Anda di halaman 1dari 5

Sengsara, Wafat dan Kebangkitan YESUS KRISTUS

SENGSARA, WAFAT DAN KEBANGKITAN YESUS KRISTUS

A. PENDAHULUAN

Dalam perjalanan YESUS untuk membuat perjanjian yang kekal sekaligus


menjadi jembatan penghubung antara manusia dengan ALLAH Ia rela menderita
dan wafat dikayu salib untuk menebus dosa-dosa kita. Namun perjalanannya untuk
menjadi jembatan antara manusia dengan ALLAH tidak segampang yang kita
pikirkan, Ia beberapa kali berurusan dengan para imam, yang berusaha
menjatuhkannya di depan umum. Ia bahkan dituduh sebagai seorang “pemberontak”
dan “perampok”. Padahal, YESUS tidak pernah mencita-citakan kekuasaan politik Ia
hanya ingin melaksanakan tugas perutusannya dengan mengajarkan cinta kasih
ALLAH, dan menyelamatkan kita namun hal tersebut salah diartikan oleh para imam
dan pemerintah saat itu. Mereka merasa terganggu dengan kehadiran YESUS,
sehingga berusaha untuk membunuh YESUS. Bahkan muridnya sendiri mengkhinati
dia dengan ciuman. YESUS di jual dengan 30 keping perak. Itu merupakan cara
mereka yang tidak rasional. Mereka menangkap YESUS dengan memanfaatkan salah
satu murid YESUS. Namun YESUS telah mengetahui hal tersebut, tetapi untuk
menebus dosa-dosa umat manusia Ia rela sengsara dan wafat di kayu salib.
Yesus rupanya sadar bahwa “bencana” yang mahadahsyat akan menimpa-Nya
tanpa ampun. Sebagai manusia Ia tentu takut, bahkan takut sekali. Ia sedemikian
takut sampai keringat dingin mengucur bercampur darah.
Pada saat itulah di taman Zaitun, tercipta sebuah doa yang paling indah dari
seorang anak manusia: “ Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambilah cawan ini dari
pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu lah yang terjadi”
(Luk 22:42).

Sengsara YESUS tidak hanya sampai disitu saja Ia harus memikul salib hingga
ke bukit golgota, peristiwa ini dikenang sebagai jalan salib. YESUS wafat sekitar jam
3 sebelum kematiannya terdapat beberapa tanda-tanda kebesaran ALLAH salah
satunya “tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa
bumi, dan bukit-bukit batu terbelah” (Mat 27:51). Lalu YESUS berseru dengan suara
nyaring: “Ya BAPA, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan setelah
berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya (Luk 23:46). Untuk memastikan
kematian-Nya lambung YESUS ditikam oleh serdadu (Yoh 19:31-37). Memang
sesudah wafat YESUS, Ia dimakamkan dengan penuh hormat. Namun kehormatan
sesudah wafat-Nya tetap tidak dapat menutupi kerendahan-Nya di kayu salib.

1 Disusun Oleh Kelompok II


Sengsara, Wafat dan Kebangkitan YESUS KRISTUS

Menurut hukum yang dapat disalibkan adalah seorang “penjahat” atau


“budak.” Salibkan bukanlah sesuatu yang “biasa”, melainkan suatu penghinaan, dan
dan juga bukan hanya penderitaan fisiknya, tetapi juga orang yang disalibkan
kehilangan kehormatan dan penghargaan dalam masyarakat. Oleh karena itu para
lawan YESUS ingin membinasakan YESUS secara total, tidak hanya sebagai seorang
pribadi melainkan justru sebagai tokoh masyarakat.

B. MAKNA SENGSARA DAN WAFAT YESUS KRISTUS

Yesus datang ke dunia dalam bentuk seorang hamba, Ia menjalani kehidupan


seperti layaknya manusia biasa. Bahkan Ia sengsara dan wafat di kayu salib karena
dosa-dosa kita. Dilihat dari sudut sejarah wafat YESUS disebut pembunuhan. Tetapi
jika dilihat dari sudut karya ALLAH atau dengan pandangan iman, wafat YESUS
karena dosa-dosa kita. Ia wafat untuk kita, untuk menjadi jembatan penghubung
antara manusia dengan ALLAH. Oleh karena itu “ALLAH mengutus Anak-Nya
dalam daging karena dosa (Rm 8:3). “ALLAH membuat Dia yang tidak mengenal
dosa menjadi dosa karena kita” (2Kor 5:21). ALLAH membuat kristus mengalami
nasib orang berdosa. Buktinya adalah kematian-Nya. “sebab upah dosa ialah maut”
(Rm 6:23). Semua ini dilakukan oleh ALLAH karena dan untuk kita.

Darah kristus tidak hanya menjadi perjanjian yang kekal, tetapi juga menjadi
karya keselamatan ALLAH bagi kita umat-Nya. Betapa peduli-Nya BAPA kepada
kita hamba-Nya, yang rela mengorbankan putra-Nya untuk kita. Wafat Kristus
berarti solidaritas-Nya dengan umat manusia yang harus mati karena dosa. Wafat-
Nya di kayu salib tidak menjadikan salib sebagai simbol kegagalan hidup melainkan,
sebagai tanda kemenangan karena:

 Kebencian diubah jadi kasih.


 Dosa diubah jadi ketaatan sampai serah diri total.

 Maut diubah jadi sumber kebahagiaan kekal manusia.

Yang menjadi dasar dari misteri inkarnasi adalah ketetapan hati Yesus untuk
melaksanakan rencana penebusan Allah demi keselamatan semua orang. Bagian dari
rencana itu termasuk pengakuan akan dosa dan kegelapan kita dan memilih rencana
Allah secara lengkap dan sempurna. Oleh penderitaan-Nya di taman Getsemani dan
di tangan orang Romawi, dan oleh kematian penuh ketaatan pada kayu salib, Yesus
memutar-balikkan ketidak-taatan dan pemberontakan Adam melawan kehendak
Allah.

2 Disusun Oleh Kelompok II


Sengsara, Wafat dan Kebangkitan YESUS KRISTUS

Dalam kodrat insani-Nya, Yesus secara sempurna tunduk kepada kodrat ilahi-
Nya serta berkoordinasi dengan kodrat ilahi-Nya itu. Dengan demikian sengsara
Yesus memungkinkan bagi orang-orang untuk mengenal dan mengasihi Allah secara
sempurna. 
Penderitaan Yesus pada dirinya adalah suatu pengungkapan solidaritas-Nya
dengan mereka yang menderita. Memang Yesus hidup tanpa dosa (lihat Ibr 4:15),
namun Ia ikut ambil bagian dalam desolasi dan ‘kehancuran’ kita. Apakah ada
presiden, raja atau perdana menteri yang mau ikut ambil bagian dalam ‘nasib hidup’
seorang pengemis jalanan? Tentu saja tidak! Namun tidak demikianlah halnya
dengan ‘sang Raja segala raja’, Yesus Kristus! 
Yesus mati di kayu salib untuk membebaskan semua manusia dari dosa Karena
dosalah Dia mati. Kematian Yesus sebenarnya termasuk di dalam wilayah penebusan
universal yang jauh melampaui ruang lingkup yang menyangkut bangsa/ras dan
politik. Semua orang berdosa bertanggung-jawab atas sengsara dan kematian Yesus
Yahudi maupun non-Yahudi, laki-laki maupun perempuan.
Penderitaan dan kematian Yesus di kayu salib berakar pada dan didorong oleh
kasih Allah kepada seluruh dunia (Rm 5:8). Secara bebas suka-rela Yesus
mengemban misi ini dan mempersembahkan diri-Nya kepada Bapa surgawi sebagai
kurban persembahan sempurna untuk kepentingan kita. Dengan penyerahan diri-Nya
secara sempurna kepada rencana penyelamatan Bapa, Yesus mempersembahkan
suatu kurban yang lengkap dan definitif, yang tidak dapat pernah diulangi; dan ini
terus-menerus dipersembahkan kepada Bapa di surga.
Secara bebas,Yesus menyerahkan hidupNya sebagai kurban silih, yaitu bahwa
dia telah memulihkan kita dari dosa-dosa kita dengan ketaatan penuh cinta sampai
mati. Cinta sang putra Allah “sampai pada kesudahanNya”(Yoh 13:1) ini
mendamaikan kembali seluruh umat manusia dengan Bapa. Karena itu, kurban
paskah kristus menebus umat manusia dengan cara yang unik, sempurna dan
definitif, serta membuka persekutuan dengan Allah.

C. KEBANGKITAN YESUS KRISTUS

Mengapa Yesus perlu dibangkitkan dari kematian? Bukankah karya penebusan


terjadi pada kayu salib, di mana Dia telah mengeluarkan darah-Nya? Singkatnya,
rencana indah Allah untuk segenap ciptaan tidaklah terbatas pada penebusan dosa-
dosa kita. Rencana-Nya mencakup seluruh kehidupan, yang dimulai dengan Adam
dan Hawa di Taman Eden dan sekarang berlanjut dalam Yesus.

3 Disusun Oleh Kelompok II


Sengsara, Wafat dan Kebangkitan YESUS KRISTUS

Dasar wafat Kristus adalah solidaritas-Nya dengan kita orang-orang berdosa


Setelah wafat-Nya YESUS Kristus, “Ia telah dibangkitkan pada hari yang ketiga”
(1Kor 15:4). Hal ini sesuai dengan rencana atau karya keselamatan ALLAH bagi
kita. Kebangkitan kristus pada hari yang ketiga mempunyai kekhasan tersendiri
dalam iman umat kristiani, yaitu keselamatan yang terlaksana dalam wafat dan
kebangkitan Kristus. Kebangkitan Kristus menandakan kuasa ALLAH terdapat
dalam diri YESUS. Setelah wafat Ia turun “ke tempat yang paling bawah”. Yang
dalam (Kis 2:31) disebut sebagai “dunia orang mati”. Ini mengandung dua arti yaitu
YESUS Kristus benar-benar wafat, sekaligus “Kristus pergi memberitakan Injil
kepada roh-roh yang ada di dalam penjara” (1Ptr 3:19). Dan kemudian bangkit dari
antara orang mati. Kebangktan Kristus berarti kemenangan atas maut, dan atas
seluruh dunia maut. Dengan kebangkitan-Nya juga, Ia masuk ke dalam kemuliaan
BAPA-Nya. “Kristus sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi : maut
tidak berkuasa lagi akan Dia” (Rm 6:9). Oleh karena itu kebangkitan Kristus juga
tidak berarti seperti Lazarus (Yoh 11:44), dan tidak seperti anak Yairus (Mrk 5:41).
Mereka semua dikembalikan kepada hidup yang fana ini.
Kebangkitan Kristus pada hari yang ketiga tidak hanya membuktikan kepada
masyarakat luas dan murid-murid-Nya bahwa Ia sungguh Putra ALLAH yang diutus
kebumi untuk menyelamatkan kita, tetapi juga kebangkitan-Nya mengubah
pandangan orang akan wafat-Nya. Dengan kebangkitan-Nya menjadi jelas bahwa
YESUS bukanlah seorang pendosa. Melainkan Ia mati karena dosa kita.
Tubuh yang bangkit adalah tubuh yang sama dengan disalibkan , dengan
membawa bekas – bekas kesengsaraannya. Namun tubuh itu telah mengambil bagian
dalam kehidupan ilahi dan memiliki ciri-ciri tubuh yang sudah dimuliakan.
Kebangkitan Yesus mencerminkan dua hal yang bersifat hakiki tentang Allah.
Pertama, kebangkitan Yesus menunjukkan intervensi ilahi dari Trinitas dalam waktu
dan ruang, untuk menjadikan misi penebusan Yesus berbuah . Kedua, kebangkitan
Yesus memberi kesaksian tentang dan memediasikan (menjadi jalan menuju) hidup
kemuliaan Bapa surgawi . Kehidupan ini memenuhi janji-janji tentang sebuah hati
perjanjian yang baru, yang dibuat melalui Yeremia dan Yehezkiel, kerinduan Hosea
dan Mikha akan keadilan dan belas kasih bagi semua orang, dan juga antisipasi akan
kasih sempurna Allah yang dinyatakan dalam Kitab Ulangan dan Mazmur 119 .

Akhirnya, selagi kita melihat kemanusiaan Yesus sebagai suatu model untuk
kita sendiri, kita disadarkan bahwa kebangkitan adalah apa yang terjadi dengan kita
apabila diri kita tidak lagi dirusakkan oleh dosa.

4 Disusun Oleh Kelompok II


Sengsara, Wafat dan Kebangkitan YESUS KRISTUS

D. PENUTUP

Sengsara dan wafat YESUS di kayu salib merupakan tanda akan kasih
ALLAH kepada kita umat-Nya, yang rela mengorbankan putra-Nya untuk
menyelamatkan kita dari dosa-dosa. Kita sebagai hamba-Nya tidak hanya
menghayati hal tersebut sebagai suatu solidaritas antara ALLAH dengan kita
hamba-Nya melalui Kristus sebagai jembatan penyelamat, tetapi juga kita harus
meneruskan ajaran Kristus tentang kasih. Sehingga dapat kita ambil maknanya
yaitu melalui sengasara dan wafat Kristus, ALLAH ingin agar kita saling
mengasihi, saling bersolidaritas antar sesama. BAPA saja sebagai pencipta ingin
mengasihi dan bersolidaritas dengan ciptaannya yaitu kita, apalagi kita sesama
ciptaannya harus saling mengasihi dan menghargai. Kebangkitan Kristus tidak
hanya menandakan kebesaran ALLAH tetapi juga Ia ingin mengajarkan kepada
kita bahwa siapa yang hidup dalam dosa akan memperoleh maut, sebab upah dosa
ialah maut, tetapi siapa yang hidup dalam Kristus akan memperoleh kehidupan
yang kekal.
Karena hidup ini adalah milik kita melalui sengsara, kematian dan
kebangkitan Yesus, maka kita  dapat menghadapi hari-hari kita dengan
pengharapan dan suatu semangat penuh sukacita, karena kita merangkul
kebenaran yang dicanangkan oleh Santo Paulus: “Dalam semuanya itu kita lebih
daripada orang-orang yang menang, melalui Dia yang telah mengasihi kita. Sebab
aku yakin bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun
pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau
kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk
lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus
Yesus, Tuhan kita” (Rm 8:37-39).

DAFTAR PUSTAKA

 IMAN KATHOLIK

 KATEKISMUS

5 Disusun Oleh Kelompok II

Anda mungkin juga menyukai