Anda di halaman 1dari 161

1

RAHASIA

KODIKLAT ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Danpoltekad


Nomor : Kep / / XI / 201-
POLTEKAD Tanggal : 201-

SISTEM KELISTRIKAN KENDARAAN

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum. Sistem Kelistrikan Kendaraan mencakup beberapa materi yang


tentang pengertian dan fungsi kelistrikan, sistem pengapian, sistem starter, sistem
pengisian, sistem kelistrikan bodi dan sistem kelistrikan AC (Air Conditioning).

2. Maksud dan Tujuan.


a. Maksud. Penulisan naskah ini dimaksudkan sebagai pedoman, petunjuk,
penjelasan dan panduan kepada peserta didik dalam proses belajar mengajar
(PBM) untuk materi Sistem Kelistrikan Kendaraan.
b. Tujuan. Agar para peserta didik mempunyai bekal pengetahuan dapat
menjelaskan dan memahami Sistem Kelistrikan Kendaraan dan kompone-
komponennya yang digunakan pada teknik mesin.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Adapun ruang lingkup dan tata urut
dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
a. Pendahuluan
b. Pengertian dan Fungsi Sistem Kelistrikan.
c. Sistem Pengapian Konvensional.
d. Sistem Starter.
e. Sistem Pengisian.
f. Sistem Kelistrikan Bodi Standart.
g. Sistem Kelistrikan AC (Air Conditioning).
h. Evaluasi Akhir
i. Penutup

RAHASIA
2

4. Pengertian-Pengertian.
a. Kelistrikan Mesin adalah sistem kelistrikan otomatisasi yang dipergunakan
untuk menghidupkan mesin serta mempertahankannya agar tetap hidup.
b. Perbandingan antara kerapatan suatu zat dengan air. Berat jenis air ialah
1,0, karena itu zat yang berat jenisnya kurang dari satu adalah kerapatannya
kurang dari kerapatan air.
c. Generator adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari
sumber energi mekanikal, menjadi energi listrik, induksi elektromagnetik.
d. Baterai ialah alat elektro kimia yang dibuat untuk mensuplai listrik ke
negatif starter mesin, sistem pengapian, lampu-lampu dan komponen kelistrikan
lainnya.
e. Sumbat ventilasi ialah tutup untuk lubang pengisian elektrolit.

5. Referensi.
a. Diklat teknik listrik jurusan teknik mesin, Polinema Malang.
b. Suhal, Dasar Tenaga Listrik, ITB Bandung 1980.
c. New Step 1 PT Toyota Astra Motor.
d. Elektronika untuk Pendidikan Teknik jilid 1, Von Robert Arnold Pt Pradnya
Paramita, Jakarta 1987.
3

BAB II
PENGERTIAN DAN FUNGSI
SISTEM KELISTRIKAN KENDARAAN

6. Umum. Dasar listrik , Tegangan : Simbol U (Jerman:Ursache = penyebab)


Tegangan adalah penyebab mengalirnya elektron-elektron. Diukur dengan Voltmeter
dalam satuan V (Volt).

TEGANGAN…TINGGI TEGANGAN…RENDAH

Kekurangan Elektron Kelebihan Elektron

( Potensial Rendah ) ( Potensial Tinggi )


Gambar 1 Beda Potensial

Perbedaan potensial besar Tegangan tinggi

Kutub yang kekurangan electron disebut Kutub positif

Kutub yang kelebihan electron disebut Kutub negatif

a. Arus listrik. SimbolI(Jerman : Intensitaet = Intensitas, besar arus). Kuat


arus adalah banyaknya Elektron-elektron yang mengalir melalui penghantar tiap
detik. Diukur dengan Amper Meter dalam satuan A (Amper).
4

Gambar 2 Arus Listrik


Pengaruh tegangan terhadap besar arus dapat diilustrasikan dengan aliran air

( R. sama )
Gambar 3 Pengaruh Tegangan

Tegangan kecil Arus kecil

Tegangan besar Arus besar

b. Tahanan listrik. Simbol R (Jerman : Resistanz = tahanan/hambatan).


Tahanan adalah hambatan-hambatan yang dialami oleh electron-elektron pada
saat perpindahannya.Diukur dengan Ohm meter, satuan  (ohm).

Gambar 4 Tahanan Listrik

Pengaruh besar tahanan dengan arus dapat diilustrasikan dengan aliran air.

U = sama
5

Gambar 5 Pengaruh Besar Tahanan dengan Arus

Tahanan besar Arus kecil


Tahanan kecil Arus besar

Hubungan Tegangan, kuat arus dan tahanan diilustrasikan dengan aliran air

Gambar 6 Hubungan Tegangan Arus dan Tahanan


Kesimpulan : Besar tekanan Besar tegangan
Besar aliran air Besar arus
Besar hambatan air Besar tahanan

7. Kelistrikan Mesin. Kelistrikan Mesin adalah sistem kelistrikan


otomatisasi yang dipergunakan untuk menghidupkan mesin serta mempertahankannya
agar tetap hidup. Bagian-bagiannya terdiri atas baterai yang mensuplai listrik ke
komponen kelistrikan lainnya, sistem pengisian yang mensuplai listrik ke baterai, sistem
starter yang memutarkan mesin pertama kali, ystem pengapian yang membakar
campuran udara-bahan bakar yang dihisap ke dalam silinder, dan perlengkapan
lainnya.

Baterai

Kelistrikan Mesin Sistem Pengapian Koil Pengapian

Distributor

Kabel Tegangan Tinggi

Busi

Sistem Starter Motor Starter

Alternator
Sistem Pengisian
Pengatur Tegangan
6

Gambar 7 Kelistrikan Kendaraan

a. Baterai. Baterai ialah alat elektro kimia yang dibuat untuk mensuplai
listrik ke negatif starter mesin, sistem pengapian, lampu-lampu dan komponen
kelistrikan lainnya. Alat ini menyimpan listrik dalam bentuk negatif kimia, yang
dikeluarkannya bila diperlukan dan mensuplainya ke masing-masing sistem
kelistrikan atau alat yang memerlukannya. Karena di dalam proses baterai
kehilangan negatif kimia, maka alternator mensuplainya kembali ke dalam
baterai (yang disebut pengisian). Baterai menyimpan listrik dalam bentuk negatif
kimia. Siklus pengisian dan pengeluaran ini terjadi berulang kali secara terus-
menerus.
b. Konstruksi Baterai. Di dalam baterai mobil terdapat elektrolit asam sulfat,
elektroda positif dan negative dalam bentuk plat. Plat-plat dibuat dari timah atau
berasal dari timah. Ruangan dalamnya dibagi menjadi beberapa sel (biasanya 6
sel, untuk baterai mobil) dan di dalam masing-masing sel terdapat beberapa
elemen yang terendam di dalam elektrolit.
7

Gambar 8 Baterai

1) Elemen Baterai. Antara pelat-pelat positif dan pelat-pelat negatif


masing-masing dihubungkan oleh plate strap (pengikat pelat) terpisah.
Ikatan pelat-pelat positif dan negatif ini dipasangkan secara berselang-
seling, yang dibatasi oleh separator dan fiberglass. Jadi satu kesatuan
dari pelat, separator dan fiberglass disebut elemen baterai. Penyusunan
pelat-pelat seperti ini tujuannya memperbesar luas singgungan antara
bahan aktif dan elektrolit, agar listrik yang dihasilkan besar. Dengan kata
lain kapasitas baterai menjadi kasar.

Gambar 9 Elemen Baterai

Gaya elektromotif (EMP) yang dihasilkan satu sel kira-kira 2,1 V,


pada segala ukuran pelat. Karena baterai mobil mempunyai 6 sel yang
dihubungkan secara seri, EMP output nominal yang dihasilkan ialah kira-
kira 12 Volt.
8

Gambar 10 Gaya Elektromotif Baterai

2) Elektrolit. Elektrolit baterai (lihat dasar-dasar kelistrikan, halaman


22-24) ialah larutan asam sulfat dengan air sulingan. Berat jenis elektrolit
pada baterai saat ini dalam keadaan terisi penuh ialah 1,260 atau 1,280
(pada temperatur 20°C). Perbedaan ini disebabkan perbandingan antara
air sulingan dengan asam sulfat pada masing-masing tipe berbeda.
Elektrolit yang berat jenisnya 1,260 mengandung 65% air sulingan dan
35% asam sulfat, sedangkan elektrolit yang berat jenisnya 1,280
mengandung 63% air sulingan dan 37% asam sulfat.

Gambar 11 Elektrolit Baterai

3) Kotak Baterai. Wadah yang menampung elektrolit dan elemen


baterai disebut kotak baterai. Ruangan dalamnya dibagi menjadi 6
ruangan atau sel. Pada kotak baterai terdapat garis tanda permukaan atas
dan bawah (upper dan lower). Pelat-pelat posisinya ditinggikan dari dasar
dan diberi penyekat, tujuannya agar tidak terjadi hubungan singkat apabila
ada bahan aktif (timah dan lain-lain terjatuh dari pelat).
9

Gambar 12 Kotak Baterai

4) Sumbat ventilasi. Sumbat ventilasi ialah tutup untuk lubang


pengisian elektrolit. Disamping itu untuk memisahkan gas hidrogen (yang
terbentuk saat pengisian) dan uap asam sulfat di dalam baterai dengan
cara membiarkan gas hidrogen keluar lewat lubang ventilasi sedangkan
uap asam sulfat mengembun pada tepian ventilasi dan menetes kembali
ke bawah.

Gambar 13 Tutup Baterai

c. Reaksi Kimia dalam Baterai. Pengosongan (discharge) dan pengisian


(charge) pada baterai merupakan satu siklus seperti reaksi kimia di bawah ini.

1) Reaksi Kimia pada waktu Baterai Mengeluarkan Arus.


10

Gambar 14 Reaksi Kimia Saat Pengosongan

PbO2 + 2H2SO4 + Pb PbSO4 + 2H2O + PbSO4


(pelat +) (electrolite) (pelat -)(pelat +) (air) (pelat -)
Pada waktu baterai mengeluarkan arus listrik (discharge) pelar positif
maupun pelat negatif bergabung (bereaksi) dengan SO 4, sehingga membentuk
PbSO4, dengan adanya reaksi tersebut di atas H 2SO4 sedikit demi sedikit
berubah menjadi H2O. Akibatnya berat jenisnya akan turun karena
konseentrasinya electrilite berkurang.

2) Reaksi Kimia pada waktu Baterai Diisi (charge).

Gambar 15 Reaksi Kimia Saat Pengisian

PbSO4 + 2H2o + PbSO4 PbO2 + 2H2SO4 + Pb


(pelat +) (electrolite) (pelat -) (pelat +) (air) (pelat -)
11

Selama pengisian arah arus listrik kedalam baterai arahnya berlawanan,


sehingga mengakibatkan kebalikan reaksi. H 2SO4 terpisah dari PbSO4 pada
tiap-tiap pelat, sehingga pelat positif akan terdapat PbO 2 dan pelat negatif
terdapat Pb. Dalam reaksi ini H2SO4 akan terbentuk kembali di dalam elektrolit
sehingga berat jenisnya naik lagi.
d. Kode Pengenalan Baterai. Baterai yang dibuat di Jepang diberi kode
pengenal sesuai dengan standar industri Jepang (JIS). Kode tersebut
menunjukkan kapasitas baterai, ukuran dan posisi terminalnya positifnya (di sisi
kanan atau kiri).

