Anda di halaman 1dari 22

Vitamin Larut 1Lemak

A. VITAMIN LARUT LEMAK

Semua jenis vitamin larut lemak memerlukan lemak untuk absorpsinya,


setelah diabsorpsi maka vitamin larut lemak akan ditransprot dengan kilomokron.
Tidak seperti vitamin larut air yang mudah diekskresi, kelebihan vitamin larut
lemak cenderung akan disimpan dalam hati maupun jaringan adiposa. Namun
terdapat beberapa vitamin larut lemak yang terdapat dalam darah, yang kemudian
akan diangkut oleh lipoprotein dan diekskresikan bersama feces, juga urin
(sebagian kecil).

Sifat vitamin larut lemak


1. Larut dalam lemak dan berhubungan dengan absorpsi dan transport dari lipid.
2. Absorpsi vitamin terlarut dengan misel (untuk pembentukan misel
dibutuhkan garam empedu dan getah dari pankreas).
3. Kelebihan konsumsi akan disimpan dalam tubuh, penyimpanan vitamin A,D,
dan K terutama di hati dan vitamin E pada jaringan adiposa.
4. Transportasi ke hati oleh kilomikron melalui pembuluh darah limfe.
5. Mempunyai provitamin.
6. Hanya mengandung unsur C, H, O.
7. Dikeluarkan dalam jumlah kecil melalui empedu atau urin. karena sebagian
disimpan dalam tubuh,
8. Gejala defisiensi berkembang lambat.
Vitamin Larut 2Lemak

1. Vitamin A (Retinol)

a. Sifat Vitamin A

1. Dalam makanan bentuk ester retinil yang terikat pada rantai asam lemak
rantai panjang.
2. Dalam tubuh dalam bentuk ikatan kimia aktif; retinol (alkohol), retinal
(aldehid), asam retinoat (asam alkanoat).
3. Tahan terhadap panas, namun rusak oleh sinar ultraviolet. Tahan terhadap
alkali namun tidak tahan terhadap asam dan oksidasi.
4. Tidak mudah rusak jika disimpan pada tempat tertutup rapat dan pada suhu
dibawah nol.
5. Bentuk aktif vitamin A terdapat dalam pangan hewani yaitu ester retinil.
6. Bentuk provitamin terdapat dalam pangan nabati.

b. Klasifikasi vitamin A

1. Preform vitamin A 3 bentuk aktif


Alkohol Retinol
Aldehid Retinal / Retinaldehid
Asam Asam retinoat
2. Provitamin A (karotenoid)

1. Preform vitamin A

 Vitamin A atau retinol adalah nama generik yang diberikan untuk semua
retinoid yang mempunyai aktivitas biologi all-trans retinol.Disebut retinol
karena mempunyai fungsi spesifik di retina.
 Vitamin A dalam bahan makanan umumnya terdapat dalam bentuk rantai
panjang retinil ester (retinil palmitat).
 Vitamin A berasal dari prekursor / provitamin A yang dikonsumsi hewan /
manusia yang akan menjadi preform vitamin A.
Vitamin Larut 3Lemak

2. Provitamin A

 Beberapa karotenoid yang mempunyai aktivitas vitamin A disebut sebagai


provitamin A.
 Provitamin A dapat diubah menjadi vitamin A (retinol) dalam tubuh.
 Ada > 600 macam karotenoid, tetapi yang mempunyai aktivitas pro vitamin A
hanya +10% (β-karoten, α-karoten, γ-karoten).

c. Struktur kimia vitamin A

Trans Cis

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa :


 β-karoten terdiri atas 2 molekul retinal.
 Retinol (C20H30O): Struktur alkohol, yang ditemukan pada jaringan hewani
dalam bentuk retinyl ester dengan as lemak rantai panjang.
 Retinal(C20H28O): Struktur aldehid yang diturunkan dari oksidasi retinol.
Vitamin Larut 4Lemak

 Retinoic acid (C20H28O2): Bentuk asam, diturunkan dari oksidasi retinal.


d. Absorpsi, transportasi dan metabolisme vitamin A
Vitamin Larut 5Lemak

Proses absorpsi, transportasi dan metabolisme vitamin A yaitu :

