Anda di halaman 1dari 26

TUGAS OBSTETRI

(Komplikasi Dan Penyulit Anemia Pada Masa Kehamilan)


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah obstetri yang diampu oleh
Ni Made Dwi Purnamayanti., S.Si.T.,M.Keb

OLEH :
KADEK AYU TRISNAYANTI
NIM. P07124219018

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
PRODI SARJANA TERAPAN
JURUSAN KEBIDANAN
DENPASAR
2020

0
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nya makalah laporan dengan judul
“Komplikasi Dan Penyulit Anemia Pada Masa Kehamilan” ini dapat diselesaikan
dengan baik dan sesuai waktu yang telah direncanakan. Penyusunan laporan ini
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah obstetri. Laporan ini juga
merupakan tugas yang dapat dimanfaatkan untuk menambah ilmu pengetahuan dan
juga bisa dijadikan motivasi untuk lebih menambah pengetahuan tentang anemia.
Saya menyadari bahwa tugas ini dapat terwujud berkat bantuan dari berbagai pihak
yang telah membantu terhadap pembuatan makalah laporan ini.
Penyusunan laporan ini masih jauh untuk dikatakan sempurna dan masih banyak
memiliki kekurangan, oleh sebab itu saran dan masukan yang positif sangat saya
harapkan demi perbaikan makalah laporan ini kedepannya. Mudah-mudahan makalah
laporan praktikum ini bisa memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Badung, 11 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................................2
D. Manfaat................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................4
A. Anemia.................................................................................................................4
1. Defini Anemia................................................................................................4
2. Jenis-Jenis Anemia.........................................................................................4
3. Penyebab Umum Anemia..............................................................................5
4. Tanda Dan Gejala Anemia.............................................................................5
5. Pengobatan Anemia.......................................................................................6
6. Pencegahan Anemia.......................................................................................6
B. Anemia Pada Kehamilan......................................................................................6
1. Definisi Anemia Pada Kehamilan..................................................................6
2. Klasifikasi Anemia Pada Kehamilan.............................................................7
3. Manifestasi Klinis Anemia Pada Kehamilam................................................7
4. Etiologi Anemia.............................................................................................8
5. Faktor Predisposisi Anemia...........................................................................9
6. Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan..........................................................13
7. Komplikasi Anemia Pada Kehamilan............................................................14
8. Diagnosis Anemia Pada Kehamilan...............................................................15
9. Penatalaksanaan Medis Pada Anemia............................................................16

ii
BAB III PENUTUP..................................................................................................18
A. Simpulan..............................................................................................................18
B. Saran.....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana terjadinya pertemuan atau
fertilisasi antara spermatozoa dan sel telur atau ovum dan dilanjutkan dengan
terjadinya peristiwa masuknya hasil konsepsi ke dalam endometrium yang
disebut dengan nidasi atau implantasi (International Federation of Gynecology
and Obstetrics, 2015). Pada masa kehamilan ibu memiliki berbagai faktor
risiko terutama risiko mengalami kematian. Penyebab utama terjadi
perdarahan pada kehamilan adalah anemia yang terjadi selama kehamilan serta
kekurangan energi kronik. Anemia yang terjadi selama masa kehamilan
disebabkan oleh berbagai faktor seperti kondisi yang menyebabkan penurunan
konsentrasi hemoglobin dalam darah seperti malaria dan HIV, infeksi parasit
serta kekurangan mikronutrien dan penyebab utamanya adalah kekurangan zat
besi selama kehamilan.
Masalah yang sedang dihadapi oleh pemerintah Indonesia salah satunya
adalah tingginya angka ibu hamil yang menderita anemia. Menurut WHO
(2011) prevalensi anemia kehamilan secara global mencapai angka 38,8% atau
sekitar 32 juta wanita hamil mengalami anemia, sementara itu prevalensi
anemia selama kehamilan di Asia Tenggara mencapai 48,2% dan prevalensi
anemia di Indonesia pada tahun 2013 sampai tahun 2018 mengalami
peningkatan. Dimana prevalensi anemia kehamilan di Indonesia pada tahun
2013 yaitu sebesar 37,1% dan meningkat menjadi 48,9% pada tahun 2018 dan
terus meningkat hingga kini. Prevalensi anemia selama kehamilan di Provinsi
Bali yaitu sebesar 9,24% atau sekitar 1130 kasus (Badan Pusat Statistik).
Penyebab terbesar prevalensi kejadian anemia kehamilan di Indonesia adalah
karena defisiensi zat besi. Menurut data Riset Kesehatan Dasar, pemerintah
telah melakukan usaha-usaha untuk mengurangi prevalensi anemia dengan
cara memberikan 90 tablet Fe selama masa kehamilan. Menurut data Riset
Kesehatan Dasar pada tahun 2018 jumlah ibu hamil yang memperoleh tablet
Fe adalah sebesar 73,2% dan sisanya tidak memperoleh tablet Fe
(Kementerian Kesehatan RI, 2018). Namun usaha ini belum dapat menekan