1) Lokasi Kode

Gambar 16 Kode Baterai

2) Informasi Kode Pengenal


55 D 23 L

Posisi
Terminal
Positif
Panjang
Baterai
Lebar dan Tinggi
Baterai
Kemampuan
12

e. Kemampuan baterai. Hal ini menunjukkan kapasitas baterai secara tidak


langsung. Daftar di bawah menunjukkan hubungan antara kode pengenal
baterai dan kapasitasnya. Kapasitas dinyatakan dalam amper-jam (lihat
halaman berikutnya).
f. Kode Pengenal Baterai.
Kode Kapasitas Kode Pengenal Kapasitas
Pengenal (pada 5 jam) Baterai (pada 5 jam)
Baterai
28 B 17 R/L 24 65 D 26 R/L 52
34 B 17 R/L 27 75 D 26 R/L 52
28 B 19 R/L 24 80 D 26 R/L 55
34 B 19 R/L 27 65 D 31 R/L 56
36 B 20 R/L 28 75 D 31 R/L 60
38 B 20 R/L 28 95 D 31 R/L 64
46 B 24 R/L 36 95 E 41 R/L 80
50 B 24 R/L 36 105 E 41 R/L 83
55 B 24 R/L 36 115 E 41 R/L 88
32 C 24 R/L 32 130 E 41 R/L 92
50 D 20 R/L 40 115 F 51 96
55 B 23 R/L 48 150 F 51 108
65 D 23 R/L 52 145 F 51 112
48 D 26 R/L 40 170 F 51 120
55 D 26 R/L 48

Aki Kendaraan/Mobil

1 2 3 4

L : Posisi terminal terbalik

Z : Dimensi sama, kemampuan


lebih baik

40, 50, …, 200 : Peringkat ukuran


(berbeda untuk N dan NS series)

N:
NS: Lebih kecil dari normal
13

f. Pemeriksaan dan Pengisian Baterai.


1) Pemeriksaan Permukaan Elektrolit.Permukaan elektrolit harus
diperiksa sekali-sekali, dan tambahkan air suling bila perlu. Baterai yang
dibuat dari bahan transparan, pada kotaknya terdapat garis tanda
permukaan elektrolit yang normal.

Gambar 17 Permukaan Elektrolit

Bila air suling ditambahkan ketika cuaca dingin sekali, baterai harus
dilakukan pengisian segera agar tidak terjadi pembekuan. Untuk kotak baterai
14

yang hitam, tinggi elektrolit harus dipelihara 10 – 15 mm di atas separator, agar


cukup tinggi untuk menutup pelat di seluruh sel.

Gambar 18 Pengisian Air Aki

2) Memeriksa Isi Baterai. Untuk memeriksa isi baterai, berat jenis


elektrolit harus diukur dan disamping itu dilakukan tes beban. Kondisi
baterai dapat ditentukan dari hasil kedua pengetesan tersebut.
a) Memeriksa Berat Jenis Elektrolit. Berat jenis diukur dengan
hydrometer. Untuk mengukur berat jenis, hisaplah elektrolit ke
dalam hydrometer, dan bacalah indikator dengan permukaan
cairan segaris dengan mata. Usahakan pelampung tidak
menyentuh tabung.
15

Gambar 20 Memeriksa Berat jenis Elektrolit

Jangan menambahkan air suling menjelang pengukuran


kecuali kurang sekali dan elektrolit yang masuk ke dalam
hydrometer tidak cukup. Bila ditambahkan air isilah baterai segera
sampai terbentuk gas yang cukup untuk merangsang elektrolit
sebelum pengukuran dilakukan.
Berat jenis elektrolit berubah sebesar 0.0007 setiap
perubahan temperatur 1°C (0.0004 per 1°F). Spesifikasi berat jenis
elektrolit secara normal ialah pada temperatur 20°C. karena itu,
pengukuran berat jenis pada temperatur lain harus di konversikan
menurut rumus berikut:

Pengukuran Celcius:
S20(°C) = St + 0.0007 x (t – 20)
Pengukuran Fahrenheit:
S68(°F) = St + 0.0004 x (t – 68)
Dimana:
S20 = Berat jenis pada 20°C (68°F)
St = Nilai Pengukuran dari berat jenis
t = Temperatur elektrolit saat pengukuran dilakukan
Sebagai contoh, ambil baterai yang berat jenis elektrolitnya
1,260 ketika terisi penuh dan temperatur elektrolit ialah 0°C, isi
baterai pada saat itu dapat ditentukan sebagai berikut:
Pengukuran Celcius
S(°C) = S1 + 0.0007 x (t – 20)
= 1.260 + 0.0007 x (0 – 20)
= 1.260 – 0.014
= 1.246
16

Pengukuran Fahrenheit
S(°C) = St + 0.0004 x (t – 68)
= 1.260 + 0.0004 x (32 – 68)
= 1.260 – 0.014
= 1.246

Berat jenis standar pada 20°C ketika baterai terisi penuh


sebagai berikut.
1.250 – 1.270 (Baterai dengan berat jenis nominal 1.260)
1.270 – 1.290 (Baterai dengan berat jenis nominal 1.280)
(Perbedaan antar sel harus 0,025 atau kurang).

Tindakan berikut harus dilakukan sesuai dengan hasil ukur berat jenis.

PENGUKURAN TINDAKAN
1.300 atau Lebih Tambahkan air suling agar
berat jenis berkurang
1.290 – 1.220 Tidak perlu (OK)
1.210 atau kurang Lakukan pengisian penuh,
ukur berat jenis, bila masih
di bawah 1.210 ganti baterai
Perbedaan berat Tidak perlu (Ok)
jenis antar sel
kurang dari 0.040
Perbedaan berat Lakukan pengisian penuh,
jenis antar sel ukur berat jenis. Bila
0.040 atau lebih perbedaan berat jenis antar
sel melebihi 0.030, setel
berat jenis.
Bila tidak bisa dilakukan,
ganti baterai.

b) Tes Beban (Arus Besar). Keluarkan arus dari baterai empat


kali kapasitasnya (112 A bila kapasitasnya 5 jam ialah 28 Ah), dan
17

ukur tegangan terminal setelah lima detik. Tegangan terminal harus


9,6 V atau lebih. Bila tidak, baterai tidak baik dan harus diganti.
c) Pengisian Baterai. Baterai dapat dilakukan pengisian secara
cepat atau lambat. Untuk itu perhatikan peringatan sebagai berikut:
(1) Peringatan dalam melakukan pengisian baterai.
Karena baterai mengeluarkan gas hidrogen yang mudah
meledak, jangan biarkan api atau percikan api dekat baterai.

Gambar 21 Peringatan Pengisian Baterai

(a) Selama pengisian, jangan melepas kabel


pengisi dari terminal baterai. Matikan terlebih dahulu
swit utama pengisi baterai sebelum kabel dilepaskan.
(b) Temperatur elektrolit jangan sampai melebihi
45°C. Bila melebihi ini, kurangilah ampernya atau
hentikan pengisian.
(2) Pengisian Cepat. Pengisian cepat dipakai bila
diperlukan pengisian baterai dengan waktu yang singkat
pada amper yang besar. Hal ini akan memperpendek umur
baterai. Bila waktu yang tersedia cukup, lebih baik
menggunakan pengisian lambat.
18

(a) Bersihkan terminal dari kotoran, karat, debu.


Bila perlu pakailah amplas.
(b) Lepas sumbat ventilasi
(c) Chek elektrolit dan tambahkan seperlunya.
(d) Bila pengisian dilakukan dalam keadaan
terpasang dikendaran, lepas kabel dari terminal positif
dan negatifnya agar tidak merusak rectifiers dan
komponen lainnya.
(e) Tentukan amper dan lamanya pengisian
diizinkan.
(f) Pada umumnya alat pengisi mempunyai alat tes
untuk me entukan amper pengisian dan lamanya
pengisian, karena itu ikutilah instruksi pada pengisian
cepat.
Apabila tidak terdapat alat pengetes pada alat pengisian pakaian
metode berikut:
2) Menentukan Amper Pengisian. Tentukan kondisi pengeluaran dari
baterai dari berat jenisnya dengan menggunakan grafik di bawah ini,
kemudian hitung amper pengisian dengan memakai rumus berikut
(lamanya pengisian untuk pengisian cepat biasanya antara ½ sampai 1
jam).

Amper Pengisian yang benar (A) = Kondisi pengeluaran( Ah)


1+lamanya pengisian (h )
19

Gambar 22 Menentukan Amper Pengisian


3) Pengisian Lambat. Pengisian cepat akan mempersukar pengisian
secara penuh. Agar baterai penuh atau untuk pengisian baterai yang
benar-benar kosong, dianjurkan untuk melakukan pengisian lambat
adalah sama seperti pengisian cepat, kecuali untuk hal-hal sebagai
berikut:
(a) Arus pengisian maksimum harus kurang dari 1/10 kapasitas
baterai.
(1) Contoh:
(2) Kapasitas baterari 40 Ah.
(3) 40 : 10 = 4 A atau kurang
(4) lamanya pengisian lambat dapat dihitung dengan
rumus berikut:
(5) Lamanya pengisian (h)

Kondisi kapasitas pengeluaran ( Ah )


= ×(1,2 sampai 1,5 )
Arus Pengisian ( A )
Contoh :
Kapasitas baterai : 40 Ah
Berat jenis : 1,16
20

Kondisi pengeluaran ialah kira-kira 50% dari kapasitas


menurut grafik halaman sebelumnya. Karena itu, baterai
membutuhkan pengisian:
40 Ah x 50% = 20 Ah
Karena itu lamanya pengisian lambat ialah:
20 ( Ah)
= ×(1,2 sampai 1,5 )=6 s/d 7,5 h
4 (A)
(a) Posisikan swit pengisian baterai ke posisi lambat (bila
disediakan)
(b) Setel kembali swit kontrol arus bila arus pengisian menjadi
lebih rendah.

8. Sistem Kelistrikan Bodi.


21
22
23

9. Simbol-Simbol Kelistrikan Kendaraan.


a. Simbol-simbol dan Nomor Kode Terminal.

NO. Simbol Arti

1. Arus searah

2. Arus bolak-balik

3. Arah arus mendekati

Arah arus menjauhi

4.

Baterai
5.

6. Steker

Massa
7.

Sekering
8.

Tahanan secara umum


9.

Tahanan yang bisa diubah-ubah


10. (potensiometer)

Alat ukur secara umum


11.
24

NO Simbol Arti
12. Voltmeter

13. Ampermeter

Ohmeter
14.

15. Sakelar penghubung (tombol)

(automatis kembali sendiri)


16.
Sakelar penghubung

17 Sakelar pemutus

18 Lampu 1 filamen

Lampu 2 filamen
19
25

20 Sakelar pemindah

Putaran
21

Tekanan
22

23 Membran (diafragma)

Sakelar dim
24

25 Sakelar lampu kepala

26
Sakelar lampu kepala
26

27. Lampu kepala

(jauh/dekat dan kota)

Lampu belakang, lampu kota,

28 rem dan tanda belok

29. Relai penghubung

Relai pemindah 1 langkah

30.

Schritt relais

(Relai pemindah 2 langkah)

31.
27

32. Diode

Diode LED
33.

34. Diode Zener

Transistor PNP
35.

36. Transistor

Thyristor
37. A = Anoda
B = Katoda
G = Gate

38. Motor arus searah

39. Generator arus bolak-balik 1 fasa

40. Alternator
28

41. Distributor

42. Kondensator

43. Koil pengapian

44. Ventilator

45. Klakson

Pengeras suara (lautsprecher)

46.

47. Mikrofon

48. Radio
29

b. Sistem Penerangan.

Nomor Arti Diagram terminal


terminal
15 Kunci kontak

30/B+ Baterai +

31/B- Baterai – (massa)

31 b Massa dengan
sakelar
54 Lampu rem

55 Lampu kabut

56 Sakelar lampu
kepala

56a Lampu jauh

56b Lampu dekat

58 L ampu kota
30

c. Sistem Tanda Belok dan Relai.

No. Simbol Diagram terminal


49. Masuk flesher

49a. Keluar flesher

C. Lampu kontrol

L. Kiri

85. Keluar relai

(arus pengendali)

86. Masuk relai

(arus utama)

Keluar relai pemutus


87a.

(arus utama)

88. Masuk relai penghubung

(arus utama)

88a. Keluar relai penghubung

(arus utama)
31

d. Starter, Generator dan Regulator.

Nomor Arti Diagram terminal


terminal
15 a Ke Coil

30 Baterai

31 Massa

50 Kunci kontak ke
starter

61 Ke lampu kontrol

B+ Baterai/Generator

D+ Generator/Regulator

D- Generator/Massa

DF Generator field
32

e. Simbol Sistem Pengapian.

Nomor Arti Diagram terminal


terminal
1 Coil negatif ke kontak

pemutus

4 Arus tegangan tinggi/kum-

paran sekunderdari coil

15 Kunci kontak/coil positif

15 a tahanan balas/starter

30 Baterai (+)

31 Massa (-)

85 Arus pengendali ke luar

relai

86 Arus pengendali masuk relai

88 Arus utama masuk

88 a Arus utama ke luar


33

f. Simbol Pengapian Elektronik.