1. Preformed vitamin A dan karotenoid akan dibebaskan dari protein makanan


dalam gaster.
2. Di usus halus :
 Retinil ester akan dihidrolisis menjadi retinol yang lebih efisien untuk
diabsorpsi
 Karotenoid akan diubah retinaldehid retinol
3. Absorpsi vitamin A di hati dalam bentuk retinol 80-90%.
4. Vitamin A sebagai bagian dari kilomikron akan ditransport melalui jalur
limfatik intestin pembuluh darah hati.
5. Bentuk retinol yang tidak di metabolisme atau ditranspor dari hati, akan
diesterifikasi kembali untuk kemudian disimpan di hati. Simpanan vitamin A
dalam hati sebanyak 90 % vitamin A dalam tubuh.
6. Cadangan vitamin A dibutuhkan untuk mencegah defisiensi, terutama pada
saat asupan vitamin A rendah
7. Kadar serum retinol menggambarkan asupan sehari-hari dan cadangan
vitamin A di hati.
8. Sebagian besar dari retinol yang akan disimpan, namun sebagian akan
ekskresikan :

9. Setelah asam retinoat terbentuk, maka akan berkonversi menjadi bentuk yang
siap untuk dikeluarkan melalui urine (30 %) atau melalui melalui feces
(70%).

Absorbsi dan metabolime karotenoid

1. Kadar karoten serum menggambarkan asupan baru


2. Akumulasi karotenoid terutama di jaringan adiposa dan hati

3. Karotenoid tidak ditemukan dalam urine dan ekskresi melalui garam empedu
sangat minimal.
Vitamin Larut 6Lemak

e. Fungsi Vitamin A

1. Preform vitamin A

 Penglihatan à rodopsin (sel penerima cahaya). Memelihara kesehatan mata.


 Diferensiasi sel à Membantu pertumbuhan dan perbaikkan sel yang rusak di
dalam tubuh, Memelihara kesehatan kulit.
 Imun à pencegahan infeksi dengan pembaharuan mukosa. Memelihara mulut,
hidung, kerongkongan dan paru-paru yang mudah terinfeksi.
 Reproduksi à sel gamet. Regulasi ekspresi gen dengan cara pengaturan
proliferasi dan maturasi sel khususnya pada reproductive tissue.

2. Aktivasi karotenoid

 β-karoten dan beberapa karotenoid dapat bertindak sebagai antioksidan


karena dapat menangkap (quenching) singlet oksigen atau memodifikasi
radikal bebas, hal ini disebabkan karena karotenoid mempunyai rantai
panjang dengan beberapa ikatan jamak yang dapat bereaksi dengan radikal
bebas.
 Antioksidan diduga berperan pada pencegahan penyakit degeneratif ( kanker,
aterosklerosis, diabetes melitus, katarak, penuaan dini) dan juga berperan
mencegah terjadinya kerusakan genetik.

f. Bahan makanan sumber vitamin A dan karotenoid

1. Preform vitamin A
 Pre formed vitamin A hanya terdapat dari pangan hewani seperti : hati, lemak
dari susu, kuning telur, ikan

2. Provitamin A
 Prekursor vitamin A terdapat pada pangan nabati seperti sayuran berwarna
hijau dan buah berwarna kuning oranye yaitu; wortel, ubi jalar, labu, brokoli,
bayam, semangka,melon. Selain itu ASI juga merupakan sumber β-karoten.
Vitamin Larut 7Lemak

g. Dosis harian kebutuhan vitamin A

Kebutuhan harian vitamin A untuk orang dewasa adalah: 600-900


mikrogram per hari untuk pria dan 500-700 mikrogram per hari untuk wanita.
Sedangkan Untuk wanita hamil 770 mikrogram per hari (2.600 IU). Untuk wanita
menyusui 1.300 mikrogram per hari (4.300 IU).
Dan untuk anak – anak dibawah 18 tahun kebutuhan vitamin A berdasarkan
rekomendasi US Recommended Daily Allowance (RDA) adalah : untuk anak-
anak berusia 1-3 tahun, 300 mikrogram per hari (1.000 IU); untuk anak-anak
berusia 4-8 tahun, 400 mikrogram per hari (1.300 IU), dan untuk anak-anak 9-13
tahun berusia 600 mikrogram per hari (2.000 IU).
1 μg retinol : 3,3 IU

