Anda di halaman 1dari 18

KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS AGRIBISNIS

DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN PETANI

Nizwar Syafa’at, Pantjar Simatupang, Sudi Mardianto dan Tri Pranadji

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian


Jalan A. Yani No. 70 Bogor 16161

ABSTRACT

Agribusiness regional development program carried out by the government does not empower farmers.
This is due to limited community involvement in planning and implementation of the program. This paper is aimed
at contributing policy recommendations on agribusiness regional development concepts in order to improve
community involvement. One of the concepts is one village one product movement model. This model is initiated
by the local community and facilitated by the government. Three principles of this model development are
development of local specific commodity with international competitiveness, decisions and initiatives carried out
by local community, and human resource development.

Key words : regional development, agribusiness, local community, enpowerment

ABSTRAK

Program pengembangan wilayah agribisnis yang dilakukan pemerintah selama ini belum sepenuhnya
dapat membuat petani lebih berdaya. Salah satu penyebabnya adalah masih terbatasnya pelibatan masyarakat
dalam perencanaan maupun pelaksanaan program pengembangan. Tulisan ini dibuat untuk memberikan
sumbang saran terhadap konsep pengembangan wilayah agribisnis yang lebih melibatkan masyarakat (petani)
dalam pembangunan. Salah satu bentuk operasionalisasi konsep agribisnis yang dapat dikembangkan adalah
model one village one product movement. Model ini merupakan kegiatan pengembangan wilayah yang
aktivitasnya diinisiasi oleh penduduk lokal dan difasilitasi oleh pemerintah daerah. Tiga prinsip utama
pengembangan model ini adalah (1) pengembangan komoditas unggulan daerah yang mampu bersaing di pasar
internasional, (2) keputusan dan inisiatif dilakukan oleh penduduk lokal, dan (3) pengembangan sumberdaya
manusia.

Kata kunci : pengembangan wilayah, agribisnis, masyarakat lokal, pemberdayaan

perspektif perubahannya ke depan?; mengapa


PENDAHULUAN
bentuk spasial kegiatan agribisnis dipilih demi-
kian?; serta bagaimana bentuk spasial kegiat-
an agribisnis tersebut membangkitkan atau
Dalam konteks konsep teori pengem-
mendorong perekonomian suatu wilayah?.
bangan wilayah pertanian berbasis agribisnis
dapat dipandang sebagai suatu wilayah homo- Apabila ketiga pertanyaan pokok terse-
gen yang memperlihatkan satu tingkat kohe- but dapat dijawab, maka pertanyaan pokok
rensi dalam kesatuan keputusan-keputusan selanjutnya adalah siapa pelaksana (subject)
ekonomi, yang dapat dikembangkan bersama- utama pengembangan agribisnis di wilayah
sama dengan wilayah pertanian lainnya dalam tersebut dan bagaiman model kelembagaan
kawasan tersebut melalui pengembangan dan pengembangannya? Pemahaman dan
agribisnis. Dalam merencanakan pengemba- kejelasan terhadap pertanyaan-pertanyaan ter-
ngan suatu wilayah untuk kegiatan pengem- sebut sangat diperlukan mengingat pemba-
bangan agribisnis, ada tiga pertanyaan pokok ngunan dan pengembangan wilayah agribisnis
yang perlu didalami dan dianalisis lebih lanjut yang dilakukan pemerintah selama ini banyak
(Dicken dan Lloyd, 1999), yaitu: bagaimana yang tidak efektif. Proyek pengembangan
rencana bentuk spasial kegiatan agribisnis dan wilayah agribisnis selama ini terkesan hanya

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 21 No. 1, Juli 2003 : 26 - 43

26
sekedar untuk memenuhi target pelaksanaan bahan yang terjadi secara internal di wilayah
program pemerintah tanpa dilakukan pendala- homogen tersebut, misalnya adanya program
man terhadap manfaat dan kebutuhan masya- pengembangan agribisnsis akan mempenga-
rakat setempat. Dengan pemahaman yang ruhi seluruh bagian wilayah dengan cara yang
dangkal tersebut, dapat terjadi sarana dan sama. Apa yang berlaku untuk satu bagian
prasarana yang dibutuhkan masyarakat sebe- wilayah akan berlaku pula untuk bagian
narnya relatif lebih murah dan sederhana wilayah lainnya.
dibandingkan dengan yang dibangun oleh
pemerintah. Oleh karena itu, tulisan ini dibuat
untuk memberikan sumbangan pemikiran KONSEP PEMBANGUNAN
terhadap konsep pengembangan wilayah yang
lebih melibatkan masyarakat, sehingga diha-
rapkan program pembangunan pertanian yang Pembangunan secara sederhana da-
dilakukan oleh pemerintah benar-benar dapat pat ditafsirkan sebagai upaya untuk melakukan
dimanfaatkan oleh masyarakat. perubahan sosial (social change) yang dilaku-
kan secara sadar, terencana dan berkelan-
jutan dengan tujuan demi eksistensi dan pe-
KONSEP WILAYAH HOMOGEN DAN ningkatan mutu kehidupan masyarakat. Menu-
TERTINGGAL rut Winoto (1995b) secara konseptual inti dari
teori-teori pembangunan memiliki kesamaan,
yaitu memuat hal-hal sebagai berikut : (1)
Menurut Dicken dan Lloyd (1992), perubahan terencana (planned change); (2)
wilayah dalam pengertian ruang mengandung transformasi struktural (structural transfor-
makna: Pertama, bio-physical space yaitu mation); (3) otonomi (autonomy); dan (4)
tempat dimana struktur sumberdaya biofisik keberlanjutan (sustainability). Oleh karena
berada; Kedua, socioeconomic space yaitu tujuan pembangunan adalah menjaga ke-
tempat dimana interaksi aktivitas sosial langsungan eksistensi masyarakat, maka
ekonomi; dan Ketiga, policy space yaitu tujuan pembangunan itu sendiri harus memuat
tempat dimana kebijaksanaan diberlakukan 3 (tiga) hal yaitu : (1) pertumbuhan (growth);
untuk memanfaatkan sumber daya biofisik (2) keberlanjutan (sustainable) dan (3) peme-
yang sesuai dengan kondisi sosial ekonomi. Di rataan (equity). Perlu ditekankan bahwa
antara ketiga variabel tersebut, hanya variabel pembangunan (development) mempunyai
kebijaksanaan yang bersifat fleksibel dalam pengertian yang berbeda dengan pertumbuh-
arti dapat dibuat mengikuti kedua variabel an (growth). Pembangunan lebih menunjukkan
lainnya untuk mencapai tingkat interaksi yang pada peningkatan in well being, sedangkan
harmonis dari ketiga ruang (space) tersebut pertumbuhan mengacu pada perubahan
untuk membentuk suatu wilayah yang unik dan output secara fisik (Tietenberg, 1994). Tidak
berbeda dengan wilayah lainnya. mungkin kita dapat melakukan pemerataan
tanpa adanya pertumbuhan, dan tidak mung-
Penerapan kata “wilayah” dalam kon-
kin pula kita mampu mempertahankan keber-
teks pertanian menunjukkan kehomogenan
lanjutan pembangunan tanpa adanya pemera-
wilayah. Konsep wilayah homogen didasarkan
taan. Permasalahannya adalah pola pertum-
pada pendapat bahwa wilayah-wilayah geo-
buhan yang bagaimana yang dapat menjamin
grafik dapat dikaitkan bersama-sama menjadi
pemerataan dan sekaligus keberlanjutan?
suatu wilayah tunggal apabila wilayah tersebut
mempunyai ciri-ciri yang seragam. Ciri-ciri Pembangunan yang dilaksanakan se-
tersebut dapat bersifat ekonomi (struktur pro- lama PJP I telah menghasilkan perubahan
duksi maupun konsumsinya serupa); bersifat pada struktur ekonomi nasional, dimana
geografik (iklimnya serupa) bahkan juga ada peranan sektor pertanian mulai mengecil dan
yang bersifat sosial politik (Wibowo, 1993). sektor industri makin besar. Data dari World
Wilayah homogen dibatasi berdasarkan kese- Bank (1994) menunjukkan, pada tahun 1971
rupaannya secara internal, contohnya adalah pangsa sektor pertanian terhadap GDP
“batas wilayah dingin untuk menanam apel sebesar 33 persen, sedangkan tahun 1990
dengan teknologi yang serupa”. Setiap peru- menurun menjadi 19,5 persen. Sebaliknya,

KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS AGRIBISNIS DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN PETANI Nizwar Syafa’at, Pantjar
Simatupang, Sudi Mardianto dan Tri Pranadji