No. Simbol Diagram terminal

1. Ke sender pendingin

2. Ke sakelar katup gas

3. Ke steker penyesuai

(bahan bakar/negara)

4. -

7. Sinyal pengendali dari pick-up

ke kontrol unit

15. Kunci kontak

16. Ke coil terminal 1

31. Massa langsung

31d Massa lewat kontrol unit

8h Arus positif dari kontrol unit/

stabilisator

TD Terminal diagnose
34

10. Evaluasi.
a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan :
1) Tegangan !
2) Kuat arus!
3) Tahanan!
b. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kelistrikan mesin?
c. Jelaskan fungsi baterai dan bagaimana reaksi kimia yang terjadi pada
baterai!
d. Jelaskan cara melakukan pengisian baterai!
e. Gambarkan dan jelaskan symbol-simbol dank ode terminal pada sistem
kelistrikan kendaraan!
f. Jelaskan kode terminal dan arti dari sistem penerangan dan sistem
pengapian konvensional serta sistem pengapian elektronik!
35

BAB III

SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL

11. Umum. Cara penyalaan/pengapian bahan bakar pada motor bakar


dibedakan dalam 2 macam :

Penyalaan sendiri Penyalaan dengan bunga api listrik


( Motor diesel )
( Motor bensin )

Udara dikompresikan Campuran udara + bahan


dengan tekanan kompresi bakar dikompresikan dengan
tinggi. tekanan kompresi rendah
20–40 bar (2–4Mpa) 8–13 bar (0,8–13 Mpa)
temperatur naik 700–9000C temperatur naik 400–6000C
Bahan bakar disemprotkan Busi meloncatkan bunga api
kedalam ruang bakar terjadi
penyalaan/pembakaran
Langsungterjadi
penyalaan/pembakaran

a. Sistem Pengapian Konvensional


36

Gambar 24 Sistem Pengapian Konvensional

b. Sistem pengapian magnet.

Koil
Generator

Gambar 25 Sistem Pengapian Magnet

c. Cara Menaikkan Tegangan


5000 – 25000 Volt
12 Volt

Gambar 26 Menaikkan Tegangan

Tegangan baterai ( 12 V ) dinaikkan menjadi tegangan tinggi 5000  25000 Volt


dengan menggunakan transformator ( Koil ).
d. Dasar Transformasi Tegangan.
37

Transformasi tegangan berdasarkan Prinsip induksi magnetis.

Jika magnet digerak-


1) Induksi magnetis U
gerakkan dekat kumparan,
maka :

 Terjadi perubahan
medan magnet
 Timbul tegangan listrik
Tegangan tersebut disebut
S
“Tegangan Induksi”

Jika pada sambungan


primer transformator
2) Transformator
dihubungkan dengan arus
bolak – balik maka :
primer sekunder
 Ada perubahan arus
listrik.
 Terjadi perubahan
medan magnet.
 Terjadi tegangan
induksi lampu
menyala.

3) Perbandingan Tegangan Perbandingan tegangan


sebanding dengan
sekunder
perbandingan jumlah lilitan
primer

 Jumlah lilitan sedikit


tegangan induksi kecil
 Jumlah lilitan banyak
tegangan induksi besar

e) Transformasi dengan arus searah


38

Bagaimana jika transformator


diberi arus searah ?

 Transformator tidak dapat


berfungsi dengan arus searah,
karena :
 Arus tetap
 Tidak tejadi
perubahan medan magnet
 Tidak ada induksi

Bagaimana agar terjadi


perubahan medan magnet ?

Dengan memberi saklar pada


sambungan primer

Jika saklar dibuka / ditutup ( on /


off ), maka :

 Arus primer terputus – putus


 Ada perubahan medan
magnet
 Terjadi induksi

13. Bagian–Bagian/Komponen Sistem Pengapian Baterai.


Baterai

Kegunaan :

Sebagai penyedia atau sumber arus


listrik
39

Kunci kontak

Kegunaan :

Menghubungkan dan memutuskan


arus listrik dari baterai ke sirkuit
primer

Koil

Kegunaan :

Mentransformasikan tegangan
baterai menjadi tegangan tinggi

( 5000 – 25.000 Volt )

Kontak pemutus

Kegunaan :

Menguhungkan dan memutuskan


arus primer agar terjadi induksi
tegangan tinggi pada sirkuit sekunder
sistem pengapian
40

Kegunaan Kondensator:

 Mencegah loncatan bunga api


diantara celah kontak pemutus
pada saat kontak mulai membuka
 Mempercepat pemutusan arus
primer sehingga tegangan induksi
yang timbul pada sirkuit sekunder
tinggi
Kegunaan Distributor:

Membagi dan menyalurkan arus


tegangan tinggi ke setiap busi sesuai
dengan urutan pengapian

Kegunaan Busi:

Meloncatkan bunga api listrik diantara


kedua elektroda busi di dalam ruang
bakar, sehingga pembakaran dapat
dimulai

14. Rangkaian Sistem Pengapian Baterai.


41

4
6

3
1

2 4

5
2
3

1 7

Gambar 28 Bagian Sistem Pengapian


1 2 3 4

Bagian – bagian komponen sistem pengapian:


1. Baterai
2. Kunci kontak
3. Koil
4. Kontak pemutus
5. Kondensator
6 Distributor
7. Busi

15. Cara Kerja dan Data-data Sistem Pengapian Baterai.


42

a. Saat kunci kontak on, kotak pemutus menutup

1 3

2 4

1 2 3 4

Gambar 29 Sistem Pengapian Saat On

Arus mengalir dari + baterai – kunci kontak – kumparan primer koil kontak pemutus –
massa

 Terjadi pembentukan medan magnet pada inti koil


43

Saat kunci kontak on, kontak pemutus membuka

Gambar 30 Sistem Pengapian Saat Platina Terbuka

Arus primer terputus dengan cepat maka :

 Ada perubahan medan magnet ( medan magnet jatuh )


 Terjadi arus induksi tegangan tinggi pada saat sirkuit sekunder ( terjadi loncatan
bunga api di antara elektroda busi )
Data – datra sistem pengapian baterai secara umum

Rup - 5 – 25 KV Tegangan sekunder


Bat + Celah KP 0,3 – 0,5 mm
12 – 14,5 Volt

Tahanan Kabel Busi

Saat KP menutup
er 3 – 4 Amp
44

3–4 6 – 10 k

0,1 – 0,3 F

 
K.P tertutup : Maks 0,3 VK.P terbuka : 12 – 13 V

0,6 – 1 mm Celah elektroda


45

16. Kontak Pemutus dan Sudut Dwell. Kegunaan kontak pemutus adalah
Menghubungkan dan memutuskan arus primer agar terjadi induksi tegangan tinggi
pada sirkuit sekunder

Gambar 32 Kontak Pemutus

a. Bagian-bagian Kontak Pemutus.


1. Kam distributor 6. Sekrup pengikat
2. Kontak tetap ( wolfram ) 7. Tumit ebonit
3. Kontak lepas ( wolfram ) 8. Kabel ( dari koil - )
4. Pegas kontak pemutus 9. Alur penyetel
5. Lengan kontak pemutus
b. Jalan arus pada kontak pemutus

Gambar 33 Gap Kontak Pemutus


46

Bentuk-bentuk kontak pemutus Keausan yang terjadi

 Keausan permukaan

Kontak berlubang

 Keausan permukaan tidak


merata
 Pemindahan panas kurang
baik

Kontak pejal

c. Sudut Pengapian

Sudut pengapian adalah :


Sudut putar kam distributor dari saat
kontak pemutus mulai membuka 1
sampai kontak pemutus mulai
membuka pada tonjolan kam
berikutnya 2
360
 Contoh : sudut pengapian= Z

Z = jumlah silinder

Untuk motor 4 silinder


Gambar 34 Sudut Pengapian

360
d. Sudut dwell α= = 900
4 P.K
47

Sudut putar kam distributor :


A – B = Sudut buka Kp
B – C = Sudut tutup Kp
Sudut tutup kontak pemutus dinama
kan sudut dwel

Gambar 35 Sudut Dwell

Kesimpulan : sudut dwell adalah sudut putar kam distributor pada saat

kontak pemutus menutup (B ) sampai kontak


pemutus mulai membuka ( C ) pada tonjolan
kam berikutnya.

e. Hubungan sudut dwel dengan celah kontak pemutus

Celah kontak pemutus kecil

 Sudut buka kecil (  )

 sudut Dwel besar ( α )

Gambar 36 Celah Kontak Pemutus Kecil


48

Sudut dwel besar  celah kontak pemutus kecil

Celah kontak pemutus besar


 Sudut buka besar (  )

 sudut Dwel kecil ( α )

Gambar 36 Celah Kontak Pemutus Besar

Sudut Dwel kecil  celah kontak pemutus besar


360 °
Sudut pengapian = z
z = jumlah silinder

Sudut dwel  60% x sudut pengapian


360 °
 60% x z
Toleransi ± 20

Contoh : Menghitung sudut dwel motor 4 silinder dan 6 silinder


49

f. Besar sudut Dwell dan kemampuan pengapian. Kemampuan pengapian


ditentukan oleh kuat arus primer. Untuk mencapai arus primer maksimum,
diperlukan waktu pemutusan kontak pemutus yang cukup.
Sudut dwell kecil

Gambar 37 Besar Sudut Dwell

Waktu penutupan kontak pemutus pendek  Arus primer tidak mencapai maksimum
 Kemampuan pengapian kurang.
50

Sudut dwell besar

Gambar 38 Sudut Dwell besar

Kemampuan pengapian baik, tetapi waktu mengalir arus terlalu lama  kontak pemutus
menjadi panas  konntak pemutus cepat aus.

Kesimpulan : Besar sudut dwel merupakan kompromis antara kemampuan pengapian


dan umur kontak pemutus

17. Kondensator. Percobaan sistem pengapian tanpa kondensator. Tanpa


kondensator sistem pengapian tak berfungsi

Pada sirkuit primer. Pada saat kontak


pemutus mulai membuka. Ada loncatan
bunga api diantara kontak pemutus

Artinya :

 Arus tidak terputus dengan segera


 Kontak pemutus menjadi cepat aus
(terbakar)
Pada sirkuit sekunder. Bunga api pada busi
lemah.

 Mengapa bunga api pada besi lemah ?


Karena arus primer tidak terputus dengan
segera, medan magnit pada koil tidak
jatuh dengan cepat

 Tegangan induksi rendah


51

a. Mengapa terjadi bunga api pada kontak saat arus primer diputus ?

Gambar 39 Terjadinya Bunga Api

Pada saat kontak pemutus membuka arus dalam sirkuit primer diputus maka
terjadi perubahan medan magnet pada inti koil ( medan magnet jatuh )

Akibatnya terjadi induksi pada :  Kumparan primer Induksi pada sirkuit primer
disebut “ induksi diri “
a. Kumparan sekunderSifat-sifat induksi diri.
1) Tegangannya bisa melebihi tegangan sumber arus, pada sistem
pengapian tegangannya  300 - 400 Volt.
2) Arus induksi diri adalah penyebab timbulnya bunga api pada
kontak pemutus.
3) Arah tegangan induksi diri selalu menghambat perubahan arus
primer.

Gambar 40 Diagram Induksi


52

Keterangan:

a) kontak pemutus tutup, induksi diri memperlambat arus primer


mencapai maksimum
b) kontak pemutus buka, induksi diri memperlambat pemutusan arus
primer, akibat adanya loncatan bunga api pada kontak pemutus.

b. Sistem pengapian dengan kondensator Sistem pengapian dengan


kondensator. Pada sistem pengapian, kondensator dihubungkan secara paralel
dengan kontak pemutus.

kondensator

Gambar 41 Sistem Pengapian dengan Kondensator

Cara kerja : Pada saat kontak pemutus mulai membuka, arus induksi diri diserap
kondensator

Akibatnya :

a) Tidak terjadi loncatan bunga api pada kontak pemutus.


b) Arus primer diputus dengan cepat ( medan magnet jatuh dengan cepat ).
c) Tegangan induksi pada sirkuit sekunder tinggi, bunga api pada busi kuat.
( Tegangan induksi tergantung pada kecepatan perubahan kemagnetan ).
53

c. Prinsip kerja kondensator. Kondensator terdiri dari dua plat penghantar


yang terpisah oleh foli isolator, waktu kedua plat bersinggungan dengan
tegangan listrik, plat negatif akan terisi elektron-elektron.

