Anda di halaman 1dari 22

TUGAS EVALUASI PENDIDIKAN

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN

Disusun oleh :

Yani Sri Rahayu 191100013

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

2020
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Evaluasi berasal dari kata “evaluation” (bahasa Inggris), kata tersebutdiserap ke dalam
perbendaharaan dalam bahasa Indonesia dengantujuan mempertahankan kata aslinya dengan
penyesuaian lafal Indonesia (Arikunto dan Jabar, 2009:1). Selanjutnya dijelaskan keduanya
bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentangbekerjanya sesuatu,
yang selanjutnya informasi tersebut digunakanuntuk menentukan alternatif yang tepat dalam
mengambil keputusan.
Program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yangmerupakan realisasi
atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsungdalam proses yang berkesinambungan dan
terjadi dalam suatu organisasiyang melibatkan sekelompok orang (Arikunto dan Jabar, 2009:4).
Menurut Joan sebagaimana dikutip Tayibnapis (2000:9) program adalah segala sesuatu yang
dicobalakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Dalam hal
ini suatu program dapat saja berbentuk nyata (tangible) seperti kurikulum, atau yang berbentuk
abstrak (intangible) seperti prosedur.
Briekerhoff et-al (1983:2) mendefinisikan evaluasi program adalah suatu proses
menemukan sejauhmana tujuan dan sasaran program atau proyek telah terealisasi, memberikan
informasi untuk pengambilan keputusan, membandingkan kinerja dengan standar atau patokan
untuk mengetahui adanya kesenjangan, penilaian harga dan kualitas dan penyelidikan sistematis
tentang nilai atau kualitas suatu objek. Evaluasi program menurut Tyler adalah proses untuk
mengetahui apakah tujuan sudah dapat terealisasikan (Arikunto dan Jabar, 2009:5). Menurut
Arikunto (2005:291) evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui
seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan.
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapatlah dimakna bahwa evaluasi program adalah
suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan mengumpulkan informasi tentang realisasi atau
implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan
terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan.
Kegiatan evaluasi program merupakan kegiatan yang amat mendasar bagi pengembangan
kurikulum mikro dalam hal ini evaluasi program.Evaluasi yang sering dipahami selama ini
dalam dunia pendidikan adalah terbatas pada penilaian saja.Penilaian ini dilakukan secara
formatif dan sumatif. Ketika sudah dilakukan penilaian, dianggap sudah melakukan
evaluasi.Pemahaman demikian tidaklah terlalu tepat.Pelaksanaan penilaian cenderung hanya
melihat capaian tujuan pembelajaran saja. Padahal, dalam proses pendidikan tersebut bukan
hanya nilai yang dilihat, tetapi ada banyak faktor yang membuat berhasil atau tidaknya sebuah
program. Penilaian hanya bagian kecil dari evaluasi.Pada makalah ini pembahasan difokuskan
pada pengembangan evaluasi program pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari Latar Belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud perencanaan?
b. Apakah yang dimaksud analisis evaluasi program ?
c. Bagaimana menyusun proposal evaluasi program ?
d. Bagaimana alat atau instrument evaluasi program ?

1.3 Tujuan
Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk mengetahui tentang :
a. Pengertian perencanaan
b. Analisis evaluasi program
c. Menyusun proposal evaluasi program
d. Membuat alat atau instrument evaluasi program
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perencanaan


Bintoro Tjokroaminoto dalam Husaini Usman (2008) menyebutkan, perencanaan
adalah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuan tertentu. Prajudi Atmosudirjo dalam Husaini Usman (2008) juga
berpendapat bahwa perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang
akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, siapa yang melakukan, bilamana,
di mana, dan bagaimana cara melakukannya. Sementara Widjojo dalam Lembaga
Administrasi Negara (1985:31), menjelaskan perencanaan pada asasnya berkisar pada
dua hal :

1. Penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan-tujuan konkret yang hendak dicapai
dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai-nilai yang dimiliki masyarakat yang
bersangkutan.
2. Pilihan di antara cara-cara alternatif yang efesien serta rasional guna mencapai
tujuan-tujuan tersebut, baik untuk penentuan tujuan yang meliputi jangka waktu
tertentu maupun bagi pemilihan cara-cara tersebut diperlukan ukuran-ukuran atau
kriteria-kriteria tertentu yang terlebih dahulu harus dipilih pula.

Perencanaan merupakan suatu cara rasional untuk mempersiapkan masa depan


Becker (2000) dalam Rustiadi (2008:339). Sedangkan menurut Alder (1999) dalam
Rustiadi (2008:339) menyatakan bahwa : Perencanaan adalah suatu proses menentukan
apa yang ingin dicapai pada masa yang akan datang serta menetapkan tahapantahapan
yang dibutuhkan untuk mencapainya. Sebagian kalangan berpendapat bahwa
perencanaan adalah suatu aktivitas yang dibatasi oleh lingkup waktu tertentu, sehingga
perencanaan, lebih jauh diartikan sebagai kegiatan terkoordinasi untuk mencapai suatu
tujuan tertentu dalam waktu tertentu.

