ABSTRAK
Suatu permukaan logam yang berinteraksi langsung dengan lingkungan korosif dengan adanya keadaan
ketidakseragaman akan terjadi perbedaan potensial efektif lokal, sehubunan dengan itu makan akan
terjadi korosi pada daerah yang lebih anodic daripada permukaan lain disebabkan oleh perlakuan yang
dilakukan pada material tersebut, misalnya adalah proses heat treatment.
Dalam penelitian ini obyek yang diteliti adalah baja tahan karat martensitic stainless steel AISI dengan
kadar krom 17%, kadar karbon 0,20%, kadar nikel 1,6%. Pada penelitian kali ini akan dilakukan suatu
penelitian terhadap pengaruh variasi temperatur pemanasan pada proses heat treatment terhadap laju
korosi. Proses heat treatment disini adalah menggunakan temperatur pemanasan : 750ºC, 850ºC, 950ºC,
ditahan 30 menit dan di quenching dengan media pendingin air. Dari proses heat treatment tersebut akan
dilakukan pengujian kekerasan strukturmikro dan uji laju korosi, dimana metode yang digunakan adalah
metode immerse (media korosif HCL).
Dari hasil pengujian tersebut di atas didapatkan hasil sebagai berikut : baja tanpa laku panas mengalami
laju korosi sebesar 51,8 mpy, untuk baja mengalami laku panas 750ºC dengan holding time 30 menit. Laju
korosi specimen 1 adalah 50 mpy, specimen 2 adalah 30 mpy, specimen 3 adalah 76 mpy, specimen 4
adalah 68 mpy, specimen 5 adalah 67 mpy. Untuk laku panas 850ºC, laju korosi specimen 1 adalah 43 mpy,
specimen 2 adalah 61 mpy, specimen 3 adalah 46 mpy, specimen 4 adalah 29 mpy, specimen 5 adalah 27
mpy. Untuk laku panas 950ºC, laju korosi specimen 1 adalah 82 mpy, specimen 2 adalah 84 mpy, specimen
3 adalah 78 mpy, specimen 4 adalah 75 mpy, specimen 5 adalah 77 mpy.
55
E Gunawan, dkk / Teknika, Vol. 1, No.1, Juni 2017, 55-66
Pelaksanaan pekerjaan
Pelaksanaan percobaan yang dilakukan
dalam penelitian ini dari awal mulai persiapan
specimen uji, sampai pengambilan data yang
dibutuhkan meliputi beberapa langkah. Adapun
langkah yang ditempuh tersebut adalah :
1. Mempersiapkan specimen sesuai standart
jominy test.
2. Melakukan uji jominy test.
3. Melakukan proses grinding atau menggosok
sebagian permukaan yang akan diuji
kekerasannya.
Gambar 2. Mikroskop dan kamera digital
4. Melakukan pertimbangan sebelum dan sesudah
uji korosi supaya mendapat data weight loss.
Dapur pemanasan 5. Melakukan pengambilan data laju korosi.
Peralatan ini digunakan untuk perlakuan
6. Machining.
panas dan holding time pada temperatur serta 7. Melakukan proses polishing.
waktu penahanan yang ditentukan, pada penelitian 8. Pengambilan data gambar struktur mikro.
ini temperatur yang digunakan adalah 750°C, Untuk langkah-langkah percobaan, yaitu :
850°C, 950°C, dan waktu penahanan 30 menit. 1. Dapur pemanas dipanaskan awal hingga
Pengoperasian Dapur/furnace : mencapai temperatur 750°C.
1. Tancapkan stop kontak ke PLN 2. Setelah mencapai temperatur 750°C, benda uji
2. Tekan tombol power on/off baja tahan karat AISI 431 dimasukkan ke dalam
3. Putar tombol cycle, atur temperatur sampai dapur pemanas. Kemudian dilakukan
batas yang ditentukan.
penahanan pada temperatur tersebut selama 30 mengetahui berat sebelum dan sesudah general
menit untuk mendapatkan benda uji pertama. corrosion test sehingga mendapatkan weight
3. Kemudian benda uji pertama yang telah loss dari specimen tersebut.
mendapatkan holding time 30 menit 20. Setelah pengujian dilakukan, kemudian
dikeluarkan dari dapur pemanas untuk dianalisis data nya.
dilakukan jominy tes dengan media air selama
14 menit. Baja Tahan Karat
4. Benda uji yang telah dimasukkan, maka Baja tahan karat termasuk dalam grup besi
temperatur dinaikkan hingga temperatur 850°C paduan tingkat resistensi tinggi terhadap serangan
secara bertahap. kimia atau sifat tahan karat. Banyak diantara baja
5. Setelah mencapai temperatur 850°C dilakukan ini yang digolongkan secara metalurgi menjadi baja
penahanan pada temperatur tersebut selama 30 tahan karat austenite baja tahan karat ferrit, baja
menit, untuk mendapatkan benda uji kedua. tahan karat martensit dan baja tahan karat tipe
6. Kemudian benda uji kedua yang telah presipitasi.
mendapatkan holding time 30 menit Sifat tahan karat ini biasanya didapat dengan
dikeluarkan dari dapur untuk dilakukan jominy cara dipadukan atau dicampur dengan minimal 11
test dengan media air selama 14 menit. % kromium. Semakin tinggi paduan kromium dan
7. Untuk benda uji ketiga, benda uji yang telah penambahan nikel, dan beberapa elemen lain akan
dimasukkan maka temperatur dinaikkan lagi membuat sifat tahan karat dari stainless steel
hingga temperatur mencapai 950°C secara semakin baik.
bertahap, dilakukan seperti langkah di atas. Dengan penambahan kromium ini akan
8. Setelah mencapai temperatur 950°C dilakukan menyebabkan baja bersifat tahan karat, karena
penahanan pada temperatur tersebut selama 30 lapisan chrom menyebabkan permukaan pasif atau
menit, untuk mendapatkan benda uji ketiga. stabil, keadaan ini didapat karena chrom lebih
9. Kemudian benda uji ketiga yang telah mudah teroksidasi. Besar kecilnya kandungan
mendapatkan holding time 30 menit chrom sangat berpengaruh sekali terhadap
dikeluarkan dari dapur untuk dilakukan jominy ketahanan korosi pada baja. Oleh karena itu, baja
test dengan media air selama 14 menit. tahan karat harus mengandung unsur chromium
10. Setelah semua benda uji mengalami jominy test, tidak kurang dari 10% serta kadar karbon yang
maka benda uji yang telah mencapai suhu sesuai agar sifat mekanik cukup baik.
kamar, akan dilakukan uji kekerasan metode Adapun dengan penambahan unsur nikel
rockwell C pada bagian permukaan dengan juga akan menyebabkan baja bersifat tahan karat
jarak tertentu untuk mengetahui kekerasan karena unsur nikel akan mengurangi berat yang
setelah laku panas. hilang akibat korosi dalam asam dan memperbaiki
11. Specimen dipotong sesuai ukuran general ketahanan korosi. Jadi baja tahan karat adalah baja
corrosion test, dibersihkan untuk dilakukan
paduan yang memanfaatkan keefektifan unsur Cr
pengujian berikutnya.
12. Uji metallography dilakukan untuk mengetahui dan Ni, baja tahan karat sebenarnya adalah baja
struktur mikro martensitik steel yang telah paduan dengan kadar paduan tinggi (high alloy
dilakukan laku panas sebelum pengujian korosi. steel) dengan sifat istemewa yaitu tahan terhadap
