Anda di halaman 1dari 16

PENCAMPURAN BAHAN DALAM PEMBUATAN

BIOBRIKET
PROSES OPERASI INDUSTRI
HASIL PERKEBUNAN DAN PANGAN

Disusun Oleh
ANUGRAH PRATAMA PUTRA
18/19998/THP-STPK B

SARJANA TEKNOLOGI PENGOLAHAAN KELAPA SAWIT


DAN TURUNANNYA
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencampuran (mixing) adalah proses perdispersian suatu komponen dalam
komponen lain. Komponen dari cmpuran bisa berwujud padat dan padat,
padat dann cair, cair dan cair, gas dan gas. Pada dasarnya tujuan pencampuran
adalah untuk memperoleh suatu campuran yang homogen, yang mengandung
komponen dengan proporsi yang sama dengan seluruh bahan. Banyak bentuk
mixer yang telah diproduksi dari waktu ke waktu, namun peralatan tersebut
dapat diktegorikan menjadi 3 macam yaitu: liquid mixer, powder and particle
mixer, dough and pasta mixer.
Biobriket merupakan bahan bakar yang berwujud padat dan berasal dari
sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami proses penempatan dengan
daya tekan tertentu. Proses pembuatan biobriket meliputi empat tahap yaitu
pengeringan, penggerusan, pencampuran dan pembentukan cempuran
menjadi biobriket. Pembuatan biobriket dapat memanfaatkan cangkang
kelapa sawit yang telah dibuat menjadi arang.
Briket arang biomassa atau biobriket dibuat dari arang biomassa baik
berupa bagian yang memang sengaja dijadikan bahan baku briket maupun sisa
atau limbah proses produksi/pengolahan agroindustri. Misalnya kayu,
tempurung kelapa, arang tempurung kelapa sawit, limbah bambu, tandan buah
kosong kelapa sawit, sekam padi, dan limbah batang tembakau dapat menjadi
bahan baku untuk biobriket. Pembuatan biobriket memerlukan bahan
penunjang seperti tanah liat, lem kanji, air, dan bahan pencampur lainnya.
Komposisi bahan tersebut sangat tergantung dari jenis bahan baku untuk
pembuatan biobriket.
Sebelum dibuat biobriket, biomassa harus diubah terlebih dahulu menjadi
arang, kemudian arang tersebut dihaluskan, dicampur dan dicetak dalam
berbagai bentuk briket seperti silinder, kubus dan telur. Dari beberapa hasil
penelitian, secara umum nilai kalor yang dihasilkan dari biobriket ternyata
tidak berbeda nyata dibandingkan dengan briket batubara.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu:

a. Mengenal beberapa jenis alat pencampur.