h. Akibat defisiensi dan hypervitaminosis A serta gejalanya

1. Gejala dan akibat defisiensi vitamin A

Pada umumnya gejala kekurangan vitamin A adalah


 Rabun senja
 Infeksi
 Pengecap
 Selera makan
Akibat kekurangan (defisiensi) Vitamin A
 Pertumbuhan terganggu
 Terhadap mata
1. Selaput conjuctiva mengering
2. Bitot spot pada conjunctiva
3. Mata kering
 Terhadap kulit
1. Kulit mengering dan kasar atau peradangan kulit (dermatis)
Vitamin Larut 8Lemak

2. Gejala dan akibat hypervitaminosis A

Gejala hypervitaminosis A
 nausea (mual dan muntah)
 sakit kepala, mudah lelah
 anoreksia
 sakit pada tulang dan otot
 rambut rontok
Akibat hypervitaminosis A
Akibat dari kelebihan vitamin A dapat menimbulakan gejala-gejala
seperti diatas, selain itu kelebihan atau keracunan vitamin A menyebabkan :
 Gangguan pada hati,
 Nyeri tulang
 Gangguan penglihatan
 Kerontokan tambut

Disamping itu kelebihan vitamin A menyebabkan kulit, muka dan


telapak tangan berwarna kuning hal ini disebabkan karena terjadi gangguan
pada hati selain itu pada orang yang kelebihan vitamin A urinnya berwarna
kuning.

2. Vitamin D (Kalsiferol)

a. Sifat vitamin D

1. Tidak tahan oksidasi.


2. Diaktifkan oleh sinar uv.
3. Vitamin D2 adalah bentuk sintetik dari vitamin D yang dihasilkan dari
iradiasi UV “plant yeast steroid ergosterol” (ragi yang bila terkena uv akan
menghasilkan ergosterol).
4. Vitamin D3hormon steroid.
Vitamin Larut 9Lemak

b. Klasifikasi Vitamin D

1. Tumbuhan : ergosterol D2 (ergokalsiferol)


uv
2. Hewan dan manusia : 7 dehidrokolesterol uv D3(kolekalsiferol)

c. Struktur kimia vitamin D

d. Absorpsi, transportasi dan metabolisme vitamin D

1. 7 dehidrokolesterol disintesis di glandula sebaseous kulitd an terdistribusi di


epidermis dan dermis.
2. Vitamin D3 terbentuk di kulit, dipengaruhi oleh : sinar uv, lama terpapar,
pigmentasi kulit.
3. Absorpsi dimulai di duodenum dan paling banyak diabsorpsi di bagian distal
usus halus.
4. Vitamin D akan terikat kilomikron sistem limfatik hati.
Vitamin Larut 10
Lemak

5. Sebagian vitamin D akan terikat DBP dan dibawa ke hati.

6. Penyimpanannya di hati, kulit, otak, tulang dan jaringan-jaringan lain.


7. D3 oleh enzim 25 hidroksilase di HATI akan diubah menjadi 25(OH)D3
(Kalsidiol)kemudian akan masuk dalam sirkulasi dengan terikat oleh DBP
8. Bila kadar 25(OH)D3 menurun maka akan terjadi pelepasan kolekalsiferol
dari penyimpanannya di kulit, otot dan jaringan adiposa.
9. Di ginjal kalsidol akan dihidroksilasi menjadi 1α,25(OH)2D3 (kalsitriol) oleh
enzim 1 hidroksilase, jika kalsidol telah terpenuhi maka enzim 24
hidroksilase akan mengubah kalsidol menjadi 24R,25(OH)2D3 (hormon
sterol) yang berperan untuk mineralisasi tulang. Sedangkan hormon
Vitamin Larut 11
Lemak

