Anda di halaman 1dari 9

Hiperemesis Gravidarum :

Asesmen dan Asuhan Kebidanan

Diane Marlin
Kebidanan, Universitas Adiwangsa Jambi, Jambi
e-mail: *dy.dian90@gmail.com

ABSTRAK

Pada masa awal kehamilan rata ± rata di usia kehamilan 6 ± 12 minggu timbul
keluhan kehamilan salah satunya mual dan muntah yang umum terjadi hingga 50 -
90% pada wanita hamil. Mual dan muntah akan mempengaruhi hingga > 50 %
kehamilan, mual muntah yang berlebihan atau Hiperemesis Gravidarum memiliki
insiden 0,5% - 2% dari semua kelahiran hidup. Hiperemesis gravidarum dapat
mengurangi waktu produktif dalam beraktifitas, menyebabkan dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit hingga dan menyebabkan komplikasi maternal dan janin.
Patofisiologi dan etiologi tunggal hiperemesis gravidarum belum dapat
dijelaskan secara teori. Hiperemesis melibatkan interaksi yang kompleks,
dimungkinkan peningkatan Hormon seperti HCG, Progesteron, Esterogen, TSH, T4,
kortisol dan keadaan stres psikologis dapat mempengaruhi motilitas lambung dan
merangsang pusat muntah. Diagnosis biasanya dibuat secara klinis setelah
mengesampingkan penyebab lain, Hiperemesis gravidarum dapat mengancam
kehidupan dan pengobatan harus dimulai segera.
Kebanyakan wanita dengan hiperemesis menemukan pengetahuan bahwa mual
dan muntah adalah 'normal' dan akan menghilang seiring bertambah usia gestasi. Hal
ini harus menjadi bagian yang konsisten dari konseling bidan mengenai dampak mual
muntah yang tidak ditangani dengan baik.
Pada artikel ini etiologi, diagnosis, Patofisiologi dan asuhan kebidanan akan
diuraikan berdasarkan tinjauan literatur selektif.