Artinya perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai pada
masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk
mencapainya. Dengan demikian, proses perencanaan dilakukan dengan menguji berbagai
arah pencapaian serta mengkaji berbagai ketidakpastian yang ada, mengukur kemampuan
(kapasitas) kita untuk mencapainya kemudian memilih arah-arah dan langkah-langkah
terbaik untuk mencapainya. Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal.
Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan
bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis
yang harus dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal
merupakan rencana bersama anggota koorporasi, artinya, setiap anggota harus
mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi
ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.

2.2 Analisis Evaluasi Program

Analisis atau analisa berasal dari kata Yunani kuno analusis yang berarti
melepaskan. Analusis terbentuk dari dua suku kata, yaitu ana yang berarti kembali, dan
luein yang berarti melepas, jika digabung berarti melepas kembali atau menguraikan.
Kata analusis ini diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi analysis, yang kemudian juga
diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi analisis. Menurut Komaruddin (2001)
analisis adalah kegiatan berpikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi
komponen sehinga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain
dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu. Menurut Harahap
(2004) pengertian analisis adalah suatu upaya untuk memecahkan atau menguraikan
sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil.

Kata analisis sendiri digunakan dalam berbagai bidang, di antaranya bidang ilmu
bahasa, ilmu sosial, ilmu ekonomi, ilmu alam (sains), dan lain sebagainya. Dalam bidang
bahasa dan linguistik, analisis adalah suatu kajian mendalam untuk meneliti struktur pada
sebuah bahasa. Analisis adalah suatu proses menganalisa sesuatu dengan tujuan tertentu
sehingga siapapun yang melakukan analisis pasti mereka memiliki tujuan mengapa
mereka melakukannya.

Analisis Program yaitu proses menganalisa suatu program setelah program itu
dilaksanakan/diimplentasikan. Sehingga proses, hasil, pencapaian, pengaruh, hubungan atau
dampak itu dapat diketahui, yang selanjutnya hasil analisis dapat digunakan untuk keperluan
refleksi, kelanjutan program, pemberhentian program, peningkatan program maupun pembuatan
program baru.
Analisis Evaluasi Program Pendidikan adalah suatu proses analisis dari data-data yang
diperoleh dari kegiatan evaluasi program-program yang berhubungan dengan dunia pendidikan.
Dalam hal ini setelah suatu program pendidikan dievaluasi lalu dilanjutkan dengan langkah-
langkah analisisnya. Model analisis yang dilakukan tentu akan dipengaruhi oleh jenis program
pendidikan dan tujuan program pendidikan sehingga model evaluasi akan disesuaikan, demikian
pula bagaimana cara menganalisisnya juga disesuaikan.

Evaluasi program pendidikan adalah suatu evaluasi program yang berhubungan dengan
dunia pendidikan. Tentu saja hal ini juga pasti terkait dengan siapa (pembuat, penyusun,
pelaksana program) dan tujuan program (untuk apa, untuk siapa). Dalam hal ini evaluasi
program program pendidikan dapat dilakukan antara lain oleh:

1. Pemerintah (pusat, propinsi, kab, jajaran dinas, instansi). Dalam hal ini dapat
dilakukan oleh Kementrian Pendidikan Nasional sampai tingkat sekolah).
2. Swasta (para pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan)
3. Kelompok (organisasi yang peduli pendidikan maupun kumpulan para pendidik atau
yang berhubungan dengan pendidikan)
4. Perorangan (hal ini biasanya dilakukan oleh para pendidik dalam pembelajaran dan
para kepala sekolah dalam jajaran pembelajaran maupun majerial).

Analisis evaluasi program pendidikan dilakukan dengan menyesuaikan model


evaluasi yang sesuai dengan tujuan maupun jenis program yang ada. Teknik analisis data
dilakukan sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian kuantitatif,
teknik analisis data yang digunakan yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah
atau untuk menguji hipotesis yang dirumuskan dalam proposal. Karena datanya
kuantitatif, maka teknik analisis datanya menggunakan metode statistik yang sudah
tersedia.Misalnya akan menguji hipotesis hubungan antar dua variable, bila datanya
ordinal maka statistic yang digunakan adalah Korelasi Spearman Rank, sedangkan bila
datanya intervalatau ratio digunakan Korelasi Pearson Product Moment. Bila ingin
menguji signifikansi komparasi data dua sampel, datanya interval aatau ratio digunakan t-
test dua sampel, bila datanya nominal digunakan Chi Kuadrat. Selanjutnya jika akan
menguji hipotesis komparatif lebih dari dua sampel, datanya interval, digunakan analisis
varian (Anava).
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan
dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan terus menerus
tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya
adalah data kualitatif (walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik analisis
datanya belum ada pola yang jelas. Oleh karena itu sering mengalami kesulitan dalam
melakukan analisis. Seperti dinyatakan oleh Milies dan Huberman (1984), bahwa’the
most serious and central difficulty in the use of qualitative data is that method of analysis
are not well formulate’. Bahwa yang paling serius dan sulit dalam analisis data kualitatif
adalah karena, metode anslisis belum dirumuskan dengan baik. Ada pernyataan lain,
Susan Stainback menyatakan:’There are no guidelines in qualitative research for
determining how much data and data analysis are necessary to support and assertion,
conclusion, or theory’. Belum ada panduan dalam penelitian kualitatif untuk menentukan
berapa banyak data dan analisis yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan atau teori.
Selanjutnya Nasution menyatakan bahwa:

“Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis
memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tingggi. Tidak ada cara
tertentu yang dapat diikuti, untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus
mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya Bahan yang
sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda”.