1α,25(OH)2D3 (hormon kalsitriol) pada usus halus meningkatkan absorpsi


kalsium dan fosfor dan pada tulang meningkatkan mobilisasinya.
10. 25(OH)D3 aktivitas biologi 5x lebih kuat daripada vitamin D3 sedangkan
1,25(OH)2D3 aktivitas biologi 10x lebih kuat daripada vitamin D3.
Aktivasi hormon kalsitriol

e. Fungsi vitamin D

1. Fungsi umum vitamin D adalah membantu pembentukan dan pemeliharaan


tulang dan gigi
2. Fungsi khusus vitamin D dalam hal ini adalah membantu dan
mempertahankan pengerasan tulang dengan cara mengatur agar kalsium dan
fosfor tersedia di dalam darah untuk diendapkan dalam proses pengerasan
tulang.

f. Sumber vitamin D

1. Pangan nabati : Alpukat, kacang-kacangan, sayuran, tepung gandum.


2. Pangan hewani : Hati, telur, ikan, susu, daging.
Vitamin Larut 12
Lemak

Selain itu vitamin D dapat berasal dari kulit tubuh yang terkena paparan
sinar matahari.

g. Dosis harian kebutuhan vitamin D

< 51 tahun : 200 IU - 400 IU (5μ -10 μg).


51 –70 tahun : 400 IU - 600 IU (10 μg - 15 μg).
>70 tahun : 600 IU- 800 IU (15 μg - 20 μg).

1 μg kalsiferol : 40 IU

h. Akibat defisiensi dan hypervitaminosis D serta gejalanya

1. Gejala dan akibat defisiensi vitamin D.

Gejala awalnya rasa sakit seperti reumatik dan lemah, tulang membengkok
atau membentuk x. Akibat defisiensi vitamin D yaitu :
 Ricketsia, diderita oleh anak-anak yang ditandai dengan bengkoknya kaki
sehingga membentuk huruf O. Riketsia terjadi bila pengerasan tulang pada
anak-anak terlambat sehingga menjadi lembek.
 Tetani, gejala yang ditandai dengan bengkoknya pergelangan tangan dan
sendi akibat rendahnya kalsium dalam serum dan kekurangan vitamin D.
 Osteomalacia, diderita oleh orang-orang dewasa seperti pada ricketsia
Osteomalasia adalah riketsia pada orang dewasa yang biasanya terjadi karena
konsumsi kalsiumnya rendah, serta hilangnya unsur kalsium dan fosfor secara
berlebihan di dalam tulang, tidak banyak mendapatkan sinar matahari dan
mengalami banyak kehamilan dan menyusui pada wanita. Kekurangan pada
orang dewasa juga dapat menyebabkan osteoporosis.
Osteomalacia terjadi karena kurangnya penumpukan osteoid dengan
mineralisasi permukaan tulang. Berbeda dengan osteoporosis yang
merupakan penurunan total massa tulang tanpa ada gangguan mineralisasi.
Vitamin Larut 13
Lemak

2. Gejala dan akibat hypervitaminosis D

Tanda-tanda hypervitaminosis D:
 hiperkalsemia, hiperkalsiuria, anoreksia, nausea (mual dan muntah).
 nyeri pada persendian, lemah.
 sakit kepala, kurang nafsu makan.
Akibat hypervitaminosis D :
Kelebihan vitamin D akan menyebabkan keracunan dengan gejala kelebihan
absorpsi vitamin D yang pada akhirnya mengakibatkan pengerasan dinding
pembuluh darah dan saluran-saluran dalam ginjal.