27
pangsa sektor industri dan jasa pada periode terbatas. Tidak mengherankan apabila pe-
tersebut mengalami peningkatan dari 35,9 ngangguran muncul pada semua tingkatan
persen menjadi 54,50 persen. pendidikan, dan penduduk miskin secara ab-
solut masih cukup besar sekitar 26 juta orang.
Ekonomi nasional selama PJP I
tumbuh sangat mengesankan, yaitu rata-rata 7 Perubahan struktur ekonomi dari sek-
persen yang diikuti dengan peningkatan tor pertanian ke sektor industri mendorong
pendapatan dari US$70 pada 1969 menjadi peningkatan permintaan lahan untuk kegiatan
US$ 920 pada 1990, kesempatan kerja seba- non pertanian. Laju permintaan lahan untuk
nyak 44,4 juta orang selama periode 1971– kegiatan nonpertanian yang meningkat dengan
1994, serta penurunan persentase penduduk cepat ditandai oleh peningkatan laju konversi
miskin dari 60 persen menjadi 41 persen lahan sawah. Laju konversi yang terjadi saat
selama periode 1970–1994. Walaupun persen- ini diperkirakan 15.000 ha per tahun, dan laju
tase penduduk miskin mengalami penurunan, konversi tersebut didorong oleh laju per-
namun secara absolut jumlah penduduk miskin tumbuhan penduduk di perkotaan Jawa yang
masih cukup tinggi yaitu sekitar 25,9 juta jiwa. meningkat dengan pesat. Pada tahun 1971,
Selain jumlah penduduk miskin yang masih jumlah penduduk perkotaan di Jawa hanya
tinggi, Indonesia juga menghadapi masalah sebesar 18 persen, pada tahun 1990
lain yaitu perubahan struktur ekonomi yang meningkat menjadi 35 persen, dan pada tahun
belum matang. 2020 diperkirakan mencapai 58 persen (World
Bank, 1994). Hasil penelitian Sumaryanto et
Perubahan struktur ekonomi nasional
al. (1995) menunjukkan bahwa sebagian besar
dari sektor pertanian ke sektor industri ternyata
petani yang menjual lahan sawahnya tetap
belum mampu mendorong perpindahan tenaga
melakukan aktivitas sebagai petani dengan
kerja dari sektor pertanian ke sektor industri,
membeli lahan pertanian yang lain. Karena
sehingga produktivitas tenaga kerja sektor
lahan di hilir terbatas dan harganya mahal,
pertanian tetap rendah. Pada tahun 1971
maka petani tersebut membeli lahan dari
pangsa sektor pertanian terhadap GDP sebe-
petani yang berada diatasnya (mengarah ke
sar 33 persen, sedangkan pada tahun 2001
hulu). Selanjutnya petani hulu yang menjual
turun menjadi 16,18 persen dan diperkirakan
lahannya akan mencari lahan baru yang lebih
tahun 2020 pangsa tersebut turun menjadi
mengarah ke hulu lagi. Dengan demikian
10,8 persen. Sementara itu tenaga kerja yang
implikasi yang dapat ditarik dari hasil penelitian
bekerja disektor pertanian selama periode
Sumaryanto tersebut adalah proses konversi
tersebut hanya mengalami penurunan sedikit
yang terjadi selama ini akan mendorong
dari 63,96 persen menjadi 43,77 persen. Di
pergerakan penduduk dalam melakukan akti-
lain pihak, pangsa sektor nonpertanian (indus-
vitas pertanian lebih ke arah hulu.
tri dan jasa) pada periode tersebut mengalami
peningkatan cukup tajam dari 35,9 persen Sebagai suatu paradigma yang se-
menjadi 56,23 persen. Pada tahun 2020 dang dalam proses pengembangan, ternyata
pangsa tersebut diperkirakan naik menjadi operasionalisasi konsep berkelanjutan banyak
72,8 persen, namun penyerapan tenaga kerja menemui hambatan. Masalah utama yang
hanya mengalami sedikit peningkatan dari dihadapi adalah penilaian (valuation) dari
43,7 persen menjadi 47,4 persen. Akibatnya sumberdaya belum diidentifikasi seluruhnya.
telah banyak tenaga kerja yang tidak tertam- Akibatnya adalah sering pemanfaatan sumber
pung di sektor industri dan pertanian mema- daya undervaluation karena dalam peman-
suki sektor nonformal. Perilaku sektor industri faatannya hanya memperhitungkan use value,
yang bersifat inelastis terhadap permintaan sedangkan value tidak diinternalisasi ke dalam
tenaga kerja tidak sesuai dengan hipotesis. pemanfaatan. Untuk lebih jelasnya mengenai
Fisher dan Clark menyatakan bahwa jika masalah tersebut dapat dilihat contoh ragam
pangsa suatu sektor GDP bertambah, maka value dari pemanfaatan sumberdaya hutan
elastisitas permintaan tenaga kerja tersebut (Gambar 1). Undervaluation dalam pemanfaat-
seharusnya bertambah dan semakin elastis. an sumberdaya menyebabkan harga yang
Kondisi yang demikian mengakibatkan ke- berlaku di pasar jauh berada di bawah the right
mampuan ekonomi nasional dalam menyerap price dari sumberdaya yang bersangkutan
angkatan kerja yang terus meningkat menjadi (Anwar, 1995b).

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 21 No. 1, Juli 2003 : 26 - 43

28
Total Economic Value

Use Values Non-Use Values

Direct Use Indirect Use


Values Values Option Existence Other non-use
Values Values Values

Output that Functional Future direct Values from


can be benefits and indirect knowledge
consumed values of continued
directly existence

 Food  Ecological  Biodiversity  Habitats


 Biomas function  Conserved  Endangered
 Recreation  Flood control habitats species
 Health  Strom protection

Decreasing “Tangibility” of value to individuals

Gambar 1. Nilai Total Ekonomi dari Suatu Sumber Daya (Hutan) (Munasinghe, 1993)

(Jhingan, 1994; Todaro, 1990; Winoto, 1995a).


Bagi penduduk yang berada di bawah
Circuler dalam kemiskinan bersifat kumulatif
garis kemiskinan, undervaluation dalam pe-
karena manfaat pembangunan secara agregat
manfaatan sumberdaya mendorong penduduk
melalui trickle down process dengan spread
memanfaatkan sumberdaya berlebihan yang
effect-nya tidak serta merta terjadi, karena ada
cenderung mengarah pada open access dan
hambatan kelembagaan dalam mendistribusi-
menimbulkan bencana kerusakan. Kalau itu
kan manfaat tersebut.
dibiarkan, maka penduduk yang miskin akan
bertambah miskin karena sumberdaya yang Penduduk miskin tidak mempunyai ke-
menjadi sumber kehidupannya mengalami lebihan hasil usaha yang cukup untuk diinves-
penurunan produktivitas. Kondisi demikian tasikan kembali pada pemeliharaan kapasitas
menyebabkan konsep pembangunan yang daya dukung sumberdaya, khususnya untuk
mengandalkan pertumbuhan semata-mata sumberdaya yang dapat diperbaharui. Kalau-
akan membuat masyarakat bertambah miskin pun mempunyai kemampuan, mereka tidak

KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS AGRIBISNIS DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN PETANI Nizwar Syafa’at, Pantjar
Simatupang, Sudi Mardianto dan Tri Pranadji

29
akan serta-merta menginvestasikannya pada Proyek-proyek tersebut telah mengha-
pemeliharaan lingkungan di daerah hulu, biskan dana miliaran rupiah, namun hasilnya
karena manfaat yang diperoleh dari perbaikan tidak memuaskan, karena banyak petani
tersebut tidak sepenuhnya dapat dinikmati kembali ke pola teknologi semula. Beberapa
oleh penduduk setempat. Manfaat dari per- alasan yang dikemukakan sebagai penyebab-
baikan tersebut juga dinikmati oleh masyarakat nya adalah teknologi yang diintroduksi tidak
hulu berupa penurunan frekuensi banjir. tepat guna, perencanaan tidak terkoordinasi,
Kondisi demikian menjadi penghambat dalam dan pengawasan yang kurang.
upaya perbaikan lingkungan. Penduduk miskin
Berdasarkan risalah lokakarya dan
justru akan mengekploitasi sumberdaya se-
laporan penelitian, ada beberapa hal yang
cara berlebihan yang mengarah pada keru-
kurang mendapat perhatian dalam penyu-
sakan (Pezzey, 1990).
sunan paket teknologi tersebut, sehingga tidak
Uraian di atas memberikan gambaran diadopsi oleh petani, seperti : (a) paket
bahwa penerapan konsep pembangunan ber- teknologi lebih berorientasi pada bantuan
kelanjutan memerlukan pra kondisi yaitu teknis yang bertujuan pada keberhasilan
valuation dari seluruh sumberdaya untuk output, dan tidak pada pengembangan self
menghindari tragedi open acces (Anwar, help masyarakat yang lebih mementingkan
1990). Selain masalah valuation, masalah lain proses dari perubahan (pembangunan) itu
yang berkaitan dengan pengelolaan sumber- sendiri; dan (b) paket teknologi tidak mencer-
daya alam adalah siapa yang menjaga dan minkan conflict resolution. Seperti diketahui
memelihara sumberdaya tersebut agar penge- bahwa konservasi sumberdaya di hulu me-
lolaannya dapat berkelanjutan? Apakah peme- ngandung konflik antara masyarakat hulu dan
rintah mempunyai cukup tenaga dan dana hilir, sehingga teknologi yang dibebankan
untuk itu? Kalaupun pemerintah mampu kepada petani hulu, sesungguhnya juga di-
melakukan kegiatan tersebut, apakah cara nikmati oleh masyarakat hilir.
tersebut efisien? Jawabnya tentu tidak. Alter-
Agar paket teknologi dapat diadopsi
natif lain adalah menyerahkan pemeliharaan
oleh petani secara berlanjut setelah proyek
sumberdaya alam kepada masyarakat setem-
berakhir, maka paket teknologi harus
pat. Kalau alternatif tersebut yang dipilih,
dikembangkan dalam kerangka community
persoalannya adalah bagaimana pola pengelo-
development yang mampu mendorong self
laan sumberdaya tersebut.
help dan mencerminkan conflict resolution.
Dengan strategi seperti itu, maka teknologi
tersebut akan mendorong partisipasi karena
Kasus Proyek-proyek Konservasi DAS
mencerminkan keadilan.
HULU
Hasil tinjauan mengenai proyek-pro-
yek konservasi di DAS Hulu yag dilakukan Community Development dan Kaji Tindak
oleh Prawiradiputra et al. (1995), menunjukkan (Action Research)
bahwa beberapa upaya telah dilakukan untuk
Kemiskinan mempunyai kaitan erat
memperbaiki kondisi DAS hulu sekaligus me-
dengan upaya pengelolaan lingkungan. Kemis-
ningkatkan pendapatan petani melalui bebera-
kinan akan menjadi penghambat bagi upaya
pa proyek, antara lain: (a) Proyek DAS Solo
perbaikan lingkungan (Pezzey, 1990;
sebagian hulu tahun 1970; (b) Program
Munasinghe, 1993; Tietenberg, 1994). Oleh
Reboisasi dan Penghijauan tahun 1976; (c)
karena itu, upaya perbaikan lingkungan di
Proyek Kali Konto tahun 1979; (d) Yogyakarta
wilayah penduduk miskin perlu dikaitkan se-
Rural Development Project tahun 1979; (e)
cara integral dengan upaya pengentasan
Proyek DAS Citanduy bagian hulu tahun 1982;
kemiskinan.
(f) Proyek DAS Jratunseluna dan Brantas
tahun 1985; (g) Proyek Wonogiri tahun 1988; Secara teoritis fenomena kemiskinan
(h) Yogyakarta Upland Area Development bersifat circular yang bergerak ke arah
Project tahun 1990; serta (i) National cumulative causation process. Cara yang pa-
Watershed Management and Conservation ling efektif untuk mengentaskan kemiskinan
Project tahun 1995. adalah pemutusan rantai circuler. Agar pemu-

