubahan gaya hidup pada gilirannya akan
memengaruhi kebiasaan makan, baik secara kualitas maupun kuantitas (Pelto, 1980).
Berkaitan dengan pengaruh budaya terhadap asupan makan kepada keluarga,
menarik untuk disimak pendapat Baliwati yang menyampaikan bahwa kegiatan ekonomi,
sosial dan budaya suatu keluarga, suatu kelompok masyarakat, suatu negara atau suatu
bangsa mempunyai pengaruh yang kuat dan kekal terhadap apa, kapan, dan bagaimana
penduduk makan. Kebudayaan masyarakat dan kebiasaan pangan yang mengikutinya,
berkembang sekitar arti pangan dan penggunaan yang cocok. Pola kebudayaan ini

5
mempengaruhi orang dalam memilih pangan, jenis pangan yang harus diproduksi,
pengolahan, penyaluran dan penyajian (Baliwati, dkk, 2004).
Menurut Suhardjo (1986) faktor sosial budaya yang memengaruhi status gizi
adalah pengetahuan, suku/etnis, pengetahuan, distribusi makanan, pantangan makanan,
dan jumlah anggota keluarga. Koentjaraningrat (1993) juga menjelaskan untuk melihat
kondisi sosial seseorang maka perlu diperhatikan faktor pengetahuan.
Kebudayaan suatu keluarga, kelompok masyarakat, negara atau bangsa
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap apa dan bagaimana penduduk makan atau
dengan kata lain pola kebudayaan mempengaruhi orang dalam memilih pangan. Hal ini
terlihat dari adanya beberapa jenis makanan tertentu yang mempunyai nilai lebih dalam
masyarakat dan bila seseorang mengkonsumsi makanan tesebut maka akan
meningkatkan prestisenya dalam masyarakat. Dimana terkadang makanan tersebut
kurang mengandung nilai gizi atau mungkin mengandung nilai gizi yang cenderung
berlebihan yaitu protein dan lemak yang tinggi yang akan mempengaruhi terjadinya
obesitas (Irawati, 2000).
Indikator masalah gizi dari sudut pandang sosial-budaya antara lain stabilitas
keluarga dengan ukuran frekuensi nikah-cerai-rujuk, anak-anak yang dilahirkan di
lingkungan keluarga yang tidak stabil akan sangat rentan terhadap penyakit gizi kurang.
Juga indikator demografi yang meliputi susunan dan pola kegiatan penduduk, seperti
peningkatan jumlah penduduk, tingkat urbanisasi, jumlah anggota keluarga, serta jarak
kelahiran.
Banyak sekali penemuan para peneliti yang menyatakan bahwa faktor budaya
sangat berperan dalam proses terjadinya masalah gizi di berbagai masyarakat dan negara.
Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk yang
kadang-kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi. Berbagai budaya
memberikan peranan dan nilai yang berbeda-beda terhadap pangan atau makanan.
Misalnya bahan-bahan makanan tertentu oleh suatu budaya masyarakat dapat dianggap
tabu untuk dikonsumsi dengan alasan-alasan tertentu, sementara itu ada pangan yang
dinilai sangat tinggi baik dari segi ekonomi maupun sosial karena mempunyai peranan
yang penting dalam hidangan makanan pada suatu perayaan yang berkaitan dengan
agama atau kepercayaan.
Di sisi yang lain, kebiasaan makan juga memiliki hubungan dengan hampir
semua agama, walaupun berlainan dari agama satu dengan agama lainnya. Kebanyakan
kelompok agama juga mempunyai peraturan tertentu terhadap makanan. Pada mulanya,

6
mereka mengembangkan sebagai prasangka terhadap beberapa bahaya yang
berhubungan dengan pangan yang kini dipantang atau karena faktor lain. Apapun
alasannya, jenis pangan tertentu tidak dapat diterima anggota suatu kelompok beragama
(Suhardjo, 2005).
E. Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan
1. Aspek Sosial yang Mempengaruhi Status Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan
Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah
1. Umur
Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan
golongan umur. Misalnya balita lebiha banyak menderita penyakit infeksi,
sedangkan golongan usila lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi,
penyakit jantung koroner, kanker, dan lain-lain.
2. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula.
Misalnya di kalangan wanita lebih banyak menderita kanker payudara, sedangkan
laki-laki banyak menderita kanker prostat.
3. Pekerjaan
Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya sebaliknya
buruh yang bekerja di industri, misalnya di pabrik tekstil banyak yang menderita
penyakit saluran pernapasan karena banyak terpapar dengan debu.
4. Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit. Misalnya
penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus
ekonomi tinggi, dan sebaliknya malnutrisi lebih banyak ditemukan di kalangan
masyarakat yang status ekonominya rendah.
Menurut H.Ray Elling (1970) ada 2 faktor sosial yang berpengaruh pada
perilaku kesehatan :
1. Self concept
Self concept ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang kita
rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan
diri kita kepada orang lain. Apabila orang lain melihat kita positif dan menerima
apa yang kita lakukan, kita akan meneruskan perilaku kita, begitu pula
sebaliknya.