3. Vitamin E (Tokoferol)

a. Sifat vitamin E

1 Tokoferol tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut lemak
seperti minyak, lemak, alkohol, aseton, eter dan sebagainya. Karena tidak
larut dalam air, vitamin E dalam tubuh hanya dapat dicerna
dalam empedu hati.
2. Vitamin E stabil pada pemanasan namun akan rusak bila pemanasan terlalu
tinggi. Vitamin E bersifat basa jika tidak ada oksigen dan tidak terpengaruh
oleh asam pada suhu 100o C. Bila terkena oksigen di udara, akan
teroksidasi secara perlahan-lahan. Sedangkan bila terkena cahaya warnanya
akan menjadi gelap secara bertahap.
3. Kelarutannya dalam lemak merupakan sifat yang menguntungkan karena
sebagian besar kerusakan akibat radikal bebas terjadi di dalam membran sel
dan lipoprotein yang terbuat dari molekul lemak.
Vitamin Larut 14
Lemak

b. Klasifikasi Tokoferol

Vitamin E adalah nama umum untuk dua kelas  molekul  (tocopherol


dan tocotrienol) yang memiliki aktivitas vitamin E   dalam nutrisi. Vitamin E
bukan nama untuk setiap satuan bahan kimia spesifik namun, untuk setiap
campuran yang terjadi di alam yang menyediakan fungsi vitamin E dalam nutrisi,
Vitamin E adalah keluarga α-, β-, γ-, dan δ-(masing-masing: alfa, beta, gamma,
dan delta) tocopherol dan terkait empat tocotrienol.

c. Absorpsi, transportasi dan metabolisme vitamin E

Daya absorpsi berkisar antara 20-50% sampai 80%. Absorpsi vitamin E


dimulai dari jejunum secara pasif menembus sel enterosit dalam bentuk intact
micells. Vitamin E akan dibawa oleh kilomikron ke sistem limfatik sirkulasi
darah. Dalam plasma darah, vitamin E sebagian besar terdapat dalam bentuk α-
tokoferol yang terikat lipoprotein. Distribusi ke jaringan terutama dilakukan oleh
LDL. Mekanisme cellular uptake vitamin E belum diketahui secara pasti.
1. Melalui LDL reseptor
2. Setelah lipolisis kilomikron dan VLDL oleh enzim lipoprotein lipase. maka
α-tokoferol akan diikat oleh lipid binding proteinuntuk ditransfer ke dalam
sel.
3. Distribusivitamin E dalam sel dilakukan oleh tocopherol binding
protein(TBP) yang terdapat dalam hepatosit dan tocopherol transfer
protein(TTP) yang terdapat dalam hepar, jantung, eritrosit dan endotel
pembuluh darah.

d. Fungsi vitamin E

Vitamin E telah bermanfaat untuk pencegahan atau pengobatan untuk


berbagai kondisi kesehatan karena memiliki sifat antioksidan(pembersih radikal
bebas). Vitamin E membantu menstabilkan membran sel, mengatur reaksi
Vitamin Larut 15
Lemak

oksidasi dan melindungi vitamin A. Dalam peranannya sebagai antioksidan,


vitamin E mempunyai pengaruh besar terhadap sel, seperti sel darah merah dan sel
darah putih yang melewati paru-paru.
Selain dapat meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi stres,
meningkatkan fertilitas, meminimalkan risiko kanker dan penyakit jantung
koroner, vitamin E memiliki peran sangat penting bagi kesehatan kulit. Vitamin E
menjaga, meningkatkan elastisitas dan kelembapan kulit, mencegah proses
penuaan dini, melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi sinar ultraviolet, serta
mempercepat proses penyembuhan luka.

e. Sumber vitamin E

Makanan yang mengandung vitamin E antara lain: telur, sereal, buah-buahan,


sayuran berdaun hijau (seperti bayam), daging, kacang / minyak kacang, unggas,
minyak nabati (jagung, biji kapas, safflower, kedelai, bunga matahari), minyak
argan, minyak zaitun, minyak gandum, dan gandum. Memasak dan penyimpanan
dapat merusak beberapa vitamin E dalam makanan.