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 21 No. 1, Juli 2003 : 26 - 43

30
tusan rantai circuler tersebut efektif, diperlukan (dapat mengikuti perkembangan). Tingkat
informasi mengenai faktor yang menyebabkan perkembangan dan aspirasi masyarakat se-
kejadian cumulative causation process terse- nantiasa dapat meningkat sejalan dengan
but. Namun hingga saat ini belum ada suatu peningkatan sistem teknologi dan kelembaga-
teori-pun yang mampu menjelaskan keselu- an yang ada dalam masyarakat tersebut
ruhan faktor penyebab cumulative causation (Winoto, 1995c). Dalam konteks inilah,
process tersebut (Winoto, 1995c). kemiskinan yang ada dalam masyarakat dapat
dientaskan sejauh ada program-program pem-
Secara umum Pakpahan et al. (1995),
bangunan yang langsung ditujukan pada ma-
mengelompokkan penyebab kemiskinan men-
syarakat di wilayah miskin tanpa lepas dri
jadi dua, yaitu: yang disebabkan oleh market
suprastruktur yang ada dan pendekatan
failure, dan political failure. Market failure
pembangunan yang paling efektif melalui
terjadi apabila sebagian besar kelompok orang
community development. Dengan melaksana-
miskin yang termasuk dalam angkatan kerja
kan upaya pengentasan kemiskinan, berarti
(labour force) memperoleh upah yang tidak
salah satu rintangan besar dalam upaya
mencukupi kebutuhan dasarnya, sedangkan
pengelolaan lingkungan dapat diatasi.
political failure terjadi apabila struktur politik-
ekonomi yang ada telah menyebabkan distorsi Pengembangan masyarakat (commu-
dalam penyampaian kepentingan kelompok nity development) adalah suatu upaya peru-
miskin. bahan terencana (planned change) yang
dilakukan secara sadar dan sungguh-sungguh
Konsep ini dilandasi pandangan bah-
melalui usaha bersama masyarakat untuk
wa pembangunan adalah suatu upaya untuk
memperbaiki keragaan sistem kemasyara-
menciptakan lebih banyak alternatif bagi pe-
katan. Arah perubahan akan sesuai dengan
menuhan kebutuhan seluruh anggota masya-
kesepakatan yang telah dirumuskan bersama.
rakat miskin melalui reformasi pasar dan
Pada intinya instrument yang digunakan dalam
politik. Pada intinya upaya reformasi tersebut
community development adalah pemberdaya-
untuk mengurangi kesenjangan sosial dan
an (empowerment). Dengan partisipasi yang
ekonomi masyarakat.
tinggi terhadap pembangunan, diharapkan
Dalam kaitan dengan pembangunan rasa ikut memiliki dari masyarakat atas semua
pertanian berkelanjutan (Sustainable Agricul- sumber daya yang bersifat open acces dan
tural Development), pemikiran Uphoff dan common property di lingkungan juga tinggi.
Rasahan (1992), Anwar (1995) dan Sura-
Konsep community development da-
disastra (1995) tentang urgensi pengemba-
pat ditinjau dari empat sudut pandang yaitu :
ngan human capital (sumber daya manusia)
(1) community development sebagai suatu
dan local institution (kelembagaan lokal)
proses; (2) community development sebagai
dalam penanggulangan kemiskinan sekaligus
suatu metode; (3) community development
menjaga kelestarian sumber daya alam, dapat
sebagai suatu program, dan (4) community
melengkapi pemikiran market dan political
development sebagai suatu gerakan. Keberha-
failure. Pembangunan masyarakat pedesaan
silan penerapan konsep tersebut dapat diukur
harus dipandang sebagai perubahan sosial
dalam empat indikator, yaitu : (1) kesejahte-
(social change), sehingga pembangunan yang
raan masyarakat; (2) struktur kepemimpinan,
tidak menyentuh perubahan sosial dan hanya
pemecahan masalah, ketentraman dan ke-
mengandalkan perubahan fisik (technological
nyamanan masyarakat; (3) kesejahteraan
change) sering mengalami kegagalan.
individu; dan (4) keberlanjutan lingkungan
Peningkatan kualitas sumber daya pendukung sistem kemasyarakatan. Untuk
manusia dan kapabilitas kelembagaan dapat mendukung konsep community development
meningkatkan akses penduduk miskin terha- perlu diperhatikan kontrol masyarakat dan hak
dap sumberdaya, sehingga kesenjangan sosial bagi setiap anggota masyarakat.
ekonomi dapat diperkecil. Atas dasar itu,
Pelaksanaan dari setiap upaya
proses pembangunan harus berawal dari
community development harus melibatkan
masalah-masalah riil yang dihadapi oleh
stakeholders dengan tujuan untuk menekan
masyarakat miskin. Pemikiran ini didasarkan
kemungkinan terjadinya keputusan yang tidak
asumsi bahwa masyarakat bersifat eclipse

KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS AGRIBISNIS DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN PETANI Nizwar Syafa’at, Pantjar
Simatupang, Sudi Mardianto dan Tri Pranadji

31
sensitif terhadap masalah-masalah di sekitar development yang dilakukan pada lokasi spe-
lingkungan, menjamin rasa memiliki (sense of sifik, dan merupakan bagian tak terpisahkan
belonging), dan menjamin dukungan masya- dengan community development. Kaji tindak
rakat. Agar sebuah program mampu mening- dapat dikombinasikan dengan pendekatan
katkan partisipasi masyarakat, maka program AEAM yang lebih mementingkan proses
tersebut harus dirancang sesuai dengan per- pembangunan daripada hasil pembangunan,
sepsi masyarakat, sehingga dapat menjamin sehingga menjamin partisipasi aktif seluruh
terciptanya komunikasi dua arah. Komunikasi anggota masyarakat.
dua arah mensyaratkan pelaksanaan proyek
Berbeda dengan pendekatan kaji
yang tidak bersifat kaku, dan selalu dilakukan
tindak, pendekatan teknis lebih mementingkan
penyesuaian terhadap perubahan lingkungan
hasil daripada proses pembangunan. Dalam
yang dihadapi. Pengelolaan lingkungan terse-
pendekatan ini agen pembangunan merenca-
but, telah mengilhami para peneliti untuk
nakan, memutuskan, mengorganisasikan dan
menciptakan pendekatan baru dalam rangka
menyediakan segala kebutuhan yang diperlu-
konteks community development yang lebih
kan masyarakat. Asumsi dasar pendekatan ini
partisipatif yaitu Adaptive Environmental
adalah bahwa agen pembangunan merupakan
Assessment and Management (AEAM). Pen-
orang yang ahli dan mampu memahami
dekatan ini sedang diuji coba pada penge-
segala kebutuhan masyarakat, sehingga par-
lolaan DAS Hulu Cimanuk di Jawa Barat.
tisipasi bukanlah pilar utama pendekatan
AEAM merupakan suatu proses pe- tersebut. Pendekatan ini memang cepat
rencanaan, evaluasi dan metodologi. Ia memberikan hasil dalam jangka pendek dan
merupakan kerangka kerja dan bukan sebagai sangat efektif untuk pengentasan kemiskinan.
alat, sehingga perlu diadaptasi menurut Hal ini karena masyarakat miskin membutuh-
keadaan dan tujuan tertentu. Premis pertama kan hasil konkrit dengan segera. Namun
dari AEAM adalah bahwa assessment dan demikian pendekatan ini sering menghasilkan
pengelolaan lingkungan haruslah fleksibel dan cuma sebatas kegiatan seumur proyek.
interaktif. Dua konsep tersebut merupakan
Walaupun kaji tindak yang dilakukan
operasional dari konsep adaptive. Pengeta-
oleh proyek-proyek DAS di Indonesia bersifat
huan dan informasi awal dipahami dalam
komprehensif dan integratif, namun dalam
ketidak lengkapan. Oleh karena itu, tidak ada
pelaksanaannya masih menggunakan pende-
perencanaan final namun bersifat interaktif
katan teknis (technical approach) yang lebih
sesuai dengan perkembangan informasi
mementingkan hasil. Pendekatan ini memang
terbaru melalui proses pengujian dan validasi,
cocok untuk menanggulangi kemiskinan, na-
dan proses interaktif tersebut dilakukan secara
mun kurang sesuai untuk pengelolaan lingku-
terus-menerus sesuai dengan perkembangan
ngan yang berkelanjutan, karena pendekatan
keadaan.
ini kurang memperhatikan partisipasi atau
Assessment dan pengelolaan dipan- pemberdayaan masyarakat miskin. Pende-
dang sebagai suatu latihan bukan analisis. katan tersebut sesungguhnya telah dilakukan
Assessment mengandung dua konsep pe- di Indonesia pada pengelolaan DAS hulu di
ngertian yaitu apa dan mengapa. Pengelolaan Jawa sekaligus untuk mengentaskan kemis-
melibatkan suatu manipulasi variabel yang kinan. Namun karena pendekatan lebih
diharapkan dapat menghasilkan keluaran banyak pada hal teknis, maka berdasarkan
(output) lingkungan dan keadaan masyarakat hasil evaluasi yang dilakukan oleh Bambang et
yang lebih baik. Dengan metode interaktif al. (1995) ternyata aktivitas tersebut hanya
dalam assessment, maka assessment dapat seumur proyek.
membimbing masyarakat untuk melakukan
Alternatif lain untuk menjamin keber-
pengelolaan lingkungan dengan lebih baik.
lanjutan aktivitas proyek adalah dengan
Dalam tahap perencanaan diupayakan agar
mengembangkan pendekatan yang mengarah
semua stakeholders dapat dilibatkan, karena
pada pemberdayaan masyarakat, peningkatan
itu diperlukan manajemen yang kuat.
partisipasi masyarakat, serta peningkatan
Kaji tindak (action research) merupa- kapasitas dan kapabilitas kelembagaan lokal.
kan suatu bentuk operasional dari community Pendekatan AEAM (self help approach) meru-

