Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN PASIEN

HIPERTENSI PADA LANSIA

JAMALLUDIN
(433131490120085)

PRODI STUDI PROFESI NERS


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Kharisma Karawang
Jalan Pangkal Perjuangan KM 1 (By Pass), Kabupaten Karawang,
Jawa Barat 413116, Indonesia
2020/2021
Kasus 2
Seorang laki-laki berusia 68 tahun mengeluh sakit kepala, nyeri tengkuk dan dada terasa
berdebar-debar, pandangan agak kabur. Perawat melakukan pencegahan pada TTV
didapatkan data TD 170/90 mmHg, suhu 36,6C, respirasi 32x/menit dan Nadi 112x/menit.
Pasine memiliki kebiasaan merokok dan minum kopi sejak usia sekitar 16 tahun, BB 73kg,
riwayat pekerjaan sopir bus antar kota, saat ini kadang-kadang masih menyopiri angkot
sebagai sopir tembak. Ia biasa membawa muatan sayur-sayuran ke berbagai pelosok pulau
jawa.
Tantangan Berfikir Kritis:
1. Apakah data utama yang harus dikaji oleh perawat untuk menentukan masalah
keperawatannya?
Jawab :
Data Fokus Masalah Penyebab
Ds : Penurunan Curah Jantung Hipertensi
- Klien mengeluhkan
sakit kepala
- Klien mengatakan Nekrosis sel otot jantung
dada terasa
berdebar-debar
- Pasine memiliki Hipertrofi ventrikel
kebiasaan merokok
dan minum kopi
sejak usia sekitar Mengalami gagal jantung
16 tahun
Do :
- TD : 170/90 Menurunnya curah jantung
mmHg
- Nadi 112x/menit
- RR : 32x/menit Perubahan prealod
- S : 36,60 C
- BB : 73 Kg

Penurunan curah jantung


Ds : Pola Napas Tidak Efektif Ventilasi pernafasan
- Klien mengatakan
dada terasa
berdebar-debar Hipoventilasi/hiperventilasi
- Pasine memiliki
kebiasaan merokok
dan minum kopi Takipneu / bradipneu
sejak usia sekitar
16 tahun
Do : Pola Nafas Tidak Efektif
- RR : 32x/menit
- TD : 170/90
mmHg
- Nadi 112x/menit
- BB : 73 kg

Ds : Nyeri Akut Tekanan darah


- Klien mengatakan
Yaitu 170/90 mmHg
nyeri tengkuk
- Klien mengeluhkan
sakit kepala
Otak
- Klien mengatakan
dada terasa
berdebar-debar Resistensi pembuluh darah
Do :
- RR : 32x/menit ke otak meningkat
- TD : 170/90
mmHg
- Nadi 112x/menit Menimbulkan Nyeri kepala
- S : 36,6*C

Nyeri Akut

2. Hal-hal apakah yang menjadi faktor predisposisi dan presipitasi terjadinya


kasus COPD dan hipertensi pada lansia?
Jawab :
Peningkatan kejadian hipertensi akan bertambah seiring dengan pertambahan usia
seseorang. Faktor usia ini tidak bisa diubah. Semakin bertambahnya usia semakin
besar pula resiko untuk menderita tekanan darah tinggi. Meskipun demikian,
terjadinya hipertensi bisa juga disebabkan oleh adanya penyakit seperti penyakit
jantung kronis, obesitas, kebiasaan gaya hidup yang buruk, seperti kebiasaan
merokok, minum kopi dan kurangnya olahraga, berkontribusi pada terjadinya
hipertensi.

3. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


Jawab :
No Diagnosa Keperawatan Etiologi
1. Penurunan Curah Jantung Hipertensi
2. Pola Napas tidak efektif Depresi pusat pernafasan
3. Nyeri Akut Agen pencedera fisiologis (iskemia)