Sehingga analisis data kualitatif perlu adanya data yang bervariatif misalnya data
hasil wawancara, survey lapangan, dokumentasi foto, dokumentasi movie, dan data
triangulasi yang semua itu untuk mendukung kualitas informasi yang disampaikan.
Analisis data dilakukan dengan cara mengorganisakan berbagai data yang ada,
menjabarkan kedalam unit-unit fungsinya, melakukan sintesa, menyusun ke dalampola,
memilih mana yang penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat
diceritakan pada orang lain atau pada instansi yang menugasinnya.

Berdasarkan hal diatas, dapat dikemukakan bahwa, analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit , melakukan sintesa, menyusun ke dalampola,
memilih mana yang penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga
mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.Teknik analisis program
pembelajaran yang meliputi analisis hasil pembelajaran maupun analisis proses
pembelajaran mengikuti kurikulum yang berlaku.

2.3 Menyusun proposal evaluasi program


Sebelum evaluasi program dilaksanakan seorang evaluator harus melakukan
persiapan secara cermat. Persiapan tersebut antara lain berupa penyusunan evaluasi,
validasi instrumen evaluasi, menentukan jumlah sampel yang diperlukan dalam kegiatan
evaluasi, dan penyamaan persepsi antar evaluator sebelum pengambilan data.

Penyusunan evaluasi terkait dengan model seperti apa yang akan diterapkan
dalam melakukan kegiatan evaluasi progam. Model-model tersebut dapat berupa model
CIPP, model Metfessel and Michael, model Stake, model Kesenjangan, model Glasr,
model Michael Scriven, Model Evaluasi Kelawanan, dan model Need Assessment.
Pemilihan model ini bergantung pada tujuan evaluasi program yang akan dilaksanakan
dan kriteria keberhasilan program, sehingga dalam penyusunan evaluasi hal penting yang
harus diketahui oleh seorang evaluator adalah tujuan program dan kriteria keberhasilan
program.

Setelah mengetahui tujuan dan kriteria keberhasilan program maka seorang


evaluator baru dapat menentukan metode pengumpulan data, alat pengumpul data,
sasaran evaluasi program, dan jadwal evaluasi program yang akan digunakan sebagai
acuan dalam melaksanakan kegiatan evaluasi program. Sistematika dan/atau komponen-
komponen yang harus ada dalam evaluasi program secara garis besar sebagai berikut:
latar belakang masalah, problematika, tujuan evaluasi, populasi dan sampel, instrumen,
dan sumber data.

Setelah rencana evaluasi tersusun, langkah selanjutnya adalah penyusunan


instrumen evaluasi. Instrumen evaluasi yang disusun bergantung pada metode
pengumpulan data yang dipilih. Apabila metode pengumpulan data yang dipilih adalah
metode wawancara maka instrumen evaluasi yang harus disusun adalah pedoman
wawancara.Apabila metode pengumpulan data yang dipilih adalah metode observasi,
maka instrumen evaluasi yang harus disusun adalah lembar pengamatan. Apabila metode
pengumpulan data yang dipilih adalah metode angket maka instrumen evaluasi yang
harus disusun adalah angket. Apabila metode pengumpulan data yang dipilih adalah
metode dokumentasi maka instrumen evaluasi yang harus disusun adalah pedoman
dokumentasi atau menyusun tabel-tabel untuk merekam dokumen yang diperlukan.
Apabila metode pengumpulan data yang dipilih adalah metode tes maka instrumen
evaluasi yang harus disusun adalah tes.

Dalam bukunya, Kaufman dan Fenwick W. English menekankan perlunya


analisis kebutuhan di dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan. Dalam
menggunakan analisis sistem, mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah, kemudian
menentukan gejala dan asumsi penyebab timbulnya masalah merupakan ciri khusus yang
tidak dapat diabaikan. Dalam hal ini analisis kebutuhan merupakan satu alat yang tepat
sebagai pelengkap bagi evaluator program ketika mempertimbangkan kejelasan masalah,
serta memberikan rekomendasi kepada penentu kebijakan.