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 21 No. 1, Juli 2003 : 26 - 43

32
pakan satu alternatif yang perlu dicoba. Na- kegiatan produksi pertanian saja, tetapi juga
mun, pendekatan ini memiliki satu kelemahan meliputi kegiatan manufaktur, distribusi input
karena lebih berorientasi pada partisipasi, pertanian dan pengolahan serta distribusi
bukan kepada perubahan teknologi, sehingga hasil-hasil pertanian. Secara sektoral, agri-
dikhawatirkan justru akan memukul balik bisnis meliputi seluruh sektor pertanian dan
partisipasi yang sudah tumbuh. Oleh karena sebagian sektor industri yang menghasilkan
itu, perlu dicari solusi paket teknologi yang agro input dan yang mengolah produk per-
dapat mendorong partisipasi. Pendekatan tanian. Kegiatan terakhir ini umumnya disebut
eclectic yaitu antara technical, self help dan agroindustri. Dilihat dari luasnya cakupan
conflict resolution dalam penentuan paket sektoral, maka agribisnis sebagai suatu totali-
teknologi akan mendorong partisipasi yang tas kegiatan dari ekonomi suatu negara
berkelanjutan, karena di dalamnya sudah men- mempunyai peranan penting baik bagi pertum-
cerminkan keadilan. Teknologi yang dihasilkan buhan ataupun pemerataan.
dari pendekatan eclectic diyakini akan mencip-
Secara historis, paradigma agribisnis
takan harmoni sosial yang adil.
muncul sebagai alternatif terhadap paradigma
usahatani (farming) klasik. Paradigma usaha-
tani klasik berpandangan bahwa usahatani
KONSEPSI AGRIBISNIS
merupakan organisasi berbagai fungsi usaha
yang bersifat independen. Oleh karena itu,
masalah usahatani bersumber dari dalam
Strategi pembangunan sistem agribis-
usahatani dan pemecahannyapun harus dicari
nis mempunyai ciri antara lain : (a) berbasis
dan diatasi di dalam usahatani itu sendiri.
pada pendayagunaan keragaman sumberdaya
Paradigma usahatani berpijak pada pemikiran
yang ada di setiap daerah (domestic resource
bahwa usahatani adalah suatu kegiatan
based), (b) akomodatif terhadap keragaman
budidaya dengan tujuan utama menghasilkan
kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki,
produk pertanian dalam jumlah yang sebesar-
tidak terlalu mengandalkan impor dan pin-
besarnya, sehingga usahatani lebih diorien-
jaman luar negeri yang besar, (c) berorientasi
tasikan pada upaya peningkatan produksi.
ekspor (selain memanfaatkan pasar domestik),
Paradigma seperti inilah yang digunakan
dan (d) aspek multifunctionality, yaitu mampu
dalam melaksanakan pembangunan pertanian
memberikan dampak ganda yang besar dan
Indonesia pada masa Orde Baru.
luas. Dengan perkataan lain, strategi pemba-
ngunan agribisnis diyakini mampu menjadi Berbeda dengan paradigma usahatani,
penggerak utama (prime mover) perekono- paradigma agribisnis menyadari bahwa mo-
mian Indonesia untuk keluar dari krisis dan dernisasi teknologi dan pemasaran hasil
tumbuh kembang secara berkelanjutan. pertanian telah mengubah sifat usahatani
budidaya yang semula independen menjadi
Istilah agribisnis pertama kali dilontar-
suatu usaha ekonomi yang sangat tergantung
kan oleh John H. Davis pada suatu konferensi
pada kegiatan usahatani lainnya. Usahatani
yang diadakan Badan Perdagangan Eceran
modern menggunakan pupuk kimia, pestisida
Boston pada tahun 1955. Istilah ini kemudian
serta jasa alat dan mesin pertanian secara
menjadi sangat populer setelah dirumuskan
intensif yang merupakan hasil dari pabrik
dengan jelas dalam suatu buku “A Concept of
industri pengolahan. Usahatani modern meng-
Agribusiness” yang ditulis oleh John H. Davis
gunakan bibit unggul yang merupakan hasil
dan Ray A. Goldberg (1957). Menurut kedua
dari suatu lembaga penelitian dan usaha
penulis tersebut, pengertian agribisnis adalah:
produksi benih. Tenaga kerja yang digunakan
“Agribusiness is the sum total of all operations
merupakan manusia trampil yang telah men-
involved in the manufacturing and distribution
dapatkan pendidikan dan pelatihan. Dengan
of farm supplies, production activities on the
demikian, keragaan usahatani sangat tergan-
farm and the storage, processing and
tung pada keragaan bisnis pengadaan sarana
distribution of farm commodities and items
produksi usahatani tersebut.
made from them”.
Di sisi lain, pemasaran produk-produk
Dalam pengertian seperti itu, paradigma
pertanian juga telah mengalami perubahan
agribisnis tidak hanya mengandung makna

KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS AGRIBISNIS DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN PETANI Nizwar Syafa’at, Pantjar
Simatupang, Sudi Mardianto dan Tri Pranadji

33
mendasar. Perkembangan teknologi pengo- me produksi, tetapi mengoptimalkan perolehan
lahan hasil-hasil pertanian telah mendorong laba. Tambahan laba merupakan motivasi
pengembangan produk (product development) utama dalam mengadopsi suatu teknologi
pertanian sehingga hasil usahatani secara baru. Oleh karena itu, tambahan laba (marjinal
umum tidak lagi berupa produk akhir yang benefit) dan penurunan biaya (marjinal cost)
langsung dikonsumsi. Kegiatan pasca panen merupakan dua kriteria ekonomi teknologi
dan agro industri merupakan kunci utama unggul.
pemasaran hasil-hasil pertanian. Dengan sen-
Ketiga, usaha agribisnis bersifat oto-
dirinya keragaan usahatani sangat tergantung
nom. Sebagai suatu perusahaan komersial,
pada keragaan bisnis perdagangan, pasca
agribisnis dikelola secara bebas oleh pemilik-
panen dan industri pengolahan produk yang
nya dan sebesar-besarnya untuk kepentingan
dihasilkan usahatani tersebut.
pemilik tersebut. Petani, misalnya, bebas da-
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa lam memilih komoditas, teknologi dan penggu-
paradigma usahatani klasik tidak tepat lagi naan sarana maupun prasarana usahatani
untuk menjelaskan keragaan usahatani mo- yang digunakan. Prinsip ini merupakan syarat
dern. Keragaan usahatani dewasa ini lebih mutlak bagi suatu perusahaan komersial
tepat dijelaskan dengan paradigma agribinis privat. Di Indonesia, kebebasan petani telah
yang menekankan bahwa keragaan usahatani dikukuhkan secara yuridis melalui Undang-
sangat tergantung pada kondisi di luar undang Sistem Budidaya Tanaman. Ini berarti,
usahatani. Paradigma agribisnis menekankan pemerintah atau pihak manapun tidak boleh
bahwa keragaan usahatani haruslah dianalisa memaksa petani untuk menanam komoditas
dalam konteks sistem komoditas. tertentu atau menggunakan input maupun
teknologi tertentu, sepanjang hal itu tidak
Dari definisi agribisnis di atas dapat
dilarang oleh peraturan hukum. Jika demi
pula ditarik beberapa pengertian tentang
kepentingan umum, pemerintah mengharus-
agribisnis pertanian dalam arti luas. Pertama,
kan petani menanam komoditas tertentu atau
jenis kegiatan usaha, yaitu yang berkaitan
menggunakan teknologi tertentu, maka petani
dengan pertanian. Agribisnis mencakup ke-
berhak memperoleh kompensasi atas kerugian
giatan produksi pertanian primer atau umum
yang ditimbulkannya.
dikenal sebagai kegiatan usahatani, serta
kegiatan terkait dalam spektrum luas, yaitu Keempat, masalah usahatani bersifat
produksi dan distribusi input pertanian, sistemik, tidak hanya terletak pada usahatani
penyimpanan, pengolahan dan distribusi (on-farm) melainkan juga bahkan kerap lebih
komoditi pertanian berikut produk-produk banyak di luar usahatani (off-farm). Masalah
turunan-nya serta pembiayaan usaha-usaha pembangunan pertanian haruslah didiagnosa
tersebut. Namun kiranya patut dicatat bahwa dan diatasi berdasarkan pendekatan sistem.
usaha inti dari setiap bidang usaha agribisnis Usahatani hendaklah dipandang sebagai inti
tersebut ialah usaha produk pertanian primer dari suatu sistem agribisnis berbasis komo-
atau usahatani. Pabrik pupuk ada karena ada ditas yang dihasilkan oleh usahatani tersebut.
usahatani yang membutuhkan pupuk. Agro- Setiap komponen usaha dalam sistem
industri ada karena ada produk pertanian yang agribisnis tersebut turut berpengaruh terhadap
menghasilkan bahan baku pabrik agroindustri keragaan usahatani. Sebagai contoh, gejala
tersebut. Agribisnis dapat pula disebut sebagai perlambatan perkembangan usahatani padi,
usaha pertanian, kegiatan usaha berkaitan boleh jadi merupakan akibat dari gejala
dengan pertanian. saturasi inovasi teknologi usahatani padi. Dari
contoh ini jelas kiranya bahwa fungsi penelitian
Kedua, agribisnis mengacu pada sifat
dan pengembangan teknologi pertanian meru-
atau orientasi usaha pertanian sebagai usaha
pakan salah satu komponen esensial sistem
komersial yang mengejar laba. Usaha pertani-
agribisnis.
an berorientasi pasar. Usaha pertanian yang
bersifat subsisten (memenuhi kebutuhan Kelima, agribisnis sebagai paradigma
sendiri) atau hobi tidak termasuk agribisnis. pembangunan. Setiap komponen agribisnis
Usahatani, termasuk usahatani keluarga, skala dipandang sebagai sebuah sistem yang
kecil, tidak berorientasi memaksimalkan volu- terpadu secara vertikal mulai dari pengadaan