Kata Kunci² Hiperemesis graviadarum, Asuhan Kebidanan


PENDAHULUAN diperkirakan erat kaitannya dengan 1)
Faktor biokimiawi yang disebabkan oleh
Kehamilan merupakan suatu bagian dari perubahan metabolik, 2) Faktor endokrin,
siklus kehidupan wanita. Kehamilan yang peningkatan berlebihan hormonselama
sehat dan kondisi fisik serta psikologi yang kehamilan dalam serum darah maternal
stabil sepanjang kehamilan merupakan secara cepat dan tinggi 3) Faktor
hasil yang diharapkan dalam perawatan psikologis, kejadian hiperemesis
antenatal tiap trimester. Salah satu bentuk gravidarum dapat mewakili penyakit jiwa
dari komplikasi pada trimester pertama termasuk gangguan somatisasi dan depresi
adalah hiperemesis gravidarum atau mual berat. 7,8
muntah yang berlebihan. 1
Berdasarkan uraian diatas terdapat
Hampir 90% wanita hamil mengalami beberapa faktor yang berperan terhadap
mual dan muntah fisiologis pada kejadian hiperemesis gravidarum, tetapi
trimester pertama, tetapi hal tersebut bisa belum ditemukan teori yang kuat dalam
menjadi keadaan patologi dengan menjelaskan etiologi dari hiperemesis
frekuensi mual dan muntah yang lebih gravidarum ini.
sering dan menetap hingga terjadi
dehidrasi.2 Keadaan ini dapat berlanjut
TELAAH LITERETUR
sampai akhir kehamilan hingga menjadi
Definisi
komplikasi maternal yang mengakibatkan keadaan mual dan muntah yang dialami
terganggunya aktifitas fisik ibu sehari± hingga mengganggu aktivitas sehari-hari
hari. 3 hingga menimbulkan komplikasi
Mual dan muntah secara terus menerus, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan
mengakibatkan turunnya berat badan berat badan lebih dari 3 kg atau 5% dari
hingga lebih dari 5% berat badan sebelum berat badan sebelum hamil. 9
hamil. Dehidrasi dan ketidakseimbangan
elektrolit dapat menyebabkan komplikasi
Epidemiologi
maternal seperti kerusakan hati dan ginjal, Teori memperkirakan bahwa keluhan
robekan pada esofagus, pneumothoraks, fisiologi mual dan muntah terjadi pada 70±
neuropati perifer, ensefalopati wernicke 90% dari kehamilan. Dari seluruh
dan kematian ibu.4 Pada janin dapat kehamilan dengan mual dan muntah 60±
menyebabkan pertumbuhan janin 80% terjadi pada primigravida dan 40±
terhambat dan kelahiran dengan apgar 60% multigravida. Kondisi patologi mual
score kurang dari 7 pada 5 menit pertama dan muntah yang berat atau hiperemesis
bahkan kematian janin intra uterin.5 Pada gravidarum terjadi pada 1±3% dari semua
kasus hiperemesis gravidarum yang kehamilan. 10, 11
ekstrim dapat terjadi defisiensi vitamin-K
yang menyebabkan koagulopati dan Etiologi
perdarahan intrakranium janin.4
Faktor Endokrin.
Saat ini belum ada teori Patofisiologi dan Faktor endokrin atau hormonal memiliki
etiologi yang memberikan penjelasan efek metabolik yang dapat mengganggu
secara adekuat tentang hiperemesis metabolisme dan sistem pencernaan
gravidarum.6 Etiologi multifaktorial
sehingga memperparah keadaan mual lambung yang dapat menyebabkan
muntah.12 Studi prospektif tahun 1990 gangguan saluran pencernaan. Pada studi
hingga 2005 meneliti hubungan antara ilmiah ditemukan sebanyak 61,8%
Hormon Chorionic Gonadhotropin (HCG) perempuan hamil dengan hiperemesis
dan hiperemesis, merangkum hasil bahwa gravidarum menunjukkan hasil tes deteksi
secara signifikan peningkatkan nilai HCG genom Helycobacter Pylori yang positif. 16
ditemukan pada hyperemesis gravidarum.
6
HCG secara struktural mirip dengan TSH Imunologi
NHGXD .-lengan identik. Sebelas dari 15 Hiperemesis gravidarum dikaitkan dengan
studi prospektif yang membandingkan aktivitas berlebihan saraf simpatik dan
nilai T4 pasien hiperemesis dengan pasien peningkatan produksi Tumor Necrosis
hamil normal, ditemukan peningkatan Factor Alpha 71) . 3HQLQJNDWDQ NDGDU
signifikan nilai T4 dalam wanita dengan adenosin sehingga aktivasi saraf simpatik
hiperemesis, dan ini juga kasus yang dan produksi sitokin yang berlebihan.
berkaitan dengan nilai-nilai TSH. 6 12 Imunoglobulin C3 dan C4 serta jumlah
Hormon Progesteron juga diduga limfosit secara signifikan lebih tinggi pada
menyebabkan mual dan muntah dengan wanita dengan hiperemesis gravidarum.
cara menghambat motilitas lambung dan Keseimbangan Th1 atau Th- 2 menurun
gelombang kontraksi otot polos lambung. 4 pada wanita dengan hiperemesis
Hormon lain seperti kortisol yang tinggi gravidarum menghasilkan peningkatan
dan adanya keparahan keadaan stress atau kekebalan humoral. Peningkatan
gangguan psikologis menunjukan korelasi Deoxiribonucleic Acid (DNA) janin telah
positif, ketika stres muncul sumbu ditemukan dalam plasma ibu dari wanita
hipotalamus hipofisis adrenal akan dengan hiperemesis gravidarum. Dengan
memicu reaksi psikologis seperti demikian, hiperemesis gravidarum dapat
peningkatan kadar serum kortisol. 8 13 dimediasi oleh penyimpangan kekebalan
tubuh ibu pada kehamilan. 3
Faktor Metabolik Stres psikologis
Teori metabolik menyatakan bahwa Faktor psikososial sangat terlibat dalam
kekurangan vitamin B6 dapat etiologi hiperemesis gravidarum dan tidak
mengakibatkan mual dan muntah pada hanya mempengaruhi durasi lama periode
kehamilan. Pada hiperemesis gravidarum mual dan muntah tetapi juga keparahan
terjadi abnormalitas saraf simpatik dan gejala.17 Beberapa kasus hiperemesis
gangguan sekresi vasopressin sebagai gravidarum menunjukkan adanya kelainan
respon terhadap perubahan volume psikiatri termasuk Sindrom Munchausen,
intravaskular. Hal tersebut akan gangguan konversi, somatisasi dan depresi
mempengaruhi peristaltik lambung berat. Hal ini mungkin terjadi dibawah
sehingga menimbulkan gangguan motilitas situasi stres atau ambivalensi pada
lambung. 14 15 kehamilan, namun demikian hiperemesis
Helycobacter Pylori gravidarum dapat timbul tanpa disertai
Bakteri gram negatif, dengan bentuk spiral adanya kelainan psikiatri 18, 19
melengkung dan berflagel yang ditemukan Mengabaikan aspek psikosomatis pada
hidup berkoloni pada lapisan mukosa pasien hiperemesis gravidarum hanya
akan mengobati kondisi gejala tanpa dan muntah kita dapat mengetahui
menghilangkan penyebabnya.9 penyebab timbulnya muntah. 22

Muntah merupakan cara traktus


Manifestasi Klinis
gastrointestinal mengosongkan isinya,
Tingkat I : Muntah terus menerus yang ketika semua bagian atas gastrointestisinal
mempengaruhi keadaan umum penderita, teriritasi secara luas atau sangat
ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, terstimulasi menyebabkan suatu
berat badan menurun dan merasa nyeri rangsangan khusus yang kuat untuk
pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar muntah. Sinyal sensorik mual dan muntah
100 permenit, tekanan darah sistolik dikordinasikan di pusat muntah pada
menurun, turgor kulit menurun, lidah medula batang otak oleh saraf averen
mengering dan mata cekung. 16, 20 vagal dan aferen simpatis. 15 23

Tingkat II: Penderita tampak lebih lemas Gerakan muntah atau vomitus dikendaikan
dan apatis, turgor kulit lebih menurun, oleh dua pusat medularis yang berbeda
lidah mengering dan nampak kotor, nadi seperti yang terlihat pada gambar 2.2
kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik mengenai hubungan persarafan pusat
dan mata sedikit ikterus. Berat badan turun muntah yaitu : 1) Pusat vomitus di bagian
dan mata menjadi cekung, tensi turun, dorsal retikulum lateralis, 2)
hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Kemoreseptor Trigger Zone di daerah
Aseton dapat tercium dalam bau postrema dasar ventrikulus keempat.
pernapasan, karena mempunyai aroma Setiap orang memiliki ambang yang sangat
yang khas dan dapat pula ditemukan dalam berbeda terhadap berbagai stimulus pada
urin. 16, 21 pusat vomitusnya. Pusat muntah
mengontrol dan mengintegrasi kerja
Tingkat III : Keadaan umum lebih buruk, emesis. Pusat muntah ini menerima
muntah berhenti, kesadaran menurun dari rangsangan aferen dari traktus
samnolen sampai koma, nadi menurun dan gastrointestinal dan bagian lain dari tubuh,
cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. dari batang otak yang lebih tinggi dan
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf pusat korteks, terutama aparatus labirintin,
yang dikenal sebagai Encephalopathy dan dari zona pencetus kemoreseptor. 24
Wernicke dengan gejala nistagmus,
diplopia, dan perubahan mental. Keadaan Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) atau
ini terjadi akibat defisiensi zat makanan, zona pencetus kemoreseptor dengan
termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya sendirinya tidak mampu menimbulkan
ikterus menunjukan adanya gangguan hati. gerakan vomitus, aktivasi zona ini lebih
20, 22
memberikan impuls eferen pada pusat
vomitus medularis yang selanjutnya akan
Patofisiologi memulai emesis. CTZ merupakan
kemoreseptor emetik yang dapat diaktivasi
Patofisiologi hiperemesis belum diketahui oleh berbagai stimulus seperti penggunaan
pasti, teori yang paling umum digunakan obat-obat tertentu termasuk apomorfin
karena adanya pengaruh berbagai hormon dan morfin, toksin, bakteri, dan
kehamilan. Namun dari patofisiologi Mual abnormalitas metabolik yang merangsang
kemoreseptor hingga mencetuskan 1) Bernafas dalam
muntah.24 2) Terangkatnya tulang hioid dan laring
untuk mendorong sfingter
krikoesofagus terbuka.
3) Tertutupnya glotis.
4) Terangkatnya palatum mole untuk
menutup nares posterior.
5) Berikutnya timbul kontraksi yang kuat
dari otot abdomen yang dapat
menimbulkan tekan intragastrik yang
meninggi. Akhirnya sfingter esofagus
mengalami relaksasi, sehingga
memungkinkan pengeluaran isi
15
lambung.

Diagnosis

Hiperemesis gravidarum diagnosis melalui


Anamnesis: didapatkan amenorea, hasil uji
planotest positif, mual, dan muntah.
Gambar 2.2 Hubungan persarafan pusat
Frekuensi mual dan muntah terjadi terus
muntah, beberapa inti sensorik, motorik
menerus, menetap dan mengganggu
dan kontrol. 24
aktivitas sehari-hari ibu (Gunawan et al,
2011). Pemeriksaan fisik, nilai adanya
Impuls motorik yang menyebabkan
tanda dehidrasi berdasarkan tabel 2.1 dan
muntah di transmisikan dari pusat muntah
tabel 2.2. Penggunaan penilaian dehidrasi
melalui jalur saraf kranialis V, VII, IX, X
menurut World Health Organization
dan XII melalui saraf vagus dan simpatis.
(WHO) 25. Periksa urin dan lihat kadar
Lintasan eferen yang penting pada vomitus
keton Urin Ibu
adalah nervus frenikus (pada diafragma),
nervus spinalis (pada muskulatur
interkostalis dan abdominalis) dan serabut
saraf eferen viseral dalam nervus vagus
(pada laring, faring, esofagus, dan
lambung). Pusat muntah berlokasi dekat
pusat medula lain yang mengatur fungsi
respirasi, vasomotor dan autonomik yang
dapat terkena pada proses muntah.
Ketika pusat muntah sudah cukup
terangsang akan timbul efek :
Tabel 2.1 Klasifikasi Dehidrasi Jaringan Lidah Lidah Atonia
Berdasarkan Gejala Klinis dan kering kering Turgor
Pemeriksaan Fisik Turgor Turgor buruk
Yang SKOR turun kurang
Dinilai A B C
Keadaan Baik, Gelisah, Lesu, SSP Mengantuk Apatis Koma
Umum sadar rewel lunglai Sumber : Leksana. 26
atau tidak
sadar Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk
membantu menegakkan diagnosis.
Mata Normal Cekung Sangat Pemeriksaan yang dilakukan adalah
cekung, urinalisis, analisis darah lengkap,
Kering Ultrasonography. 27

Cairan Minum Haus Malas


biasa/ ingin minum/ Satu indikator yang berguna adalah awitan
tidak minum tidak mual dan muntah pada hiperemesis
haus banyak bisa gravidarum biasanya dimulai dalam 8
minum minggu setelah hari pertama haid terakhir
awitan. Mual dan Muntah yang baru
Turgor Kembali Kembali Kembali muncul pada trimester kedua atau ketiga
cepat lambat sangat menurunkan kemungkinan hiperemesis
lambat gravidarum. Peningkatan suhu/ demam
a. < 2 tanda dikolom B dan C: Tanpa dan nyeri tekan maupun nyeri lepas bagian
dehidrasi perut juga bukan merupakan gejala khas
b. > Tanda dikolom B : Dehidrasi ringan hiperemesis gravidarum. Pemeriksaan
dan sedang ultrasonografi perlu dilakukan untuk
c. > 2 Tanda di kolom C : Dehidrasi mendeteksi kehamilan ganda atau mola
berat hidatidosa.9,16
Sumber : World Health Organization
(WHO) Prognosis
Pasien hiperemesis gravidarum harus
Tabel 2.2 Tanda Klinis Dehidrasi dirawat inap di rumah sakit dan dilakukan
Dehidarasi Dehidara Dehida rehidrasi dengan cairan natrium klorida
Ringan si rasi atau ringer laktat. Penelitian melaporkan
Sedang Berat semua wanita hamil dengan emesis
Defisit 3±5% 6±8% • gravidarum merasakan awal terjadinya
cairan emesis pada usia kehamilan dibawah 9
Hemodi- Takikardi Takikardi Takikar minggu. Jumlah tersebut menurun pada
namik Nadi Nadi di usia kehamilan 10 minggu, turun lagi pada
lemah sangat Nadi usia kehamilan 12 minggu, dan menjadi
lemah tidak 30% pada kehamilan 16 minggu. 10%
Hipotensi teraba mengalami mual dan muntah setelah usia
orostatik kehamilan 16 minggu dan hanya 1% tetap
mengalaminya setelah usia kehamilan 20 erat dengan hiperemesis, daerah ART
minggu. 3 10 mungkin merupakan bidang baru yang
menarik dari studi. Karena perubahan
Asuhan Kebidanan hormon tertentu sangat signifikan pada
pasien hiperemesis gravidarum.12
x Langkah yang paling penting bagi Sampai saat ini patofisiologi hiperemesis
pasien adalah cairan untuk menghindari gravidarum belum dapat dipahami.
dehidrasi, yang memperburuk mual. Pengobatan hiperemesis masih sebatas
x Kebanyakan wanita dengan hiperemesis pengobatan gejala, pengobatan suboptimal
menemukan pengetahuan bahwa mual akan memiliki efek mendalam pada
dan muntah adalah 'normal' dan akan kesehatan dan kualitas hidup ibu hamil.
menghilang seiring bertambah usia sebagai perempuan serta dampak
gestasi. Hal ini harus menjadi bagian keuangan pada sistem perawatan
6, 12
yang konsisten dari konseling bidan kesehatan. (verberg, , Buhling 2008 )
mengenai dampak Mual muntah yang
tidak ditangani dengan baik. 10 Kesimpulan
x Untuk memperoleh kepastian diagnosa, x Diagnosis dan penatalaksanaan mual
perhatikan tanda Dehidrasi dan lakukan dan muntah dalam kehamilan yang
pemeriksaan urin di laboratorium. Jika tepat dapat mencegah komplikasi
urin mengandung zat keton hiperemesis
mengindikasikan ibu hamil butuh x Gravidarum yang membahayakan ibu
perawatan di rumah sakit. 10, 12 dan janin.
x Pertumbuhan janin juga dipantau x Ibu hamil yang tidak dapat mentoleransi
melalui US dan kondisi ibu tetap cairan oral memerlukan perawatan di
merupakan prioritas utama yang rumah sakit.
penting mendapatkan perhatian dalam x Mempertahankan hidrasi lebih penting
pengobatan. 14 daripada nutrisi dalam jangka pendek.
x Dukungan emosional keluarga sangat x Ibu hamil dengan dehidrasi harus
dibutuhkan untuk mrngurangi stress menerima penggantian cairan intravena
psikologis yang mengakibatkan
dengan multivitamin, terutama tiamin
Hiperemesis gravudarum.14
x Modifikasi Diet dan gaya hidup.14

Sitasi Artikel
Implikasi Penelitian Selanjutnya
Marlin Diane (2016). Hiperemesis
Pentingnya pendefinisian hiperemesis
Gravidarum: Asesmen dan Asuhan
gravidarum yang spesifik untuk
Kebidanan. Scientia Journal Unaja.
meminimalkan penafsiran subjektif yang
ISSN ........... Vol ...... No.... Hal .... - ....
hanya berdasarkan kondisi fisik ibu dan
usia gestasi tanpa memandang penyebab
mual muntah Ibu hamil.14
Endokrin sebagai etiologi hiperemesis
gravidarum tampaknya paling berkaitan
DAFTAR PUSTAKA 8. Jueckstock, JK. Kaestner, R and
Mylonas, I (2010). Managing
1. Manuaba, IAC. Ida Bagus, GFM dan Hyperemesis Gravidarum: A
Ida Bagus, GM (2010) Ilmu Multimodal Challenge. Biomed
Kebidanan. Penyakit Kandungan dan central. BMC Medicine 8:46 p
KB Untuk Pendidikan Bidan. Edisi 2.
Jakarta: EGC . Hal 231-233 9. Ismail, SK and Kenny, L (2007)
Review On Hyperemesis Gravidarum.
2. Prawirohardjo, SW (2009) Ilmu Elsevier. Best Practice and
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Reasearch Clinical Gastroenterology.
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal Vol. 21. No 5. p 755 ± 769
815 ± 817
10. Bailit, J.L. 2005. Hyperemesis
3. Ogunyemi, DA (2010). Hyperemesis Gravidarum: Epidemiologic findings
Gravidarum. Emedicine. Available from a large cohort. AM J Obset Gynecol.
from: http://www.emedicine.com 193 (3 Pt): 811 ± 14 p
<diakses 05 Desember 2015>
11. Buhling, KJ and David, M (2008)
4. Cunningham, FG. Leveno, KJ. Bloom, Nausea and Hyperemesis Gravidarum.
SL. Spong, CY. Dhase, JS. Hoffman, Gynakol Geburtsmed Gynakol
BL et al (2014) Williams Obstetrics. Endokrinol;4(1): 36 ± 48
24 rd edition. New York: The Mc publiziert31.03.08 www.akademos.
Graw-Hills Companies. Inc. 106-107. de/gyn akademos Wissenschaft
1084-1085. 1290-1291 sverlag 2008 ISSN 1614-8533

5. Asih D.M.R., Kampono. N., dan 12. Sheehan, P (2007). Hyperemesis


Prihartono. J, 2009. Hubungan Gravidarum Assessment and
Pajanan Infeksi Helicobacter Pylori Management. In : Australian Family
Dengan Kejadian Hiperemesis Physician. Vol 36. 698 -701.
Gravidarum. Majalah Obstetri Dan
Ginekologi Indonesia. PT Bina 13. Sherwood, L (2011). Fisiologi
Pustaka Sarwono Prawirihardjo. Manusia Dari Sel Ke Sistem.
Jakarta Vol 33 no 3. hal 143- 150 (Terjemahan : Brahm U). Jakarta :
EGC.
6. Verberg, M. F. G., Gillot. D.J., Al
Fardan. N and Grudzinskas. J.G. 14. Niebyl, JR (2010) Nausea And
2005. Hiperemesis gravidarum, a Vomiting In Pregnancy. N Engl J
literatur review. Human Reproduvtion Med. 010; 363. 1544-1549 p
Update. 11 (5): 527-39 15. Leeners, B., Sauer I., Cotarelo C.L.,
7. Magtira A. Schoenberg, PA. and Funk.A.2000. Prune Belly
Macgibbon, K. Tabsh, K and Fejzo, Syndrome: Therapeutic Options
MS (2014) Journal Of Obstetrics And Including In Utero Placement Of A
Ginekology Research. Japan society of Vesicoamniotic Shunt.
obstetrics and gynecology PMID:11056030.Nov- Dec; 28(9):
500-7 p.
16. Kuo, SH. Yi-Hsin, Y. Ruey HW. Te- 23. Price, Sylvia Anderson. 2005.
Fu C. And Fan-Hao, C (2010). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Relationships Between Leptin. HCG. proses Penyakit; alih Bahasa, Brahm
Cortisol. And Psychosocial Stress And U. Pendit [et. Al.]; ed. 6; Jakarta. EGC
Nausea And Vomiting Throughout
Pregnancy. Biological Research For 24. Guyton, AC dan Hall, JE (2014)
Nursing 12(1) 20-27 12: 20. Doi: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
10.1177/ 109980041 0361534 (Terjemahan: Irawati dkk). Jakarta :
EGC. Edisi 12

25. World Health Organization (WHO)


17. Aksoy, H. Aksoy, U. Karadag, OI. (2005). The Treatment Of Diarrhea: A
Hacimusalar, Y. Acmaz, G. Aykut, G. Manual For Physicia ns And Other
et al (2015) Depression Levels In Senior Health Worker. ISBN 924
Patients With Hyperemesis 159318 0.8 p
Gravidarum: A Prospective Case±
Control Study. SpringerPlus 4:34. 26. Leksana, E (2015). Strategi Terapi
DOI 10.1186/s40064-015-0820-2. Cairan Pada Dehirasi. SMF Anestesi
dan Terapi Intensif RSIP dr Kariadi/
18. Obrowski M, Obrowski S (2015) Fakultas Kedokteran Universitas
Hyperemesis Gravidarum±A Serious Diponegoro.Semarang. Indonesia.
Issue during Pregnancy: In-Depth CDK-224/ vol. 42 no 1. Hal 70-73
Clinical Review and Treatment
Modalities. MOJ Womens Health 27. Widayana, A. Megadhana, W.
1(2): DOI: Kemara, KP (2013). Diagnosis dan
10.15406/mojwh.2015.01.00010 Penatalaksanaan Hiperemesis
Gravidarum. Fakultas kedokteran
19. Kevin Gunawan, Paul Samuel Kris Universitas Udayana. Bagian SMF
Manengkei, Dwiana Ocviyanti. 2011. Obstetri dan Finekologi. Rumah Sakit
Diagnosis dan Tata Laksana Umum Pusat Sanglah
Hiperemesis Gravidarum, J Indon
Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 11,
November 2011

20. Goodwin, TM. Hyperemesis


Gravidarum. Obstet Gynecol Clin N
Am. Sept 2008; 35:401-417.

21. Price, Sylvia Anderson. 2005.


Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit; alih Bahasa, Brahm
U. ed. 6; Jakarta. EGC

22. Goodwin, TM. Hyperemesis


Gravidarum. Obstet Gynecol Clin N
Am. Sept 2008; 35:401-417.

Anda mungkin juga menyukai