4. Susunlah intervensi yang tepat dengan mempertimbangkan kasus legal etik.


Jawab :
No Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
1. Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama
keperawatan selama 3x24 jam Perawatan Jantung
diharapkan curah jantung
Definisi : mengidentifikasi, merawat dan
meningkat dengan kriteria hasil :
- Tekanan darah membaik membatasi komplikasi akibat ketidak
(5)
seimbangan antara suplai dan konsumsi
- Bradikardi menurun (5)
- Takikardi menurun (5) oksigen miokard
- Berat Bbadan menurun
Observasi
(5)
1) Identifikasi tanda/gejala primer
penurunan darah curah jantung
(meliputi dispnea,kelelahan edema,
orthopne, proxysmal noctumal
dyspnea, peningkatan CPV)
2) Identivikasi tanda/gejala sekunder
penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan,
hepatomegali, distensi vena jugularis,
palpitasi, ronkhi basah, oliguria,
batuk, kulit pucat)
3) Monitor tekanan darah (termasuk
tekanan darah ortostatik, jika perlu)
4) Monitor intake autput dan cairan
5) Monitor berat badan setiap hari pada
waktu yang sama
6) Monitor saturasi oksigen
7) Monitor keluhan nyeri dada
(mis.,intensitas, lokasi, radiasi,
durasi, pervitasi yang mengurangi
nyeri)
8) Monitor EKG 12 sadapan
9) Monitor aritmia (kelainan irama dan
frekuensi)
10) Monitor nilai laboratorium
jantung(mis., elektroki, enzim
jantung, BNP, Ntpro-BNP)
11) Monitor fungsi alat pacu jantung
12) Periksa tekanan darah dan frekuensi
nadi sebelum dan sesudah aktivitas
13) Periksa tekanan darah dan prekuensi
nadi sebelum pemberian obat (mis.,
beta blocker, ACE inhibitor, calcium
channel blocker, digoksin)
Intervensi Pendukung
- Perawatan sirkulasi
- Pemantauan cairan
- Terapi intravena
- Pemantaun perdarahan
- Manajemen syok
hipovolemia

2. Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama :


keperawatan selama 3x24 jam
Manajemen Jalan Nafas (L.01011)
diharapkan pola napas membaik
dengan kriteria hasil : Tindakan :
- Frekuensi napas
Observasi :
membaik (5)
- Dispnea menurun (5) - Monitor pola napas
-
(frekuensi,kedalaman,usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan
(mis.gurgling,mengi,wheezing,ronkh
i kering)
- Monitor sputum (jumlah,warnaa,
aroma)
Terapeutik
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minuman hangat
- Berikan oksigen,jika perlu

Edukasi
- Anjurkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasikan pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
- Pemantauan respirasi (I.01014)
Intervensi Pendukung :
- Pengaturan posisi (I. I.01019)
- Dukungan kepatuhan program
pengobatan (I.12361)
- Pemberian obat inhalasi
(I.01015)
- Pemberian obat intravena
(I.02065)
- Pemberian obat oral (I.03128)

3. Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama :


keperawatan selama 3x24 jam 1. Manajemen Nyeri (I.08238)
diharapkan tingkat nyeri
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola
menurun dengan kriteria hasil :
- Keluhan nyeri menurun pengalaman sensorik atau emosional yang
(5)
berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
- Frekuensi nadi membaik
(5) fungsional dengan onset mendadak atau
- Pola nafas membaik (5)
lambat dan berintensitas ringan hingga
berat dan konstan.
Tindakan :
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non
verbal Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
- Monitor efek samping pemberian
analgetik

Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(misal terapi musik, aromaterapi)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri ( misal
suhu, pencahayaan)
- Fasilitasi istirahat tidur

Edukasi
- Jelaskan penyebab dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor secara
mandiri
- Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu.

5. Gunakan hasil penelitian terbaru dalam intervensi yang disusun. Hasil


penelitian dapat diaplikasikan pada lansia inovatif.
Jawab :
Pengantar kasus

Suatu kondisi ketika tekanan darah terhadap dinding arteri terlalu tinggi. Biasanya
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah di atas 140/90, dan dianggap parah jika
tekanan di atas 180/120. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Pinzon (2013) di
Yogyakarta, menjelaskan bahwa pada usia lebih dari 60 tahun kondisi nyeri kepala
hipertensi yang paling sering dijumpai adalah nyeri tengkuk. Proporsi terbesar pasien
datang dengan intensitas nyeri sedang (VAS 4-6), yaitu 60%, dan juga dijelaskan 29%
nyeri tengkuk akibat hipertensi merupakan kondisi medis yang menjadi alasan untuk
berobat.
Nyeri kepala hipertensi merupakan salah satu kondisi yang paling umum dijumpai
pada lansia (lanjut usia), dimana pada usia tersebut kondisi dan kemampuan fungsi
tubuh mengalami penurunan. Penanganan nyeri kepala hipertensi pada lansia
merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian karena penanganan nyeri jika benar
dan tepat nyeri kepala hipertensi pada lansia dapat terkontrol, terhindar dari
komplikasi yang serius dan juga dapat bermanfaat membantu pada lansia dalam
mempelajari proses terjadinya nyeri kepala hipertensi.
Manajemen nyeri hipertensi pada lansia bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit dan tidak nyaman. Secara umum menajemen nyeri
hipertensi pada lansia ada dua yaitu manajemen farmakologi (obat-obatan) dan
manajemen non farmakologi. Manajemen non farmakologi merupakan langkah-
langkah sederhana dalam upaya menurunkan skala nyeri hipertensi pada lansia
dengan berisiko rendah bagi pasien dan tidak membutuhkan biaya terlalu mahal.
Menggabungkan kedua pendekatan ini merupakan cara paling efektif untuk
mengurangi skala nyeri hipertensi pada lansia. Salah satu intervensi non farmakologi
yang dapat dilakukan perawat secara mandiri dalam menurunkan skala nyeri kepala
hipertensi pada lansia yaitu dengan melakukan kompres hangat jahe pada penderita
untuk menurunkan skala nyeri kepala hipertensi pada lansia.