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 21 No. 1, Juli 2003 : 26 - 43

34
input pertanian sampai dengan distribusi produksi, energi, pemasaran hasil pertanian,
produk-produk pertanian ke tangan konsumen harga-harga, penanaman modal, pewilayahan
akhir. Dengan kata lain, agribisnis harus komoditi, fiskal dan moneter. Peran utama
dikelola secara “integratif”. Ini merupakan pemerintah adalah sebagai regulator, fasilitator
sebuah paradigma baru dalam pembangunan dan dinamisator; sehingga koordinasi vertikal
sektor pertanian di Indonesia. Sebagai faktor kegiatan sistem agribisnis dan unit-unit usaha
pemadu (the coordinating factor) adalah meka- yang terlibat di dalamnya secara keseluruhan
nisme pasar. Sebagaimana dikemukakan oleh dapat berjalan secara terpadu dan terkoordi-
Mosher (1966), adanya pasar bagi produk- nasi secara baik dengan memperhatikan
produk per-tanian merupakan syarat pertama secara seksama lingkungan strategis (sumber-
yang harus dipenuhi agar pembangunan daya alam, sosial, ekonomi, politik) yang terus
pertanian dapat berjalan. Oleh karena itu, bergerak secara dinamis sehingga sistem
semua kegiatan agribisnis mulai dari yang agribisnis secara keseluruhan mampu terus
paling hilir sampai dengan yang paling hulu berkembang dan berkelanjutan.
harus diarahkan untuk memenuhi permintaan
Para manajer agribisnis (termasuk
pasar, baik dari segi ketepatan kuantitas,
asosiasi bisnis) juga menentukan keberhasilan
kualitas maupun waktu.
kegiatan agribisnisnya. Informasi yang lengkap
Agar sistem agribisnis secara keselu- tentang semua kegiatan agribisnis, kebijakan
ruhan mampu berkembang dan berkelanjutan dan program baru pemerintah, teknologi, hasil-
(sustainable), semua unit kegiatan agribisnis hasil penelitian serta perkembangan lingku-
secara ekonomi harus mampu hidup (econo- ngan strategis perlu dikuasai untuk dapat
mically viable). Untuk itu, unit-unit usaha membuat keputusan bisnis secara lebih tepat
dalam struktur vertikal agribisnis harus (bagi perusahaan) maupun untuk merumuskan
“mampu menciptakan laba” (profit making program dan kebijakan pembangunan agri-
enterprise). Minimal ada dua kondisi yang bisnis yang efektif dan efisien (bagi peme-
diperlukan untuk mendukung hal itu. Salah rintah).
satunya adalah bahwa semua unit usaha
Para pendidik di bidang pertanian dan
agribisnis secara vertikal mulai dari hulu
sosial ekonomi mempunyai kontribusi besar
sampai hilir harus saling mendukung dan
dalam pengembangan agribisnis. Dunia pendi-
memperkuat satu sama lain (mutually
dikan formal yang menciptakan manusia
supportive and reinforcing). Semua unit usaha
terampil dan berpengetahuan luas yang
secara vertikal tidak boleh bersaing dan saling
diperlukan oleh pemerintah dan perusahaan,
mematikan. Persaingan boleh terjadi hanya
maupun pendidikan non-formal yang memberi-
secara horisontal yang mengarah pada me-
kan bekal ketrampilan dan pengetahuan
ningkatnya efisiensi. Kondisi lainnya adalah
kepada para petani dan pelaku agribisnis
bahwa unit usaha di masing-masing simpul
lainnya sangat dibutuhkan. Dengan mening-
vertikal agribisnis harus bekerja efisien, yaitu
katnya kompetisi antar pelaku bisnis dan antar
mampu mengalokasikan sumberdaya ekonomi
negara, produk-produk yang dihasilkan tidak
yang dimilikinya secara optimal. Ini hanya
hanya didasarkan atas sumberdaya yang ada
dapat dilakukan oleh sumberdaya manusia
(resource base), tetapi yang lebih penting
(manajer dan pekerja) yang mempunyai ting-
didasarkan atas ilmu pengetahuan (knowledge
kat kecakapan tinggi (profesional).
base). Kegiatan pendidikan dapat dilaksana-
Kegiatan agribisnis dapat dipengaruhi kan oleh pemerintah dan swasta, termasuk
oleh keputusan atau tindakan koordinator LSM.
agribisnis, yang terdiri dari pemerintah, mana-
Kegiatan penelitian juga sangat diper-
jer agribisnis (termasuk asosiasi bisnis),
lukan untuk pengembangan agribisnis. Ling-
pendidik dan peneliti. Pemerintah seringkali
kup kegiatan penelitian yang diperlukan tidak
sangat menentukan arah perkembangan
hanya menghasilkan pembaharuan atau
agribisnis melalui berbagai kebijakan dan
temuan-temuan teknologi di bidang budidaya
program yang ditetapkannya. Kebijakan dan
saja, tetapi juga teknologi di bidang pengo-
program tersebut mencakup berbagai bidang,
lahan, penyimpanan dan transportasi hasil
antara lain : intensifikasi, ekstensifikasi, rehabi-
pertanian. Evaluasi yang sifatnya komprehen-
litasi, irigasi, transportasi, distribusi sarana

KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS AGRIBISNIS DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN PETANI Nizwar Syafa’at, Pantjar
Simatupang, Sudi Mardianto dan Tri Pranadji

35
sif tentang efek sosial dan ekonomi dari nasional sudah terintegrasi dengan ekonomi
kebijaksanaan dan program pemerintah ter- global, isu yang paling utama dalam dunia
hadap perkembangan agribisnis juga menjadi bisnis adalah memenangkan persaingan
bagian sangat vital dalam kegiatan penelitian. global. Dalam hal ini, kemajuan teknologi
Teknologi yang senantiasa berubah merupa- diharapkan mampu memberikan sumbangan
kan salah satu syarat mutlak bagi pemba- besar dalam peningkatan daya saing produk
ngunan pertanian. Penelitian dan pengemba- agribisnis. Daya saing dapat ditingkatkan
ngan pertanian merupakan salah satu simpul melalui penggunaan teknologi yang dapat
kritis dalam sistem agribisnis. menurunkan biaya per unit output (unit-output
cost = UOC), meningkatkan volume, dan
menyesuaikan karakteristik kualitas produk
PERAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM dengan preferensi konsumen. Dengan tu-
PERKEMBANGAN AGRIBISNIS runnya UOC, komoditas pertanian Indonesia
akan mempunyai keunggulan biaya (cost
advantage) dibanding komoditas yang sama
Keunggulan bersaing merupakan sa- yang diproduksi di negara lain. Jika dikom-
lah satu syarat mutlak bagi eksistensi dan binasikan dengan kesesuaian volume dan
pertumbuhan berkelanjutan suatu usaha agri- kualitas produk, maka daya saing komoditas
bisnis dalam tatanan pasar persaingan bebas pertanian primer atau produk agribisnis
era globalisasi. Saat ini daya saing pada Indonesia dapat ditingkatkan sehingga ke-
dasarnya ialah kemampuan lebih baik dari mampuan untuk menembus pasar ekspor atau
pesaing dalam hal menghasilkan barang dan membendung arus impor makin tinggi. Oleh
jasa sesuai preferensi konsumen. Preferensi karena itu, teknologi di masing-masing simpul
konsumen dicerminkan oleh atribut produk agribisnis, mulai dari bidang produksi sampai
seperti : jenis, mutu, volume, waktu dan harga. dengan pemasaran hasil, harus mempunyai
Semua ini sangat ditentukan oleh basis insentif untuk berkembang.
kegiatan produksi. Basis keunggulan kompetitif
agribisnis dapat dikelompokkan menjadi : (1)
keunggulan komparatif limpahan sumberdaya Teknologi untuk Meningkatkan Kapasitas
lahan dan air; (2) keunggulan komparatif Produksi
limpahan tenaga kerja; (3) keunikan agro-
Teknologi untuk meningkatkan kapasi-
ekosistem lahan; (4) keunggulan teknologi;
tas produksi ialah yang meningkatkan peroleh-
dan (5) keunggulan manajemen.
an volume produksi dari satu unit faktor
Keunggulan (1) - (3) termasuk kategori produksi yang menjadi pembatas (the limiting
keunggulan komparatif berbasis alamiah factor of production). Namun, kalau yang
(natural resource base) yang lebih ditentukan menjadi faktor pembatas adalah lahan, maka
oleh karunia Ilahi. Namun, agribisnis tetap teknologi yang dibutuhkan adalah teknologi
memerlukan inovasi teknologi dan manaje- yang meningkatkan produktivitas lahan per
men, sebagai komplemen guna mengubah panen dan frekuensi panen per tahun (inten-
keunggulan komparatif menjadi keunggulan sitas pertanaman). Contoh teknologi semacam
kompetitif. Agribisnis modern lebih banyak ini ialah benih unggul hasil (high yield) dan
mengandalkan keunggulan teknologi dan benih unggul umur genjah (short maturity) atau
manajemen sebagai basis keunggulan kompe- kombinasi keduanya.
titifnya. Inovasi teknologi dan manajemen,
Jika usahatani didominasi oleh usaha
termasuk pada tingkat perusahaaan dan pe-
keluarga, seperti yang berlaku di Indonesia,
merintahan, merupakan produk dari penelitian
seringkali yang menjadi faktor pembatas ialah
dan pengembangan. Oleh karena itulah pene-
ketersediaan tenaga kerja keluarga atau
litian teknologi pertanian merupakan salah
tenaga pengelola usahatani. Dalam kondisi
satu komponen utama sistem agribisnis
demikian, kapasitas produksi dapat ditingkat-
progresif.
kan dengan mengadopsi teknologi yang
Dalam era globalisasi ekonomi dan mampu mengurangi kebutuhan tenaga kerja
perdagangan seperti sekarang ini dan juga di keluarga untuk manajemen seperti mekanisasi
masa datang, dimana ekonomi pedesaan dan pertanian. Dengan mekanisasi pertanian maka