f. Dosis harian kebutuhan vitamin E

Dosis kebutuhan vitamin E untuk bayi sehat usia 0-6 bulan 4 miligram per
hari (6 IU), untuk bayi usia 7-12 bulan 5 miligram per hari (7,5 IU), untuk anak
usia 1-3 tahun adalah 6 miligram per hari (9 IU); untuk usia 4-8 tahun adalah 7
miligram per hari (10,5 IU); untuk usia 9-13 tahun adalah 11 miligram per hari
( 16,5 IU).
Dosis kebutuhan harian vitamin E untuk pria atau wanita yang lebih tua dari
14 tahun adalah 15 miligram (atau 22,5 IU); bagi usia wanita hamil adalah 15
miligram (atau 22,5 IU), dan untuk wanita menyusui segala usia adalah 19
miligram (atau 28,5 IU) . batas maksimal pemberian tambahan alfa-tokoferol
untuk usia diatas 18 tahun adalah 1000 mg atau setara dengan 1500 IU. Batas
rekomendasi ini tidak berubah selama kehamilan dan menyusui.
Vitamin Larut 16
Lemak

g. Akibat defisiensi dan hypervitaminosis E serta gejalanya

Kekurangan vitamin E jarang terjadi, dan mungkin terjadi pada orang dengan
penyerapan lemak yang buruk melalui usus seperti karena operasi, penyakit crohn
atau fibrosis kistik. Kekurangan vitamin E juga dapat terjadi pada gizi buruk, diet
rendah lemak, bayi prematur, bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Kadar
vitamin E yang sangat rendah dalam dapat menyebabkan sel darah merah dapat
terbelah. Proses ini disebut hemolisis eritrosit dan dapat dihindari dengan vitamin
E. Kekurangan vitamin E dapat berakibat pada sistem syaraf dan otot yang
menyebabkan kelemahan, kesulitan berjalan dan nyeri pada otot betis.
Keracunan dapat terjadi jika konsumsi suplemen vitamin E berlebih, tetapi
hal ini tidak mudah terjadi seperti pada vitamin A dan D. keracunan vitamin E
tidak akan terjadi jika mengkonsumsi vitamin E dari makanan sehari – hari yang
kita makan. Gejala keracuanan vitamin E antara lain sakit kepala, lemah, lelah,
pusing dan penglihatan tidak normal. Dosis tinggi vitamin E bisa meningkatkan
risiko pendarahan, karena menghambat agregasi trombosit dan antagonisme faktor
pembekuan vitamin K-dependent (terutama pada pasien dengan kekurangan
vitamin K).

4. Vitamin K (phytonadione)

a. Sifat vitamin K

Vitamin K larut dalam lemak dan tahan panas, tetapi mudah rusak oleh
radiasi, asam, dan alkali. Vitamin K juga terdapat di alam dalam dua bentuk,
keduanya terdiri atas cincin 2-metilnaftakinon dengan rantai samping. Vitamin K1
mempunyai rantai samping fitil. Vitamin K2 merupakan sekumpulan ikatan yang
rantai sampingnya terdiri atas beberapa satuan isoprene (berjumlah 1 samping
dengan 14 unit). Vitamin K3 terdiri atas naftakinon tanpa rantai samping, oleh
Vitamin Larut 17
Lemak

karena itu mempunyai sifat larut air. Vitamin K atau metadion baru aktif secara
biologis setelah mengalami alkalilasi didalam tubuh (Almatsier, 2006).