Gambar 42 Prinsip Kerja Kondensator.

Jika sumber tegangan dilepas, elektron-elektron masih tetap tersimpan


pada plat kondensator  ada penyimpanan muatan listrik.

Gambar 35 Sumber Tegangan Dilepas


54

Jika kedua penghantar yang berisi muatan listrik tersebut dihubungkan,


maka akan terjadi penyeimbangan arus, lampu menyala lalu padam.

Gambar 35 Sumber Tegangan Dihubungkan


dengan Sebuah Beban

d. Kondensator pada sistem pengapian. Pada sistem pengapian


konvensional pada mobil umumnya menggunakan kondensator model gulung.

Gambar 36 Kondensator Kertas


Keterangan Gambar: Data :

1. Dua foli aluminium Kapasitas 0,1 – 0,3 f


2. Dua foli isolator kemapuan insulator  500 volt
3. Rumah sambungan massa
4. Kabel sambungan positif
55

18. Koil dan Tahanan Ballast. Kegunaan koil untuk mentransformasikan


tegangan baterai menjadi tegangan tinggi pada sistem pengapian.
Koil inti batang ( standart ).

Bat Rup
+ -

15 1
Garis gaya
magnet

Inti koil

Gambar 37 Koil

Keuntungan : Konstruksi sederhana dan ringkas.

Kerugian : Garis gaya magnet tidak selalu mengalir dalam inti besi, garis gaya magnet
pada bagian luar hilang, maka kekuatan/daya magnet berkurang.

Gambar 38 Koil dengan Inti Tertutup


56

Keuntungan : Garis gaya magnet selalu mengalir dalam inti besi  daya magnet kuat 
hasil induksi besar.

Kerugian :Sering terjadi gangguan interferensi pada radio tape dan TV yang dipasang
pada mobil / juga di rumah (TV).

a. Koil dengan tahanan ballast.

Gambar 39 Rangkaian Sistem Pengapian

b. Persyaratan perlu/tidaknya koil dirangkai dengan tahanan ballast. Pada


sistem pengapian konvensional yang memakai kontak pemutus, arus primer
tidak boleh lebih dari 4 amper, untuk mencegah :
1) Keausan yang cepat pada kontak pemutus
2) Kelebihan panas yang bisa menyebabkan koil meledak ( saat
motor mati kunci kontak ON )
Dari persyaratan ini dapat dicari tahanan minimum pada sirkuit primer

U 12
R min = = =3Ω
I maks 4
Jadi jika tahanan sirkiut primer koil < 3 , maka koil harus dirangkai
dengan tahanan ballast.
57

Catatan :
Untuk pengapian elektronis tahanan primer koil dapat kurang dari 3 ohm.
Contoh : Tahanan rangkaian primer 0,9 - 1 Ohm dan dirangkai tanpa
tahanan ballast.

c. Kegunaan tahanan ballast


1) Pembatas arus primer ( contoh )

Tahanan ballast

R1 = 1,5
12 V

Kunci kontak Primer


Kontak pemutus

Arus max. yang diperbolehkan


4A
R2 = 1,5 

Gambar 40 Tahanan Ballast

U 12
R= maks = = 3 Ω
U = 12V I 4
I = 4A

R2 = 1,5 Ohm R1 dan R2 seri maka “ R = R1 + R2

R1 = ……Ohm ? R1 = R – R2 = 3 – 1,5 =1,5 


2) Kompensasi panas. Pada koil yang dialiri arus, timbul panas akibat
daya listrik. Dengan menempatkan tahanan ballast diluar koil, dapat
memindahkan sebagian panas diluar koil, untuk mencegah kerusakan
koil.
Kuat arus yang mengalir pada koil I = 4 A
Tahanan primer ( R2 ) = 1,5 
Tahanan ballast ( R1 ) = 1,5 

Daya panas pada koil Daya panas pada tahanan ballast

P. koil = I2  R2 = 42 . 1,5 P.ballast = I2 R1 = 42 . 1,5


= 24 watt = 24 watt
58

d. Rangkaian penambahan start. Selama motor distart, tegangan baterai


akan turun karena penggunaan beban starter. Akibatnya, kemampuan
pengapian berkurang. Untuk mengatasi hal tersebut koil dapat dihubungkan
langsung dengan tegangan baterai selama motor distater.

Penambahan start melalui terminal ST 2 pada kuci kontak

Ke motor stater

15 Baterai
30

Kp
- +

12 V

Gambar 41 Rangkaian Penambahan Start

Contoh : Penambahan start melalui terminal motor starter

Gambar 42 Penambahan Start Melalui Terminal Motor Starter


59

Contoh : Tahanan ballast di dalam koil ( mis : Toyota Kijang )

Gambar 45 Tahanan Ballast di Dalam Koil

19. Busi.

Gambar 43 Busi
Bagian-bagian Busi:
60

1. Terminal 7. Elektrode massa ( paduan nikel )


2. Rumah busi 8. Cincin perapat
3. Isolator 9. Celah elektrode
4. Elektrode ( paduan nikel ) 10. Baut sambungan
5. Perintang rambatan arus 11. Cincin perapat
6. Rongga pemanas 12. Penghantar

a. Beban dan tuntutan pada busi

Beban
Hal – hal yang dituntut
Panas

 Temperatur gas didalam ruang bakar berubah, temperatur pada pembakaran 2000 -
30000C dan waktu pengisian 0 – 1200C

 Elektode pusat dan isolator harus tahan terhadap temperatur tinggi  8000C
 Cepat memindahkan panas sehingga temperatur tidak lebih dari 800 0C
Mekanis

 Tekanan pembakaran 30 – 50 bar

 Bahan harus kuat


 Konstruksi harus rapat
Kimia

 Erosi bunga api


 Erosi pembakaran
 Kotoran

 Bahan Elektroda harus tahan temperatur tinggi ( nikel, platinum )


 Bahan kaki isolator yang cepat mencapai temperatur pembersih diri ( ± 400 0C )
Elektris

 Tegangan pengapian mencapai 25000 Volt


61

 Bentuk kaki isolator yang cocok sehingga jarak elektroda pusat ke masa jauh
 Konstruksi perintang arus yang cocok
b. Nilai Panas. Nilai panas busi adalah suatu indeks yang menunjukkan
jumlah panas yang dapat dipindahkan oleh busi. Kemampuan busi menyerap
dan memindahkan panas tergantung pada bentuk kaki isolator/luas permukaan
isolator. Nilai panas harus sesuai dengan kondisi operasi mesin.
c.

Gambar 44 Nilai Panas

d. Perbedaan Busi Panas dan busi dingin.

Busi panas

1) Luas permukaan kaki isolator besar


2) Banyak menyerap panas
3) Lintasan pemindahan panas panjang, akibatnya pemindahan panas sedikit

e. Dudukan Penggunaan cincin perapat antara busi dan kepala silinder


tergantung pada tipe motor
62

Gambar 45 Dudukan Busi

Gambar kiri: Dudukan rata, harus dipasang cincin perapat.


Gambar Kanan: Dudukan bentuk konis, tanpa cincin perapat

f. Ulir. Panjang ulir busi harus sesuai dengan panjang ulir kepala
silinder

Gambar 46 Dudukan Busi

g. Celah elektroda busi dan tegangan pengapian. Celah elektroda busi


mempengaruhi kebutuhan tegangan pengapian.
1) Celah elektroda besar tegangan pengapian besar.
2) Celah elektroda kecil tegangan pengapian kecil.

Busi dingin

1) Luas permukaan kaki isolator kecil


63

2) Sedikit menyerap panas


3) Lintasan pemindahan panas pendek, cepat menimbulkan panas

20. Saat Pengapian.

I II

Gambar 47 Saat Pengapian

Pengapian terjadi sebelum torak Pengapian terjadi setelah torak melewati


TMA ( pengapian lambat )
Mencapai TMA ( pengapian awal )

Saat pengapian adalah saat busi meloncatkan bunga api untuk mulai pembakaran, saat
pengapian diukur dalam derajat poros engkol ( 0pe ) sebelum atau sesudah TMA
64

a. Persyaratan saat pengapian. Mulai saat pengapian sampai proses


pembakaran selesai diperlukan waktu tertentu. Waktu rata – rata yang diperlukan
selama pembakaran  2 ms ( mili detik ).

Gambar 48 Diagram Pengapian

Keterangan:

1. Saat pengapian
2. Tekanan pembakaran maksimum
3. Akhir pembakaran
4.
Persyaratan pengapian:
1) Usaha yang efektif. Untuk mendapatkan langkah usaha yang paling
efektif, tekanan pembakaran maksimum harus dekat sesudah TMA.
2) Saat pengapian yang tepat. Agar tekanan pembakaran maksimum
dekat sesudah TMA saat pengapian harus ditempatkan sebelum TMA.
65

b. Saat pengapian dan daya motor.

Gambar 49 Diagram Saat Pengapian dan Daya Motor

1) (Titik-a) Saat pengapian terlalu awal. Mengakibatkan


detonasi/knoking, daya motor berkurang, motor menjadi panas dan
menimbulkan kerusakan ( pada torak, bantalan dan busi).
2) (Titik-b) Saat pengapian tepat. Menghasilkan langkah usaha yang
ekonomis, daya motor maksimum.
66

3) (Titik-c) Saat pengapian terlalu lambat. Menghasilkan langkah


usaha yang kurang ekonomis / tekanan pembakaran maksimum jauh
sesudah TMA, daya motor berkurang, boros bahan bakar.

c. Hubungan saat pengapian dengan putaran motor. Supaya akhir


pembakaran dekat sesudah TMA, saat pengapian harus  1 ms sebelum TMA.
Untuk menentukan saat pengapian yang sesuai dalam derajat p.e, kita harus
memperhatikan kecepatan putaran motor

Contoh :

Putaran rendah Putaran tinggi

Sudut putar p.e selama sudut putar p.e selama

1 ms kecil 1 ms besar

1 ms 1 ms

I II

Gambar 50 Saat Pengapian


67

1000 rpm Putaran motor 6000 rpm

60 ms Waktu untuk 1 putaran p.e 10 ms

60 pe Sudut putar selama 1 ms 360p.e

Kesimpulan :

Supaya akhir pembakaran tetap dekat TMA, saat pengapian harus


disesuaikan pada putaran motor :

Putaran motor tinggi saat pengapian semakin awal

d. Advans Sentrifugal. Hitunglah saat pengapian yang sesuai dalam 0p.e.


untuk putaran : 1000, 2000, 4000, 6000 rpm.

Persyaratan saat pengapian harus tetap 0,8 ms sebelum TMA

4000
6000 2000 1000 TMA
a) n = 1000 rpm Rpm
Waktu ( t ) untuk 1 putaran

t = 1/n . 60 . 103 ms

= 1/1000 . 60 . 103 = 60 ms

Sudut putar p.e. dalam 1 ms

= 360/60 = 60 pe

Saat pengapian = 0,8 ms

Jadi T = 0,8 . 6 =  50 pe sebelum


TMA
68

Analog :

n = 2000 rpm Saat pengapian  100 pe sebelum TMA

n = 4000 rpm Saat pengapian  200 pe sebelum TMA

n = 6000 rpm Saat pengapian  300 pe sebelum TMA

Kesimpulan

Semakin cepat putaran motor, saat pengapian semakin maju ( semakin awal )

e. Fungsi Advans Sentrifugal (Governor). Untuk memajukan saat pengapian


bekerja berdasarkan putaran motor.

1) Bagian-bagian Advans Sentrifugal


69

Gambar 51 Advans Sentrifugal

2) Prinsip kerja. Semakin cepat putaran motor, semakin


mengembang bobot-bobot sentrifugal. Akibatnya poros governor ( kam )
diputar lebih maju dari kedudukan semula  kontak pemutus dibuka
lebih awal ( saat pengapian lebih maju .)

3) Cara kerja advans sentrifugal.

Putaran idle ( stasioner ).

1) pemberat sentrifugal belum


mengembang
2) plat kurva belum ditekan
3) advans belum bekerja
4) salah satu pegas pengembali
masih longgar

Putaran rendah s/d menengah.