7
2. Image kelompok
Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Sebagai
contoh, anak seorang dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan orang-
orang dengan pendidikan tinggi, sedangkan anak buruh atau petani tidak terpapar
dengan lingkungan medis dan besar kemungkinan juga tidak bercita-cita untuk
menjadi dokter.
2. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan
Menurut G.M. Foster (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan :
1. Pengaruh tradisi
Tradisi adalah suatu wujud budaya yang abstrak dinyatakan dalam bentuk
kebiasaan, tata kelakuan dan istiadat. Ada beberapa tradisi di dalam masyarakat yang
dapat berpengaruh negatif juga positif.
a. Contoh negatif : tradisi cincin leher. Meskipun berbahaya karena penggunaan
cincin ini bisa membuat tulang leher menjadi lemah dan bisa mengakibatkan
kematian jika cincin dilepas, namun tradisi ini masih dilakukan oleh sebagian
perempuan Suku Kayan. Mereka meyakini bahwa leher jenjang seperti jerapah
menciptakan seksual atau daya tarik seksual yang kuat bagi kaum pria. Selain itu,
perempuan dengan leher jenjang diibaratkan seperti naga yang kuat sekaligus
indah.
b. Contoh positif: tradisi nyirih yang dapat menyehatkan dan menguatkan gigi.
2. Sikap fatalistis
Sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Contoh : beberapa
anggota masyarakat di kalangan kelompok tertentu (fanatik) sakit atau mati adalah
takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan
pengobatan bagi anaknya yang sakit.
3. Pengaruh nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.
Contoh masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daripada beras merah,
padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi pada beras merah daripada
beras putih.
4. Sikap ethnosentris
Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan
dengan kebudayaan pihak lain. Misal sikap seorang yang menggunakan vitsin pada

8
makanannya yang menganggap itu lebih benar daripada orang yang tidak
menggunakan vitsin padahal vitsin tidak bagi kesehatan.
5. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya
Contoh : dalam upaya perbaikan gizi, di suatu daerah pedesaan tertentu menolak
untuk makan daun singkong, walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi.
Setelah diselidiki ternyata masyarakat beraggapan daun singkong hanya pantas untuk
makanan kambing dan mereka menolaknya karena status mereka tidak dapat
disamakan dengan kambing.
6. Pengaruh norma
Contoh : upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak
mengalami hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang
memberikan pelayanan dengan bumil sebagai pengguna pelayanan.
7. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan
Apabila seorang petugas kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan
masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi
jika melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh pada
perubahan dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan
perubahan tersebut.
F. Aspek Sosial Budaya dalam Program KB
Faktor sosial budaya tidak dapat dihindari dan memegang peranan penting dalam
perilaku masyarakat. Aspek inilah yang menjadikan masyarakat berpikir atau sebagai
dasar pertimbangan untuk menerima suatu hal dalam perubahan. Misalnya, dalam
menjalankan program KB disarankan menggunakan alat kontrasepsi. Dalam
pencanangan program ini akan menimbulkan respon berbeda pada lingkup suatu
masyarakat, mereka akan menunjukan aksi pro atau kontra terhadap perubahan atas dasar
keadaan sosial budaya masyarakat tersebut.
Aspek sosial budaya yang mempengaruhi program KB antara lain:
1. Adat Istiadat atau Kepercayaan
Beberapa daerah tertentu, masyarakat masih memegang teguh kepercayaan dan
menjalankan adat istiadat mereka. Kepercayaan masyarakat mengawinkan anaknya
diusia muda agar cepat memperolah keturunan yang banyak merupakan salah satu
keadaan yang menghambat pelaksanaan program KB. Mereka berpikir anak adalah
aset, maka mereka percaya banyak anak banyak rezeki.