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 21 No. 1, Juli 2003 : 26 - 43

36
skala usahatani yang dapat dikelola keluarga antara lain adalah : varietas IR untuk padi,
dapat ditingkatkan. varietas Pioneer dan CPI untuk jagung, klon
Peningkatan kapasitas produksi pada GT1 untuk karet, jenis Simmental untuk sapi
dasarnya berfungsi untuk meningkatkan efisi- potong, Friesch Holstein (FH) untuk sapi
ensi teknis faktor produksi maupun efisiensi perah, Etawa untuk kambing, Alabio untuk itik,
skala usaha. Efisiensi teknis dan skala usaha dan ayam ras untuk pedaging dan petelur.
merupakan elemen penentu utama efisiensi Penggunaan benih unggul tersebut perlu
ekonomi yang menjadi penentu daya saing dikombinasikan dengan teknik budidaya yang
harga jual produk agribisnis. Oleh karena itu, baik, antara lain dengan penggunaan pupuk
teknologi yang mampu meningkatkan kapa- pabrik secara berimbang, air irigasi, penga-
sitas produksi agribisnis sangatlah penting turan jarak tanam dan pengendalian organis-
untuk meningkatkan pendapatan pelaku agri- me pengganggu tanaman untuk tanaman, dan
bisnis maupun untuk peningkatan daya saing penggunaan pakan berkualitas dan vaksin
agribisnis domestik. untuk hewan.

Dalam konteks nasional (agregat), Kelompok teknologi kedua adalah


peningkatan kapasitas produksi merupakan penggunaan alat dan mesin pertanian
salah satu sumber pertumbuhan produksi. (alsintan). Prinsip penggunaan alsintan adalah
Volume produksi agregat yang cukup besar menurunkan jumlah biaya untuk menghasilkan
merupakan faktor kunci bagi tumbuh kem- jumlah produksi yang sama. Contohnya adalah
bangnya komponen usaha agribisnis terkait. traktor untuk mengolah tanah, sabit untuk
Agroindustri, misalnya hanya dapat berkem- panen padi, mesin perontok gabah, mesin
bang jika skala produksi usahatani primer pemipil jagung, dan mesin pengupas kopi.
cukup besar dan kontinu menurut waktu. Penggunaan alsintan, selain dapat menurun-
Volume produksi agregat juga bermanfaat kan jumlah penggunaan tenaga kerja manusia,
untuk meningkatkan efisiensi pemasaran me- juga dapat mempercepat waktu kerja dengan
lalui "pecuniary economies". Semakin besar kualitas hasil kerja lebih baik. Penggabungan
volume pasar (thick market) semakin murah penggunaan kedua kelompok teknologi terse-
ongkos transaksi pasar. but akan dapat menurunkan UOC lebih besar
lagi.
Prinsip peningkatan kapasitas produk-
Teknologi untuk Menurunkan Biaya Pokok si dan penurunan biaya produksi tidak hanya
Produksi diterapkan di bidang produksi pertanian primer
Ada dua kelompok teknologi yang saja, tetapi juga di semua simpul sistem
dapat digunakan untuk menurunkan biaya agribisnis. Penggunaan mesin-mesin otomatis
pokok produksi, yaitu : (a) teknologi yang da- dengan sistem ban berjalan di bidang
pat meningkatkan kapasitas produksi (capacity pengolahan hasil akan mampu melakukan
development), dan (b) teknologi yang dapat pengolahan hasil dalam jumlah jauh lebih
menurunkan jumlah biaya (cost reduction). besar dibanding mesin-mesin konvensional
Prinsip jenis teknologi pertama adalah meng- per satuan waktu. Dengan menggunakan me-
gunakan jumlah input (atau jumlah biaya) yang sin demikian, banyak simpul-simpul kegiatan
relatif sama untuk menghasilkan jumlah output kurang produktif yang dapat dipotong sehingga
jauh lebih besar. UOC menurun.
Contoh teknologi yang berfungsi untuk Demikian pula dalam transportasi ha-
meningkatkan kapasitas produksi yang paling sil, penggunaan kendaraan bermotor dengan
populer adalah penggunan benih unggul kapasitas besar dapat meningkatkan daya
baru. Ciri utama benih unggul baru adalah angkut, daya jangkau dan mempercepat waktu
sangat responsif terhadap input yang diberikan angkut, jika dibandingkan dengan mengguna-
sehingga jumlah produksi dapat dinaikkan kan cikar, delman, gerobak, dan becak.
berlipat-ganda dalam waktu lebih pendek Efeknya adalah menurunkan biaya angkut per
sehingga UOC menjadi jauh lebih rendah. unit output. Penggunaan gerbong kereta api di
Penelitian “bio-teknologi” dapat menghasilkan wilayah-wilayah tertentu untuk mengangkut
berbagai benih unggul baru. Beberapa contoh barang secara massal akan lebih efisien
dibanding menggunakan truk.

KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS AGRIBISNIS DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN PETANI Nizwar Syafa’at, Pantjar
Simatupang, Sudi Mardianto dan Tri Pranadji

37
Teknologi untuk Meningkatkan dan mengalami stagnasi akan mengalami penu-
Memelihara Kualitas Produk runan daya saing karena peluang untuk me-
nurunkan UOC sudah tidak ada lagi. Oleh
Kualitas produk dapat diperbaiki atau
karena itu, diperlukan pengembangan produk-
dipertahankan dengan menggunakan teknologi
produk baru agribisnis (product development)
tertentu. Kualitas produk sangat penting dilihat
yang mempunyai kapasitas produksi lebih
dari segi pemenuhan selera konsumen akhir.
besar atau kualitas hasil lebih baik.
Di bidang produksi pertanian primer, varietas
sangat menentukan kualitas hasil. Banyak Di bidang produksi primer, penelitian
sekali contoh yang dapat diambil, yang bebe- di bidang rekayasa genetika (genetic engineer-
rapa diantaranya adalah Rojo Lele atau ing) sangat diperlukan. Penciptaan varietas-
Cianjur untuk beras (gurih dan harum), varietas baru yang mempunyai kapasitas
Manalagi untuk mangga (manis), Keprok untuk produksi makin tinggi atau mempunyai kualitas
jeruk (segar dan manis), Arabica untuk kopi lebih baik akan merupakan langkah sangat
(nikmat), dan Brahman untuk sapi (empuk dan penting. Tanpa perubahan teknologi secara
kurang berlemak). Produksi dari verietas- terus-menerus, pembangunan perta-nian akan
varietas tersebut mempunyai harga lebih tinggi terhambat. Di bidang pengolahan hasil,
dibanding varietas-varietas biasa. pengembangan produk umumnya lebih mudah
karena tidak berhadapan dengan masalah
Di bidang pengolahan hasil, kualitas
genetik yang sulit diintervensi, tetapi lebih
produk dapat ditingkatkan dengan mengguna-
pada sifat-sifat fisika dan kimia komoditi per-
kan teknologi pengawetan, penambahan
tanian yang lebih mudah dimodifikasi dengan
bahan baru, dan pengemasan. Beberapa con-
teknologi tertentu.
toh teknologi pengawetan adalah pengeringan
dan pengalengan. Penambahan bahan baru
dapat memperkaya kandungan kalori, mineral,
Manajemen Usaha untuk Meningkatkan
vitamin, protein dan rasa, atau mengurangi
Efisiensi
kandungan unsur-unsur merugikan seperti
lemak, kolesterol, asam urat, residu pestisida, Dengan menggunakan teknologi yang
dan lain-lain. Produk-produk dengan karakte- ada, efisiensi produksi dapat ditingkatkan
ristik demikian akan lebih disukai konsumen. melalui lima cara, yaitu : (a) pengalokasian
Bentuk kemasan yang memudahkan dalam input secara optimal berdasarkan harga input
penggunaannya (usage ease) akan mening- dan output; (b) pengkombinasian input ber-
katkan utilitas produk dan akan makin menarik dasarkan harga masing-masing input dan
bagi konsumen. harga output untuk jenis komoditas yang
sama, (c) pengkombinasian output berdasar-
Kualitas produk dapat dipertahankan
kan harga masing-masing output untuk jenis
dengan menggunakan teknologi pengawetan
komoditas berbeda; (d) penggunaan ukuran
sebagaimana telah disebutkan di atas, ditam-
usaha paling efisien; dan (e) penggunaan
bah dengan teknologi panen, pengangkutan
lingkup usaha paling efisien.
dan penyimpanan. Penggunaan teknologi
panen yang baik akan dapat mencegah terjadi- Cara pertama dikenal dengan strategi
nya kerugian karena kerusakan hasil. efisiensi alokatif pada hubungan input-output
(input-output relation) dengan tujuan untuk
memperoleh biaya produksi paling rendah
Teknologi untuk Pengembangan Produk atau keuntungan maksimal sepanjang fungsi
produksi atau teknologi yang ada. Makin tinggi
Selera konsumen terus berubah kare-
rasio harga input terhadap harga output, maka
na membaiknya tingkat pendidikan dan makin
penggunaan input akan makin kecil, produksi
cangggihnya teknologi informasi. Perubahan
akan turun dan laba maksimum akan ber-
selera tersebut menuntut disediakannya
kurang, ceteris paribus. Sebaliknya, makin
produk-produk baru yang lebih menarik bagi
rendah rasio harga tersebut, maka penggu-
mereka. Produk-produk lama akan ditinggal-
naan input akan makin banyak (tetapi ada
kan konsumen dan akan mengalami keje-
batas maksimumnya), produksi akan mening-
nuhan pasar. Demikian pula, komoditas perta-
kat dan laba maksimum akan makin besar. Di
nian yang kapasitas produksinya sudah lama

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 21 No. 1, Juli 2003 : 26 - 43