Roger Kaufman dan Fenwick W. English (1979, dalam Arikunto, 2014)


mendefinisikan analisis kebutuhan sebagai suatu proses formal untuk menentukan jarak
atau kesenjangan antara keluaran dan dampak yang nyata dengan keluaran dan dampak
yang diinginkan, kemudian menempatkan deretan kesenjangan ini dalam skala prioritas,
lalu memilih hal yang paling penting untuk diselesaikan masalahnya. Analisis kebutuhan
adalah alat yang konstruktif dan positif untuk melakukan perubahan yang didasarkan atas
logika yang bersifat rasional. Analisis kebutuhan dalam kegiatan belajar mengajar adalah:

(a) Ketika diserahi tugas mengajar dan akan mulai melaksanakan tugas, seorang guru harus
memusatkan perhatian ke arah pencapaian tujuan, lalu memerhatikan materi yang
menunjang tujuan.
(b) Setelah terpilih materi yang akan diajarkan, guru menelaah kembali materi terpilih
tersebut, untuk dicocokkan dengan kebutuhan siswa.
(c) Pada langkah ketiga, setelah guru yakin betul bahwa materi yang dipilih sudah memenuhi
kebutuhan siswa yang akan belajar, lalu menentukan strategi yang tepat untuk
menyampaikan materi tersebut. Meliputi pemilihan cara atau metode, pengelolaan kelas,
dan media yang digunakan untuk mendukung penyampaian.
Makna analisis kebutuhan seperti yang sudah dijelaskan menunjukkan adanya
proses mengenali, memilah, dan menyisihkan. Dalam melalui langkah-langkah tersebut
sebenarnya pelaku tidak mungkin melepaskan diri dari pekerjaan mengukur dan menilai
sesuatu. Untuk menentukan hasil mengenali, memilah, dan menyisihkan ada proses
membandingkan gejala yang sedang dikenali dan dipilah dengan suatu patokan atau
kriteria.

Anderson (1975, dalam Arikunto, 2014), secara umum keluasan atau besarnya
kebutuhan dapat diukur dengan dua macam cara, yaitu secara subjektif dan objektif.
Pengukuran secara subjektif terjadi apabila pelaku membandingkan sesuatu kebutuhan
dengan kondisi yang dapat diterima olehnya. Tentang bagaimana cara dan penahapan
dalam melakukan penilaian kebutuhan Anderson menjelaskan analisis kebutuhan
berdasarkan penilaian secara objektif dan penilaian secara subjektif. Pertama, Penilaian
Kebutuhan Secara Objektif, meliputi:

(1) Mengidentifikasi tujuan-tujuan penting dalam program yang akan dievaluasi.


(2) Menentukan indikator dan cara pengukuran tujuan-tujuan.
(3) Menyusun kriteria (standar) untuk tiap-tiap indikator, dengan acuan pedoman atau
acuan apa saja yang ada dalam sistem dan bidang yang akan dievaluasi.
(4) Menyusun alat pengukuran untuk tiap-tiap indikator.
(5) Membandingkan kondisi yang diperoleh dengan kriteria.

Kedua, Penilaian Kebutuhan Secara Subjektif, meliputi:

(1) Mengidentifikasi tujuan penting dalam program yang akan dievaluasi.


(2) Menentukan pilihan kriteria atau menyusun kriteria yang sesuai dengan setiap tujuan
masing-masing bidang dan indikator.
(3) Menyusun skala bertingkat yang digunakan untuk mempertimbangkan tingkat
penampilan indikator.
(4) Jika sudah selesai membuat skala, kumpulkan semua calon evaluator untuk bersama-
sama menentukan urutan kebutuhan dan skala prioritas kebutuhan.

Langkah perencanaan setelah menentukan sampel evaluasi, yaitu menyamakan


persepsi antar evaluator tentang berbagai hal sebelum pengambilan data dimulai. Pada
pelaksanaannya kegiatan evaluasi tidak mungkin hanya dilakukan oleh seorang evaluator
saja, melibatkan beberapa bahkan banyak evaluator. Apabila hal ini terjadi maka perlu
kesamaan persepsi antar evaluator agar tidak terjadi salah persepsi (miss perception).
Beberapa hal yang perlu disamakan persepsinya, yaitu tujuan program, tujuan evaluasi,
kriteria keberhasilan program jenis data yang diperlukan, metode pengumpulan data,
instrumen pengumpul data, wilayah generalisasi, teknik sampling dan jadwal kegiatan
evaluasi program. Manfaat penyamaan persepsi antar evaluator adalah agar tidak terjadi
bias dalam pengambilan data, sehingga data yang terkumpul adalah data yang
representatif, dapat dianalisis, dan kesimpulan yang diperoleh adalah kesimpulan yang
akurat.