1
angka kejadian anemia selama kehamilan karena kurangnya pengetahuan dan
pemahaman ibu tentang konsumsi tablet Fe dan pentingnya nutrisi selama
kehamilan yang terus menyebabkan terjadinya anemia pada ibu hamil. Maka
dari itu, dengan adanya kesiapan peningkatan pengetahuan yaitu suatu kondisi
perkembangan informasi kognitif yang berhubungan dengan suatu topik yang
spesifik sehingga cukup untuk memenuhi tujuan kesehatan dan dapat
ditingkatkan. Hal ini merupakan suatu keadaan yang bisa diatasi dengan
memberikan pendidikan kesehatan tentang anemia selama kehamilan kepada
ibu hamil. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka saya sebagai penulis
tertarik untuk membuat suatu makalah mengenai “Komplikasi Dan Penyulit
Anemia Pada Masa Kehamilan”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anemia?
2. Apa saja jenis-jenis anemia?
3. Apa penyebab umum terjadinya anemia?
4. Bagaimana tanda dan gejala pada anemia?
5. Bagaimana pengobatan pada anemia?
6. Bagaimana pencegahan pada anemia?
7. Apa yang dimaksud dengan anemia pada kehamilan?
8. Apa saja klasifikasi anemia pada kehamilan?
9. Bagaimana manifestasi klinis anemia pada kehamilam?
10. Apa saja etiologi pada anemia?
11. Apa saja faktor predisposisi anemia?
12. Bagaimana patofisiologi anemia pada kehamilan?
13. Bagaimana komplikasi anemia pada kehamilan?
14. Bagaimana diagnosis anemia pada kehamilan?
15. Bagaimana penatalaksanaan medis pada anemia?
C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan pengertian anemia secara umum dengan anemia
pada kehamilan.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis serta klasifikasi pada anemia.

2
3. Untuk mengidentifikasi tanda dan gejala anemia serta manifestasi klinis
anemia pada kehamilan.
4. Untuk mengidentifikasi etiologi pada anemia.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor predisposisi pada anemia.
6. Untuk mengetahui patofisiologi anemia pada kehamilan.
7. Untuk mengetahui komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi akibat
anemia pada kehamilan.
8. Untuk mengindentifikasi diagnosis anemia pada kehamilan.
9. Untuk mengetahui pengobatan, pencegahan dan penatalaksaan pada
anemia.
D. Manfaat
1. Manfaat Praktis
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
sumbangan pemikiran bagi semua pihak dalam menerapkan serta
memberikan informasi mengenai kadar hemoglobin. Selain itu bagi ibu
hamil juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran ibu hamil akan
pentingnya menjaga pola makan dan juga dijadikan informasi tentang
hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
2. Manfaat Teoritis
Hasil laporan makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan
dan sumbangan pemikiran bagi masyarakat pada umumnya mengenai
anemia. Selain itu, laporan makalah ini dapat dijadikan sebagai tambahan
referensi tentang anemia pada ibu hamil berdasarkan tingkat pengetahuan
tentang anemia, sikap dan perilaku pencegahan tentang anemia serta
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan metodelogi penelitian.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anemia
1. Definisi Anemia
Anemia adalah gejala kekurangan (defisiensi) sel darah merah
karena kadar hemoglobin yang rendah. Anemia adalah penurunan
kapasitas darah dalam membawa oksigen, hal tersebut terjadi akibat
penurunan sel produksi sel darah merah (SDMA) dan penurunan
hemoglobin (Hb) dalam darah. Anemia merupakan salah satu kelainan
darah yang umum terjadi ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam
tubuh terjadi terlalu rendah. Anemia merupakan suatu keadaan adanya
penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah
nilai normal. Anemia merupakan defisiensi sel darah merah dapat
diakibatkan oleh hemodialisa atau produksi yang lambat atau tidak
sempurna. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah
merah atau hemoglobin kurang kurang dari normal. Kadar hemoglobin
normal umumnya beda pada laki-laki dan perempuan. Dari beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa anemia merupakan penurunan
kadar hemoglobin dalam darah yang diakibatkan oleh hemodialisa atau
produksi yang lambat atau tidak sempurna. (Vanessa, N.N., Irianton, A.
and Rina, O., 2019)
2. Jenis – Jenis Anemia
Secara umum, ada tiga jenis utama anemia, diklasifikasikan
menurut sel ukuran darah merah yaitu (Vanessa, N.N., Irianton, A. and
Rina, O., 2019):
a. Jika sel darah merah lebih kecil dari biasanya ini disebut mikrositik,
penyebab utama dari jenis ini defisiensi besi (anemia) dan thalasemia
(kelainan bawaan hemoglobin).
b. Jika ukuran sel darah merah normal dalam ukuran (tetapi rendah
dalam jumlah)ini disebut anemia normositik, seperti anemia yang
berhubungan dengan penyakit ginjal.
c. Jika sel darah merah lebih besar dari normal, maka disebut anemia