38
bidang pertanian, jenis input yang harganya perumahan), peralatan (mesin pabrik dan
sangat berpengaruh adalah pupuk pabrik kendaraan) dan perlengkapan lainnya dapat
(Urea, ZA,TSP, KCl, NPK, dll) dan obatan- ditekan.
obatan (pestisida).
Penggabungan kelima cara tersebut di
Cara kedua dikenal sebagai strategi atas akan dapat mengurangi biaya produksi
kombinasi input (input-input combination), per unit output (UOC) secara lebih signifikan.
yaitu kombinasi jenis input tergantung pada Namun yang lebih penting bukan sekedar
tingkat substitusi (substitutability) antar input penurunan produksi, melainkan keungulan
variabel. Tingkat penggunaan input dipenga- biaya (cost advantage). Yang dimaksud ke-
ruhi oleh rasio antar harga input yang ber- unggulan biaya adalah UOC agribisnis di
sangkutan dan terhadap harga output. Indonesia lebih rendah dibanding agribisnis di
Biasanya, substitusi input terjadi antara tenaga negara pesaing untuk setiap jenis komoditi.
kerja dan modal, misalnya pemberantasan Bahayanya jika hanya sekedar bertujuan
gulma dengan tenaga manusia diganti dengan meminimalkan UOC adalah terhambatnya
herbisida. inovasi teknologi baru yang menggunakan alat
dan mesin-mesin yang harganya mahal
Cara ketiga dikenal sebagai strategi sehingga perbaikan kualitas dan pengem-
kombinasi output (output-output combination) bangan produk yang makin diminati oleh pasar
sepanjang kurve kemungkinan produksi akan terhambat. Dengan prinsip keunggulan
(production possibility curve) pada masing- biaya, UOC boleh ditingkatkan dengan inovasi
masing komoditi untuk menentukan commodity teknologi baru yang menghasilkan produk-
basket yang dapat memaksimumkan jumlah produk baru yang diminta oleh pasar, namun
penerimaan total berdasarkan harga output UOC tersebut masih lebih rendah dibanding di
masing-masing komoditi. Pertanian campuran negara pesaing, sehingga daya saing produk
(mix farming) sayuran dengan sapi perah, atau agribisnis Indonesia tetap tinggi.
perikanan kolam dengan ternak ayam, adalah
contoh-contoh klasik. Demikian pula tumpang-
sari (mix cropping) antara jagung dan cabai
merah adalah contoh yang banyak diterapkan KONSEP AGRIBISNIS DALAM
petani. KEBIJAKAN TEKNIS

Cara keempat, yaitu penggunaan


ukuran usaha paling efisien, didasarkan atas Sistem agribisnis tidak akan dapat
total biaya per unit output paling rendah. berkembang tanpa dukungan usaha-usaha
Dalam hal ini, biaya terdiri dari dua komponen agribisnis. Para pengusahalah yang meran-
utama, yaitu biaya variabel (variable cost) dan cang, merekayasa dan melakukan proses
biaya tetap (fixed cost). Skala usaha dapat agribisnis itu sendiri mulai dari proses pema-
terus ditingkatkan selama total biaya rata-rata saran ke proses produksi. Oleh karena itu,
(average total cost) masih terus menurun pemerintah harus mendorong berkembangnya
hingga mencapai titik paling rendah (masih usaha agribisnis. Usaha yang dimaksud dapat
terjadi economies of size). Jika rata-rata total berupa usaha rumah tangga seperti usahatani
biaya sudah mencapai titik paling rendah, ma- keluarga, home industry, koperasi, usaha
ka peningkatan skala usaha akan meningkat- kelompok, usaha kecil, menengah maupun
kan rata-rata total biaya (terjadi diseconomies usaha besar yang bergerak pada subsistem
of size). agribisnis, pada bagian hulu on farm maupun
Cara kelima, yaitu penggunaan ling- di hilir. Pengembangan perusahaan agribisnis
kup usaha paling efisien, didasarkan atas diterjemahkan sebagai peningkatan kuantitas,
penggabungan berbagai jenis komoditi atau kualitas manajemen dan kemampuan untuk
usaha ke dalam satu manajemen (economies melakukan usaha secara mandiri dan meman-
of scope). Hal ini dapat terjadi melalui integrasi faatkan peluang pasar. Di masa depan, usaha
vertikal atau integrasi horisontal. Dengan cara agribisnis akan memainkan peranan yang
ini, struktur organisasi bisa menjadi lebih besar dalam mendorong peningkatan penda-
sederhana sehingga jumlah biaya-tetap (fixed patan dan kesejahteraan petani.
cost), utamanya gaji direksi, bangunan (kantor,

KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS AGRIBISNIS DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN PETANI Nizwar Syafa’at, Pantjar
Simatupang, Sudi Mardianto dan Tri Pranadji

39
Sistem dan usaha agribisnis yang men, maka distribusi insentif ekonomi dan
dibangun ke depan adalah suatu sistem dan manfaat ekonomi diantara pelaku agribisnis
usaha yang tangguh yang memiliki empat merupakan faktor yang sangat penting dalam
karakteristik yaitu (a) berdaya saing, (b) menjaga keberlanjutan sistem dan usaha
berkerakyatan, (c) berkelanjutan dan (d) agribisnis.
desentralistis (Departemen Pertanian, 2002).
Desentralistis diartikan bahwa kegiat-
“Daya saing” dicirikan oleh tingkat efisiensi,
an ekonomi ditentukan oleh masyarakat
mutu, harga dan biaya produksi serta
pelaku sesuai dengan kondisi wilayahnya atas
kemampuan untuk menerobos pasar, dan
dasar keunggulan komparatif dan aspirasi
meningkatkan pangsa pasar dan memberikan
masyarakat setempat. Oleh karena itu sistem
pelayanan pada konsumen secara lebih
pelayanan pemerintah, sistem penunjang dan
memuaskan. Membangun sistem dan usaha
pemberdayaan masyarakat akan bersifat lokal,
yang berdaya saing dipengaruhi oleh dua
beragam dan harus dilakukan oleh daerah
faktor strategis yaitu (i) sisi permintaan, dan (ii)
setempat. Dengan demikian, secara alamiah
sisi penawaran. Dari sisi permintaan, ter-
pembangunan sistem agribisnis pada hake-
bukanya peluang-peluang pasar harus dapat
katnya merupakan pembangunan ekonomi
diterjemahkan dalam pengembangan agribis-
daerah. Hal ini sesuai dengan esensi otonomi
nis yang dihela oleh pasar (market driven).
daerah yakni melakukan desentralisasi dan
Pasar berubah sangat cepat, menuntut
pemerataan pembangunan yang berkeadilan.
produk-produk yang mengarah ke produk
olahan dan bermutu, sehingga menghendaki
pengembangan produk (product development) OPERASIONALISASI KONSEP
yang cepat pula. Dari sisi penawaran, pengu- AGRIBISNIS: One-Village-One Product
saha agribisnis harus mampu memproduksi Movement That Crosses Borders
produk-produk agribisnis yang mampu ber-
saing. Untuk itu pengusaha-pengusaha agri-
bisnis harus proaktif dalam memanfaatkan Keterpaduan sistem agribisnis dapat
inovasi dan teknologi sebagai salah satu dilihat dari dua aspek yaitu integrasi vertikal
sumber daya saing. dan koordinasi vertikal. Pengertian integrasi
Sistem yang “berkerakyatan” dicirikan vertikal dalam konteks ini adalah dalam melak-
oleh berkembangnya usaha produktif yang sanakan kegiatan dari setiap subsistem dan
melibatkan masyarakat secara luas baik dalam alokasi sumberdaya, pengambil keputusan
peluang berusaha, kesempatan kerja, maupun berada pada satu tangan, yaitu satu perusa-
dalam menikmati nilai tambah (pendapatan). haan agribisnis atau satu induk usaha (holding
company). Koordinasi vertikal mengandung
Hal ini tidak berarti harus hanya memperhati-
kan usaha skala kecil dan menengah, tetapi makna bahwa pengambilan keputusan ter-
juga usaha skala besar dalam konsep sebut berada dalam satu kesatuan, tetapi tidak
kerjasama (kemitraan yang konsep “win-win”) perlu dalam satu perusahaan. Pengertian
dengan usaha kecil dan menengah, dan yang koordinasi vertikal lebih sering dan lebih cocok
mempunyai dampak multiplier yang besar. digunakan dalam konsep agribisnis ini
Peranan pemerintah baik di pusat maupun di (khususnya di Indonesia), mengingat inti
daerah akan diarahkan untuk memberdayakan kegiatan agribisnis yaitu subsistem produksi
dan memfasilitasi tumbuh-kembangnya kreati- pertanian sebagian besar kepemilikannya
vitas masyarakat luas di seluruh daerah. berada dalam bentuk usaha keluarga.