2.4 Membuat alat atau instrument evaluasi program

Instrumen yang telah tersusun tidak secara otomatis dapat digunakan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan. Instrumen tersebut masih perlu divalidasi untuk
mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya. Adapun instrumen evaluasi program
adalah sebagai berikut :
a) Sumber Data
Berdasarkan sumber asal data diperoleh maka sumber data dalam evaluasi program
dapat dibedakan atas dua jenis yaitu:
- Data Internal
Data internal yaitu data yang berasal dari dalam lingkungan sendiri. Seperti diketahui
setiap sekolah melakukan aktivitas pencatatan atas segala aktivitas yang dilakukannya baik
di bidang personalia, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana. Sekiranya Kepala Sekolah
menginginkan untuk mengetahui perkembangan siswa dari tahun ke tahun, maka ia dapat
melihat dari catatan kesiswaannya. Buku catatan itulah yang merupakan sumber data
internal, karena ia berada pada sekolah itu sendiri.
- Data Eksternal
Data ekternal adalah data yang berasal dari luar lingkungan sendiri. Demi untuk
kelancaran pengelolaan sekolah maka setiap Kepala Sekolah memerlukan informasi yang
berasal dari luar lingkungan sekolah. Misalnya informasi tentang peraturan atau edaran
terkait dengan pengelolaan sekolah yang dikeluarkan oleh Pemerintah dalam hal ini
Kementerian Pendidikan. Informasi-informasi tersebut tidak dipunyai oleh sekolah yang
bersangkutan dan harus dicari di luar sekolah. Informasi-informasi demikian itu, dapat
diperoleh baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Data yang demikian ini
disebut data eksternal. Data eksternal yang diperoleh langsung dari sumbernya disebut data
primer. Misalnya sekolah ingin mengetahui tentang peraturan pengelolaan sekolah, maka ia
dapat memperoleh langsung dari sumbernya dalam hal ini Kementerian Pendidikan.

Menurut Arikunto dan Jabar (2009:88) sumber data dalam evaluasi program dikenal
dengan istilah 3P, rinciannya adalah:
- Person
Person atau orang dalam hal ini responden yang terlibat secara langsung dengan
program yang dievaluasi maupun secara tak langsung berhubungan dengan program.
Pengungkapan data dari sumber data person ini dapat dilakukan dengan melakukan
wawancara maupun menggunakan angket/kuesioner.
- Paper
Paper atau kertas, dalam hal ini bukan hanya dibatasi pada dokumen dalam
bentuk kertas saja tetapi lebih dari itu adalah segala bentuk simbol berupa grafis, tulisan,
gambar, tabel, denah, motif dan sebagainya. Paper dimaksudkan juga bukan ditulis pada
media kertas saja, tetapi dapat juga ditulis di media batu, kayu, plastik dan sebagainya
bahkan ditulis dalam media yang saat ini modern seperti di compact disk, hard disk, flash
disk maupun sarana digital lainnnya termasuk e-mail. Untuk sumber data paper ini maka
metode yang tepat digunakan dalam mengungkapkan atau mengumpulkan data adalah
melalui dokumentasi.
- Place
Place atau tempat/lokasi. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan tempat bukan
hanya terbatas pada ruangan, tetapi hal lain yang lebih dalam berada di suatu tempat
(ruang). Istilah place adalah untuk mempermudah pengumpul data menelusuri lebih jauh
apa yang menjadi objek pengamatan, tempat, benda diam, bergerak atau kegiatan.

b. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen yang biasa dipakai dalam prosedur pengumpulan data dan informasi
dalam evaluasi program menurut Tayibnapis (2000:102-103) adalah:
- Surveys.
Survey dilakukan dengan open ended instruments (instrumen terbuka) dan forced
choice instruments (instrumen pilihan).
- Interviews.
Interviews dilakukan dengan: (1) closed formats yaitu wawancara dengan format
tertutup, pertanyaan dan jawaban dibacakan kepada responden, (2) semi open (semi
terbuka) pertanyaan ditentukan, dan pewawancara membuat interpretasi jawaban ke
dalam formulir, dan (3) open format (format terbuka), petunjuk umum diberikan kepada
pewawancara, jawaban didesain atau dicatat atau dapat juga direkam dengan tape.
- Observations.
Observastion dilakukan dengan: (1) open format, observer membuat catatan atau
reaksi umum, prilaku, dan sebagainya tentang subjek yang dievaluasi, (2) logs, semacam
buku harian di mana observer mencatat reaksi dan prilakunya sendiri, (3) sign system, di
mana setiap prilaku khusus dihitung, dilakukan untuk merekam prilaku tertentu dalam
tempo waktu yang telah ditentukan, dan (4) category system, di mana prilaku diamati,
digolongkan ke dalam kategori tertentu untuk membuat rekaman tentang prilaku yang
telah ditentukan dalam waktu yang telah ditentukan.
- Tests.
Tes dilakukan dengan: (1) multiple choice tests (tes pilihan ganda), (2) true-false
(benar-salah), (3) matching (tes menjodohkan), shorts answers, fill in blanks (jawaban
pendek, mengisi), dan (5) essay tests (tes uraian).
- Inventories
Inventories dilakukan dengan: (1) open ended yaitu responden membuat catatan
tentang objek tertentu dan item yang mereka temukan, dan (2) checklist formats, yaitu
responden mengecek atau menghitung dan memberi nomor di sebelah item yang terdaftar
dalam instrumen. 6. Site visits, expert reviews, panel hearning. Dalam hal ini peneliti atau
evaluator itu sendiri sebagai instrumen. Instrumen bentuk ini dapat berupa para ahli,
wakil konsumen, anggota/ karyawan, publik, orang tua murid dan lain-lain yang terlibat
dalam suatu program.
Berikut dipaparkan beberapa instrumen yang digunakan dalam melakukan
evaluasi program sebagai berikut:
- Kuesioner.
Kuesioner atau angket adalah seperangkat pertanyaan tertulis yang diberikan
kepada responden untuk mengungkapkan pendapat, keadaan, kesan yang ada pada di diri
responden sendiri maupun di luar dirinya (Arikunto, 1988:77). Hal-hal yang menjadi
perhatian dalam menyusun kuesioner antara lain:
a. Membuat kata pengantar
b. Menyertakan petunjuk pengisian angket yang menjelaskan tentang cara
menjawab pertanyaan/pernyataan yang terdapat dalam instrumen.
c. Item pertanyaan dalam kuesioner disusun sedemikian rupa sehingga dapat
dipahami setiap responden.
d. Hindari pertanyaan yang dapat menimbulkan kecurigaan, menimbulkan
potensi permusuhan atau perselisihan.
e. Beri penekanan secara khusus pada kalimat atau kata yang difokuskan melalui
penggunaan garis bawah atau penebalan.
- Wawancara.
Wawancara merupakan instrumen pengumpulan data yang mengkehendaki
komunikasi langsung antara peneliti dengan subjek penelitian. Dalam wawancara
biasanya terjadi tanya jawab yang berorientasi pada pencapaian tujuan penelitian.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar wawancara berlangsung efektif dan efisien
adalah:
1. Bersikaplah sebagai pewawancara yang simpatik yang perhatian dan
pendengar yang baik, tidak berperan terlalu aktif untuk menunjukkan bahwa
anda menghargai pendapat responden.
2. Bersikaplah netral dalam relevansinya dengan materi wawancara. Janganlah
menyatakan pendapat sendiri tentang hal itu, atau mengomentari pendapat
responden. Upayakan jangan menunjukkan sikap terheranheran atau tidak
menyetujui terhadap apa yang dinyatakan atau ditunjukkan responden
3. Bersikaplah tenang, tidak terburu-buru atau ragu-ragu dan responden akan
menunjukkan sikap yang sama.
4. Mungkin responden yang diwawancarai merasa takut kalau-kalau mereka
menunjukkan sikap atau gagasan yang salah menurut pewawancara.
Yakinkanlah responden bahwa pendapatnya penting dan bahwa wawancara
ini bukan tes atau ujian.
5. Secara khusus perhatikan bahasa yang digunakan untuk wawancara, ajukan
frasa yang sama pada setiap pertanyaan, selalu ingat akan garis tujuan
wawancara, ulangi pertanyaan apabila responden menjawab terlalu umum
atau kabur sifatnya.
Esterberg sebagaimana dikutip Sugiyono (2010:319) menjelaskan 3 macam jenis
wawancara yaitu: (1) wawancara terstruktur, (2) wawancara semiterstruktur, dan (3)
wawancara tidak terstruktur.
- Observasi.
Observasi yaitu pengamatan secara langsung terhadap proses yang berlangsung di
setting program yang di evaluasi. Observasi dapat dilakukan terhadap klien terkait proses,
aktivitas dan interaksinya. Observasi dapat dilakukan menggunakan daftar cek (checklist)
ataupun catatan terbuka (tulisan bebas).
Instrumen observasi yang digunakan dalam evaluasi memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan observasi adalah:
a. Tidak perlu biaya banyak, mudah dilakukan dan dapat digunakan untuk
penelitian terhadap berbagai macam gejala.
b. Tidak banyak mengganggu subjek penelitian.
c. Dapat secara simultan melakukan pencatatan kepada observee.
d. Banyak gejala yang hanya diteliti dengan observasi sehingga hasilnya yang
akurat sulit dibantah.
e. Banyak objek yang hanya bersedia diambil datanya hanya dengan observasi,
karena sulit untuk diwawancarai ataupun mengisi kuesioner.
f. Kejadian yang serempak dapat diamati dan dicatat secara serempak pula
dengan memperbanyak observer.
g. Banyak kejadian yang dipandang kecil yang tidak dapat ditangkap oleh alat
pengumpulan data yang lain, ternyata sangat menentukan hasil penelitian
justru diungkap oleh observasi.
- Dokumentasi
Dokumentasi berfokus pada objek yang diamati dalam bentuk dokumen. Dalam
hal ini dokumen dalam evaluasi program bukan hanya berupa dokumen dalam catatan
tertulis, baik yang tertera pada surat keterangan, artikel, cerita, buku, arsip administrasi,
maupun yang tertera pada manuskripmanuskrip. Lebih dari itu dokumen juga termasuk
benda-benda hasil budaya yang mengandung keterangan misalnya porselin, keramik,
alat-alat rumah tangga, candi-candi dan sebagainya.
- Tes
Di dalam penelitian evaluasi program dikenal ada dua macam tes yaitu tes yang
terstandar dan tes buatan. Tes yang terstandar merupakan tes yang sudah dibakukan dan
diperoleh dari pihak yang expert sebagai pemegang hak. Sedangkan tes buatan sendiri
adalah tes yang disusun sendiri oleh evaluator untuk keperluan khusus untuk penelitian
evaluasi program.
c. Penyusunan Instrumen