b. Mempelajari komponen, mekanisme kerja aerta cara operasi alat
pencampur bahan
c. Menentukan standar deviasi hasil pencampuran bahan dengan waktu yang
berbeda.
d. Menentukan indeks pencampuran (M) dengan lama pencampuran yang
berbeda, untuk menentukan waktu pencampuran yang tepat.
e. Mengetahui potensi pemanfaatan limbh perkebunan, sebagai bahan
biobriket.
f. Melakukan pembuatan biobriket dengan langkah-langkah yang sudah
ditetapkan.
g. Menentukan daya bakar dari biobriket.
1.3 Manfaat
Adapaun manfaat dari praktikum kali ini yaitu:
a. Mengetahui beberapa jenis alat pencampur.
b. Mengetahui komponen, mekanisme kerja aerta cara operasi alat
pencampur bahan
c. Mengetahui standar deviasi hasil pencampuran bahan dengan waktu yang
berbeda.
d. Mengetahui indeks pencampuran (M) dengan lama pencampuran yang
berbeda, untuk menentukan waktu pencampuran yang tepat.
e. Mengetahui potensi pemanfaatan limbh perkebunan, sebagai bahan
biobriket.
f. Mengetahui pembuatan biobriket dengan langkah-langkah yang sudah
ditetapkan.
g. Mengetahui daya bakar dari biobriket.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Tanggal dan Tempat Praktikum.
Praktikum ini dilakukan pada hari Jumat, 24 Januari 2020 di Pilot Plan,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Stiper Yogyakarta.
2.2 Alat dan Bahan.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu timbangan, mixer
(shaking), pencatat waktu, wadah pencampur, pencetak, pengepres, over, dan
tungku pembakar
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sagu mutiara,
tepung kanji dan oksidator Kalium Permanganat (KMnO4).
2.3 Cara Kerja
2.3.1 Teoritis
a. Menimbang serbuk sagu mutiara, sebanyak 100 g untuk tuap waktu
pencampuran.
b. Menambahkan tepung kanji yang sudah diayak lolos 60 mesh
sebanyak 50% (50 g) dari berat serbuk arang.
c. Melakukan pencampuran dengan metode shaking (gunakan toples
plastik).
d. Melakukan pencampuran (shaking) dengan variasi lama
pencampuran 5, 10, dan 15 menit dengan kecepatan shaking sama
untuk setiap lama pencampuran.
e. Melakukan pengambilan sampel setelah waktu pencampuran selesai
dengan berat 10 g sebanyak 5 kali secara acak dari beberapa bagian
campuran yang diperoleh.
f. Memisahkan tepung kanji dari campuran dengan melakukan
pengayakan pada ukuran 40 mesh, tepung kanji akan lolos ayakan,
kemudian timbang berat tepung kanji tersebut.
g. Membuat tabel antara waktu pencampuran dengan berat tepung
kanji dalam sampel.
h. Menghitung indeks pencampuran (M) untuk setiap percobaan,
sebagaimana persamaan 2.1 (Dasar teori) dengan:
P = berat tepung kanji dibagi denagn berat total
pencampuran.
Xi = berat tepung kanji dalam sampel (pada setiap pengambilan
sampel) dibagi denagn berat sampel.
n = jumlah pengambilan sampel (dalam percobaan n = 5)
i. Memisahkan tepung kanji dari sagu mutiara, kemudian dibuat
larutan kanji dengan menambahkan air panas dan dimasak hingga
terbentuk pasta yang berfungsi sebagai perekat arang.
j. Menambahkan 200 g serbuk arang dan ditambahkan tepung kanji
sebanyak 5% (10 g) dan ditambah air secukupnya, selanjutnya
dicampur merata.
k. Membuat campuran sebagaimana percobaan No. 10 dan
ditambahkan oksidator KMnO4 sebanyak 1% (2 g).
l. Memasukkan masing-masing biobriket (No.10 dan No.11) tersebut
dalam cetakan kemudian lakukan pengepresan/pembriketan/
pengempaan.
m. Menjemur biobriket yang sudah terbentuk sampai kering atau
dikerinkan pada suhu 75oC kurang lebih 24 jam.
n. Mengamati biobriket yang dihasilkan dan coba lakukan
pembakaran, amati kemudahakn terbakarnya antara dau jenis briket
tersebut dengan melihat waktu yang digunakan untuk memulai
terbakarnya biobriket.
2.3.2 Skematis

Dititimbang serbuk sagu mutiara, sebanyak 100 g untuk


tuap waktu pencampuran.

Ditambahkan tepung kanji yang sudah diayak lolos 60 mesh


sebanyak 50% (50 g) dari berat serbuk arang.

Dilakukan pencampuran dengan metode shaking (gunakan


toples plastik).

Dilakukan pencampuran (shaking) dengan variasi lama


pencampuran 5, 10, dan 15 menit dengan kecepatan
shaking sama untuk setiap lama pencampuran.

Dilakukan pengambilan sampel setelah waktu pencampuran


selesai dengan berat 10 g sebanyak 5 kali secara acak dari
beberapa bagian campuran yang diperoleh.

Dipisahkan tepung kanji dari campuran dengan melakukan


pengayakan pada ukuran 40 mesh, tepung kanji akan lolos
ayakan, kemudian timbang berat tepung kanji tersebut.

Dibuat tabel antara waktu pencampuran dengan berat tepung


kanji dalam sampel.