Berkelanjutan diartikan sebagai ke- Koordinasi vertikal semakin perlu dila-


mampuan untuk meningkatkan kapasitas kukan karena saat ini preferensi konsumen
sumberdaya agribisnis yang semakin besar telah mengalami perubahan yang funda-
dari waktu ke waktu, yang semakin mensejah- mental. Kalau dulu atribut utama yang
terakan masyarakat, baik secara ekonomis, mencirikan preferensi konsumen hanyalah
sosial, dan lingkungan hidup. Karena dalam jenis, kenyamanan, stabilitas harga dan nilai
sistem dan usaha agribisnis terdapat keter- komoditi, maka dewasa ini konsumen telah
kaitan yang sangat kuat antara kepentingan pula menuntut tambahan atribut produk yang
para pelakunya termasuk antara lain konsu- lebih rinci seperti kualitas, kandungan nutrisi,

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 21 No. 1, Juli 2003 : 26 - 43

40
keselamatan dan kelestarian lingkungan hidup. PENUTUP
Dengan perkataan lain, dewasa ini pada
umumnya konsumen tidak lagi membeli
komoditi melainkan membeli produk. Strategi pengembangan wilayah, de-
Berbeda dengan integrasi vertikal, ngan mengutamakan agribisnis sebagai peng-
koordinasi vertikal tidak mengandalkan harga geraknya, bisa dijadikan pilihan pendekatan
sebagai media pendekatannya. Koordinasi pembangunan pedesaan yang tujuannya
vertikal direkat melalui keterpaduan kegiatan memberdayakan petani. Dengan strategi ini
dengan kuasi organisasi internal dan infor- bukan saja akan menempatkan sistem agri-
masi. Artinya, informasi perubahan preferensi bisnis sebagai integrator sektor riil antar
konsumen (atribut produk yang dikehendaki wilayah (yang homogen) melainkan juga akan
konsumen) dan harga dari pihak pengolah/ memberikan harapan lebih besar terjadinya
eksportir produk pertanian harus sampai transformasi struktur sosial-ekonomi di pe-
kepada petani. Dari informasi tersebut diharap- desaan.
kan petani akan menghasilkan produk pertani- Interaksi agroekosistem dan sistem
an dan memperoleh harga sesuai dengan sosial di pedesaan belum sepenuhnya dipan-
yang dikehendaki oleh pasar. dang sebagai institusi yang bisa digerakkan
Pendekatan koordinasi vertikal dalam untuk mendorong peningkatan nilai ekonomi
pengembangan agribisnis di atas dapat dite- sumberdaya pedesaan. Jika keunggulan
rapkan pada model pengembangan agribisnis komparatif tenaga kerja yang melimpah, nilai
One Village One Product movement yang intrinsik agroekosistem, teknologi dan penge-
merupakan salah satu model pengembangan tahuan manajemen bisa dimanfaatkan secara
agribisnis partisipatif yang melibatkan masya- optimal sebagai penggerak riil sistem
rakat lokal dan memanfaatkan sumberdaya agribisnis setempat, maka pengintegrasian
lokal dalam pembangunan wilayah yang beberapa wilayah pedesaan yang relatif
dikembangkan oleh MORIHIRO HIRAMATSU, homogen bisa menjadi basis pengembangan
seorang Gubernur dari OITA, Jepang sejak produk-produk pertanian yang berdaya saing
tahun 1979. One Village One Product tinggi.
movement merupakan kegiatan pengemba- Pengembangan manajemen usaha,
ngan wilayah yang aktivitasnya diinisiasi oleh yang mencakup diterapkannya sistem koor-
penduduk lokal dan difasilitasi oleh pemerintah dinasi (agribisnis) secara vertikal, bisa diinteg-
daerah. rasikan dengan pemaduan antar wilayah
Tiga prinsip utama pengembangan One usaha agribisnis. Selain itu, dengan diterap-
Village One Product movement yaitu: kannya model agribisnis One Village One
merupakan pengembangan komoditas unggul- Product Movement, sistem koordinasi vertikal
an daerah tetapi mampu bersaing di pasar bukan saja akan relatif mudah disesuaikan
dunia, merupakan keputusan dan inisiatif dengan tuntutan pasar; melainkan juga
penduduk lokal, dan merupakan pengemba- dengan upaya pemberdayaan atau pengem-
ngan sumberdaya manusia. Lima konsep One bangan partisipasi masyarakat pedesaan se-
Village One Product movement yaitu: (1) tempat.
mengidentifikasi kemampuan sumberdaya Menempatkan peran pemerintah seba-
lokal yang berpotensi tinggi dalam meng- gai input (produksi) bagi pengembangan
aktualisasikan pengembangan wilayah; (2) wilayah berbasis kegiatan agribisnis (sebagai
nilai tambah berada pada keunikan produk sektor riil) harus dipandang sebagai upaya
daerah; (3) meningkatkan daya saing produk mempercepat dan mempertajam perkemba-
tersebut melalui perbaikan kualitas dan ngan pemanfaatan seluruh sumberdaya wila-
keunikannya, kreativitas dan inovasi oleh yah pedesaan yang sejalan dengan pening-
penduduk lokal; (4) membuat satu atau dua katan pendapatan dan kesejahteraan petani.
produk; dan (5) kepemimpinan yang baik. Un- Kebijakan otonomi dan desentralisasi, dengan
tuk meningkatkan partisipasi masyarakat se- demikian, harus dipandang sebagai upaya
tempat, maka perlu dikembangkan informasi, memberikan keleluasaan bagi masyarakat
intermediateri, institusionalisasi stakeholders pedesaan agar kreativitas mereka di bidang
dan inisiative.

KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS AGRIBISNIS DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN PETANI Nizwar Syafa’at, Pantjar
Simatupang, Sudi Mardianto dan Tri Pranadji

41
pengembangan daya saing ekonomi wilayah Biro Perencanaan, Departemen Pertanian,
setempat lebih tersalur secara fungsional. 17 Februari, Jakarta.

Peran pemerintah yang penting ditonjol- Anwar, A. 1995b. Kebijaksanaan dan Instrumen
kan dalam pengembangan wilayah berbasis Ekonomi dalam Upaya Pengendalian
Kerusakan Sumber Daya Alam dan Ling-
agribisnis dalam memberdayakan petani kungan Hidup. Makalah disampaikan pada
antara lain : Temu Pendapat tentang Pengembangan
(a) Melakukan advokasi politik dalam bentuk Kebijaksanaan Ekonomi Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Jakarta.
perancangan konsep pengembangan
agribisnis di pedesaan yang lebih sis- Departemen Pertanian. 2002. Strategi Pembangun-
tematik dan sesuai dengan keunggulan an Pertanian. Jakarta.
wilayah setempat. Dieken and Lloyd. 1999. Locational in Space.
(b) Melancarkan dan memudahkan aliran Washington, DC.
(difusi) inovasi di bidang teknologi, kapi- Jhingan, M.L. 1994. Ekonomi Pembangunan dan
tal, peningkatan kompetensi sumberdaya Perencanaan. Rajawali Press, Jakarta.
manusia dan kepemimpinan lokal, sistem
Mosher, A.T. 1966. Getting Agriculture Moving.
pengambilan keputusan yang merepre- Frederick A. Praeger, Inc., Publishers, New
sentasi kepentingan penduduk lokal dan York.
informasi pemasaran produk pertanian
setempat. Munasinghe, M. 1993. Environmental Economics
and Sustainable Development. World
(c) Mengembangkan suatu model hidup Bank Environment Paper Number 3,
atau proyek rintisan sistem keorganisa- Washington D.C.
sian agribisnis yang digerakkan oleh Pakpahan, A. et. al. 1995. Kemiskinan di Pedesaan,
kekuatan sumberdaya masyarakat lokal, Konsep, Masalah dan Penanggulangan-
keunikan agroekosistem setempat, pra- nya. Dalam Prosiding Kemiskinan di
sarana ekonomi yang ada, dan jaringan Pedesaan. Masalah dan Alternatif Penang-
pasar produk agribisnis yang sudah gulangannya: Hermanto et al. Pusat Pene-
mapan. litian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

(d) Mengintegrasikan model hidup ini dengan Pezzey, J. 1990. Sustainable Development
Concepts: an Economics Analysis. Wolrd
model pengembangan tatanan sistem
Bank Environment Paper Number 1,
ekonomi, politik dan budaya setempat, Washington, D.C.
sehingga pengembangan sistem agri-
bisnis ini memiliki dukungan politik yang Prawiradiputra, B. et. Al. 1995. Tinjauan Beberapa
kuat, ramah dengan lingkungan, berdaya Proyek Sistem Usaha Tani Konservasi di
Daerah Aliran Sungai Bagian Hulu. Pusat
saing tinggi dan sejalan dengan pening-
Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
katan kesejahteraan masyarakat pedesa-
an setempat. Sumaryanto, et. al. 1995. Analisis Kebijaksanaan
Konservasi Lahan Sawah ke Penggunaan
Non Pertanian. Laporan Penelitian. Pusat
Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Bogor.
Suradisastra, K. 1995. Peran Pemerintah Dalam
Anwar, A. 1990. Analisis Kesejahteraan Sosial Pemacuan Industrialisasi Pertanian. Pusat
dalam Alokasi Sumber Daya Alam untuk Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian,
Penentuan Kebijaksanaan Ekonomi ke Bogor.
Arah Pembangunan yang Berkelanjutan.
Tietenberg, J. 1994. Environmental Economics and
Makalah disajikan pada Seminar Him-
Policy. Harper Collins Publisher, New York.
punan Ilmu Tanah Indonesia, 9-10 Oktober
di Ujung Pandang. Todaro, M.P. 1990. Pembangunan Ekonomi di
Dunia Ketiga (terjemahan). Jilid2, Cet. ke-
Anwar, A. 1995a. Beberapa Proposisi Kelembagaan
3, PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta.
Agribisnis di Pedesaan. Makalah disajikan
pada Seminar Hasil Penelitian Agribisnis di Uphoff, N. dan C.H. Rasahan. 1992. A Strategy for
Sustainable Agricultural and Rural

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 21 No. 1, Juli 2003 : 26 - 43

42
Development with Poverty Alleviation in Winoto, J. 1995c. Pengentasan Kemiskinan (pene-
Proceedings Poverty Alleviation with Sus- rapan Konsep-konsep Community Deve-
tainable Agricultural and Rural Develop- lopment dalam Action Research), Institut
ment in Indonesia. Organized by: CASER Pertanian Bogor.
and CIFAD, Bogor.
Winoto, J. 1995b. Pembangunan (Sari Tema Teori-
Wibowo. 1993. Teori Perencanaan dan Pembangu- teori Pembangunan Lintas Madzhab dan
nan Wilayah. Universitas Jember. Jember. Penerapannya untuk Analisis Usaha Kecil
dan Menengah). Institut Pertanian Bogor.
Winoto, J. 1995a. Ketidakseimbangan Pembangu-
nan Spasial. Pascasarjana, IPB, Bogor. World Bank. 1994. Indonesia: Environmental and
Development. A Wold Bank Country Study,
Washington, D.C., USA.

KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS AGRIBISNIS DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN PETANI Nizwar Syafa’at, Pantjar
Simatupang, Sudi Mardianto dan Tri Pranadji

43

Anda mungkin juga menyukai