Petunjuk umum tentang penyusunan instrumen dipaparkan oleh Brinkerhoff
sebagaimana dikutip Tayibnapis (2000:104-105) sebagai berikut:
1. Apa konten yang diperlukan? Hal ini langsung berhubungan dengan variabel yang
telah ditentukan sebelumnya. Konten instrumen harus dibatasi sebatas apa yang
termasuk dalam variabel.
2. Apa dan bagaimana bahasa yang akan dipakai? Hal ini tergantung dari responden
yang akan menjawab instrumen, apakah responden termasuk golongan yang
berpendidikan rendah atau tinggi? Yang penting harus diingat yaitu hindari
pemakaian bahasa asing, istilah-istilah asing yang aneh, jangan sampai responden
tidak dapat menjawab pertanyaan karena tidak mengerti bahasanya. Usahakan
menggunakan bahasa yang mudah, kalimat singkat dan sederhana.
3. Prosedur analisis apa yang akan dipakai? Bila akan memakai mesin scoring, atau
coding automatic atau manual maka instrumen harus disiapkan untuk itu.
4. Apakah ada pertimbangan khusus lainnya? Dalam hal ini mungkin termasuk versi
khusus untuk responden yang cacat (handicapped) yang memerlukan petunjuk
khusus dan lain sebagainya. Perlu dibuat rencana (blue print) dan kisi-kisi untuk
setiap instrumen yang akan dibuat, atau mungkin memerlukan konsultasi khusus
dari rekan sejawat atau ahlinya.
5. Tentukan seberapa ketepatan yang diperlukan. Dalam hal ini diperhatikan
kelengkapan, ketepatan waktu, presentasi dan sebagainya.
6. Kapasitas responden. Responden dilihat dari kemampuannya, pendidikan dan
penataran yang telah dilakukan sehubungan dengan hal yang akan diukur.
7. Kesesuaian dengan rencana analisis. Mengetahui sebelumnya apa yang akan
dilakukan terhadap data sesudah terkumpul akan membantu menentukan
ketepatan yang diperlukan. Ketepatan pengukuran dapat diperoleh misalnya
dengan membuat instrumen yang lebih rinci, petunjuk jawaban, dan kategori.
Djaali dan Muljono (2004:81-85) mendeskripsikan secara garis besar langkah-
langkah dalam penyusunan dan pengembangan instrumen sebagai berikut:
1. Berdasarkan sintesis dari teori-teori yang dikaji tentang suatu konsep dari variabel yang
hendak diukur, kemudian dirumuskan kontruk dari variabel tersebut. Konstruk pada
dasarnya adalah bangun pengertian dari suatu konsep yang dirumuskan.
2. Berdasarkan konstruks tersebut dikembangkan dimensi dan indikator variabel yang
hendak diukur yang sesungguhnya telah tertuang secara eksplisit pada rumusan konstruk
variabel pada langkah 1.
3. Membuat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi,
indikator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator.
4. Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari
suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan, misalnya dari rendah ke tinggi, dari negatif
ke positif, dari otoriter ke demokratik, dari dependen ke independen dan sebagainya.
5. Menulis butir-butir instrumen yang dapat berbentuk pernyataan atau pertanyaan.
Biasanya butir instrumen yang dibuat terdiri atas dua kelompok pernyataan atau
pertanyaan yaitu kelompok butir positif dan kelompok butir negatif. Butir positif adalah
pernyataan mengenai ciri atau keadaan yang menjadi indikasi sikap atau persepsi positif
atau mendekat ke kutub positif, sedang butir negatif adalah pernyataan mengenai ciri atau
keadaan yang mengindikasikan persepsi atau sikap negatif atau mendekat ke kutub
negatif. Butir-butir yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui
proses validasi, baik validasi teoretik maupun validasi empirik.
Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoretik yaitu melalui
pemeriksaan pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh
dimensi merupakan jabaran yang tepat dari konstruk, seberapa jauh indikator merupakan
jabaran yang tepat dari dimensi dan seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibuat
secara tepat dapat mengukur indikator. Revisi atau perbaikan berdasarkan saran dari
pakar atau berdasarkan hasil panel. Setelah konsep instrumen dianggap valid secara
teoretik atau secara konseptual, dilakukanlah penggandaan instrumen secara terbatas
untuk keperluan ujicoba.
Ujicoba instrumen di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik.
Melalui ujicoba tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel
ujicoba yang mempunyai karakteristik sama atau ekuivalen dengan karakteristik populasi
penelitian. Jawaban atau respon dari sampel ujicoba merupakan data empiris yang akan
dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria dari instrumen yang
dikembangkan.
Pengujian validitas empiris dilakukan dengan menggunakan kriteria baik kriteria
internal maupun kriteria eksternal. Kriteria internal adalah instrumen itu sendiri sebagai
satu kesatuan yang dijadikan kriteria, sedangkan kriteria eksternal adalah instrumen atau
hasil ukur tertentu di luar instrumen yang dijadikan sebagai kriteria.
Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh kesimpulan mengenai valid atau tidaknya
sebuah butir atau sebuah perangkat instrumen. Jika menggunakan kriteria internal yaitu
skor total instrumen sebagai kriteria, maka keputusan pengujian adalah mengenai valid
atau tidaknyan butir instrumen dan proses penggujiannya biasanya disebut dengan
analisis butir. Dalam kasus lainnya, yaitu jika menggunakan kriteria eksternal yaitu
instrumen atau ukuran lain di luar instrumen yang dijadikan kriteria, maka keputusan
penggujiannya adalah mengenai valid atau tidaknya perangkat instrumen sebagai suatu
kesatuan.
Untuk kriteria internal atau validitas internal, berdasarkan hasil analisis butir
maka butir-butir yang tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki untuk diujicoba ulang,
sedangkan butir-butir yang valid dirakit kembali menjadi sebuah perangkat instrumen
untuk melihat kembali validitaskontennya berdasarkan kisi-kisi. Jika secara konten butir-
butir yang valid tersebut dianggap valid atau memenuhi syarat, maka perangkat
instrumen terakhir ini menjadi instrumen final yang akan digunakan untuk mengukur
variabel penelitian.
Selanjutnya dihitung koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas dengan rentangan
nilai (0 – 1) adalah besaran yang menunjukkan kualitas atau konsistensi hasil ukur
instrumen. Makin tinggi koefisien reliabilitas, maka makin tinggi pula kualitas instrumen
tersebut. Mengenai batas nilai koefisien reliabilitas yang dianggap layak tergantung pada
presisi yang dikehendaki oleh suatu penelitian. Untuk itu dapat merujuk
pendapatpendapat yang sudah ada, karena secara eksak tidak ada tabel atau distribusi
statistika mengenai angka reliabilitas yang dapat dijadikan rujukan.
Perakitan butir-butir instrumen yang valid untuk dijadikan instrumen final.