1) Pemberat sentrifugal mulai


mengembang
2) Plat kurva mulai ditekan
3) Advans sentrifugal mulai bekerja
4) Hanya satu pegas pengembali
yang bekerja
70

Gambar 52 Cara Kerja Advans Sentrifugal

Pembatas maksimum

Putaran tinggi.

1) Pemberat sentrifugal mengembang


sampai pembatas maksimum
2) Plat kurva ditekan
3) Advans bekerja maksimum. Kedua
pegas pengembali bekerja.

Gambar 53 Advans Vakum pada Putaran Tinggi

f. Karakteristik kurva advans sentrifugal.


71

800
motor
Gambar 54 Kurva Advans Sentrifugal

21. Advans Vakum. Pada beban rendah atau mencegah, kecepatan bakar
rendah karena tolakan rendah, temperatur rendah, campuran kurus. Oleh karena itu
waktu pembakaran menjadi lebih lama, Agar mendapatkan tekanan pembakaran
maksimum tetap dekat sesudah TMA, saat pengapian harus dimajukan. Untuk
memajukan saat pengapian berdasarkan beban motor digunakan advans vakum

3
6 6

Gambar 55 Advans Vakum

a. Bagian – bagian Advans Vakum:


1. Plat dudukan kontak pemutus yang bergerak radial
2. Batang penarik
3. Diafragma
4. Pegas
5. Langkah maksimum
6. Sambungan slang vakum
72

b. Cara Kerja Advans Vakum

Advans vakum tidak bekerja.


(Pada saat idle dan beban penuh)
1) Vakum rendah membran tidak
tertarik
2) Plat dudukan kontak pemutus
masih tetap pada kedudukan semula
3) Saat pengapian tetap

Advans vakum bekerja


( Pada beban rendah dan menengah )
1) Vakum tinggi, membran tertarik
2) Plat dudukan kontak pemutus
diputar maju berlawanan arah
dengan putaran kam governor
3) Saat pengapian semakin di
majukan

Gambar 56 Cara Kerja Advans Vakum

c. Macam – Macam Kondisi Vakum Pada Sambungan Advans Vakum.


1) Putaran Idle. Vakum yang benar terjadi di bawah katup gas. Vakum
belum mencapai daerah sambungan advans, maka advans vakum
belum bekerja.
73

Gambar 57 Putaran Idle

2) Beban rendah & menengah. Vakum yang besar mencapai daerah


sambungan advans, maka advans vakum bekerja.

Gambar 58 Beban Rendah dan Menengah

4) Beban penuh. Vakum pada daerah sambungan advans kecil, maka


advans vakum tidak bekerja

Gambar 59 Beban Penuh

d. Batas Toleransi Kurva Advans Vakum ( Contoh Suzuki Carry / Jimny )


0 pe

25
Batas
toleransi
74

-20 -40

Gambar 60 Batas Toleransi Kurva Advans Vakum

Advans vakum :

1) Mulai bekerja pada vakum -15 – 20 Kpa


2) Bekerja maksimum pada vakum lebih dari - 40 kpa
Catatan. Pada pemeriksaan fungsi advans vakum suatu motor, hanya
didapatkan kurva yang membentuk suatu garis. Jika fungsi advans vakum baik,
garis kurva tersebut berada diantara batas-batas toleransi.
Secara umum, advans maksimum mencapai 10o – 250 putaran poros engkol.

22. Sistem Pengapian Magnet. Sistem pengapian  magnet/elektronik


memanfaatkan transistor untuk memutus dan mengalirkan arus primer koil. Jika pada
sistem pengapian konvensional pemutusan arus primer koil dilakukan secara mekanis
dengan membuka dan menutup kontak pemutus, maka pada sistem pengapian
elektronik pemutusan arus primer koil dilakukan secara elektronis melalui suatu power
transistor yang difungsikan sebagai saklar (switching transistor).
75

Pada sistem pengapian transistor signal generator dipasang di dalam distributor


untuk menggantikan breaker point (platina) dan cam. Signal generator membangkitkan
tegangan untuk mengaktifkan transistor pada igniter untuk memutus arus primer pada
ignition coil.
Sistem pengapian transistor mempunyai keuntungan :
a. Tidak memerlukan perawatan (penyetelan/penggantian platina) sehingga
mengurangi biaya pemeliharaan.
b. Tidak ada kontak logam dengan logam, sehingga tidak terjadi keausan
dan penurunan tegangan sekunder.
Signal generator berfungsi untuk menghidupkan power transistor di dalam
igniter untuk memutuskan arus primer ignition coil pada saat pengapian yang
tepat.
Kontruksi Signal generator terdiri dari magnet permanen yang memberi
magnet kepada pick up coil, pick up coil kemudian membangkitkan arus bolak-
balik (AC) dan signal rotor yang menginduksi tegangan AC di dalam pick up coil
76

sesuai dengan saat pengapian. Signal rotor mempunyai gigi-gigi sebanyak


jumlah silinder.

Prinsip pembangkit EMF (Electromoitve Force). Garis gaya magnet


(magnetic flux) dari magnet permanen mengalir dari signal rotor melalui pick up
coil. Celah udara antara rotor dengan pick up coil yang berubah-ubah akan
menyebabkan kepadatan garis gaya magnet pada pick up coil berubah.
Perubahan kepadatan garis gaya (flux density) ini membangkitkan EMF
(tegangan) dalam pick up coil.

Igniter terdiri dari sebuah detektor yang mendeteksi EMF yang


dibangkitkan oleh signal generator. Signal amplifier dan power transistor, yang
77

melakukan pemutusan arus primer ignition coil pada saat yang tepat sesuai
dengan signal yang diperkuat.
Pengaturan dwell angle untuk mengoreksi primary signal sesuai dengan
bertambahnya putaran mesin disatukan di dalam igniter. Sirkuit pembatas arus
(current limiting circuit) untuk mengatur arus primer maksimum.

Prinsip kerja sistem pengapian transistor.


a.   Mesin mati.

Pada saat kunci kontak ON maka arus mengalir dari battery Ü R1 Ü R2 Ü


massa. Saat ini transistor mendapat tegangan sangat kecil sehingga tidak
mampu meng “ON”kan transistor, yang menyebabkab kumparan primer tidak
dialiri arus.
b.   Mesin hidup (tegangan positif dihasilkan pada pick up coil)
78

Bila mesin dihidupkan, maka signal rotor pada distributor akan berputar,
menghasilkan tegangan AC dalam pick up coil. Bila tegangan yang dihasilkan
adalah positif, tegangan ini ditambahkan dengan tegangan dari battery, untuk
menaikkan tegangan pada titik Q di atas tegangan kerja transistor, dan transistor
ON. Akibatnya arus primer ignition coil mengalir ke transistor dari collector ke
emitter.
c.    Mesin hidup (tegangan negatif dihasilkan pada pick up coil).
79

Bila tegangan yang dihasilkan dalam pick up coil adalah negatif, tegangan
ini akan mengurangi tegangan battery pada titik P sehingga tegangan pada titik
Q turun di bawah tegangan kerja transistor dan transistor OFF. Akibatnya arus
primer terputus dan terjadi induksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder.
Integrated Ignition Assembly (IIA) adalah singkatan dari “Integrated
Ignition Assembly”. IIA menggabungkan igniter dan ignition coil dengan
distributor.
Keuntungan IIA :
1.  Kecil dan ringan.
2. Tidak mengalami masalah putus sambungan, jadi keandalannya tinggi.
3. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap air.
4. Tidak mudah terpengaruh oleh kondisi sekitarnya.
80

Distributor Less Ignition (DLI). DLI adalah sistem pengapian tanpa


menggunakan distributor. Pada umumnya menggunakan sebuah ignition coil
untuk dua buah busi. ECU (Electronic Control Unit) mendistribusikan arus primer
ke tiap ignition coil secara langsung dan menyebabkan busi melompatkan bunga
api.

23. Evaluasi.
a. Jelaskan cara penyalaan bahan bakar pada motor bakar!
b. Jelaskan cara menaikkan tegangan pada sistem pengapian konvensional!
c. Gambarkan dan jelaskan rangkaian dan cara kerja sistem pengapian
konvensional!
81

d. Jelaskan cara menghitung/menentukan saat pengapian dan sudut dwell!


e. Jelaskan beban dan tuntutan pada masing-masing jenis busi!
f. Jelaskan perbedaan busi panas dan busi dingin!
g. Jelaskan hubungan antara saat pengapian dengan daya motor dan saat
pengapian dengan putaran motor!
h. Jelaskan fungsi dan cara kerja/prinsip kerja dari advans vakum dan
governor advancer!

BAB IV
SISTEM STARTER

24. Umum. Suatu mesin tidak dapat mulai hidup (start) dengan sendirinya,
maka mesin tersebut memerlukan tenaga dari luar untuk memutarkan poros engkol dan
membantu untuk menghidupkan. Dari beberapa cara yang ada, untuk menghidupkan
mobil umumnya menggunakan motor listrik, digabungkan dengan magnetic switch yang
memindahkan gigi pinion yang berputar ke ring gear yang dipasangkan pada bagian
luar dari fly wheel, sehingga ring gear berputar (dan juga poros engkol).
Motor stater harus dapat menghasilkan momen yang besar dari tenaga yang
kecil yang tersedia pada baterai. Hal ini yang harus diperhatikan ialah bahwa motor
starter harus sekecil mungkin. Untuk itulah, motor serie DC (arus searah) umumnya
yang dipergunakan.
82

Gambar 61 Rangakaian Motor Starter

25. Motor Starter. Motor starter yang dipergunakan pada automobile dilengkapi
dengan magnetic switch yang memindahkan gigi yang berputar (selanjutnya disebut
gigi pinion) untuk berkaitan atau lepas dari ring gear yang dipasangkan mengelilingi
flywheel (roda gila) yang dibaut pada poros engkol. Saat ini kita mengenal dua tipe
motor starter yang digunakan pada kendaraan atau truck-truck kecil, yaitu motor starter
konvensional dan reduksi. Mobil-mobil yang dirancang untuk dipergunakan pada
daerah dingin mempergunakan motor starter tipe reduksi, yang dapat menghasilkan
momen yang paling besar yang diperlukan untuk menstart mesin pada cuaca dingin.
Motor starter tipe ini dapat menghasilkan momen yang lebih besar dari pada
motor starter konvensional untuk ukuran dan berat yang sama, saat ini mobil cenderung
mempergunakan tipe ini meskipun untuk daerah yang panas. Pada umumnya motor
starter digolongkan (diukur) berdasarkan output nominalnya (dalam KW) makin besar
output makin besar kemampuan starternya.
83

Gambar 62 Motor Starter Reduksi

24. Komponen-Komponen Motor Starter.


a. Yoke & Pole Core. Yoke dibuat dari logam yang berbentuk silinder dan
berfungsi sebagai tempat pole core yang diikat dengan sekrup. Pole core
berfungsi sebagai penopang field coil dan memperkuat medan magnet yang
ditimbulkan oleh field coil.
b. Field Coil. Field Coil dibuat dari lempengan tembaga, dengan maksud
dapat memungkinkan mengalirnya arus listrik yang cukup kuat/besar. Field coil
berfungsi untuk dapat membangkitkan medan magnet.
84

Gambar 63 Yoke dan Pole Core


Pada starter biasanya digunakan empat field coil yang berarti mempunyai
empat core.

c. Armature & Shaft

Gambar 63 Armature & Shaft

Armature terdiri dari sebatang besi yang berbentuk silindris dan diberi slot-
slot, poros, komutator serta kumparan armature. Dan befungsi untuk merubah
energi listrik menjadi energi mekanik, dalam bentuk gerak putar.
d. Brush. Brush dibuat dari tembaga lunak, dan berfungsi untuk meneruskan
arus listrik dari field coil ke armature coil langsung ke massa melalui komutator.
Umumnya starter memiliki empat buah brush, yang dikelompokkan menjadi dua.