13. Kemudian dilakukanpenimbangan awal untuk korosi dan temperatur tinggi. Sifat tahan korosinya
di dapat dari lapisan oksida (terutama krom) yang
mengetahui berat awal sebelum dilakukan
pengujian korosi. sangat stabil yang melekat pada permukaan dan
14. Kemudian dilakukan pengujian korosi dengan melindungi baja terhadap lingkungan yang korosif.
menggunakan media korosif yaitu HCL. Dalam deret elektrokimia chromium
15. Specimen korosi direndam dalam larutan HCL merupakan logam yang kurang mulia, jika
dengan waktu selama 24 jam. dibandingkan dengan besi (Fe). Oleh karena itu
16. Setelah direndam ke dalam larutan HCL selama baja yang mengandung unsur paduan chromium
24 jam, specimen dibilas dengan air. akan teroiksidasi (dikenal dengan peristiwa
17. Kemudian specimen dibersihkan dari karat korosi), sehingga secara teoritis akan mengalami
yang timbul di permukaan specimen korosi, kerusakan dengan cepat. Tetapi tidak demikian
menggunakan kertas gosok dengan campuran dengan kenyataannya, pada mulanya baja itu
pasta sebagai pembersih lalu dibilas dengan air. mengalami reaksi oksidasi chromium pada
18. Pembilasan telah dilakukan kemudian permukaan baja. Lapisan ini sangat kuat sehingga
specimen dilakukan uji metallography untuk udara sekitar tidak mampu menembus lapisan
mengetahui perbandingan gambar struktur yang mengakibatkan kontak langsung antara
mikro sebelum dan sesudah dilakukan general oksigen dan chromium tidak terjadi lagi. Dengan
corrosion test. sendirinya reaksi dengan oksigen akan terhenti.
19. Setelah dilakukan pengujian metallography, Lapisan oksida chrom ini yang melindungi baja di
kemudian specimen ditimbang kembali untuk bawahnya terhadap serangan korosi.
Mengenai kodefikasi baja tahan karat sesuai butir Kristal austenite, maka letak kurva
standart AISI, maka baja tahan karat menggunakan transformasi dalam suatu diagram transformasi
tiga angka. Angka pertama menunjukkan group, akan makin ke kanan.
sedangkan angka yang kedua dan ketiga tidak
banyak artinya (hanya menunjukkan modefikasi
paduannya). Seperti baja tahan karat AISI 431 yang
akan dibahas. Seri 431 termasuk group yang
berarti chromium, hardenable, magnetic, dapat
dikeraskan, dapat cold-work dengan mudah serta
machinability cukup baik.
Bila kadar karbon ditambah, maka terjadi
ferit delta dan austenite, sehingga bila di uench
akan terbentuk martensit meskipun belum
seluruhnya martensit, karena struktur yang
dihasilkan terdiri dari ferit dan produk
transformasi austenite.
Bila kadar karbon dinaikkan lebih tinggi,
diperoleh austenite dan karbida, setelah di quench
Gambar 3. Diagram baja martensit AISI 431
akan menghasilkan kekerasan penuh dengan
struktur terdiri dari martensit, transformasi
Dengan demikian CCR makin lambat, makin
austenite dan partikel karbida yang tak terlarut
mudah melakukan pendinginan untuk membentuk
pada saat pemanasan sehingga tidak
martensit sehingga baja mudah untuk diperoleh
bertransformasi (tetap berupa karbida).
sifat yang keras.
Dengan penambahan nickel (austenite
Dari perubahan di atas menurut struktur mikro
stabilizer) yang banyak maka daerah austenite
nya, maka baja tahan karat dapat dibagi menjadi
akan turun dan dapat mencapai temperatur kamar,
tiga kelompok, yaitu :
sehingga struktur yang dihasilkan terdiri dari
1) Ferritik Stainless Steel
austenite (tidak dapat dikeraskan) meskipun
Ferritic stainless steel tersusun atas struktur
diquenching.
mikro ferrit alfa, dengan lattice BCC. Kandungan
Stainless steel merupakan baja paduan, chromium berkisar antara 14,5%-27%. Pada
dimana terdapat unsur-unsur paduan didalamnya gambar 2.3 dapat dilihat bahwa kandunan
yang mempunyai keunggulan masing-masing, chromium kira-kira 12% hanya fase ferrit yang
diantaranya sebagai berikut : terjadi hingga temperatur kamar Kestabilan
1. Penambahan Molibdenum (Mo) bertujuan untuk ferrit hingga temperatur kamar tersebut
memperbaiki ketahanan korosi. mengakibatkan feeritic stainless steel tidak
2. Penambahan unsur penstabil karbida (titanium dapat dikeraskan dengan proses perlakuan
dan niobium) bertujuan menekan korosi batas
panas. Satu-satunya proses laku panas yang
butir pada material yang mengalami proses
dapat dilakukan adalah annealing, yang biasanya
sensitasi.
dimaksudkan untuk menghilangkan tegangan
3. Penambahan kromium (Cr) bertujuan
akibat pengelasan. Chromium merupakan
meningkatkan ketahanan korosi dengan
elemen pembentuk ferrit. Semakin banyak
membentuk lapisan oksida dan ketahanan
kandungan chromium dalam paduan, maka fase
terhadap oksidasi temperatur tinggi.
ferrit akan makin stabil dan selain itu chromium
4. Penambahan nikel (Ni) bertujuan untuk
dapat mempersempit daerah austenite.
meningkatkan ketahanan korosi dalam media
pengkorosi netral atau lemah.
Jominy hardenabilitytest
Dalam pengujian ini, benda uji yang
digunakan adalah batang silindris diameter 25 mm
panjang 100 mm (lebih lengkapnya pada gambar
2.9. Setelah benda uji dipanaskan dalam dapur
pemanas, maka benda uji dikeluarkan dan
ditempatkan ke suatu pemegang (frame).
Kemudian ujung benda uji disemprot dengan
pancaran air (sebagai media pendinginnya) dari
Gambar 5. Diagram perlakuan panas pada baja AISI 431 sebuah nozzle berdiameter 12,5 mm. Sedangkan
jarak antara ujung benda uji dengan nozzle 12,5
mm, tinggi pancaran air 65 mm.
(c) (d)
Gambar 10. Pengaruh temperatur terhadap laju korosi, (a) T=7500C, (b) T=8500C, (c) T=9500C
dan (d) perbandingan laju korosi
Kenaikan laju korosi tersebut dikarenakan sebelum dilakukan proses pengkorosian dengan
semakin naiknya temperatur dikarenakan semakin bahan uji asam klorida dengan kadar 55%
naiknya temperatur akan menyebabkan chromium dengan waktu pengujian 24 jam.
berpresipitasi dengan karbon di daerah batas butir 2. Jenis korosi yang menyerang baja tahan karat
sebab daerah batas butir adalah yang mempunyai martensitik AISI 431 adalah stress corrosion
energi yang paling tinggi. cracking yang pendinginan yang menggunakan
Akibat dari tertariknya chromium yang model jominy test disebabkan adanya internal
semula membentuk lapisan pasif dengan oksigen stress akibat perbedaan temperatur yang tinggi.
ke daerah batas butir akan menyebabkan daerah Adanya perbedaan energi antara anoda dan
sekitar bats butir kekurangan chromium. Hal inilah katoda anoda berada pada batas butir yang besar
yang menyebabkan baja dapat terkorosi. dan fluktuatif sehingga memudahkan bereaksi
Perbedaan kandungan chromium pada butir dengan lingkungan. Batas butir adalah tempat
dan batas butir dapat menimbulkan beda potensial berkumpulnya impurities dan bahan pembentuk
yaitu terbentuknya suatu cell dimana daerah lainnya sehingga akan bereaksi terhadap logam.
sekitar batas butir akan cenderung bersifat anoda. Kosentrasi media lingkungannya dalam hal
Sedangkan butir bersifat katoda dan memiliki ini adalah tingkat konsentrasi oksigen atau oxidizer
luasan yang besar seperti yang terlihat pada foto karena oksigen akan bersenyawa dengan logam
struktur mikro setelah uji korosi. menjadi ferro oksida.
Namun pada temperatur 900C yaitu tempe- Efek temperatur semakin besar temperatur
ratur di luar batas sensitisasi akan menyebabkan yang berada pada lingkungannya akan memper-
sejumlah besar karbon akan terlarut dan dengan cepat reaksi kimia dari tinjauan kimia listrik.
pemberian holding time yang cukup akan membe- (secara umum).
rikan kepada atom chrom yang mengendap pada Suatu material mempunyai sifat karak-
batas butir untuk larut kembali kedalam butir teristik yang berbeda-beda sehingga material
membentuk solution yang tahan korosi. dikatakan pasif apabila nilai potensial tinggi
sedangkan material yang bersifat aktif nilai
Jenis Korosi potensialnya lebih rendah dan memudahkan mate-
1. Jenis korosi yang menyerang baja tahan karat rial tersebut bereaksi dengan lingkungan sekitar.
martensitik ini adalah jenis intergranular Terjadinya reaksi oksidasi dan reduksi
corrosion. Foto metallography benda uji antara material dan lingkungan jika ditinjau dari
diagram phase baja tahan karat martensitik dengan 1. Mengumpulnya prestisipasi karbida krom pada
kadar karbon 0,2% ketika baja tahan karat daerah batas butir saat laku panas holding time
martensitik AISI 431 ini dipanaskan mencapai dan laju pendinginan membuat batas butir
temperatur 750ºC pada temperatur sekitar 500ºC mengalami kekosongan unsur krom sehingga
dan 700ºC dan belum bertransformasi penuh daerah batas butir mudah untuk bereaksi
menjadi austenit sehingga transformasinya hanya dengan lingkungan sekitar.
berupa ferrit austenit dan prestisipat karbida krom 2. Pada saat pendinginanbenda uji mengalami
dan diberikan waktu penahanan terbentuknya internal stress kemudia terjadi retak pada batas
prestisipasi karbida korom meningkat seiring butir disebabkan perbedaan temperatur pada
dengan waktu penahanan yang diberikan. saat pendinginan.
Laju pendinginan setelah dilakukan variasi 3. Perendaan benda uji dengan menggunakan
temperatur baja tahan karat martensitik AISI 431 media korosif sifatnya hanya mempercepat laju
didinginkan dengan media air model pendinginan- korosinya.
nya menggunakan pendinginan jominy test pada
saat pendinginan ini baja melewati temperatur
sensitivitas kembali sehingga terjadi prestisipasi
karbida krom untuk kedua kalinya.
Laju pendinginan dengan model pendinginan
jominy dapat mengakibatkan :
1. Merusak lapisan pelindung yang berada pada
permukaan baja tahan karat.
2. Terjadinya retak pada batas butir akibat
perbedaan temoeratur yang menimbulkan Specimen 3
internal stress.
3. Media pendinginan yang berupa air yang dapat
menimbulkan korosi.
Specimen 4 Specimen 5
Gambar 13. Hasil struktur mikro pada benda uji sesudah
korosi (temperatur 9500C, holding time 30 menit &
perbesaran 500 kali) dan direndam menggunakan HCl
selama 24 jam
Specimen 1 Specimen 2
Gambar 11. Hasil struktur mikro pada benda uji sesudah
korosi (temperatur 9500C, holding time 30 menit &
perbesaran 500 kali) dan direndam menggunakan HCl PENUTUP
selama 24 jam
Kesimpulan setelah melakukan analisis dan
pembahasan terhadap pengujian baja tahan karat
martensitik AISI 431 adalah 1) jenis korosi yang
terjadi pada baja tahan karat martensitik AISI 431
adalah korosi intergranular, 2) pemberian
temperatur yang tinggi dapat menyebabkan laju
korosi semakin meningkat pada baja tahan karat
martensitik AISI 431 dan 3) laju korosi yang
terbesar pada temperatur 950ºC dengan holding
time 30 menit dengan laju korosi 76 mpy.
Adanya penelitian lebih lanjut tentang sifat
Specimen 1 Specimen 2 mekanis pada baja tahan karat martensitik steel
Gambar 12. Hasil struktur mikro pada benda uji sesudah dikarenakan dari data disebutkan bahwa baja baja
korosi (temperatur 7500C, holding time 30 menit & tahan karat martensitik steel dapat meningkat
perbesaran 500 kali) dan direndam menggunakan HCl kekuatannya.
selama 24 jam