9
Selain kepercayaan, adat istiadat yang masih kentara hingga saat ini yang
menghambat program KB adalah pilihan jenis kelamin (laki/perempuan). Contoh,
pada masyarakat Bugis, harus ada anak perempuan, sehingga jika belum memiliki
anak perempuan, mereka mencoba terus memiliki anak sampai mendapatkan anak
perempuan. Keadaan demikian menjadikan masyarakat menunda penggunaan alat
kontrasepsi dan memungkinkan masyarakat atau suatu keluarga tersebut akan
menghasilkan keturunan sampai melahirkan anak dengan jenis kelamin yang
diharapkan.
2. Faktor Agama atau Religi
Faktor yang kedua adalah faktor agama. Berkaitan dengan penggunaan alat
kontrasepsi, terdapat kelompok masyarakat agama yang menerima dan menolak
program tersebut. Dalam konteks ini tentunya sebagai tenaga kesehatan, kita perlu
memahami pandangan kepercayaan atau agama pada masyarakat yang menjadi
sasaran program KB. Tentunya kepercayaan agama bukanlah suatu yang dapat kita
paksakan, tetapi yang terpenting adalah kita memahaminya.
Misalnya, dalam suatu agama tertentu melarang penggunaan alat kontrasepsi
karena dianggap menghalangi terjadinya pembuahan. Dalam ajaran agama tersebut
anak adalah karunia dari Sang Pencipta yang harus disyukuri dan dijaga.
3. Faktor Pendidikan
Masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah memahami
manfaat dari program KB tersebut dan secara terbuka akan menerima perubahan.
Berbeda dengan masyarakat dengan status pendidikan yang rendah, mereka
cenderung memiliki tingkat pemahaman yang buruk terhadap program KB dan
cenderung lebih percaya pada kepercayaan yang mereka anut.
4. Faktor Ekonomi
Salah satu faktor yang berpengaruh besar dalam pelaksanaan program KB di
Indonesia adalah tingkat ekonomi masyarakat yang berada dalam lingkaran
kemiskinan. Masyarakat akan berpikir ulang ketika mengeluarkan alat kontrasepsi
dalam bentuk mekanik maupun kimiawi. Bagi mereka yang hidup dengan pendapatan
yang minim akan lebih mengutamakan kepentingan pangannya.
Namun, sebagai seorang tenaga kesehatan yang memiliki tugas dan andil untuk
mensukseskan program ini, tentunya kita menjadi paham bahwa kesuksesan suatu
program kesehatan masyarakat tidak hanya di pengarui oleh program itu sendiri, akan
tetapi oleh faktor lain. Seperti sosial budaya yang ada dalam masyarakat menunjukkan

10
bahwa pendapatan, pendidikan, adat istiadat, dan agama maupun kepercayaan merupakan
faktor yang penting dalam partisipasi dalam program keluarga berencana (KB).

11
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transkultural keperawatan sangat dibutuhkan dalam dunia keperawatan ketika perawat
menghadapi pilihan yang sulit di mana perawat harus memilih budaya yang dianut oleh klien
atau teori kesehatan yang ia pelajari. Transkultural juga dibutuhkan saat perawat melakukan
asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implmentasi,
sampai evaluasi.
Lingkungan sangat mempengaruhi adanya penyakit karena salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya penyakit adalah dari faktor ksternal atau lingkungan sekitar.
Kebudayaan dapat mempengaruhi status gizi pada orang dewasa, namun pada anak tradisi
tidak mempengaruhi status gizi.
B. Saran
Bagi mahasiswa sebaiknya dapat mengetahui dan memahami tentang kebudayaan dan
pengaruhnya terhadap status kesehatan masyarakat, agar dapat memberikan penyuluhan dan
edukasi dengan baik dan benar. Bagi pembaca sebaiknya dapat menerapkan mengenai
penjelasan yang telah diuraikan dalam makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA
Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan Sosial Budaya Dasar. Universitas Indonesia,
Jakarta.

Citerawati, Y. W. (2012). Aspek Sosial Budaya Berhubungan dengan Perilaku


Kesehatan. https://adingpintar.files.wordpress.com/2012/03/aspek-sosiobudaya-dan-
kesehatan.pdf,%2010.

Foster/Anderson. 2009. Antropologi Kesehatan, terj. UI-Press: Yogyakarta

The Field of Medical Anthropology

Husna,C.H.(2013).TransculturalNursing. http://s1keperawatan.umm.ac.id/files/file/TRANSK
ULTURAL%20NURSING.pdf,%207.

http://www.scribd.com/doc/49137268/ASPEK-SOSIAL-BUDAYA-DALAM-PROGRAM-
KB

Ikuys, R. (2014). Implementasi Kebudayaan dalam Asuhan


Keperawatan. https://www.scribd.com/doc/216292947/Implementasi-Kebudayaan-Dalam-
Asuhan-Keperawatan

Kuncoroningrat dan AA. Loedin. Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Pembangunan Kesehatan.


Gramedia, Jakarta.

Kuncoroningrat. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Gramedia. Jakarta.

Prasetyadi, D. A. (2014, Oktober). Makalah Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Terhadap


Kesehatan. Scribd, p. 4.

Soejoeti, S. Z. (2008). Konsep Sehat Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial
Budaya. http://www.yuniawan.blog.unair.ac.id/files/2008/03/sehatsakit.pdf,%203.

https://www.academia.edu/6354422/Makalah_Kaitan_Budaya_Masalah_Gizi_Ovi

13

Anda mungkin juga menyukai