Diagnose keperawatan (SDKI) Intervensi keperawatan (SIKI)


Nyeri Akut (D.0077) Manajemen Nyeri (I.08238)
Definisi : pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola
kerusakan jarigan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak pengalaman sensorik atau emosional yang
atau lambat dan berintensitas ringan berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan. fungsional dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat
dan konstan.

Tindakan

Observasi :
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
- Monitor efek samping pemberian
analgetik

Terapeutik
 Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(misal terapi musik, aromaterapi)
(dalam hal ini penderita hipertensi
dengan keluhan nyeri kepala jenis
manajeman nyeri non farmakologis
yang mendukung untuk proses
menurunkan skala nyerinya yaitu
dengan :
Pemberian Kompres Hangat Jahe
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri ( misal suhu,
pencahayaan)
- Fasilitasi istirahat tidur

Edukasi
- Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor secara mandiri
- Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik jika


perlu.

Judul jurnal Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Jahe Terhadap Skala


Nyeri Kepala Hipertensi Pada Lansia Di Posyandu Lansia
Karang Werdha Rambutan Desa Burneh Bangkalan.
Penulis
Syiddatul B
Metode penelitian dan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi
uji hipotesis Eksperiment Design dengan menggunakan rancangan (desain) Pre
and Post Test Without Control Designya itu penelitian yang hanya
intervensi membuktikan pada satu kelompok subjek tanpa
kelompok pembanding.
Pada penelitian ini, data dikumpulkan dari jawaban atas pertanyaan
yang disediakan melalui pengisian checklist dan kuesioner oleh
lansia tentang nyeri yang dirasakan. Sebelum dilakukan kompres
hangat jahe (pre-test), skala nyeri lansia diukur, kemudian
dilakukan kompres hangat jahe oleh peneliti selama 5-15 menit.
Setelah itu diukur kembali (post-test) skala nyeri lansia tersebut.
Kemudian di bandingkan antara pre-test dengan post-test. Populasi
dalam penelitian ini adalah keseluruhan lansia yang yang
menderita nyeri kepala hipertensi pada lansia di posyandu lansia
Karang Werdha Rambutan Desa Burneh Bangkalan, jumlah lansia
penderita nyeri kepala hipertensi 40 lansia. Dengan menggunakan
simple random sampling maka besar sampel yang diambil
sebanyak 36 lansia.
Berdasarkan jawaban pertanyaan selanjutnya dibuat tabel
distribusi frekuensi untuk mengukur perbandingan skala

nyeri pada lansia dengan sebelum dan sesudah pemberian kompres


hangat jahe di Posyandu lansia Karang Werdha Rambutan Desa
Burneh Bangkalan. Teknik analisa menggunakan uji Wilcoxon
dengan tingkat signifikasi (α) = 0,05.
Problem, population - Problem
and patient Di Amerika gejala yang sering dialami penderita hipertensi
meliputi sakit kepala 40%, Palpitasi 28,5%, Noktori 20,4%,
Disiness 20,8%, dan Titinus 13,8% (Lingga, 2012). Dan
berdasarkan survey yang dilakukan oleh Pinzon (2013) di
Yogyakarta, menjelaskan bahwa pada usia lebih dari 60 tahun
kondisi nyeri kepala hipertensi yang paling sering dijumpai
adalah nyeri tengkuk. Proporsi terbesar pasien datang dengan
intensitas nyeri sedang (VAS 4-6), yaitu 60%, dan juga
dijelaskan 29% nyeri tengkuk akibat hipertensi merupakan
kondisi medis yang menjadi alasan untuk berobat.

Nyeri kepala hipertensi merupakan salah satu kondisi yang


paling umum dijumpai pada lansia (lanjut usia), dimana pada
usia tersebut kondisi dan kemampuan fungsi tubuh mengalami
penurunan. Penanganan nyeri kepala hipertensi pada lansia
merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian karena
penanganan nyeri jika benar dan tepat nyeri kepala hipertensi
pada lansia dapat terkontrol, terhindar dari komplikasi yang
serius dan juga dapat bermanfaat membantu pada lansia dalam
mempelajari proses terjadinya nyeri kepala hipertensi.