1) Dua buah disebut dengan brush positif


2) Dua buah disebut dengan brush negatif.
85

Gambar 64 Brush/Sikat-Sikat

e. Armature Brake

Gambar 65 Armature Brake

Armature brake berfungsi sebagai pengereman putaran armature setelah


lepas dari perkaitan dengan roda penerus.

f. Drive Lever
86

Gambar 66 Drive Lever

Drive Lever berfungsi untuk mendorong pinion gear ke arah posisi


berkaitan dengan roda penerus. Dan melepas perkaitan pinion gear dari
perkaitan roada penerus.

g. Starter Clutch

Gambar 67 Starter Clutch


Starter clutch berfungsi untuk memindahkan momen puntir dari armature
saft kepada roda penerus, sehingga dapat berputar. Starter Clutch juga berfungsi
87

sebagai pengaman dari armature coil bilamana roda penerus cenderung


memutarkan pinion gear.

h. Sakelar Magnet (Magnetic Switch)

Gambar 68 Sakelar Magnet (Magnetic Switch)

Sakelar magnet digunakan untuk menghubungkan dan melepaskan pinion


gear ke/dari roda penerus sekaligus mengalirkan arus listrik yang besar pada
motor starter melalui terminal utama.

25. Cara Kerja Motor Starter.


a. Pada Saat Starter Switch On

Gambar 69 Motor Starter pada Saat Starter Switch On

Apabila starter switch diputar ke posisi ON, maka arus baterai mengalir
melalui hold in coil ke massa dan di lain pihak pull in coil, field coil dan ke massa
melalui armature. Pada saat ini hold dan pull in coil membentuk gaya magnet
88

dengan arah yang sama, dikarenakan arah arus yang mengalir pada kedua
kumparan tersebut sama. Seperti pada gambar di atas.
Dari kejadian ini kontak plate (plunger) akan bergerak ke arah menutup
main switch, sehingga drive lever bergerak menggeser starter clutch ke arah
posisi berkaitan dengan ring gear. Untuk lebih jelas lagi aliran arusnya adalah
sebagai berikut:
Baterai  terminal 50  hold in coil  massa
Baterai  terminal 50  pull in coil  armature  massa
Oleh karena arus yang mengalir ke field coil pada saat itu, relatif kecil
maka armature berputar lambat dan memungkinkan perkaitan pinion dengan ring
gear menjadi lembut. Pada keadaan ini kontak plate belum menutup main switch.
b. Pada saat Pinion Berkaitan Penuh

Gambar 69 Motor Starter pada Saat Berkaitan Penuh

Bila pinion gear sudah berkaitan penuh dengan ring gear, kontak plate
akan mulai menutup main switch, lihat gambar diatas, pada saat ini arus akan
mengalir sebagai berikut:
Baterai  terminal 50  hold in coil  massa
Baterai  main switch  terminal c  field coil  armature  massa.

Seperti pada gambar di atas di terminal C ada arus, maka arus dari pull in
coil tidak dapat mengalir, akibatnya kontak plate ditahan oleh kemagnetan hold
in coil saja. Bersama dengan itu arus yang besar akan mengalir dari baterai ke
field coil  armature  massa melalui main switch. Akibatnya starter dapat
89

menghasilkan momen puntir yang besar yang digunakan memutarkan ring gear.
Bilamana mesin sudah mulai hidup, ring gear akan memutarkan armature
melalui pinion. Untuk menghindari kerusakan pada starter akibat hal tersebut
maka kopling starter akan membebaskan dan melindungi armature dari putaran
yang berlebihan.

c. Pada Saat Starter Switch OFF.

Gambar 69 Motor Starter pada Saat Starter Switch Off

Sesudah starter switch dihidupkan ke posisi OFF, dan main switch dalam
keadaan belum membuka (belum bebas dari kontak plate). Maka aliran arusnya
sebagai berikut:

Baterai  terminal 30  main switch  terminal C Field coil  armature 


massa.

Oleh karena starter switch OFF maka pull in coil dan hold in coil tidak mendapat
arus dari terminal 50 melainkan dari terminal C. Sehingga aliran arusnya akan
menjadi:

Baterai  terminal 30  main switch  terminal C Pull in coil  Hold in coil 


massa.
90

Karena arus pull in coil dan hold in coil berlawanan maka arah gaya
magnet yang dihasilkan juga berlawanan sehingga kedua-duanya saling
menghapuskan, hal ini mengakibatkan kekuatan return spring dapat
mengembalikan kontak plate ke posisi semula. Dengan demikian driver lever
menarik starter clutch dan pinion gear terlepas dari perkaitan.

26. Evaluasi.
a. Jelaskan fungsi dari motor starter!
b. Jelaskan fungsi dari komponen-komponen motor starter!
1) Pole core dan yoke
2) Armature dan shaft
3) Starter clutch
4) Magnetic switch
c. Jelaskan cara kerja motor starter pada saat :
1) Switch On
2) Gigi pinion berkaitan Penuh
3) Saat switch Off
91

BAB V
SISTEM PENGISIAN

27. Umum. Fungsi baterai pada automobile adalah untuk mensuplai kebutuhan
listrik pada komponen-komponen listrik pada mobil tersebut seperti motor starter,
lampu-lampu besar dan penghapus kaca. Namun demikian kapasitas baterai sangatlah
terbatas, sehingga tidak akan dapat mensuplai tenaga listrik secara terus menerus.
Dengan demikian, baterai harus selalu terisi penuh agar dapat mensuplai
kebutuhan listrik setiap waktu yang diperlukan oleh tiap-tiap komponen listrik. Untuk itu
pada mobil diperlukan sistem pengisian yang akan memproduksi listrik agar baterai
selalu terisi penuh.
Sistem pengisian (charging sistem) akan memproduksi listrik untuk mengisi
kembali baterai dan mensuplai kelistrikan ke komponen yang memerlukannya pada
saat mesin dihidupkan.
Sebagian besar mobil dilengkapi dengan alternatif yang menghasilkan arus
bolak-balik yang lebih baik daripada dinamo yang menghasilkan arus searah dalam hal
tenaga listrik yang dihasilkan maupun daya tahannya.
Mobil yang menggunakan arus searah (direct current arus bolak-balik yang
dihasilkan oleh alternator harus disearahkan menjadi arus searah sebelum dikeluarkan.

Gambar 70 Rangakaian Sistem Pengisian


92

28. Alternator. Fungsi alternator untuk merubah energi mekanis yang didapatkan
dari mesin menjadi tenaga listrik. Energi mekanik dari mesin disalurkan sebuah puli,
yang memutarkan rotor dan menghasilkan arus listrik bolak-balik pada stator. Arus
listrik bolak-balik ini kemudian dirubah menjadi arus seorang oleh diode-diode.
Komponen utama alternator adalah : rotor yang menghasilkan medan magnet
listrik, stator yang menghasilkan arus listrik bolak-balik, dan beberapa diode yang
menyearahkan arus.
Komponen tambahan lain adalah: sikat-sikat yang mensuplai-arus listrik ke rotor
untuk menghasilkan kemagnetan (medan magnet), bearing-bearing yang
memungkinkan rotor dapat berputar lembut dan sebuah kipas untuk mendinginkan
rotor, stator dan diode.
4
2 3
5
1

6
4
7
9
8
10

Gambar 71 Komponen Alternator


Keterangan :
1. Dioda 6. Kipas pendingin
2. Plat dudukan dioda 7. Rotor (kumparan medan)
3. Cincin gesek 8. Sikat arang
4. Kumparan pembangkit (stator) 9. Bearing belakang
5. Bearing depan 10. Rumah stator
93

a. Pull (pully). Puli berfungsi untuk tempat tali kipas penggerak rotor.
b. Kipas (fan). Fungsi kipas untuk mendinginkan diode dan kumparan-
kumparan pada alternator.
c. Rotor. Rotor merupakan bagian yang berputar di dalam alternator, pada
rotor terdapat kumparan rotor (rotor coil) yang befungsi untuk membangkitkan
kemagnetan. Kuku-kuku yang terdapat pada rotor berfungsi sebagai kutub-kutub
magnet, dua slip ring yang terdapat pada alternator berfungsi sebagai penyalur
listrik ke kumparan rotor.

Gambar 72 Rotor

Rotor ditumpu oleh dua buah bearing, pada bagian depannya terdapat
puli dan kipas, sedangkan di bagian belakang terdapat slip ring.

d. Stator

Gambar 73 Stator
94

Pada bagian diatas terlihat gambar konstruksi dari stator coil. Kumparan
stator adalah bagian yang diam dan terdiri dari tiga kumparan yang pada salah
satu ujung-ujungnya djadikan satu. Pada gambar sebelah kanannya terlihat teori
gambar konstruksi dari stator. Konstruksi ini disebut hubungan “Y” atau bintang
tiga fhase.

29. Fungsi Tiap Komponen.


Rotor
Fungsi : Membentuk medan
magnet pada kuku rotor

Stator
Fungsi : Membangkitkan tegangan
bolak-balik 3 phase

Diode
Fungsi : Menyearahkan arus bolak-
balik 3 phase dan startor

Rumah bantalan muka Rumah bantalan belakang


95

Gambar 74 Tutup Alternator

Rumah Alternator. Fungsi : Menyediakan tempat berputar bagi startor


dengan celah sekecil mungkin

1)Kipas Pendingin
Fungsi :
a) Mendinginkan dioda-dioda
b) Putaran pulley dapat dibolak-balik

Fungsi :
a) Mendinginkan dioda-dioda
b) Putaran pulley tidak dapat dibolak-
balik

2)Roda Puli
Fungsi :
a) Memindahkan tenaga putar dari
mesin ke rotor
b) Menentukan perbandingan
putaran mesin dengan alternator
96

Gambar 75 Roda Puli

30. Prinsip Pembangkit Tegangan.

Gambar 75 Pembangkit Tegangan

Keterangan :
1. Volt meter
2. Rotor magnet
97

3. Kumparan pembangkit
4. Medan magnet
5. Poros rotor

Gambar 76 Diagram Tegangan


98

Gambar 77 Tiga (3) Pasang Pol Medan Magnet Permanen

Dengan magnet permanen menghasilkan tegangan rendah

Gambar 78 Tiga (3) Pasang Pol Medan Magnet Listrik

Dengan magnet listrik di peroleh tegangan tinggi

Gambar 79 Enam (6) Pasang Pol Medan Magnet Listrik

Dengan medan magnet yang kuat menambah pool magnet menghasilkan


tegangan tinggi & frekuensi rapat.

31. Konstruksi Rotor.


99

1. Kumparan medan

2 2. Poros Rotor

3
1. Kuku – kuku magnet
2. Kumparan magnet
3. Poros rotor
1
2 1

1 Pembentukan medan magnet


pada rotor

Gambar 80 Kontruksi Rotor

32. Pembangian Listrik 3 Pase dengan Rangkaian Bintang dan Segitiga. Arti
pembangkit listrik 3 pase = Pembangkit listrik dari 3 sumber
100

Gambar 81 Pembangkit Tiga Fase Model Bintang

Pembangkit 3 phase dengan 1 pasang pada magnet/rotor membutuhkan 3


pasang pada stater.

Gambar 82 Pembangkit Tiga Fase dengan Enam pol

Pembangkit 3 phase dengan 6 pasang pol magnet/rotor membutuhkan 3 * 6 = 18


pasang pol stator.

a. Regulator Tegangan Konvensional.


Prinsip magnet listrik
101

Gambar 83 Prinsip Magnet Listrik


Beri arus pada magnet listrik . Apa yang terjadi dengan klip?
Paku tertarik ada magnet listrik
Lepas arus dari magnet listrik. Apa yang terjadi dengan klip ?
Paku terlepas tidak ada magnet
Kesimpulan : Bila sebatang besi dililiti, kawat dan dialiri arus, maka pada besi
tersebut timbul medan magnet.

Gambar 83 Magnet Listrik

Kesimpulan : Semakin kuat tegangan, makin kuat pula medan magnet yang
dibangkitkan.
b. Regulator Tegangan Konvensional.
Mengapa tegangan alternator perlu diregulasi ?
Untuk menyesuaikan tegangan kerja sistem kelistrikan dengan stabil
Mengapa arus alternator tidak diregulasi ?
Karena dibatasi oleh konstruksi alternator
Apa tugas dari regulator ?
Meregulasi tegangan agar tetap stabil pada tegangan kerja/regulasi
102

Prinsip kerja regulator konvensional :


Untuk meregulasi tegangan alternator dilakukan dengan cara menghubungkan
arus yang ke kumparan meda /rotor

Gambar 84 Rangkaian Sistem Pengisian

Sakelar tertutup : Medan magnet besar tegangan besar


Sakelar terbuka : Medan magnet kecil tegangan kecil

Cara kerja regulator 1 kontak

Gambar 85 Regulator dengan Satu Kontak

Keuntungan Kerugian
Konstruksi sederhana  Meregulasi tidak stabil
 Tegangan regulasi kasar / tidak
stabil

Cara kerja regulator 2 kontak


103

Gambar 86 Regulator dengan Dua Kontak

Keuntungan Kerugian
a) Meregulasi tegangan dengan  Konstruksi rumit
halus dan stabil.
b) Tegangan regulasi rata / konstan.
inti kumparan celah udara
kumparan regulator

penyetel tegangan regulasi


kontak masa
tutup regulator
kontak positif

plat kontak terap


104

celah udara
plat kontak gerak

Gambar 87 Kontruksi Regulator


105

c. Regulator Tegangan Elektronik. Regulator elektronik menggantikan


regulator konvensional dengan hasil yang lebih baik.
Keuntungan :
1) Meregulasi tegangan lebih teliti
2) Meregulasi tegangan sangat sangat peka (> 200 Hz)
3) Lebih kecil, memerlukan sedikit tempat
4) Bebas korosi pegas, bebas keausan kontak

Rangkaian regulator elektronik.

R1/R2/R3 = Tahanan
Z = Dioda Zener
T1/T2 = Transistor

Gambar 88 Rangakaian Regulator Elektronik

D+ : Dari positif alternator E : Emitor


DF : Ke kumparan medan B : Basis
D- : Ke masa alternator C : Kolektor
106

33. Transistor.
a. Simbol transistor
C
E

B B

C
NPN E PNP

Gambar 89 Simbol Transistor

b. Cara kerja.
Transistor bekerja seperti relai
Warnailah arus pengendali !
Warnailah arus utama !
Berilah kode terminal pada transistor !
Apa fungsi R ?
Membatasi arus basis supaya transistor
tidak rusak

Gambar 90 Cara Kerja Transistor


107

Tugas transistor pada regulator adalah sebagai pemutus dan penghubung


arus medan yang dikontrol oleh Zener Diode.

Keuntungan :
Anti korosi, bisa mengatur besar arus medan dan lebih cepat untuk buka
tutupnya.

c. Macam – Macam Arus Medan. Pada putaran motor idle tegangan hasil
induksi dari magnet permanen pada rotor tidak mampu untuk menembus diode –
diode.
Untuk mengalirkan arusnya melalui diode penyearah alternator
memerlukan tegangan sebesar 0,7 x 2 = 1,4 volt untuk menembus diode positif
dan diode negatif.

d. Macam – macam sistem arus medan.


1) Arus medan langsung
Fungsi : K.K “On”, motor mati arus medan mula
dari (+)
Bateray ke K.K  regulator  masa motor
hidup, arus medan dari (B+) Alternator
K>K  regulator  rotor  masa
Kerugian :
Jika ada rugi tegangan pada KK; tegangan
pengisian terlalu tinggi
a) KK “On”, motor mati, arus medan
tetap ada  kumparan medan panas  batery
dikosongkan
b) Tidak mungkin memasang lampu
kontrol  pengisian
Gambar 91Arus Medan Langsung

2) Arus medan dengan relai A


108

Fungsi : KK “on”, motor mati  relay


bekerja arus mengalir dari (+) bateray
Relay regulator  rotor  masa motor
hidup, arus medan mengalir dari B+
alternator
Keuntungan : Bila terjadi rugi tegangan pada
kunci kontak tegangan pengisian masih
sesuai
Kerugian :
a) KK “on” arus medan tetap mengalir
b) Tidak mungkin memasang lampu
kontrol pengisian

3) Arus medan dengan relai B


Fungsi : KK “on” motor mati arus medan mula
mengalir dari (+) bateray, KK lampu
kontrol  regulator  rotor masa
(lampu menyala)
- Motor hidup, tegangan N mampu
mengaktifkan relay arus medan melalui relay
Catatan untuk lampu kontrol :
Alternator 6V min. 1,2 W
Alternator 12V min. 2W
Alternator 24V min. 3W
Keuntungan : KK “on” mesin mati, rotor tak
panas
- Jika terjadi rugi tegangan pada KK,
tegangan pengisian masih sesuai
Gambar 92 Arus Medan dengan Relai

34. Evaluasi.
109

a. Jelaskan fungsi pengisian pada kendaraan!

b. Jelaskan fungsi dan prinsip kerja alternator!

c. Jelaskan keuntungan regulator dengan satu kontak!

d. Jelaskan pembangkit listrik tiga fase !

BAB VI
110

SISTEM KELISTRIKAN BODI STANDART

35. Umum. Sistem kelistrikan bodi standart yang dipergunakan untuk


menghidupkan mesin serta mempertahankannya agar tetap hidup. Bagian-bagiannya
terdiri atas baterai yang mensuplai listrik ke komponen kelistrkan lainnya, sistem
pengisian yang mensuplai listrik ke baterai, sistem starter yang memutarkan mesin
pertama kali, sistem pengapian yang membakar campuran udara-bahan bakar yang
dihisap ke dalam silinder, serta sistem kelistrikan bodi standart yang ada.

36. Simbol-Simbol dan Kode Terminal pada Kelistrikan Bodi.

a. Simbol-simbol dan Nomor Kode Terminal.

NO. Simbol Arti


Arus searah
1.
2. Arus bolak-balik

3. Arah arus mendekati

4. Arah arus menjauhi

5.
Baterai
6.
Steker

7. Massa

8. Sekering

9. Tahanan secara umum

10. Tahanan yang bisa diubah-ubah


(potensiometer)
11. Alat ukur secara umum

NO Simbol Arti
111

12. Voltmeter

13. Ampermeter

Ohmeter
14.

15. Sakelar penghubung (tombol)

(automatis kembali sendiri)


16.
Sakelar penghubung

17 Sakelar pemutus

18 Lampu 1 filamen

Lampu 2 filamen
19

Sakelar pemindah
20
112

21 Putaran

22 Tekanan

23 Membran (diafragma)

24 Sakelar dim

25 Sakelar lampu kepala

26
Sakelar lampu kepala
113

27. Lampu kepala

(jauh/dekat dan kota)

Lampu belakang, lampu kota,

28 rem dan tanda belok

29. Relai penghubung

Relai pemindah 1 langkah

30.

Schritt relais

(Relai pemindah 2 langkah)

31.
114

32. Diode

Diode LED
33.

34. Diode Zener

Transistor PNP
35.

36. Transistor

Thyristor
37. A = Anoda
B = Katoda
G = Gate

38. Motor arus searah

39. Generator arus bolak-balik 1 fasa

40. Alternator
115

41. Distributor

42. Kondensator

43. Koil pengapian

44. Ventilator

45. Klakson

Pengeras suara (lautsprecher)

46.

47. Mikrofon

48. Radio
116

37. Dasar Rangkaian Listrik.

a. Peraturan umum dalam gambar listrik.

1) Penghantar

Vertical Sejajar dan


Horizontal Rangkaian tertentu tebalnya sama

2) Sambungan :

Tidak bisa dilepas Penghantar silang yang saling berhubungan dan


tidak bisa di lepas

Bisa dilepas Penghantar silang yang saling berhubungan dan


bisa di lepas

Penghantar silang yang saling

tidak berhubungan
3) Garis

Tebal garis gambar sangat tergantung pada besar arus dan lokasi (kegunaan)

No Jenis garis Tebal Penggunaan


1. 0,3 – 0,5 mm - Garis tepi suatu bagan
- Penghantar
2. 0,2 – 0,3 mm - Garis kerja penghubung
- Simbul sel-sel yang diapit oleh sel
pertama dan terakhir suatu baterai
3. 0,2 – 0,3 mm - Garis tepi suatu bagan

Dalam suatu gambar menggunakan garis yang sama bila berbeda


maksimum hanya boleh dua macam tebal saja.

b. Simbol-Simbol Baru.
117

No. Simbol Arti simbol

1. Baterai

2. Sakelar

3. Sekering

4. Tahanan

5. Lampu (Bola lampu)

6.
A Ampere meter

7. Ohm meter

Massa
8.

Rangkaian listrik secara sederhana :

Nama-nama simbol dari

e
+ b

a c
-
d

118

rangkaian dasar ini :

a. Baterai

b. Penghantar masuk

c. Beban (lampu)

d. Penghantar kembali

e. Sakelar

Rangkaikanlah skema ini. Pada


mobil biasanya tidak ada
penghantar kembali karena sudah
+
diganti dengan massa (a)

a
-

Rangkaian menggunakan sekering :

Tujuan dipasang sekering :

a) Untuk mencegah hubungan


singkat (sebagai pengaman)
+
b) Untuk mengantisipasi adanya
kenaikan tegangan yang terlalu
tinggi. (jika menggunakan dinamo
-
pengisian)

Rangkaian Amperemeter dan Voltmeter

+
U = 12 V V
12 V
-
I = 1,5 A

A 119

Skema ini merupakan rangkaian


lampu yang diukur dengan
Voltmeter .

. I= Rangkaikan tahanan-tahanan
A
tersebut pada baterai agar aliran

+ arus dan besar tegangan sesuai


1 2 3 4 dengan yang dibutuhkan.
12 V
- Berapa penunjukkan
amperemeter ? bila

R1 = 3A, 4 R3 = 9V, 9

R2 = 1A, 3W R4 = 12V, 24W

Rangkaian lampu ini yang


memenuhi persyaratan.
L1 L2
L1 = 6V, 30W L3 = 24W, 1A
+
V L2 = 90W, 5A L4 = 3 , 8A
U = 24 V
Baterai diukur oleh Voltmeter 24
_-
Volt
L3 L4
dan Amperemeter 14 Amper
A
I = 14 A

c. Rangkaian Lampu Kepala dengan Relai

1) Rangkaian ini terdiri dari :

No Nama Keterangan
120

1 Lampu kepala Penerangan jalan

2 Lampu kota Lebar kendaraan

3 Sakelar lampu kepala Menyalakan lampu kota/kepala

4 Sakelar dim  Lantai diinjak


 Papan instrumen ditarik/ditekan
 Kemudi ditarik/ditekan atau diputar
(kombinasi)
5 Relai

Sebagai kontrol lampu blit Sebagai sakelar dim


 Lampu blit tidak bisa menyala  Arus yang mengalir ke lampu
apabila lampu jauh sedang menyala besar.
 Pada waktu lampu dekat hidup  Sakelar dim lebih tahan lama,
dan lampu blit dinyalakan, bola lampu karena sakelar disini berfungsi sebagai
dapat menjadi panas dan terbakar pengendali saja.

Sebagai kontrol lampu blit dan sakelar Sebagai kontrol lampu kepala dan
dim lampu kota
 Sebagai pengganti sakelar dim  Lampu blit bisa menyala disegala
posisi
 Sebagai sakelar kontrol lampu
blit  Sakelar lampu kepala dan
sakelar dim berfungsi sebagai
 Lampu blit tidak bisa menyala
pengendali dan dipasang hanya untuk
waktu lampu jauh/dekat sedang
massa saja.
menyala

2) Rangkaian lampu kepala dengan Relai sebagai kontrol lampu blit


121

Gambar 93 Rangkaian lampu kepala


dengan Relai sebagai kontrol lampu blit

3) Rangkaian lampu kepala dengan Relai Sebagai Sakelar dim


122

Gambar 94 Rangkaian Lampu Kepala


dengan Relai Sebagai Sakelar Dim

d. Sistem Tanda (Klakson)

1) Rangkaian 1 klakson
123

Gambar 95 Rangkaian Klakson

Petunjuk : a) Rangkaian 1 klakson yang sederhana sakelar berfungsi

menghubung arus dari klakson ke massa.

b) Sehingga aliran arus : baterai sekering klakson

sakelar massa.

Alasan : c) Mempermudah membuat konstruksi sakelar pada kemudi.

Kode nomer terminal pada kunci kontak :

P : Parkir

75/ACC: Untuk kelengkapan seperti radio.