Dihitung indeks pencampuran (M) untuk setiap percobaan,


sebagaimana persamaan 2.1 (Dasar teori).
Dipisahkan tepung kanji dari sagu mutiara, kemudian
dibuat larutan kanji dengan menambahkan air panas dan
dimasak hingga terbentuk pasta yang berfungsi sebagai
perekat arang.

Ditambahkan 200 g serbuk arang dan ditambahkan tepung


kanji sebanyak 5% (10 g) dan ditambah air secukupnya,
selanjutnya dicampur merata.

Dibuat campuran sebagaimana percobaan No. 10 dan


ditambahkan oksidator KMnO4 sebanyak 1% (2 g).

Dimasukkan masing-masing biobriket (No.10 dan No.11)


tersebut dalam cetakan kemudian lakukan
pengepresan/pembriketan/ pengempaan.

Dijemur biobriket yang sudah terbentuk sampai kering atau


dikerinkan pada suhu 75oC kurang lebih 24 jam.

Diamati biobriket yang dihasilkan dan coba lakukan


pembakaran, amati kemudahakn terbakarnya antara dau
jenis briket tersebut dengan melihat waktu yang digunakan
untuk memulai terbakarnya biobriket.

Gambar 1. Diagram Alir Pencampuran Bahan Dalam Pembuatan Biobriket


BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dari praktikum pencampuran bahan dalam
pembuatan biobriket yaitu:
Tabel 1. Hasil pengamatan berat tepung kanji (gram) dalam sampel
Menit Pencampuran X1 X2 X3 x̄
5 47,034 40,649 39,672 42,451
10 48,963 43,233 41,292 44,496
15 46,59 45,57 40,116 44,092
Tabel 2. Hasil pengamatan komposisi fraksi (gram tepung kanji dalam 10 g
sampel
Menit Pencampuran X1 X2 X3 X4 x̄
5 15,274 10,350 14,541 13,247 17,804
10 5,401 9,970 8,24 8,35 13,987
15 10,985 10,440 11,121 11,585 11,033
Tabel 3. Perhitungan indeks pencampuran
Menit Pencampuran S02 Sr2 S2 M
5 0,21 ∞ -7,536,7 -35,888,5
10 0,21 ∞ -3,393,2 16,159,09
15 0,21 ∞ 118,1 -561,38
Tabel 4. Pengamatan biobriket
Jenis Biobriket Waktu mulai terbakarnya biobriket (menit)
Tanpa Oksidator 2 menit 34 detik
Dengan Oksidator 1 menit 6 detik
Perhitungan
1) Variasi Awal (So2)
 5 menit =p(1–p)
= 0,3 ( 1 – 0,3 )
= 0,21
 10 menit = p ( 1 – p )
= 0,3 ( 1 – 0,3 )
= 0,21
 15 menit = p ( 1 – p )
= 0,3 ( 1 – 0,3 )
= 0,21
2) Variasi Acak (Sr2)
( So ) 2
 5 menit =
N
0,21
=
0
=∞
( So ) 2
 10 menit =
N
0,21
=
0
=∞
( So ) 2
 15 menit =
N
0,21
=
0
=∞
3) Variasi Setelah Pencampuran (S2)
1
 5 menit =
n
[ ∑ ( X12 + X22 + X32 + X42 )] - X́ 2

1
= [ ∑ (223,29 + 107,12 + 211,44 + 175,4 )] – 8,263
4
= 173,54
1
 10 menit =
n
[ ∑ ( X12 + X22 + X32 + X42 )]- X́ 2

1
= [ ∑ (237,19 + 99,4 + 67,8 + 69,7 )] – 14,046
4
= 104,47
1
 15 menit =
n
[ ∑ ( X12 + X22 + X32 + X42 )] - X́ 2

1
= [ ∑ (120,6 + 108,9 + 123,6 + 134,2 )] – 14,841,3
4
= 106,98
4) Indeks pencampuran (M)
( So ) 2−(S) 2
 5 Menit =
( So ) 2− ( Sr ) 2
0,21−173,54
=
0,21−0
= -825,38
( So ) 2−(S) 2
 10 menit = ( So ) 2− ( Sr ) 2