b. Klasifikasi Vitamin K

1. Vit K1 (filokinon) à dr tumbuh2an hijau daun


2. Vit K2 (menakinon) à disintesis oleh bakteri di dlm sal cerna
3. Vit K3 (menadion) à bentuk sintetik

c. Absorpsi, transportasi dan metabolisme vitamin K

Vitamin K bekerja sebagai kofaktor enzim karboksilase yang membentuk


residu  γ – karboksiglutamat dalam protein precursor. Reaksi karboksilase  yang
tergantung vitamin K terjadi dalam retikulum endoplasmic banyak jaringan dan
memerlukan oksigen  molekuler,  karbondioksida serta hidrokuinon ( tereduksi )
vitamin K  dan di dalam siklus ini, produk 2,3 epoksida dari reaksi karboksilase
diubah oleh enzim 2,3 epoksida reduktase menjadi bentuk kuinon vitamin K
dengan menggunakan zat pereduksi  ditiol yang  masih belum  teridentifikasi.
Reduksi selanjutnya bentuk kuinon menjadi hidrokuinon oleh NADH melengkapi
siklus vitamin K untuk menghasilkan kembali bentuk aktif vitamin tersebut
(Rusdiana 2004).
Sebanyak 50-80 persen vitamin K di dalam usus diserap dengan bantuan
asam empedu dan cairan pankreas. Setelah diserap di dalam usus halus bagian
atas, vitamin K dikaitkan dengan kilomikron untuk diangkut melalui sistem limfa
ke hati. Hati merupakan tempat penyimpanan vitamin K utama di dalam tubuh.
Kemudian, vitamin K diangkut oleh lipoprotein VLDL plasma dari hati menuju ke
berbagai sel tubuh. Karena vitamin K bersifat larut dalam lemak, hal-hal yang
menghambat penyerapan lemak secara otomatis juga akan menurunkan
penyerapan vitamin K (Almatsier  2006).
Dalam keadaan normal, sebanyak 30-40 persen dari vitamin K yang diserap
akan dikeluarkan melalui empedu, dan 15 persen melalui urin. Simpanan vitamin
K di dalam tubuh tidak banyak dan pergantiannya terjadi dengan cepat. Simpanan
di dalam hati sebanyak 10 persen berupa filokuinon dan 90 persen berupa
Vitamin Larut 18
Lemak

menakuinon, yang kemungkinan disintesis oleh bakteri pada saluran pencernaan.


Namun, kebutuhan akan vitamin K tampaknya tidak dapat hanya dipenuhi dari
sintesis menakuinon, diperlukan juga diperoleh dari makanan (Almatsier  2006).
Sebagaimana vitamin yang larut lemak lainnya, penyerapan vitamin K
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan lemak, antara lain
cukup tidaknya sekresi empedu dan pankreas yang diperlukan untuk penyerapan
vitamin K. Hanya sekitar 40 -70% vitamin K dalam makanan dapat diserap oleh
usus. Setelah diabsorbsi, vitamin K digabungkan dengan kilomikron, diangkut
melalui saluran limfatik, kemudian melalui saluran darah ditranportasi ke hati.
Sekitar 90% vitamin K yang sampai di hati disimpan dalam bentuk menaquinone.
Dari hati, vitamin K disebarkan ke seluruh jaringan tubuh yang memerlukan
melalui darah. Saat di darah, vitamin K bergabung dengan VLDL dalam plasma
darah (Rusdiana 2004).
Setelah disirkulasikan berkali-kali, vitamin K dimetabolisme menjadi
komponen larut air dan produk asam empedu terkonjugasi. Selanjutnya, vitamin K
diekskresikan melalui urin dan feses. Sekitar 20% dari vitamin K diekskresikan
melalui feses. Pada gangguan penyerapan lemak, ekskresi vitamin K bisa
mencapai 70 -80 % (Rusdiana 2004).

d. Fungsi vitamin K

Fungsi vitamin K antara lain memelihara kadar normal faktor-faktor pembeku


darah, yaitu faktor II, VII, IX, dan X, yang disintesis di hati; (2) berperan dalam
sintesis faktor II, yaitu protrombin; (3) sebagai komponen koenzim dalam proses
fosforilasi.
Vitamin K digunakan agar mata lebih bersinar, hal ini banyak ditemukan di
krim mata yang juga mengandung retinol. Vitamin K dipercaya bisa membantu
mengatasi lingkar mata hitam. Pembuluh kapiler yang rentan dan bocor di sekitar
daerah mata sering diakui sebagai penyebab hitamnya daerah di sekitar mata.
Vitamin K, yang dikenal juga sebagai phytonadione, bisa membantu mengontrol
aliran darah. Penggunaan vitamin K teratur bisa membuat bagian lingkar mata
yang menghitam terlihat lebih cerah. Biasanya digunakan 2-3 hari seminggu,
Vitamin Larut 19
Lemak

setiap sebelum tidur untuk mencegah iritasi. Vitamin K uga berperan penting
dalam pembentukan tulang dan pemeliharaan ginjal.

Seluruh vitamin K dalam tubuh diproses dalam liver di mana nantinya akan
digunakan untuk memproduksi zat pembuat darah bisa membeku.  Selain
berperan dalam pembekuan, vitamin ini juga penting untuk pembentukan tulang
terutama jenis K1.   Vitamin K1 diperlukan supaya penyerapan kalsium bagi tulang
menjadi maksimal dan memastikan tidak salah sasaran. 

e. Sumber vitamin K

Untuk memenuhi kebutuhan vitamin K terbilang cukup mudah karena selain


jumlahnya  terbilang kecil,  sistem pencernaan manusia sudah mengandung
bakteri yang mampu mensintesis vitamin K, yang sebagian diserap dan disimpan
di dalam hati.  Namun begitu, tubuh masih perlu mendapat tambahan vitamin K
dari makanan.
Meskipun kebanyakan sumber vitamin K di dalam tubuh adalah hasil sintesis
oleh bakteri di dalam sistem pencernaan, namun Vitamin K juga terkandung
dalam makanan,  seperti hati, sayur-sayuran berwarna hijau yang berdaun banyak
dan sayuran sejenis kobis (kol) dan susu. Vitamin K dalam konsentrasi tinggi juga
ditemukan pada susu kedele, teh hijau, susu sapi, serta daging sapi dan hati. Jenis-
jenis makanan probiotik, seperti yoghurt yang mengandung bakteri sehat aktif,
bisa membantu menstimulasi produksi vitamin ini.

f. Dosis harian kebutuhan vitamin K

Menurut standar RDA (Recommended  Dietary Allowance), kebutuhan


vitamin K seseorang tergantung dari berat badannya.  Untuk dewasa, setidaknya
membutuhkan 1 mikrogram setiap hari per kg berat badan.  Jadi, kalau berat
badan Anda 50 kg maka kebutuhan perharinya mencapai 50 mikrogram. Angka
kecukupan vitamin K yang dianjurkan untuk berbagai golongan umur dan jenis
kelamin di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2 (Almatsier  2006).
Vitamin Larut 20
Lemak

Tabel  Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Vitamin K

Golongan umur AKG (mkg)


0-6 bulan 5
7-12 bulan 10
1-3 tahun 15
4-9 tahun 20
Pria
10-12 tahun 45
13-15 tahun 65
16-19 tahun 70
≥ 20 tahun 80
Wanita
10-12 tahun 45
13-15 tahun 55
16-19 tahun 60
≥ 20 tahun 65
Hamil 65
Menyusui 0-6 bln 65
Menyusui 7-12 bln 65

Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (1998)

g. Akibat defisiensi dan hypervitaminosis E serta gejalanya

Jika vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat membeku. Hal
ini dapat meyebabkan pendarahan atau hemoragik.  Bagaimanapun, kekurangan
vitamin K jarang terjadi  karena hampir semua orang memperolehnya dari bakteri
dalam usus dan dari makanan. 
Namun kekurangan bisa terjadi pada bayi karena sistem pencernaan mereka
masih steril dan tidak mengandung bakteri yang dapat mensintesis vitamin K,
sedangkan air susu ibu mengandung hanya sejumlah kecil vitamin K. Untuk itu
bayi diberi sejumlah vitamin K saat lahir.
Vitamin Larut 21
Lemak

Pada orang dewasa, kekurangan dapat terjadi karena minimnya konsumsi


sayuran atau mengonsumsi antobiotik terlalu lama.  Antibiotik dapat membunuh
bakteri menguntungkan dalam usus yang memproduksi vitamin K. Terkadang
kekurangan vitamin K disebabkan oleh penyakit liver atau masalah pencernaan
dan kurangnya garam empedu.
Diagnosa adanya defisiensi vitamin K adalah timbulnya gejala-gejala, antara
lain hipoprotrombinemia, yaitu suatu keadaan adanya defisiensi protrombin dalam
darah. Selain itu, terlihat pula perdarahan subkutan dan intramuskuler.
Keracunan vitamin K bisa terjadi, misalnya pada orang yang menerima
pengganti vitamin K larut air.  Gejala-gejalanya adalah hemolisis (penghancuran
sel darah merah), penyakit kuning dan kerusakan otak.
Vitamin Larut 22
Lemak

Anda mungkin juga menyukai