4
makrositik, seperti anemia yang berhubungan dengan alkoholisme.
3. Penyebab Umum Anemia
a. Anemia dari perdarahan aktif
Kehilangan darah bisa terjadi karena perdarahan, menstruasi berat,
atau luka sehingga dapat menyebabkan anemia.
b. Anemia penyakit kronis
Setiap kondisi medis jangka panjang dapat menyebabkan anemia.
Mekanisme yang tepat dalam proses ini tidak diketahui tetapi setiap
berlangsung lama dan kondisi medis yang berkelanjutan seperti
infeksi kronis atau kanker dapat menyebabkan anemia.
c. Anemia yang berhubungan dengan penyakit ginjal
Ginjal mengeluarkan hormon yang disebut eritropoietin yang
membantu sum-sum tulang untuk membuat sel darah merah.
d. Anemia yang berkaitan dengan gizi buruk
Kekurangan dalam gizi buruk dapat menyebabkan anemia karena
kekurangan produksi sel darah merah. Asupan makanan yang buruk
merupakan penyebab penting rendahnya kadar asam folat dan
vitamin B12. (Deprika, C.E. and Utami, F.S., 2017)
4. Tanda Dan Gejala Anemia
a. Anemia Ringan
Biasanya anemia ringan tidak menimbulkan tanda dan gejala apapun,
jika anemia secara perlahan terus menerus (kronis), tubuh dapat
beradaptasi dan mengimbangi perubahan, dalam hal ini mungkin
tidak ada gejala apapun sampai anemia menjadi berat.
b. Anemia Sedang
Karena jumlah sel darah merah yang rendah menyebabkan
berkurangnya pengiriman oksigen kesetiap jaringan dalam tubuh,
anemia dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala. Gejala
anemia yaitu kelelahan, penurunan energi, kelemahan, sesak nafas,
ringan, tampak pucat.
c. Anemia Berat
Beberapa tanda yang yang mungkin menujukan anemia berat pada

5
seseorang, seperti perubahan warna tinja, denyut jantung cepat,
tekanan darah rendah, frekuensi nafas cepat, pucat atau kulit dingin,
pusing, sakit kepala, dan nyeri dada. (Deprika, C.E. and Utami,
F.S., 2017)
5. Pengobatan Anemia
Pengobatan harus ditunjukan pada penyebab anemia dan mungkin
termasuk (Mustika, D. N., & Puspitaningrum, D. 2017) :
a. Tranfusi darah
b. Kartikosteroid atau obat-obatan lainnya yang menekan sistem
kekebalan tubuh.
c. Suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau vitamin dan mineral
lainnya.
6. Pencegahan Anemia
Beberapa bentuk umum dari anemia yang paling mudah dicegah
dengan makan-makanan yang sehat dan membatasi penggunaan alkohol.
Semua jenis anemia sebaiknya dihindari dengan memeriksakan diri ke
dokter secara teratur. (Mustika, D. N., & Puspitaningrum, D. 2017)
B. Anemia Pada Kehamilan
1. Definisi Anemia Pada Kehamilan
Anemia didefinisikan sebagai keadaan dimana konsentrasi hemoglobin
dalam darah berada dibawah nilai normal, dengan memperhitungkan usia,
jenis kelamin, kehamilan, dan faktor lingkungan tertentu, termasuk gaya
hidup. Nilai normal hemoglobin dalam darah untuk pria dan wanita tidak
hamil masing-masing adalah 13-17 g/dl dan 12-15 g/dl.12 Ibu hamil yang
dikatakan anemia telah dijelaskan oleh Badan Kesehatan Dunia atau World
Health Organisation (WHO) sebagai suatu kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin (Hb) kurang dari 11,0 g/dl dan kadar hematokrit kurang dari
33%. Secara lebih rinci, CDC membuat nilai batas khusus kadar
hemoglobin untuk menentukan keadaan anemia ibu hamil berdasarkan
trimester kehamilannya, yaitu kurang dari 11,0 g/dl pada kehamilan
trimester pertama dan ketiga, serta kurang dari 10,5 g/dl pada kehamilan
trimester kedua. (Parulian, I. 2018)

6
Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa anemia adalah
penurunan jumlah kadar hemoglobin didalam darah kurang dari 10 gr% dan
penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen. Pembagian anemia
adalah sebagai berikut (Parulian, I. 2018) :
a. Hb 11 gr/dl : Normal
b. Hb 9 – 10 gr/dl : Anemia ringan
c. Hb 7 – 8 gr/dl : Anemia sedang
d. Hb < 7 gr/dl : Anemia berat
2. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan
a. Anemia defisiensi besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia
akibat kekurangan zat besi, kekurangan ini dapat disebabkan karena
kurang masuknya unsur besi dengan makanan karena gangguan
resorpsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi
keluar dari badan, misalnya pada perdarahan.
b. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena
defisiensi asam folik (pteroyglutamic acid), jarang sekali karena
defisisensi vitamin B12.
c. Anemia hypoblastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang
kurang mampu membuat sel-sel darah baru, dinamakan anemia
hipoblastik dalam kehamilan.
d. Anemia hemolitik
Disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung Iebih
cepat dari pembuatannya, wanita dengan anemia hemolitik sukar
menjadi hamil, apabila ia hamil, maka anemia biasanya menjadi Iebih
berat.
3. Manifestasi Klinis Anemia Pada Kehamilan
a. Gejala
Pada anemia ringan dan sedang, tidak ada gejala klinis yang muncul.
Pasien akan mengeluh merasa lemah, letih dan lesu, gangguan