d. Validitas dan Reliabilitas Instrumen


- Validitas Instrumen
Validitas (validity) berasal dari kata valid artinya sah atau tepat. Validitas atau
kesahihan berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi ukurnya. Jadi suatu instrumen yang valid berarti instrumen tersebut merupakan
alat ukur yang tepat untuk mengukur suatu objek. Berdasarkan pengertian ini, maka
validitas instrumen pada dasarnya berkaitan dengan ketepatan dan kesesuaian antara
instrumen sebagai alat ukur dengan objek yang diukur.
- Reliabilitas
Instrumen Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang
mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi
disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Reliabilitas memiliki istilah atau nama lain
seperti keterpercayaan, keterhandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi. Berdasarkan arti
kata tersebut, maka instrumen yang reliabel adalah instrumen yang hasil pengukurannya
dapat dipercaya. Salah satu kriteria instrumen yang dapat dipercaya jika instrumen
tersebut digunakan secara berulang-ulang, hasil pengukurannya tetap
BAB 3 PENUTUP

Kesimpulan

Evaluasi program, terlebih pelaksana (evaluator) memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat
ketercapaian program, dan apabila tujuan belum tercapai pelaksana (evaluator) ingin mengetahui
letak kekurangan dan sebabnya. Hasilnya digunakan untuk menentukan tindak lanjut atau
keputusan yang akan diambil. Analisis Evaluasi Program Pendidikan adalah suatu kegiatan
menganalisis data dari evaluasi yang telah dilakukan terhadap program-program pendidikan.
Adapun tujuan dari analisis evaluasi program pendidikan adalah untuk mengethaui tingkat
keberhasilan program itu setelah dilaksanakan. Instrumen yang telah tersusun tidak secara
otomatis dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Instrumen tersebut masih
perlu divalidasi untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi & Jabar, Cepi Safruddin Abdul. 2014. Evaluasi Program Pendidikan.
(Cetakan ke-5). Jakarta: Bumi Aksara.
Ary,Donald, dkk. Introduction to Resarch in Education. Surabaya. Usaha Nasional (Karya
terjemahan Arif Furchan).
Masidjo,1995, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta.Penerbit:
Kanisius.
Mico Pardosi. 2004. Belajar Sendiri Internet. Surabaya. Penerbit: Indah.
Nasution,S. 2008. Metode Reearch. Jakarta. PT Bumi Aksara
Sugiyono, 2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung. Penerbit Alfabeta.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung. Penerbit Alfabeta.
Suharsismi Arikunto,2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PT Bumi Aksara.
Widoyoko, Eko Putro. 2017. Evaluasi Program Pembelajaran. (Cetakan ke-9). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai