Anda di halaman 1dari 3

Kamu kecanduan rokok? end masa depanmu!

Oleh : Hanif Afifudin

Merokok merupakan kegiatan menghisap batang rokok yang dilakukan dalam keidupan sehari-
hari. Jika telah menjadi kebiasaan yang dilakukan terus menerus oleh seseorang individu, rokok dapat
menjadi satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi seperti layaknya kebutuhan primer. Menurut
penelitian, masyarakat Indonesia merupakan perokok aktif dengan jumlah paling tinggi di Asia
tenggara, mencapai 67,4 % dari jumlah seluruh penduduk pada taun 2016. Jumlah tersebut semakin
meningkat di taun 2018 karena diperparah oleh kebiasaan merokok yang ternyata sekarang mulai
diminati sejak masa anak-anak. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menemukan bahwa prevalensi
perokok pada penduduk usia atas 10 di Indonesia tahun sebesar 28,8 persen. Hal tersebut sangat
memprihatinkan sebab prevalensi merokok pada remaja (10-18 tahun) sejak tahun 2013 terus
meningkat. Berdasarkan Riskesdas 2013 angka perokok muda tercatat sebesar 7,2 persen, lalu
meningkat menjadi 8,8 persen dalam Riskesdas 2016 dan persentase itu melonjak menjadi 9,1 persen
pada Riskesdas 2018.
Mulai tahun 2020, Indonesia diperkirakan memperoleh bonus demografi. Bonus Demografi
merupakan kondisi dimana suatu wilayah atau negara memiliki jumlah penduduk usia produktif (usia
15-64 tahun) lebih banyak dibandingkan dengan usia non-produktif (usia 65+). Dikatakan sebagai
"bonus" karena kondisi ini tidak terjadi secara terus menerus melainkan hanya terjadi sekali dan tidak
bertahan lama. Prasyarat yang harus dipenuhi oleh suatu negara apabila ingin memperoleh manfaat
besar dari bonus demografi yaitu yang pertama dan paling utama adala adanya sumber daya manusia
yang berkualitas. Anak-anak atau remaja yang pada tahun 2020 memasuki usia produktif adalah aset
utama yang harus disiapkan secara kualitas. Mereka saat ini berusia minimal 15 tahun, yang rata-rata
masih duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Usia inilah yang disebut sebagai masa remaja,
yaitu masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa
pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya.
Sebuah fenomena miris yang harus kita terima dimana remaja yang seharusnya disiapkan
menjadi manusia yang berkualitas malah menjadi para pecandu rokok yang yang berbahaya bagi
kesehatan mereka karena kesehatan merupakan elemen penting manusia untuk dapat hidup produktif.
Kebiasaan merokok apalagi dimulai sejak masa remaja atau bahkan anak-anak dapat menyebabkan
banyak penyakit berbahaya hingga mengarah pada kematian. Bahaya merokok bagi diri sendiri dapat
membahayakan bagi hampir setiap organ tubuh, menyebabkan banyak penyakit, dan mengurangi
kesehatan perokok aktif secara umum. Lebih menderita lagi pada perokok pasif, seorang yang terpapar
asap rokok dari seorang perokok aktif, yang sama berbahayanya bagi kesehatan. Beberapa zat
berbahaya yang terkandung dalam rokok, antara lain adalah tar yang akan menempel pada paru-paru,
nikotin yang berupa zat adiktif (candu), karbon monoksida yang bisa mengikat hemoglobin dalam
darah, toluene yang merupakan zat kimia beracun, hydrouinone yang dapat mengganggu kesehatan
sistem syaraf pusat, dan masih beberapa zat lain yang berbahaya.
Meningkatnya perokok di usia remaja tidak lepas dari semakin bebasnya pergaulan di kalangan
mereka. Perkembangan teknologi yang semakin pesat juga turut mempengaruhi fenomena ini. Remaja
yang merokok, kemungkinan besar teman-temannya juga merokok, dan sebaliknya. Dalam lingkungan
pergaulan dimana remaja memiliki geng atau komunitas jika terdapat satu atau lebih teman yang
merokok, maka akan muncul rasa ingin tahu dan mencoba untuk mengkonsumsi rokok bagi yang lain.
Mahalnya harga rokok ternyata tidak mengurangi konsumen untuk mengkonsumsi rokok. Perusahaan
rokok juga tidak kehabisan cara untuk mempromosikan rokok, terutama sebagai sponsor-sponsor acara
atau kegiatan besar yang melibatkan masyarakat banyak.
Peringatan tentang bahaya merokok sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 109
Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi
Kesehatan, yang kemudian aturan pelaksanaannya dikeluarkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada
Kemasan Produk Tembakau. Dalam aturan tersebut, ada lima gambar yang dipakai dalam tiap bungkus
rokok yaitu kanker mulut, kanker paru, dan bronkitis akut, kanker tenggorokan, merokok
membahayakan anak, serta gambar tengkorak. Tujuannya untuk membuat perokok sadar akan bahaya
yang mengancam. Meskipun begitu, ternyata gambar-gambar tersebut tidak memberikan dampak bagi
para perokok, bahkan sekarng kita dihadapkan dengan kenyataan bahwa terjadi peningkatan jumlah
perokok usia remaja dan anak-anak.
Jika peraturan pemerintah saja sudah tidak dihiraukan, maka beberapa hal yang bisa dilakukan
remaja untuk menghindari rokok antara lain adalah :
1. Semakin mendekatkan diri dengan keluarga
Keluarga memiliki berbagai macam fungsi, yang antara lain memberikan kasih sayang,
memberikan bimbingan normatif serta memberikan berbagai pengalaman hidup yang dapat
menjadi guru terbaik untuk anak-anaknya. Kedekatan anak atau remaja dengan keluarga akan
memberikan efek yang sangat baik terutama mengenai bahaya merokok.
2. Mengikuti kegiatan-kegiatan positif seperti ekstrakurikuler di sekolah
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang diarahkan untuk pembentukan karakter
(pribadi) anak sehingga sesuai dengan minat dan bakatnya. Kegiatan ini mampu mengurangi
potensi remaja untuk melakukan hal-hal yang kurang baik setelah pulang sekolah. Biasanya setelah
pulang sekolah para remaja ada waktu yang cukup banyak yang biasanya malah digunakan untuk
hal-hal yang kurang positif, termasuk diantara merokok.
3. Melaksanakan ajaran agama dengan baik dan benar
Agama menjadi bagian yang sangat penting dalam membentengi diri remaja untuk melakukan hal
yang buruk. Penanaman nilai-nilai keagamaan di dalam setiap remaja adalah hal yang mutlak
dilakukan. Agama juga mengatur tentang pergaulan, maka diharapkan para remaja juga bisa
memilih lingkungan yang baik untuk bergaul, sehingga tidak terpapar bahaya rokok.
Ketiga cara tersebut diharapkan mampu mengindarkan para remaja agar tidak menjadi para
pecandu rokok.
REFERENSI
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180905184752-255-327955/jumlah-perokok-muda-
masih-tinggi
https://tirto.id/perokok-indonesia-semakin-muda-cG73
https://www.viva.co.id/gaya-hidup/kesehatan-intim/1090464-miris-jumlah-perokok-remaja-di-
indonesia-terus-meningkat
https://wartakota.tribunnews.com/2018/07/23/jumlah-perokok-pemula-semakin-meningkat-menjadi-
886-persen
Rosari, Andhini. 2017. Bonus Demografi dan Dampak terhadap Indonesia. Diakses oleh penulis
melalui website www.kompasiana.com pada tanggal 19 Maret
BKKBN. 2017. Bonus Demografi Meningkatkan Kualitas Penduduk melalui Keluarga. Diakses oleh
penulis melalui website www.bkkbn.go.id pada tanggal 19 Maret 2018

BIODATA PENULIS

Nama : Hanif Afifudin


Tempat, Tanggal Lahir : Gunungkidul, 03 Mei 2004
Asal Sekolah : SMPIT Tunas Mulia

Anda mungkin juga menyukai