7
pencernaan dan gangguan perhatian. Palpitasi, dispneu, pusing, edema
dan kadang gagal jantung kongestif dapat terjadi pada kasus anemia
berat. (Aminin, F., Wulandari, A. and Lestari, R.P., 2016)
b. Tanda
Seperti halnya gejala, tanda anemia yang tampak tidak spesifik.
Penampakan pucat, glossitis dan stomatitis. Pada pasien bisa terjadi
edema karena hipoproteinemia. Suara murmur sistolik dapat terdengar
pelan di area mitral karena sirkulasi yang hiperdinamk. (Aminin, F.,
Wulandari, A. and Lestari, R.P., 2016)
4. Etiologi Anemia
a. Perdarahan aktif
Kehilangan darah bisa terjadi karena perdarahan, menstruasi
berat, atau luka sehingga dapat menyebabkan anemia. Jika perdarahan
berlebihan atau terjadi selama periode waktu tertentu (kronis), tubuh
tidak akan mencukupi kebutuhan zat besi atau cukup disimpan untuk
menghasilkan hemoglobin yang cukup atau sel darah merah untuk
menggantikan apa yang hilang. (Aminin, F., Wulandari, A. and
Lestari, R.P., 2016)
b. Kurangnya asupan makanan
Kurangnya zat besi mungkin terjadi karena tidak atau kurang
mengkonsumsi zat besi. wanita hamil tubuh membutuhkan lebih
banyak zat besi. Perempuan hamil dan menyusui sering terjadi
kekurangan ini karena bayi memerlukan sejumlah besar besi untuk
pertumbuhan. (Aminin, F., Wulandari, A. and Lestari, R.P., 2016)
c. Gangguan penyerapan
Kondisi tertentu mempengaruhi penyerapan zat besi dari
makanan pada saluran gastrointestinal (GI) dan dari waktu kewaktu
dapat mengakibatkan anemia. (Aminin, F., Wulandari, A. and Lestari,
R.P., 2016)
d. Penyakit kronis
Setiap kondisi medis jangka panjang dapat menyebabkan
anemia. Mekanisme yang tepat dalam proses ini tidak diketahui tetapi

8
setiap berlangsung lama dan kondisi medis yang berkelanjutan seperti
infeksi kronis atau kanker dapat menyebabkan anemia. (Aminin, F.,
Wulandari, A. and Lestari, R.P., 2016)
e. Penyakit ginjal kronis
Pada orang dengan penyakit ginjal kronis (jangka panjang)
produksi hormon ini berkurang dan ini pada gilirannya mengurangi
produksi sel darah merah yang menyebabkan anemia. (Aminin, F.,
Wulandari, A. and Lestari, R.P., 2016)
f. Gizi buruk
Kekurangan dalam gizi buruk dapat menyebabkan anemia
karena kekurangan produksi sel darah merah. Asupan makanan yang
buruk merupakan penyebab penting rendahnya kadar asam folat dan
vitamin B12. (Aminin, F., Wulandari, A. and Lestari, R.P., 2016)
5. Faktor Predisposisi Anemia
a. Lingkungan
Didaerah pedesaan banyak dijumpai ibu hamil dengan
malnutrisi atau kekurangan gizi, hal ini merupakan penyebab dari
anemia pada ibu hamil. Lingkungan yang terbaik yang memungkinkan
untuk kehamilan adalah lingkungan tempat ibu menjalankan beragam
diet yang sehat memiliki simpanan nutrisi yang adekuat, yang akan
mengoptimalkan kesehatan maternal dan janin. (Aminin, F.,
Wulandari, A. and Lestari, R.P., 2016)
b. Sosial ekonomi
Ibu yang memiliki pendapatan rendah mungkin tidak
mendapatkan kalori yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi
saat hamil dan akibatnya asupan micronutrien juga tidak cukup.
(Aminin, F., Wulandari, A. and Lestari, R.P., 2016)
c. Umur
Umur merupakan faktor resiko terjadinya pada ibu hamil, umur
seorang ibu berkaitan dengan alat-alat reproduksi wanita. Umur
reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 25-30 tahun. Kehamilan
diusia <20 tahun dan > 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena

9
pada kehamilan usia kurang dari 20 tahun secara biologis belum
optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga
mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya
perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama
kehamilannya, sedangkan pada usia >35 tahun terkait dengan
kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit
yang sering menimpa diusia ini. (Aminin, F., Wulandari, A. and
Lestari, R.P., 2016)
d. Pendidikan
Selain sebagai tambahan identitas, informasi tentang
pendidikan. Tingkat pendidikan orang tua juga dapat berpengaruh
dalam tindakan kebidanan, misalnya: pemberian pendidikan kesehatan
atau konseling yang berdasarkan tingkat pendidikan pasien. (Aminin,
F., Wulandari, A. and Lestari, R.P., 2016)
e. Alamat
Alamat diperlukan karena untuk mempermudah saat dilakukan
kunjungan rumah. Selain itu wanita yang tinggal di daerah
pertambangan atau beriklim hangat banyak terdapat cacing tambang
yang dapat merusak vili yang menyebabkan kehilangan darah.
(Aminin, F., Wulandari, A. and Lestari, R.P., 2016)
f. Paritas
Jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik baik
lahir hidup maupun mati. Seorang ibu yang sering melahirkan
mempunyai resiko mengalami anemia kehamilan berikutnya apabila
tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Karena selama hamil zat- zat
besiakan terbagi untuk ibu dan janin yang dikandungnya. (Aminin, F.,
Wulandari, A. and Lestari, R.P., 2016)
g. Penyakit jantung
Kehamilan yang disertai penyakit jantung selalu
mempengaruhi kehamilannya yang memberatkan penyakit jantung.
Penyakit jantung pada kehamilan dapat menyebabkan terjadinya
anemia karena dengan peningkatan volume sel darah merah sehingga

10
mengakibatkan terjadinya anemia. (Aminin, F., Wulandari, A. and
Lestari, R.P., 2016)
h. Terlalu sering melahirkan
Semakin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan
melahirkan akan semakin banyak kehilangan zat besi dan menjadi
anemis. Jika cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan
menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia
pada kehamilan berikutnya. (Aminin, F., Wulandari, A. and Lestari,
R.P., 2016)
i. Infeksi kolera pada kehamilan
Muntah dan diare yang berlebihan apalagi tidak terkendali
dapat membahayakan hidup ibu dan janin karena kekurangan cairan
tubuh yang fungsional. Dengan demikian muntah dan diareyang terjadi
pada kehamilan memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif
melalui pemberian cairan pengganti, selain itu muntah dan diare dapat
menghambat asupan zat besi bagi ibu hamil sehingga dapat
mengakibatkan anemia. (Aminin, F., Wulandari, A. and Lestari, R.P.,
2016)
j. Penyakit ginjal
Pada orang dengan penyakit ginjal kronis (jangka panjang)
produksi hormon ini berkurang dan ini pada gilirannya mengurangi
produksi sel darah merah yang menyebabkan anemia. Hal ini disebut
anemia berkaitan dengan penyakit ginjal kronis. (Aminin, F.,
Wulandari, A. and Lestari, R.P., 2016)
k. Infeksi malaria pada kehamilan
Malaria merupakan infeksi yang masih terdapat di daerah
pedesaan dan merupakan penyakit rakyat. Seperti diketahui serangan
malaria terjadi secara teratur dengan jadwal waktu tertentu. Bentuk
serangannya berupa demam tinggi yang dapat disertai menggigil.
Disamping itu penghancuran sel darah merah menyebabkan anemia
sehingga menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim. (Aminin, F., Wulandari, A. and Lestari, R.P., 2016)

11
l. Hiperemesis gravidarum
Ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum mengalami mual,
muntah yang berlebihan, nafsu makan buruk dan asupan nutrisi
berkurang dan dehidrasi, selain itu menyebabkan karbohidrat habis
dipakai untuk keperluan energi, sehingga hal itu dapat menyebabkan
terjadinya anemia. (Aminin, F., Wulandari, A. and Lestari, R.P., 2016)
m. Perdarahan aktif
Kehilangan darah bisa terjadi karena perdarahan,
menstruasi berat, atau luka sehingga dapat menyebabkan anemia.
Perdarahan berlebihan atau terjadi selama periode waktu tertentu
(kronis), tubuh tidak akan mencukupi kebutuhan zat besi atau cukup
disimpan untuk menghasilkan hemoglobin yang cukup atau sel darah
merah untuk menggantikan apa yang hilang. (Aminin, F., Wulandari,
A. and Lestari, R.P., 2016)
n. Kurang gizi
Kebanyakan dari anemia yang diderita masyarakat adalah
karena kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui pemberian zat
besi secara teratur dan peningkatan gizi. Selain itu didaerah pedesaan
banyak dijumpai ibu hamil dengan malnutrisi atau kekurangan gizi
yang dapat menimbulkan terjadinya anemia. (Aminin, F., Wulandari,
A. and Lestari, R.P., 2016)
o. Infeksi penyakit malaria pada kehamilan
Malaria merupakan infeksi yang masih terdapat di daerah
pedesaan dan merupakan penyakit rakyat. Seperti diketahui serangan
malaria terjadi secara teratur dengan jadwal waktu tertentu. Bentuk
serangannya berupa demam tinggi yang dapat disertai menggigil.
Disamping itu penghancuran sel darah merah menyebabkan anemia
sehingga menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim. (Aminin, F., Wulandari, A. and Lestari, R.P., 2016)
p. Penyakit ginjal kronis
Pada orang dengan penyakit ginjal kronis (jangka panjang)
produksi hormon ini berkurang dan ini pada gilirannya mengurangi

12
produksi sel darah merah yang menyebabkan anemia. Hal ini disebut
anemia berkaitan dengan penyakit ginjal kronis. (Aminin, F.,
Wulandari, A. and Lestari, R.P., 2016)
q. Infeksi cacing tambang
Infeksi cacing tambang dapat menyebabkan defisiensi besi
atau anemia defisiensi besi. Cacing tambang merusak vili,
menyebabkan kehilangan darah, dan menghasilkan koagulen yang
dapat meningkatkan perdarahan berkelanjutan. (Aminin, F.,
Wulandari, A. and Lestari, R.P., 2016)
r. Kehilangan darah yang berlebihan atau berkepanjangan.
Malnutrisi yang sering dan berkepanjangan atau perdarahan
akibat hemoroid dapat menyebabkan ibu memiliki kadar hemoglobin
yang kurang dari normal dan ketidakadekuatan simpan nutrisi sebelum
kehamilan. (Aminin, F., Wulandari, A. and Lestari, R.P., 2016)
s. Malabsorpsi
Malabsorpsi zat besi dapat terjadi karena penggunaan alkalis
untuk mengatasi nyeri ulu hati kurangnya asupan vitamin C dalam
jangka waktu lama akan mencegah absorpsi diet zat besi secara efisien,
atau muntah yang parah dan diare dapat mencegah absorpsi yang
adekuat. (Aminin, F., Wulandari, A. and Lestari, R.P., 2016)
6. Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan
Perubahan hermatologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh
karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan
pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada
trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan
meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang atern serta kembali
normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume
plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan sekresi
aldesteron (Rukiah, 2010). Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat
besi meningkat sekitar 800-1000 mg untuk mencukupi kebutuhan seperti
terjadi peningkatan sel darah merah membutuhkan 300-400 mg zat besi
dan mencapai puncak pada usia kehamilan 32 minggu, janin

13
membutuhkan zat besi sekitar 100-200 mg dan sekitar 190 mg terbuang
selama melahirkan. Dengan demikian jika cadangan zat besi sebelum
kehamilan berkurang maka pada saat hamil pasien dengan mudah
mengalami kekurangan zat besi. Gangguan pencernaan dan absorbs zat
besi bisa menyebabkan seseorang mengalami anemia defisiensi besi.
Walaupun cadangan zat besi didalam tubuh mencukupi dan asupan nutrisi
dan zat besi yang adikuat tetapi bila pasien mengalami gangguan
pencernaan maka zat besi tersebut tidak bisa diabsorbsi dan dipergunakan
oleh tubuh. (Parulian, I. 2018)
Anemia defisiensi besi merupakan manifestasi dari gangguan
keseimbangan zat besi yang negatif, jumlah zat besi yang diabsorbsi tidak
mencukupi kebutuhan tubuh. Pertama-tama untuk mengatasi
keseimbangan yang negatif ini tubuh menggunakan cadangan besi dalam
jaringan cadangan. Pada saat cadangan besi itu habis barulah terlihat tanda
dan gejala anemia defisiensi besi. Berkembangnya anemia dapat melalui
empat tingkatan yang masing-masing berkaitan dengan ketidaknormalan
indikator hematologis tertentu. Tingkatan pertama disebut dengan kurang
besi laten yaitu suatu keadaan dimana banyaknya cadangan besi yang
berkurang dibawah normal namun besi didalam sel darah merah dari
jaringan tetap masih normal. Tingkatan kedua disebut anemia kurang besi
dini yaitu penurunan besi cadangan terus berlangsung sampai atau hampir
habis tetapi besi didalam sel darah merah dan jaringan belum berkurang.
Tingkatan ketiga disebut dengan anemia kurang besi lanjut yaitu besi
didalam sel darah merah sudah mengalami penurunan namun besi dan
jaringan belum berkurang. Tingkatan keempat disebut dengan kurang besi
dalam jaringan yaitu besi dalam jaringan sudah berkurang atau tidak ada
sama sekali. (Parulian, I. 2018)
7. Komplikasi Anemia Pada Kehamilan
a. Pengaruh anemia terhadap kehamilan persalinan dan nifas
1) Keguguran
2) Partus prematurus
3) Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah

14
4) Atonia uteri dan menyebabkan perdarahan
5) Syok
6) Afibrinogemia dan hipofribinogemia
7) Infeksi intrapartum dan nifas
8) Bila terjadi anemia gravis terjadi payah jantung. (Parulian, I. 2018)
b. Pengaruh anemia terhadap hasil konsepsi
1) Abortus
2) IUFD
3) Stillbirth (kematian janin waktu lahir)
4) Kematian perinatal tinggi
5) Prematuritas
6) Dapat terjadi cacat bawaan
7) Cadangan besi kurang. (Parulian, I. 2018)
8. Diagnosis Anemia Pada Kehamilan
a. Pemeriksaan Fisik
Manifestasi klinis dari anemia pada kehamilan yang disebabkan
karena kekurangan zat besi sangat bervariasi walaupun tanpa gejala,
anemia dapat menyebabkan tanda gejala seperti letih, sering
mengantuk, malaise, pusing, lemah, nyeri kepala, luka pada lidah,
kulit pucat, konjungtiva, bantalan kuku pucat, tidak ada nafsu makan,
mual dan muntah (Varney, 2006). Menentukan seseorang mengalami
anemia melalui pemeriksaan fisik sangatlah sulit karena banyak
pasien yang asintomatis. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk memastikan anemia pasti. (Amalia, A., &
Tjiptaningrum, A. 2016)

b. Pemeriksaan Laboratorium

(Hb) Hemoglobin adalah parameter yang dingunakan secara luas


untuk menetapkan prevalensi anemia. Keuntungan metode
pemeriksaan Hb adalah mudah, sederhana dan penting bila
kekurangan besi tinggi, seperti pada kehamilan sedangkan
keterbatasan pemeriksaan Hb adalah spesifitasnya kurang yaitu
sekitar 65- 99% dan sensifitasnya 80-90% (Riswan, 2003). Anemia

15
pada ibu hamil berdasarkan pemeriksaan dan pengawasan Hb dengan
Sahli dapat digolongkan berdasarkan berat ringannya terbagi
menjadi : anemia berat jika Hb 7gr %, anemia sedang jika kadar Hb
antara 7 sampai 8 gr % dan bila anemia ringan jika kadar Hb antara 9
sampai 10 gr % . Metode yang paling sering digunakan di
laboratorium dan paling sederhana adalah metode Sahli dan sampai
saat ini baik di Puskesmas maupun di beberapa Rumah sakit. Pada
metode sahli, hemoglobin dihidrolisis dibentuk dengan HCL menjadi
forroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi
ferriheme yang segera bereaksi dengan ion CL membentuk
Ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang
berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan
warna standard, karena membandingkan pengamatan dengan mata
secara langsung tanpa menggunakan alat, maka subjektivitas hasil
pemeriksaan sangat berpengaruh hasil pembacaan Pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli.
Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat digolongkan sebagai
berikut (Amalia, A., & Tjiptaningrum, A. 2016) :
1) Hb 11 gr/dl : Normal
2) Hb 9 – 10 gr/dl : Anemia ringan
3) Hb 7 – 8 gr/dl : Anemia sedang
4) Hb < 7 gr/dl : Anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan,
yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa
sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan
pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan. (Lestari,
I.P., Lipoeto, N.I. and Almurdi, A., 2018)
9. Penatalaksanaan Medis Pada Anemia
a. Anemia ringan
1) Pada kehamilan dengan kadar Hb 9-10 gr/dl masih dianggap
ringan sehingga hanya perlu diperlukan kombinasi 60mg/hari zat
besi dan 500mg asam folat peroral sekali sehari.

16
2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan yang baik
dikonsumsi selama hamil, misalnya : daging, sayuran hijau
seperti bayam, daun singkong, kangkung, kacang- kacangan, dan
buah-buahan. (Amalia, A., & Tjiptaningrum, A. 2016)
b. Anemia sedang

1) Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi seros 600- 1000


mg/hari seperti sulfat ferosus atau glukosa ferosus.
2) Meningkatkan konsumsi tablet besi secara rutin dan
mengkonsumsi makanan yang bergizi serta banyak mengandung
zat besi.
3) Memberikan tablet tambah darah sehari 1 tablet/90 tablet selama
hamil. (Amalia, A., & Tjiptaningrum, A. 2016)
c. Anemia berat
1) Pemberian preparat besi 60 mg dan asam folat 400 mg 6 bulan
selama hamil dilanjutkan sampai 3 bulan setelah melahirkan.
2) Meningkatkan konsumsi tablet besi secara rutin, memperbaiki
kesehatan lingkungan, mengkonsumsi makanan yang bergizi,
banyak mengandung zat besi dan lakukan transfusi darah.
(Amalia, A., & Tjiptaningrum, A. 2016)

17
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Anemia adalah gejala kekurangan (defisiensi) sel darah merah karena
kadar hemoglobin yang rendah. Nilai normal hemoglobin dalam darah untuk
pria dan wanita tidak hamil masing-masing adalah 13-17 g/dl dan 12-15
g/dl.12 Ibu hamil yang dikatakan anemia telah dijelaskan oleh Badan
Kesehatan Dunia atau World Health Organisation (WHO) sebagai suatu
kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11,0 g/dl dan kadar
hematokrit kurang dari 33%. Penyebab umum dari anemia yaitu perdarahan
hebat, berkurangnya pembentukan sel darah merah, kurangnya asupan nutrisi
dan gangguan produksi sel darah merah serta banyak faktor-faktor
predisposisi lainnya yang menyebabkan anemia. Tanda dan gejala dari
penyakit anemia pada umumnya yaitu lesu, lemah , letih, lelah, lalai, sering
mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, dan konjungtiva pucat. Gejala
lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan 
menjadi pucat, serta  nyeri tulang, pada kasus yang lebih parah, anemia
menyebabkan tachikardi, dan pingsan. Penyakit anemia dapat mengakibatkan
komplikasi yang serius, khususnya pada Ibu hamil dapat menimbulkan resiko
keguguran, partus prematurus, atonia uteri dan menyebabkan perdarahan,
syok dan lain sebagainya. Untuk mendiagnosis anemia pada kehamilan,
biasanya dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan hemoglobin. Dalam
menentukan seseorang mengalami anemia melalui pemeriksaan fisik
sangatlah sulit karena banyak pasien yang asintomatis. Oleh karena itu perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan anemia pasti.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada seseorang yang mengalami anemia
dilakukan berdasarkan tingkat anemia yang dialaminya seperti pada anemia
ringan yaitu hanya perlu diperlukan kombinasi 60mg/hari zat besi dan 500mg

18
asam folat peroral sekali sehari serta memberikan pendidikan kesehatan
tentang makanan yang baik dikonsumsi selama hamil. Pada anemia sedang
yaitu pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi seros 600- 1000
mg/hari seperti sulfat ferosus atau glukosa ferosus, meningkatkan konsumsi
tablet besi secara rutin dan mengkonsumsi makanan yang bergizi serta
banyak mengandung zat besi dan memberikan tablet tambah darah sehari 1
tablet/90 tablet selama hamil. Sedangkan pada anemia berat yaitu pemberian
preparat besi 60 mg dan asam folat 400 mg 6 bulan selama hamil dilanjutkan
sampai 3 bulan setelah melahirkan, meningkatkan konsumsi tablet besi
secara rutin, memperbaiki kesehatan lingkungan, mengkonsumsi makanan
yang bergizi, banyak mengandung zat besi dan lakukan transfusi darah. Pada
masa sekarang ini, prevelensi tingkat anemia khususnya pada ibu hamil terus
meningkat, maka dari itu perlu adanya peningkatan gerakan dari pemerintah
kepada masyarakat untuk terus mengedukasi akan bahaya anemia yang
tentunya dapat menimbulkan berbagai resiko serta komplikasi khususnya
pada Ibu hamil.
B. Saran
1. Bagi Institusi
Diharapkan laporan makalah ini dapat menambah kepustakaan dan
bahan informasi mengenai anemia pada Ibu hamil sehingga nantinya dapat
digunakan dalam menambah wawasan.
2. Bagi Pemerintah
Dalam hal ini, pemerintah Dinas kesehatan diharapkan dapat
memberikan penyuluhan mengenai anemia dan pentingnya mengonsumsi
suplemen zat besi pada Ibu hamil dan wanita usia subur yang rentan
mengalami anemia.
3. Bagi Ibu Hamil
Bagi Ibu hamil diharapkan selalu memeriksakan kehamilannya
setiap bulan untuk mengetahui kesehatan ibu serta janin yang
dikandungnya. Ibu hamil yang mengalami anemia, sebaiknya membatasi
konsumsi sumber makanan yang menghambat penyerapan zat bes serta
rutin mengonsumsi tablet penambah darah.

19
20
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. Pravelensi Anemia Pada Ibu Hamil . Sumber :


https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data/0000/data/1333/sdgs_2/1.
(Di akses pada 08 Desember 2020).

Vanessa, N.N., Irianton, A. and Rina, O., 2019. KEPATUHAN KONSUMSI TABLET


TAMBAH DARAH PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI KABUPATEN
KULON PROGO DAN BANTUL (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta).

Deprika, C.E. and Utami, F.S., 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Mantrijeron Yogyakarta.
Purwaningtyas, M. L., & Prameswari, G. N. (2017). Faktor kejadian anemia pada ibu
hamil. HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development), 1(3), 43-54.

Mustika, D. N., & Puspitaningrum, D. 2017. PEMERIKSAAN KADAR


HEMOGLOBIN DAN URINE PADA IBU HAMIL DI LABORATORIUM
KESEHATAN TERPADU UNIMUS. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL &
INTERNASIONAL (Vol. 1, No. 1).

Parulian, I. 2018. Strategi dalam Penanggulangan Pencegahan Anemia pada


Kehamilan. Jurnal Ilmiah Widya, 4(3).

Aminin, F., Wulandari, A. and Lestari, R.P., 2016. Pengaruh kekurangan energi
kronis (KEK) dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Jurnal kesehatan, 5(2).

Muaslimah, M. and Widyastuti, Y., 2019. RASIO PREVALENSI PARITAS


TERHADAP KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS
GEDONGTENGEN (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).

21
Amalia, A., & Tjiptaningrum, A. 2016. Diagnosis dan tatalaksana anemia defisiensi
besi. Jurnal Majority, 5(5), 166-169.

Lestari, I.P., Lipoeto, N.I. and Almurdi, A., 2018. Hubungan Konsumsi Zat Besi
dengan Kejadian Anemia pada Murid SMP Negeri 27 Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas, 6(3), pp.507-511.

22

Anda mungkin juga menyukai