0,21−104,47
=
0,21−0
= -496,50
( So ) 2−(S) 2
 15 menit = ( So ) 2− ( Sr ) 2

0,21 – 106,98
=
0,21−0
= -504,42

3.2 Pembahasan
Pencampuran (mixing) adalah proses perdispersian suatu komponen dalam
komponen lain. Komponen dari cmpuran bisa berwujud padat dan padat,
padat dann cair, cair dan cair, gas dan gas. Pada dasarnya tujuan pencampuran
adalah untuk memperoleh suatu campuran yang homogen, yang mengandung
komponen dengan proporsi yang sama dengan seluruh bahan. Banyak bentuk
mixer yang telah diproduksi dari waktu ke waktu, namun peralatan tersebut
dapat diktegorikan menjadi 3 macam yaitu: liquid mixer, powder and particle
mixer, dough and pasta mixer (Anonim, 2020).
Briket arang biomassa atau biobriket dibuat dari arang biomassa baik
berupa bagian yang memang sengaja dijadikan bahan baku briket maupun sisa
atau limbah proses produksi/pengolahan agroindustri. Misalnya kayu,
tempurung kelapa, arang tempurung kelapa sawit, limbah bambu, tandan buah
kosong kelapa sawit, sekam padi, dan limbah batang tembakau dapat menjadi
bahan baku untuk biobriket. Pembuatan biobriket memerlukan bahan
penunjang seperti tanah liat, lem kanji, air, dan bahan pencampur lainnya.
Komposisi bahan tersebut sangat tergantung dari jenis bahan baku untuk
pembuatan biobriket.
Briket Batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara
dengan sedikit campuran perekat. Briket batubara ini dibagi lagi menjadi dua
jenis, yaitu briket batubara terkarbonisasi (melalui proses pembakaran) dan
briket tanpa karbonisasi (tanpa proses pembakaran). Briket bio-batubara
adalah briket campuran antara batubara dan biomassa dengan sedikit perekat.
Biobriket adalah bahan bakar padat yang terbuat dari bahan baku biomassa
dengan campuran sedikit perekat. Biomasa dalam kehidupan sehari-hari
merupakan bahan hayati yang biasanya dianggap sebagai sampah dan sering
dimusnahkan dengan cara dibakar (Jeni, 2009).
Biobriket mempunyai temperatur penyalaan (ignition temperature) yang
lebih rendah dan burn out time yang lebih pendek dibandingkan dengan briket
batubara. Ketika briket dipanasi temperaturnya naik, setelah mencapai
temperatur tertentu, volatile matter keluar dan terbakar disekitar briket.
Temperatur ini disebut temperatur nyala. Temperatur nyala turun jika
carnpuran biomasa lebih banyak (Naruse, 2001).
Selain tempurung kelapa, limbah biomassa yang banyak dijumpai adalah
limbah kayu baik berupa serbuk gergaji, potongan-potongan dan ranting-
ranting pepohonan. Rata-rata limbah yang dihasilkan oleh industri
penggergajian adalah 49,15%, dengan perincian serbuk gergaji sebesar 8,46%,
sedetan sebesar 24,41%, dan potongan - potongan kayu sebesar 16,28%.
Beberapa jenis serbuk gergaji kayu yang banyak digunakan dalam industri
antara lain kayu jati, kayu surain dan kayu cempaka (Otong, 2017).
Hasil pengamatan komposisi fraksi (garam tepung kanji dalam 10 gram
sampel) didapatkan komposisi fraksi seletlah 5 menit pencampuran X 1 15,274
g, X2 10,350 g, X3 15,541 g, X4 13,247 g, dan X rata-rata 17,804 g. Kemudian
pada 10 menit X1 15,401 g, X2 9,970 g, X3 8,24 g, X4 8,35 g, dan X rata-rata
13,987 g. Terakhir pada 15 menit X 1 10,985 g, X2 10,440 g, X3 11,212 g, X4
11,585 g, dan X rata-rata 11,033 g.
Hasil perhitungan indeks pencampuran 5 menit S02 0,21, Sr2 ∞, S2 -7536,7
