Oleh :
Tsaniatin Nahla Al Amien (6511418062)
1 1 4 3 2
2 1 5 3 3
3 1 4 2 2
4 1 4 2 2
5 1 4 2 2
1 2 5 1 3
2 3 5 1 2
3 3 4 1 2
4 2 5 1 3
5 3 5 1 2
2.2 Pembahasan
2.2.1 Ragi
Ragi tape atau yang sering disebut sebagai “ragi” adalah starter untuk
membuat tape ketan atau tape singkong. Di dalam ragi ini terdapat mikroorganisme
yang dapat mengubah karbohidrat (pati) menjadi gula sederhana (glukosa) yang
selanjutnya diubah lagi menjadi alkohol (Diana Rochintaniawati, 2014). Kata ”ragi”
dipakai untuk menyebut adonan atau ramuan yang digunakan dalam pembuatan
berbagai makanan dan minuman seperti tempe, tape, roti, anggur, brem dan lain-lain.
Ragi untuk tape merupakan populasi campuran genus dimana terdapat spesies-spesies
genus Aspergillus, genus Saccharomyces, genus Candida, genus Hansenula,
sedangkan bakteri Acetobacter biasanya tidak ketinggalan. Genus tersebut hidup
bersama secara sinergetik. Aspergillus dapat menyederhanakan amilum,
sedangkan Saccharomyces, Candida dan Hansenula dapat menguraikan gula menjadi
alkohol dan bermacam-macam zat organik lainnya (Andriyani, 2014).
Sebagian proses awal pembuatan ragi kami lakukan di laboratorium gizi, dan
sisanya kami kerjakan di rumah. Penyelesaian pembuatan ragi yang kami lakukan di
rumah masing-masing dibagi menjadi 2. Hal tersebut yang mendasari adanya 2 tabel
hasil uji hedonik. Satu tabel hasil saya isi sendiri berdasarkan hasil pembuatan ragi
yang telah saya lakukan, dan 1 tabel lain merupakan hasil praktikum dari teman saya
yang digunakan sebagai pembanding.
Ragi tape kemudian saya selesaikan di rumah. Proses penjemuran ragi tape
yang telah saya bentuk bulat pipih saya lakukan selama 2 hari. Setelah ragi saya kira
cukup kering, saya angkat ragi tersebut untuk saya simpan. Namun ada beberapa hal
yang menurut saya perlu dijadikan catatan, pada saat proses penyimpanan saya
melihat bahwa bagian bawah ragi ternyata belum kering sempurna, dan pada ragi
telah ditumbuhi kutu. Namun pada saat menyimpan, saya menyingkirkan kutu-kutu
beras tersebut terlebih dahulu.
Hasil dari praktikum pembuatan ragi ini diuji karakteristik dari segi warna dan
tekstur dengan menggunakan skala 1-5 dari tidak menyukai sampai dengan menyukai
dengan menggunakan 15 orang panelis, yang merupakan orang disekitar rumah dan
kos. Dari uji karakteristik didapatkan rerata skor untuk ragi yang saya buat, yaitu 4.4
untuk warna, dan 2 untuk tekstur. Juga dilakukan uji beda terhadap ragi yang dibeli di
pasaran. Uji beda dilakukan menngunakan skor 1-4 dari sama sampai sangat berbeda.
Dari uji beda tersebut didapatkan hasil 1.47 untuk warna dan 4 untuk tekstur. Skor uji
beda tersebut menjelaskan bahwa ragi yang saya buat bila dibandingkan dengan ragi
yang dijual di pasaran apabila dilihat dari segi warna agak berbeda, sedangkan dari
segi tekstur sangat berbeda.
Ragi tape yang digunakan sebagai pembanding, yaitu ragi tape yang dibuat
oleh teman satu kelompok didapatkan skor uji karakteristik warna sebesar 4.6 dan 2.1
untuk tekstur. Sedangkan uji beda ragi ini terhadap ragi yang dibeli di pasaran
didapatkan skor 1.4 untuk warna dan 3 untuk tekstur. Skor uji beda menunjukkan
bahwa dari segi warna, ragi yang dibuat memiliki kesamaan, sedangkan dari segi
tekstur ragi ini agak berbeda dengan ragi yang dibeli dipasaran.
Dipasaran, ragi yang biasa dijual memiliki karakterisitk warna putih yang
sama seperti ragi yang kami buat, sedangkan teksturnya sangat keras. Apabila
dibandingkan dengan ragi yang saya buat, maka sangat jelas bedanya, yaitu tekstur
ragi yang saya buat sangat rapuh. Namun ragi yang dibuat oleh teman satu kelompok
apabila dilihat dari uji beda maka dapat disimpulkan bahwa karakteristiknya
menyerupai ragi yang biasa dijual diasaran.
Ragi yang telah kami buat selanjutnya kami gunakan dalam pembuatan tape
singkong. Tape adalah produk hasil fermentasi, di mana terjadi suatu perombakan
bahan-bahan yang tidak sederhana. Zat pati yang ada dalam bahan makanan diubah
menjadi bentuk yang sederhana yaitu gula, dengan bantuan suatu mikroorganisme
yang disebut ragi atau khamir (Hasanah, H., dkk., 2012)
Dalam proses pembuatan tape singkong ini, kami menggunakan bahan berupa
ragi yang kami produksi sendiri pada praktikum sebelumnya. Ragi tape merupakan
bahan yang digunakan dalam pembuatan tape, baik tape singkong maupun tape beras
ketan. Menurut Dwijoseputro dalam Tarigan (1988) ragi tape merupakan populasi
campuran yang tediri dari spesies-spesies genus bakteri yang hidup bersama yaitu
Aspergilius, Saccharomyces, Candida, Hansenulla, dan bakteri Acetobacter.
Aspergillus menyederhanakan tepung menjadi glukosa serta memproduksi enzim
glukoamilase yang akan memecah pati dengan mengeluarkan unit-unit glukosa,
sedangkan Saccharomyces, Candida dan Hansenulla dapat menguraikan gula
menjadi alkohol dan bermacam-macam zat organik lain sementara itu Acetobacter
dapat merombak alkohol menjadi asam. Beberapa jenis jamur juga terdapat dalam
ragi tape, antara lain Chlamydomucor oryzae, Mucor sp, dan Rhizopus sp.
Dalam praktiknya, kesterilan alat sudah saya pastikan, namun tidak dengan
ragi yang dipakai. Ragi yang saya buat telah ditumbuhi mikroorganisme lain berupa
kutu yang akan menyebabkan tingkat keberhasilan pembuatan tape ini rendah. Setelah
proses fermentasi saya lakukan, yaitu selama 2 hari, ternyata hasilnya tidak bagus.
Aroma yang tercium tidak ada aroma alkohol, tekstur yang ada masih keras layaknya
singkong, namun warnanya sudah seperti layaknya tape pada umumnya, yaitu putih
yang meupakan warna dari tepung raginya.
Tape yang telah jadi kemudian diuji sensoriknya dari segi tekstur, warna, dam
aroma dengan menggunakan bantuan 5 orang panelis. Skor yang digunakan
menggunakan rentang 1-5, dari tidak menyukai sampai menyukai. Panelis merupakan
orang-orang yang ada dilingkungan sekitar rumah. Tape singkong yang saya buat
mendapatkan skor hasil uji dari segi tekstur sebesar 1, warna sebesar 4.2, dan aroma
sebesar 2.4. Secara keseluruhan tape yang saya buat mendapat skor 2.2. Sedangkan
tape yang digunakan sebagai pembanding mendapatkan skor 2.1 untuk tekstur, 4.6
untuk warna, 1 untuk aroma, dan secara keseluruhan tape ini mendapat skor 2.4.
Tape singkong yang saya buat, dan juga tape yang digunakan sebagai
pembanding sama-sama didiamkan selama 2 hari. Namun hasil yang diperoleh jauh
berbeda. Tape milik saya walaupun telah didiamkan selama 2 hari karakteristiknya
tidak berubah seperti layaknya tape singkong. Teksturnya tetap keras, warnanya tetap
putih, dan tidak tercium aroma alkohol hasil fermentasi. Namun tape ini tidak
ditumbuhi mikroorganisme lain. Sedangkan tape yang digunakan sebagai pembanding
karakteristiknya hampir menyerupai tape pada umumnya, dilihat dari skor uji
sensoriknya. Dimana teksturnya hampir menyerupai tape singkong, agak lembek,
warnanya telah berubah menjadi kekuningan, dan tidak ada aroma khas tape yang
tercium. Namun tape pembanding ini ditumbuhi mikroorganisme lain berupa kapang
disekitar tape.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan raktikum yang telah kami lakukan, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
3.2 SARAN
Dalam melakukan praktikum ini kami tidak luput dari berbagai kesalahan.
Kesalahan yang ada diharapkan dapat menjadi pelajaran sehingga pada praktikum
selanjutnya dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Perbaikan tersebut diantarannya
adalah :
a. Dalam proses penjemuran ragi sebaiknya dipastikan hingga ragi kering
sempurna, sehingga tidak memberi ruang bagi mikroba lain untuk tumbuh.
b. Perlu memperhatikan kualitas dan kesterilan ragi tape sehingga akan
menghasilkan produk yang sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Singkong yang telah didiamkan 2 hari Singkong yang telah didiamkan 2 hari
(pembanding)