Manajemen nyeri hipertensi pada lansia bertujuan untuk


mengurangi atau menghilangkan rasa sakit dan tidak nyaman.
Secara umum menajemen nyeri hipertensi pada lansia ada dua
yaitu manajemen farmakologi (obat-obatan) dan manajemen
non farmakologi.
Manajemen non farmakologi merupakan langkah-langkah
sederhana dalam upaya menurunkan skala nyeri hipertensi
pada lansia dengan berisiko rendah bagi pasien dan tidak
membutuhkan biaya terlalu mahal. Menggabungkan kedua
pendekatan ini merupakan cara paling efektif untuk
mengurangi skala nyeri hipertensi pada lansia. Salah satu
intervensi non farmakologi yang dapat dilakukan perawat
secara mandiri dalam menurunkan skala nyeri kepala
hipertensi pada lansia yaitu dengan melakukan kompres
hangat jahe pada penderita untuk menurunkan skala nyeri
kepala hipertensi pada lansia.
- Population
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan lansia yang
yang menderita nyeri kepala hipertensi pada lansia di posyandu
lansia Karang Werdha Rambutan Desa Burneh Bangkalan,
jumlah lansia penderita nyeri kepala hipertensi 40 lansia.
Dengan menggunakan simple random sampling maka besar
sampel yang diambil sebanyak 36 lansia.
Intervention Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada
penelitian ini adalah dengan :
a. melalui pengisian checklist dan kuesioner oleh lansia tentang
nyeri yang dirasakan

Sebelum dilakukan kompres hangat jahe (pre-test), skala nyeri


lansia diukur, kemudian dilakukan kompres hangat jahe oleh
peneliti selama 5-15 menit. Setelah itu diukur kembali (post-test)
skala nyeri lansia tersebut. Kemudian di bandingkan antara pre-
test dengan post-test.
Comparation Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa skala nyeri
kepala hipertensi pada lansia mengalami nyeri sedang sebanyak
20 orang (55,6%), 9 orang nyeri ringan(25%), dan 7 orang nyeri
berat terkontrol (19,4%) sebelum dilakukan kompres hangat jahe.
Menurut Price dan Wilson (2014), nyeri kepala disebabkan karena
kerusakan vaskuler akibat dari hipertensi tamapak jelas pada
seluruh pembuluh perifer. Perubahan struktur dalam arteri –
arteri kecil dan arteriola menyebabkan penyumbatan pembuluh
darah. Bila pembuluh darah menyempit maka aliran arteri akan
terganggu. Pada jaringan yang terganggu akan terjadi penurunan
oksigen dan peningkatan karbondioksida kemudian terjadi
metabolisme anaerob dalam tubuh yang meningkatkan asam
laktak dan menstimulasi peka nyeri kapiler pada otak. Selain itu
nyeri yang dialami lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagaimana dijelaskan Judha dalam Setyawan (2014) faktor-
faktor yang mempengaruhi nyeri diantaranya adalah usia, jenis
kelamin, pekerjaan, kebudayaan, perhatian, ansietas, pengalaman
sebelumnya, dukungan keluarga, dan keletihan. Hal tersebut
didukung dengan pendapat Wijayakusuma (2013) yang
menyatakan bahwa beberapa hal yang mempengaruhi timbulnya
nyeri adalah faktor usia, faktor genetik, psikologis, lingkungan,
pekerjaan, makanan, dan kelenjar atau hormon.
Outcome Hasil uji statistik Uji Wilcoxon diperoleh nilai p value 0,000(p < a
0,05) berarti Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan ada
pengaruh pemberian kompres hangat jahe terhadap skala nyeri
kepala hipertensi lansia di Posyandu Lansia Karang Werdha
Rambutan Desa Burneh Bangkalan.
Hal ini berarti bahwa kompres hangat jahe bisa meredakan atau
mengurangi ketegangan, sehingga nyeri yang di alami lansia dapat
berkurang. Dari hasil penelitian terjadi penurunan skala nyeri pada
lansia setelah diberikan kompres hangat jahe. Ini dibuktikan bahwa
ada pengaruh dari setelah diberikan kompres hangat jahe dalam
menurunkan skala nyeri lansia, dan respon lansia mengatakan
mereka merasa rileks ketika diberikan kompres hangat jahe. Hal ini
dipengaruhi Gingerol dan rasa hangat yang ditimbulkan oleh jahe
tersebut membuat pembuluh darah terbuka (vasodilatasi) dan
memperlancar sirkulasi sehingga suplai makanan dan oksigen
menjadi lebih baik sehingga nyeri akan berkurang.
Time Diberikan intervensi selama 5-15 menit.

Jurnal/Artikel

Anda mungkin juga menyukai