dan M -35888,5. Kemudian 10 menit S02 0,21, Sr2 ∞, S2 -3393,2 dan M
16159,09. Terakhir 15 menit S02 0,21, Sr2 ∞, S2 118,1 dan M -591,38.
Setelah dilakukan pengeringan (penjemuran) pada biobriket yang telah
dibuat, dimana terdapat 2 jenis biobriket (yang menggunakan oksidator dan
yang tidak menggunakan oksidator). Pada saat dilakukan tes pembakaran pada
biobriket yang telah kering, didapatkan hasil bahwa biobriket dengan
oksidator lebih cepat terbakar daripada biobriket yang tidak menggunakan
oksidator. Hal ini dikarenakan kandungan KMnO4 1%, yang mana KMnO4 1%
ini bisa mengikat oksigen sehingga biobriket lebih mudah terbakar. Karena
pada dasarnya api memerlukan oksigen untuk menyala dan apabila pada suatu
bahan ada oksidator (pengikat oksigen) yang mana pada percobaan ini
menggunakan KMnO4 maka bahan yang memiliki oksidator akan lebih cepat
terbakar.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum pencampuran bahan dalam
pembuatan biobriket adalah sebagai berikut :
1. Tujuan pencampuran adalah untuk memperoleh suatu campuran yang
homogen, yang mengandung komponen dengan proporsi yang sama
dengan seluruh bahan.
2. Banyak bentuk mixer yang telah diproduksi dari waktu ke waktu, namun
peralatan tersebut dapat diktegorikan menjadi 3 macam yaitu: liquid
mixer, powder and particle mixer, dough and pasta mixer.
3. Biobriket mempunyai temperatur penyalaan (ignition temperature) yang
lebih rendah dan burn out time yang lebih pendek dibandingkan dengan
briket batubara.
4. Komposisi fraksi seletlah 5 menit pencampuran X1 15,274 g, X2 10,350
g, X3 15,541 g, X4 13,247 g, dan X rata-rata 17,804 g. Kemudian pada
10 menit X1 15,401 g, X2 9,970 g, X3 8,24 g, X4 8,35 g, dan X rata-
rata 13,987 g. Terakhir pada 15 menit X1 10,985 g, X2 10,440 g, X3
11,212 g, X4 11,585 g, dan X rata-rata 11,033 g.
5. Hasil perhitungan indeks pencampuran 5 menit S02 0,21, Sr2 ∞, S2
-7536,7 dan M -35888,5. Kemudian 10 menit S02 0,21, Sr2 ∞, S2 -3393,2
dan M 16159,09. Terakhir 15 menit S02 0,21, Sr2 ∞, S2 118,1 dan M
-591,38.
6. Setelah dilakukan pengeringan (penjemuran) terdapat 2 jenis biobriket
(yang menggunakan oksidator dan yang tidak menggunakan oksidator).
7. Api memerlukan oksigen untuk menyala dan apabila pada suatu bahan
ada oksidator (pengikat oksigen) atau KMnO4 maka bahan yang
memiliki oksidator akan lebih cepat terbakar.
4.2 Saran
Saran saya pada praktikum kali ini adalah semoga untuk kedepannya
agar para Co. Ass memperhatikan praktikan yang tidak bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2020. Modul Praktikum Blok Proses Operasi Industri Hasil Perkebunan
dan Pangan. Yogyakarta : Institut Pertanian Stiper Yogtakarta.
Fariadhie, Jeni. 2009. Perbandingan Briket Tempurung Kelapa Dengan Ampas
Tebu, Jerami Dan Batu Bara. Demak : Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah.
Naruse, L. dkk., 2001. Fundamental Characteristic on Co Combustion ofI ow
Rank Coal with Biomass. Pittsburgh : Pittsburgh coal Conference.
Nurhilah, O dan Suryaningsih, S., 2017. Karakterisasi Biobriket Campuran
Serbuk Kayu Dan Tempurung Kelapa. Bandung : Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran.

Yogyakarta, 30 Januari 2019

Mengetahui

Co. Ass Praktikan


(Wibo Sabba Tarawih) (Anugrah Pratama Putra)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai