DI SUSUN OLEH:
NIM : 17111024110065
PRODI : S1 Keperawatan 6A
FARMASI
TIMUR 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang
telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya
kemunduran sejalan dengan waktu dan proses alami yang disertai dengan adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial serta saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua
yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan
(impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability),
dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pelayanan lansia, yaitu pelayanan
konsultasi, pelayanan mediasi, dan pelayanan advokasi. Pelayanan ini tidak lain untuk
meningkatkan taraf kesejahteraan lansia, mewuujudkan kemandirian usaha sosial ekonomi
lansia.
Mengingat proyeksi penduduk lansia pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 11,37
% penduduk Indonesia, maka keperawatan gerontik memiliki potensi kerja yang cukup besar
di masa mendatang. Perawat perlu membudayakan kegiatan penelitian dan pemanfaatan
hasil-hasilnya dalam praktik klinik keperawatan untuk mempersiapkan pelayanan yang
prima. Praktik yang bersifat evidence-based harus dibuat sebagai bagian integral dari
kebijakan organisatoris pelayanan kesehatan pada semua tingkatan agar langkah-langkah
tersebut dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan tersebut.
Budaya ilmiah juga dapat dimanfaatkan sebagai strategi akuntabilitas publik, justifikasi
tindakan keperawatan, dan bahan pengambilan keputusan.
B. Rumusan Masalah
5. Untuk mengetahui model konseptual dalam keperawatan gerontik menurut para ahli
D. Manfaat
2. Perawat dapat mengetahui cara atau langkah yang dapat dilakukan dalam memberikan
asuhan keperawatan bagi lansia
BAB II
PEMBAHASAN
Keperawatan yang berkeahlian khusus merawat lansia diberi nama untuk pertama
kalinya sebagai keperawatan geriatric (Ebersole et al, 2005). Namun, pada tahun 1976, nama
tersebut diganti dengan gerontological. Gerontologi berasal dari kata geros yang berarti lanjut
usia dan logos berarti ilmu. Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lanjut usia
dengan masalah-masalah yang terjadi pada lansia yang meliputi aspek biologis, sosiologis,
psikologis, dan ekonomi. Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah (scientific approach)
terhadap berbagai aspek dalam proses penuaan (Tamher&Noorkasiani, 2009). Menurut
Miller (2004), gerontologi merupakan cabang ilmu yg mempelajari proses manuan dan
masalah yg mungkin terjadi pada lansia. Geriatrik adalah salah satu cabang dari gerontologi
dan medis yang mempelajari khusus aspek kesehatan dari usia lanjut, baik yang ditinjau dari
segi promotof, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang mencakup kesehatan badan, jiwa,
dan sosial, serta penyakit cacat (Tamher&Noorkasiani, 2009).
Sedangkan keperawatan gerontik adalah istilah yang diciptakan oleh Laurie Gunter
dan Carmen Estes pada tahun 1979 untuk menggambarkan bidang ini. Namun istilah
keperawatan gerontik sudah jarang ditemukan di literature (Ebersole et al, 2005). Gerontic
nursing berorientasi pada lansia, meliputi seni, merawat, dan menghibur. Istilah
ini belum diterima secara luas, tetapi beberapa orang memandang hal ini lebih spesifik.
Menurut Nugroho (2006), gerontik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan lanjut
usia dengan segala permasalahannya, baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Menurut para
ahli, istilah yang paling menggambarkan keperawatan pada lansai adalah gerontological
nursing karena lebih menekankan kepeada kesehatan ketimbang penyakit. Menurut Kozier
(1987), keperawatan gerontik adalah praktek perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada
proses menua. Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang
mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan
status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.
B. Tujuan Keperawatan Gerontik
1. Membantu individu lanjut usia memahami adanya perubahan pada dirinya berkaitan
dengan proses penuaan
7. Meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat
1. Mempertahankan derajat kesehatan pada lanjut usia pada taraf yang setinggi-
tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan
3. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosis
yang tepat dan dini bila mereka menemukan kelainan tertentu
4. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang menderita suatu
penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu
suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal)
5. Bila para lanjut usia sudah tidak dapat disembuhkan dan bila mereka sudah sampai
pada stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk tetap memberi bantuan yang simpatik dan
perawatan dengan penuh pengertian (dalam akhir hidupnya, memberi bantuan moral dan
perhatian yang maksimal sehingga kematiannya berlangsung dengan tenang).
Perawat memiliki banyak fungsi dalam memberikan pelayanan prima dalam bidang gerontik.
Menurut Eliopoulus (2005), fungsi dari perawat gerontologi adalah :
1. Guide persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing orang pada
segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat)
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati hak
orang yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama)
5. Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta menguragi
resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan)
16. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of each other (saling
memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social, dan spiritual)
17. Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern (mengenal
dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja)
Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua macam,
yaitu peran secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum yaitu pada berbagai setting,
seperti rumah sakit, rumah, nursing home, komunitas, dengan menyediakan perawatan
kepada individu dan keluarganya (Hess, Touhy, & Jett, 2005). Perawat bekerja di berbagai
macam bentuk pelayanan dan bekerja sama dengan para ahli dalam perawatan klien mulai
dari perencanaan hingga evaluasi.
Peran secara spesialis terbagi menjadi dua macam yaitu perawat gerontik spesialis
klinis/gerontological clinical nurse specialist (CNS) dan perawat gerontik pelaksana/geriatric
nurse practitioner (GNP). Peran CNS yaitu perawat klinis secara langsung, pendidik, manajer
perawat, advokat, manajemen kasus, dan peneliti dalam perencanaan perawatan atau
meningkatkan kualitas perawatan bagi klien lansia dan keluarganya pada setting rumah sakit,
fasilitas perawatan jangka panjang, outreach programs, dan independent consultant.
Sedangkan peran GNP yaitu memenuhi kebutuhan klien pada daerah pedalaman; melakukan
intervensi untuk promosi kesehatan, mempertahankan, dan mengembalikan status kesehatan
klien; manajemen kasus, dan advokat pada setting klinik ambulatori, fasilitas jangka panjang,
dan independent practice. Hal ini sedikit berbeda dengan peran perawat gerontik spesialis
klinis. Perawat gerontik spesialis klinis memiliki peran, diantaranya:
a) Provider of care
Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada klien, baik di rumah sakit
dengan kondisi akut, rumah perawatan, dan fasilitas perawatan jangka panjang. Lansia
biasanya memiliki gejala yang tidak lazim yang membuat rumit diagnose dan perawatannya.
Maka perawat klinis perlu memahami tentang proses penyakit dan sindrom yang biasanya
muncul di usia lanjut termasuk faktor resiko, tanda dan gejala, terapi medikasi, rehabilitasi,
dan perawatan di akhir hidup.
b) Peneliti
Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau baccalaureate
level. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan klien dengan metode evidence
based practice. Penelitian dilakukan dengan mengikuti literature terbaru, membacanya, dan
mempraktekkan penelitian yang dapat dipercaya dan valid. Sedangkan perawat yang berada
pada level undergraduate degrees dapat ikut serta dalam penelitian seperti membantu
melakukan pengumpulan data.
c) Manajer Perawat
d) Advokat
e) Edukator
f) Motivator
g) Manajer kasus
Manajemen kasus adalah metode intervensi lain yang dapat mengurangi penurunan
fungsional klien lansia berisiko tinggi dirawat di rumah sakit. Umumnya, manajemen kasus
disediakan bagi klien yang mendapatkan berbagai perawatan yang berbeda.
E. Masalah Kesehatan Pada Lansia
Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa
muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul
akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk infeksi)
dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang
dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu
immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh),
incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual impairment
(gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of vision and hearing, taste,
smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi,
penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition
(kurang gizi), impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-
obatan), insomnia (gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun),
impotence (impotensi).
Masalah kesehatan utama tersebut di atas yang sering terjadi pada lansia perlu dikenal
dan dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat
memberikan perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang seoptimal mungkin.
Kesehatan
1. Kurang bergerak: gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia
kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot,
gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.
2. Instabilitas: penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang
berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit maupun
faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor
lingkungan. Akibat yang paling sering dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bahagian
tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka
bakar karena air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi.
Selain daripada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi pergerakannya.
3. Beser: beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati
pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang cukup
mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial. Beser bak merupakan masalah yang seringkali
dianggap wajar dan normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki
terjadi baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya. Akibatnya timbul berbagai masalah,
baik masalah kesehatan maupun sosial, yang kesemuanya akan memperburuk kualitas hidup
dari lansia tersebut. Lansia dengan beser bak sering mengurangi minum dengan harapan
untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan lansia kekurangan cairan
dan juga berkurangnya kemampuan kandung kemih. Beser bak sering pula disertai dengan
beser buang air besar (bab), yang justru akan memperberat keluhan beser bak tadi.
5. Infeksi: merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena
selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan
keterlambatan di dalam diaggnosis dan pengobatan serta risiko menjadi fatal meningkat pula.
Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena
kekurangan gizi, kekebalan tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh,
terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh
yang sangat berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan kuman
akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.
10. Tidak punya uang: dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan
mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh
dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan
penghasilan. Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan paling sedikit
tiga syarat, yaitu :memiliki uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat tinggal yang layak, mempunyai peranan di
dalam menjalani masa tuanya.
11. Penyakit akibat obat-obatan: salah satu yang sering didapati pada lansia adalah
menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak,
apalagi sebahagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa
pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat
yaqng digunakan.
12. Gangguan tidur: dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan manusia
adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan tetapi karena sangat rutin
maka kita sering melupakan akan proses itu dan baru setelah adanya gangguan pada kedua
proses tersebut maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini. Jadi dalam keadaan
normal (sehat) maka pada umumnya manusia dapat menikmati makan enak dan tidur
nyenyak. Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni
sulit untuk masuk dalam proses tidur. tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, tidurnya
banyak mimpi, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari, lesu setelah bangun
dipagi hari.
13. Daya tahan tubuh yang menurun: daya tahan tubuh yang menurun pada lansia
merupakan salah satu fungsi tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang
walaupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula karena
berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit
yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang.
Demikian juga penggunaan berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi
organ-organ tubuh dan lain-lain.
Kenyataan :
a. Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena
penyakit
b. Depresi
c. Kekhawatiran
d. Paranoid
e. Masalah psikotik
a. Konservatif
b. Tidak kreatif
c. Menolak inovasi
g. Susah berubah
h. Keras kepala
i. Cerewet
3. Mitos berpenyakitan
Lansia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai penderitaan
akibat bermacam penyakit yang menyertai proses manua.
4. Mitos semilitas
Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak
Lansia tidak lagi jatuh cinta dan gairah terhadap lawan jenis tidak ada atau sudah berkurang
6. Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lansia, hubungan seksual itu menurun, minat, dorongan, gairah,
kebutuhan dan daya seks berkurang
7. Mitos ketidakproduktifan
1. Pendekatan fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik melalui
perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadianyang dialami klien lanjut usia semasa
hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan, dan penyakitnya yang dapat dicegah atau progresivitasnya. Perawatan fisik
umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:
a. Klien lanjut usia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam kebutuhannya sehari-hari ia masih mampu
melakukannya sendiri.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini,
terutama tentang hal yang terhubung dengan kebersihan perseorangan untuk
mempertahankan kesehatannya.
2. Pendekatan psikis
Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberi kesempatan dan waktu
yang cukup banyak untuk menerima berbagai bdentuk keluhan agar lanjut usia merasa puas.
Perawat harus selalu memegang prinsip triple S yaitu sabar, simpatik dan service.
Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bisa
melakukannya secara perlahan dan bertahap. Perawat ahrus mendukung mental mereka
kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah
beban. Bila perlu, usahakan agar mereka merasa puas dan bahagia di masa lanjut usianya.
3. Pendekatan social
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya perawat
dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama sesame
klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan sosial ini
merupakan pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial
yang membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan hubungan
sosial, baik antara lanjut usia maupun lanjut usia dengan perawat.
Home care service merupakan bentuk pelayanan sosial bagi lanjut usia yangdlakukan
di rumah sendiri atau dalam lingkungan keluarga lanjut usia. Tujuan pelayanan yang
diberikan adalah membantu keluarga dalam mengatasi dan memecahkan masalah lansia
sekaligus memberikan kesempatan kepada lansia untuk tetap tinggal di lingkungan
keluarganya.
b. Keluarga
c. Kelompok
Jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa bantuan makanan, bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari, bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan, penyuluhan gizi.
Pelayanan diberikan secara kontinu setiap hari, minggu, bulan dan selama lansia atau
keluarganya membutuhkan.
Tujuan pelayanan ini adalah membantu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah yang
dihadapi lansia dan keluarganya. Sasaran pelayanannya adalah lansia terlantar, tidak dapat
dilayani oleh keluarganya sendiri.
b. Peningkatan gizi
c. Bantuan aktivitas
e. Pendampingan rekreasi
Pelayanan kepada warga lansia ini diberikan di tempat yang tidak jauh daritempat tinggal
lansia. Tujuan pelayanan ini adalah membantu keluarga/lanjut usia dalam mengatasi
permasalahan, memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah lansia sekaligus member
kesempatan kepada lansia untuk tetap tinggal di lingkungan keluarga.
Sasaran pelayanan adalah lansia yang tinggal/berada dalam lingkungan keluarga sendiri atau
keluarga pengganti. Lansia masih sehat, mandiri tetapi mengalami keterbatasan ekonomi.
Institusi yang member pelayanan dan perawatan jasmani, rohani, sosial dan
perlindungan untuk memenuhi kebutuhan lansia agar dapat memiliki kehidupan secara wajar.
Ø Kegiatan rutin
b. Senam lansia (senam pernafasan, senam jantung, senam gerak latih otak dsb)
b. Berpantun/baca puisi
c. Menonton film
d. Membaca Koran
Model adaptasi Roy merupakan salah satu teori keperawatan yang berfokus pada
kemampuan adaptasi klien terhadap stressor yang dihadapinya. Dalam penerapannya Roy
menegaskan bahwa individu adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan utuh
yang memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Roy
mendefinisikan lingkungan sebagai semua yang ada di sekeliling kita dan berpengaruh pada
perkembangan manusia. Sehat adalah suatu keadaan atau proses dalam menjaga integritas
diri, respon yang menyebabkan penurunan integritas tubuh menimbulkan adanya suatu
kebutuhan dan menyebabkan individu berespon terhadap kebutuhan tersebut melalui upaya
atau prilaku tertentu. Menurutnya peran perawat adalah membantu pasien beradaptasi
terhadap perubahan yang ada.
1. Lingkungan terdiri dari semua pola yang ada di luar individu. Keduanya, individu dan
lingkungan dianggap sistem terbuka. Lingkungan merupakan, tereduksi terpisahkan, energi
lapangan pandimensional diidentifikasi dengan pola dan integral dengan bidang manusia
(Rogers, 1992).
Fokus keperawatan pada teori Henderson adalah klien yang memiliki keterikatan
hidup secar individual selama daur kehidupan, dari fase ketergantungan hingga kemandirian
sesuai dengan usia, keadaan, dan lingkungan. Perawat merupakan penolong utama klien
dalam melaksanakan aktivitas penting guna memelihara dan memulihkan kesehatan klien
atau mencapai kematian yang damai. Bantuan ini diberikan oleh perawat karena kurangnya
pengetahuan kekeuatan, atau kemauan klien dalam melaksanakan 14
komponen kebutuhan dasar.
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu, keluarga,
kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock atau culture
imposition. Culture shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau
beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien). Klien akan merasakan
perasaan tidak nyaman, gelisah dan disorientasi karena perbedaan nilai budaya, keyakinan,
dan kebiasaan. Sedangkan culture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan
(perawat), baik secara diam-diam maupun terang-terangan, memaksakan nilai-nilai budaya,
keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya kepada individu, keluarga, atau
kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi daripada
budaya kelompok lain.
3. Menguasai diri sendiri dan lingkungan sesuai dengan standar internalisasi prestasi
4. Mengakomodasi diet dengan cara yang diterima secar sosial dan cultural
5. Mengeluarkan sampah tubuh dengan cara yang diterima secara sosial dan cultural
Menurut Johnson, perawat mengkaji kebutuhan klien berdasarkan kategori perilaku diatas,
yang disebut subsistem perilaku. Dalam kondisi normal klien berfungsi secara efektif didalam
lingkungannya.Akan tetapi ketika stres mengganggu adaptasi normal, perilaku klien menjadi
tidak dapat diduga dan tidak jelas.Perawat mengidentikasi ketidakmampuan beradaptasi
seperti ini dan memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah dalam memenuhi
kebutuhan tersebut.
Inti dari teori ini menggambarkan manusia sebagai penerima perawatan yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan perawatan dirinya dan memiliki berbagai keterbatasan-keterbatasan
dalam mencapai taraf kesehatannya.
Ketika klien tidak mampu melakukan perawatan dirinya sendiri maka deficit perawatan diri
terjadi dan perawat akan membantu klien untuk melakukan tugas perawatan dirinya
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia
yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi
serta evaluasi.
Peran perawat dalam gerontik adalah memberikan asuhan keperawatan dan membantu
klien dalam mengahadapi masalahnya dan membantu memenuhi kebutuhan yang tidak bias
dipenuhi sendiri oleh klien.
B. SARAN
Bagi keluarga klien juga hendaklah mengetahui tentang cara-cara asuhan pada lansia
sehingga lansia dapat menjalani masa tuanya dengan lebih baik dan nyaman.
DAFTAR PUSTAKA