Anda di halaman 1dari 4

Koneksionisme

Menurut Thorndike, asosiasi1 antara kesan indrawi dan impuls dengan tindakan akan
membentuk suatu ikatan atau koneksi. Sebelumnya sabang-cabang dari asosianisme sudah
berusaha untuk membuktikan bagaimana proses ide-ide menjadi satu ikatan dan terkait satu sama
lain. Teori yang diberikan oleh Thorndike ini adalah kombinasi dari asosianisme,darwinisme,dan
metode ilmiah.

1. Pemilihan dan Pengaitan (Selecting and Connecting)


Thorndike melakukan eksperimen dengan menggunakan hewan dan perangkat
yang telah ditata sedemikian rupa. Hewan dimasukkan ke dalam perangkat, lalu
hewan tersebut akan melakukan beberapa respon tertentu agar bisa keluar dari
perangkat. Perangkat yang dimaksud adalah sebuah kandang atau kerangkeng kecil,
di tengahnya ada rantai atau galah yang digantung di atasnya. Apabila hewan bisa
mendorong galah atau menarik rantai tersebut, maka hewan bisa keluar dari perangkat
tersebut. Di dalamnya hewan harus melakukan serangkaian respon tertentu agar bisa
keluar dari perangkat tersebut. Thorndike memancing hewan dengan sepotong ikan
atau hal yang lainnya agar hewan berusaha melepaskan diri dari perangkat tersebut.
Setiap kesempatan yang dilakukan oleh hewan adalah upaya percobaan mereka untuk
mengeluarkan diri dari perangkat tersebut. Usaha percobaan mereka akan berhenti
jika hewan telah menemukan solusi yang tepat untuk mengeluarkan diri dari
perangkat tersebut. Hal ini bisa disebut juga sebagai trial and error. Menurut
eksperimen ini, semakin banyak percobaan yang dilakukan oleh hewan maka semakin
cepat hewan bisa memecahkan masalah.

Gambar di atas adalah perangkat yang dibuat oleh Thorndike. Percobaan yang
dilakukan Thorndike adalah sebagai berikut :
Ketika dimasukkan ke dalam kotak, pada umumnya kucing-kucing yang dimasukkan
ke dalam kerangkeng memunculkan tanda-tanda seperti gelisah. Kucing-kucing itu
akan berusaha untuk menerobos pintu dengan mencakar-cakar dan menjulurkan
cakar-cakarnya keluar untuk meraih apa saja yang bisa diraihnya atau menggigit-gigit
kerangkeng.

1
Proses Interaksi
Kucing-kucing itu tidak memerhatikan makanan yang ada di luar kotak, karena
nampaknya mereka ingin membebaskan diri dari kerangkeng secara naluriah bukan
karena memperhatikkan makanan yang ada di luar kerangkeng. Daya juang kucing-
kucing ini bisa dibilang luar biasa. Mereka berusaha keluar dari kerangkeng itu
dengan gigih. Sebaliknya, ada dua kucing yang tidak berusaha dengan keras, yaitu
seekor kucing tua dan kucing yang malas. Mereka tidak berjuang bahkan terkadang
tidak berusaha sama sekali untuk mencaka atau mendorong seperti kucing-kucing
yang lainnya. Maka dari itu untuk memberi mereka makan, 2 kucing ini harus
dikeluarkan beberapa kali dari kerangkeng. Mereka akan berusaha keluar setiap kali
akan dimasukkan kembali ke dalam kerangkeng. Tetapi ketika di dalam kerangkeng,
mereka tetap tidak berusaha untuk keluar dari kerangkeng. Ketika kucing mencakar
seluruh isi kerangkeng maka galah atau tombol juga tidak luput dari cakar mereka
yang membuat pintu dari kerangkeng akan terbuka. Pelan pelan kucing akan mengerti
bahwa tindakannya akan membuahkan hasil, kemudian ketika kucing tersebut
dimasukkan kedalam kerangkeng maka secara otomatis mereka akan segera
mencakar tombola tau galah tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari, trial and error sangat sering kita alami. Contohnya :
- Seorang guru matematika memberikan soal kepada siswanya. Soal tersebut berisi 5
pertanyaan dan memiliki tipe yang sama. Dalam pelajaran matematika, siswa bisa
menyelesaikan pertanyaan dengan berbagai rumus yang ada. Siswa di kelas
mengerjakannya menggunakan rumus pertama tetapi jawabannya salah. Kemudian
mereka mencoba rumus kedua, namun jawabannya masih tetap salah. Lalu mereka
tetap mencoba rumus lain sampai jawabannya ditemukan. Setelah menemukan rumus
yang sesuai, maka mereka juga menggunakan rumus tersebut untuk soal soal
berikutnya.

- Maya mencoba untuk membuat bolu kukus saat sedang libur kuliah dan setelah
matang kue nya tidak mengembang alias bantat. Kemudian Maya berfikir dan
bertanya kepada ibunya, dan ternyata Maya kurang lama mengocok telurnya,
keesokan harinya Maya mencoba kembali dan lebih lama mengocok telurnya dan saat
matang Maya lihat kue nya berhasil mengembang dengan sempurna. Maka dari sini
Maya mengalami kegagalan terlebih dahulu, namun Maya belajar dari kesalahan
tersebut dan mencoba memperbaikinya.

Jadi intinya dari kedua contoh di atas, usaha atau percobaan yang dilakukan akan
berhenti ketika kita telah menemukan solusi yang tepat untuk masalah kita.

2. Belajar adalah Inkremental (Bukan Insightful)


Ketika melakukan proses pembelajaran kita menggunakan step-step yang
sistematis, dengan kata lain satu persatu atau bertahap. Karena ketika diberikan
proses pembelajaran yang sistematis, maka pengetahuan yang kita dapatkan
cenderung bersifat relatif stabil. Namun jika pembelajaran dilakukan secara melompat
atau tidak sistematis, maka pengetahuan yang kita dapatkan cenderung bersifat tidak
stabil.

Seperti pengamatan yang dilakukan Thorndike pada hewan untuk melepaskan


diri. Ketika hewan tersebut diberikan pengertian yang bertahap, maka cara hewan ini
menyelesaikan masalah(melepaskan diri) akan cenderung stabil dan waktu yang
digunakan cenderung cepat serta kesempatan melepaskan diri nya lebih tinggi.
Namun ketika hewan diberikan pengertian yang langsung mendalam, maka cara
hewan ini dalam menyelesaikan masalah (melepaskan diri) akan cenderung kurang
stabil, memakan waktu yang lama, dan juga kesempatan untuk melepaskan dirinya
lebih rendah.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika seorang mahasiswa psikologi


ingin menjadi psikolog. Ketika menempuh pendidikan S1 maka dia harus mulai
mempelajari mata kuliah dari dasar seperti psikologi dasar, pengantar statistik,
pengantar filsafat hingga nanti mempelajari psikologi kepribadian, metode kuantitatif
dan sebagainya. Semakin tinggi semesternya akan mempelajari mata kuliah yang
semakin kompleks. Kemudian setelah lulus jenjang S1, maka dia harus melanjutkan
pendidikan ke jenjang S2 sampai dengan lulus dan menajadi Psikolog

3. Belajar Tidak Dimediasi oleh Ide


Berdasarkan eksperimen dan risetnya, Thorndike memberikan kesimpulan bahwa
belajar tidak mediasi oleh penalaran atau bisa dikatakan belajar memiliki sifat
langsung atau direct. Berdasarkan eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap
kucing, dilihat bahwa kucing tidak memikirkan atau melihat situasi dan kondisi.
Kucing cenderung langsung melakukan aktivitasnya berdasarkan pengalamannya
(dalam hal ini pengalaman ketika terkurung dengan rasa lapar dan makanannya
berada di luar kerangkeng). Jadi Thorndike mengikuti prinsip Parsimoni 2 yang
menolak adanya nalar. Thorndike lebih mendukung adanya trial and error atau
selecting and connecting dalam belajar. Adanya penentangan mengenai nalar dalam
proses belajar ini menjadi cikal bakal terbentuknya behaviouristic di Amerika Serikat.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika kita berada dalam situasi yang
terdesak. Kita akan cenderung belajar dari pengalaman dan tidak terlalu melihat
situasi. Kita akan cenderung langsung mengambil tindakan untuk membebaskan kita
dari situasi mendesak tersebut.

4. Semua Mamalia Belajar dengan Cara yang Sama


Menurut Thorndike, semua mamalia termasuk manusia belajar dengan cara yang
sama. Tidak perlu ada proses khusus yang dipostulatkan untuk menjelaskan proses
belajar manusia. Proses belajar manusia memang lebih kompleks, namun tidak peduli
seberapa pun kompleksnya, terdapat fakta-fakta yang bisa menjelaskan proses belajar
seperti koneksi, aktivitas kecil-kecilan, potensi untuk menentukan respon, respon
berdasarkan analogi, dan ikatan pengalihan.

2
Penyederhanaan terhadap hal hal yang dianggap rumit

Anda mungkin juga menyukai