15 : Pengapian/IG

38. Sistem Tanda (Pengedip).

a. Sistem Lampu Tanda Belok. Lampu tanda belok berfungsi untuk :

1) Memberi tanda pada orang/pengendara lain, bahwa kendaraan kita


akan membelok
2) Memberi tanda pada pengendara lain, bahwa kita akan merobah
posisi pada jalur yang berbeda
3) Memberi tanda berhenti sementara pada salah satu sisi jalan.
Lampu tanda belok harus berkedip, lamanya kedipan lampu ini adalah 60-
90 kedipan permenit, sedangkan lamanya lampu menyala dan mati adalah kira-
124

kira sama. Agar lampu dapat mengedip seperti ketentuan diatas, maka pada
sistem lampu tanda belok diperlukan suatu alat yang dinamakan PENGEDIP
(Flesher)

b. Macam-macam pengedip

1) Model bimetal

Gambar 96Pengedip Model Bimental

Konstruksi pengedip ini adalah yang paling sederhana, terdiri atas 2


batang logam dengan muai panjang yang berbeda. Pada mulanya titik kontak
dalam keadaan menutup, bila sakelar lampu tanda belok dihubungkan, maka
arus dari Baterai, melalui bimental terus ke lampu tanda belok -----, massa,
lampu tanda belok menyala

Sebagaimana arus gulungan bimetal, akibatnya bimetal panas Bimetal


yang panas akan melengkung, dan memutuskan arus baterai melalui titik kontak,
lampu tanda belok akan mati.
125

Bila bimetal dingin kontak akan berhubungan kembali, demikian seterusnya.

 Keuntungan : - Bentuk lebih sederhana


- harga lebih murah
- Sangat berpengaruh terhadap perubahan arus dan
 Kerugian
tegangan
:
- Kelebihan beban akan mempercepat kedipan lampu

2) Model kawat panas

Gambar 97 Pengedip Model Kawat Panas

Cara Kerja Model Kawat Panas.


126

a) Waktu sakelar lampu tanda belok dihubungkan arus mengalir


melewati K1 (kontak 1), KP (Kawat Panas), R dan Relai, mengakibatkan :
kawat panas memuai, Relai jadi magnet.

b) K1 (kontak 1) ditarik oleh relai, saat ini akan mengalir langsung ke


lampu tanda belok, akibatnya lampu tanda belok menyala, kemagnetan
relai bertambah, sehingga menarik kontak 2 (K2) sampai berhubungan
----- lampu kontrol nyala.
c) Bila kawat panas menjadi dingain, akan menarik K1 sampai lepas,
hingga kemagnetan relai berkurang, K2 juga lepas saat ini lampu-lampu
akan mati.
Demikian seterusnya,
3) Kondensator

Gambar 98 Pengedip Koondensator

Cara kerja :
127

Membuka dan menutup kontak adalah pada saat kondensator


mengisi dan mengosongkan.

4) Sirkuit integritas. Setiap pengedip mempunyai 2 atau 3 terminal


penghubung kabel-kabel rangkaian, dengan kode-kode seperti dibawah
ini
 Terminal 49 A; L = Ke saklar lampu tanda belok
 Terminal 49; B; X =
Ke kunci kontak (terminal 15)
 Terminal 31 =
 Terminal C = Ke massa

Ke lampu kontrol
Terminal 31 dan C adakalanya tidak terdapat pada pengedip,
karena terminal 31 langsung berhubungan dengan badan / bodi pengedip,
dan terminal C diambil langsung secara paralel dengan lampu-lampu
tanda belok.

Simbol umum flasher

Flasher Bimetal
128

Flasher Thermo Elektro Magnit

Flasher Kondensator

Flasher dan S. Hazard

c. Lampu tanda belok


129

Gambar 99 Sirkuit Tanda Belok

39. Lampu Rem dan Lampu Mundur.


130

a. Lampu rem. Lampu rem berfungsi untuk memberi tanda pada pengendara
lain, bahwa kendaraan kita sedang melakukan pengereman.

Gambar 100 Fungsi Rem

Lampu rem di atas dapat dilihat dari jauh, meskipun masih ada mobil-
mobil diantaranya Pengemudi pada kendaraan III masih dapat melihat lampu
rem di atas yang menyala pada kendaraan I

Rangkaian :

1. Sakelar lampu rem


2. Lampu rem

Gambar 101 Rangakaian Lampu Rem

b. Sakelar lampu rem ada 2 macam


1) Sakelar dipasang pada pedal rem, sakelar
mekanis : menghubung bila

pedal rem ditekan


2) Sakelar
dipasang pada silinder utama, sakelar
hidraulis :
menghubung pada saat tekanan minyak
rem sudah mencapai 0,5 – 1,5 bar
131

Gambar 102 Saklar Lampu Rem

Sakelar mekanik

1. Saluran minyak rem


2. Membran
3. Plat kontak
4. Terminal-terminal

Gambar 103 Saklar Mekanik

Bila tekanan minyak rem sudah mencapai 0,5 – 1,5 bar membran (2) akan
tertekan, membran juga akan menekan kontak sampai
berhubungan .............................. lampu rem menyala.
132

c. Lampu kontrol rem. Terletak pada ruang panel berfungsi untuk memberi
tanda pada pengemudi, bahwa ada masalah pada rem hidraulis atau rem
mekanis (rem parkir) masih bekerja.Biasanya satu lampu yang menyala dengan
warna merah dihubungkan dengan sakelar-sakelar pengontrol rem mekanis,
pengontrol permukaan dan tekanan minyak rem.

1) Lampu kontrol rem mekanis (rem parkir)

1. Lampu kontrol 2. Sakelar rem mekanis Gambar sakelar rem


mekanis
a) Lampu kontrol permukaan minyak rem

1. Baterai
2. Sakelar pengontrol
3. Pelampung
4. Tangkai minyak rem
5. Minyak rem

Gambar 104 Lampu Kontrol Permukaan Minyak Rem

Bila ada kebocoran pada sistem rem, permukaan minyak rem akan
turun .................... sakelar menghubung lampu kontrol menyala.
133

b) Lampu kontrol tekanan minyak rem dengan sakelar mekanis

1. Tangki minyak rem


2. Torak silinder utama
3. Torak pengontrol tekanan
4. Saklar kontrol
5. Lampu kontrol

Gambar 105 Lampu Kontrol Minyak Rem

Kebocoran pada sistem pengereman I Kebocoran pada sistem pengereman II


--------- Lampu kontrol menyala
134

c) Lampu kontrol tekanan minyak rem dengan sakelar


hidraulis. Sistem pengereman I dan II masing-masing dilengkapi
dengan satu sakelar, yang mempunyai tiga terminal. Dengan tiga
terminal ini berarti sakelar juga dipakai untuk lampu rem.

1. Membran
2. Penekan
3. Kontak 1
4. Kontak 2

Gambar 106 Lampu Kontrol dengan Saklar Hidrolis

A. Sakelar sistem rem 1


B. Sakelar sistem rem 2
C. Lampu kontrol rem
D. Lampu rem

POSISI DIAM P ---- Sakelar di kontrol


oleh tekanan
Gambar 107 Rangakaian Listrik Sistem Rem

Pada posisi diam (pedal rem tidak ditekan) kontak 87a tidak berhubungan
dengan terminal 82a ............ lampu kontrol dan lampu rem tidak menyala.
Bila tidak terjadi kerusakan pada sistem rem, pada saat pedal rem ditekan lampu
rem akan menyala, karena terminal 81 berhubungan dengan 82a.
Salah satu sistem rem rusak (tekanan minyak rem tidak mencapai 0,5 bar) lampu
kontrol menyala.
135

SALAH SATU SISTEM REM RUSAK

Gambar 108 Rangakaian Listrik Sistem Rem

d. Rangkaian lengkap lampu rem dan lampu kontrol rem (TOYOTA)

A. Saklar pedal rem


B. Lampu rem
C. Lampu kontrol rem
D. Saklar kontrol permukaan
minyak rem
E.Saklar rem parkir

Gambar 109 Rangakaian Lampu Rem Toyota

e. Lampu mundur.
136

A. Saklar lampu mundur


B. Lampu mundur
C. Pengedip
D.Klakson

Gambar 110 Rangakaian Lampu Mundur

Pada kendaraan-kendaraan besar (truk)


lampu mundur dilengkapi dengan sistem
suara.

Kenapa pada kendaraan sedan sistem


suara tidak diperlukan ?

Gambar 111 Saklar pada Bak Transmisi

40. Penghapus/Pembersih Kaca. Fungsinya untuk : membersihkan kaca mobil


dari air dan kotoran yang menempel pada kaca depan, belakang atau kaca lampu
kepala.

a. Konstruksi umum. Penghapus kaca depan terdiri dari sebuah motor listrik
DC (1) dengan gerakkan berputar, roda gigi transmisi (2), mekanisme penggerak
(3) dan lengan penghapus kaca (4).
137

Gambar 112 Rangkaian Wiper

Penghapus kaca belakang dan lampu kepala, gerakkan motor dibuat


berayun (seperti bandul), sehingga gerakkan motor dapat diberikan langsung
pada bagian lengan penghapus kaca, tanpa mekanisme penggerak lainnya.

Gambar 113 Penghapus Kaca Belakang

Keterangan :

A. Motor dipasang tidak ditengah-tengah B. Motor dipasang di tengah


138

b. Macam-macam gerakan lengan penghapus kaca depan

a. Gerakan 2 lengan searah c. Gerakan satu lengan

b. Gerakan lengan berlawanan d. Gerakan satu lengan diatur

Gambar 114 Macam-Macam Gerakan Lengan Penghapus Kaca Depan

Dari gambar dapat dilihat gambar d adalah gerakan lengan penghapus


yang t erbaik, karena hampir mengenai keseluruhan permukaan kaca

c. Rangkaian listrik.
1) Motor listrik DC dengan magnet permanen, Satu kecepatan dan
sakelar pemberhentian terakhir

Gambar 115 Rangkaian Wiper Satu Kecepatan


139

a) Pada rangkaian ini ada satu kecepatan saja pada motor, bila
sakelar dihubungkan, arus listrik mengalir dari terminal 15 ---- 63
sikat dan massa (31)
b) Sakelar dimatikan, arus pada terminal 53 a akan diputuskan
oleh nok melalui sakelar pemberhentian.
2) Dua kecepatan (dengan tiga sikat)

Gambar 116 Rangkaian Wiper Dua Kecepatan

Kecepatan 1, putaran motor lambat, momen puntir besar


Aliran arus dari terminal 15 ----- 53d ----- 53 ----- sikat (posisi lurus) dan massa 31
Kecepatan 2, putaran motor cepat, momen puntir lebih kecil
Aliran arus dari terminal 15 ----- 53d ----- 53b ----- sikat (posisi miring) ----- massa
Kerja sakelar pemberhenti sama pada semua rangkaian.
a) Dengan magnet listrik

Gambar 117 Rangakaian Wiper dengan Magnet Listrik


140

Gulungan T (yang paralel dengan jangkar), berfungsi untuk membuat putaran


motor tetap.

Catatan : T = Gulungan medan penolong, untuk memperlambat putaran motor dan


mencegah putaran motor yang makin lama berputar cepat.

U = Gulungan utama (dihubungkan seri dengan jangkar)

3) Pengatur waktu (interval). Sakelar interval dipakai bila ada hujan gerimis kecil-
kecil dan kita tidak memerlukan penghapus kaca yang bergerak terus menerus.
Semua sistem penghapus kaca yang memakai sakelar pemberhentian terakhir bisa
dilengkapi dengan interval.
Untuk itu kita memasang sebuah relai impuls pada rangkaian penghapus kaca,
agar penghapus kaca dapat bergerak secara periodik dengan selang waktu kira-kira
5 detik.
53 M

Gambar 118 Rangakaian Pengatur Waktu

Keterangan :

1. Motor penghapus kaca 2. Relai impuls 3. Saklar iterval

Relai impuls yang memberikan arus listrik secara periodik ke terminal 53, ada
yang elektronika ada juga dengan bimetal seperti pada pengedip (flasher).
141

4) Lengan penghapus kaca


1. Lengan penekan

2. Plat alur penahan

3. Bibir

4. Tepi pembersih

5. Kaca

Gambar 119 Lengan Penghapus Kaca

Bagian pembersih yang terdiri dari : tepi & bibir pembersih terbuat dari karet dan
ditahan oleh plat alur penahan agar karet tetap pada posisi lurus pada saat lengan
penekan bergerak.

Lengan penekan dikonstruksikan bertingkat agar tepi pembersih dapat selalu


duduk dengan rapat sesuai dengan lengkungan kaca.

5) Sistem air pembersih. Ada 2 macam sistem :


a) Dengan pompa mekanik ( sudah jarang dipakai )
b) Dengan pompa listrik

Gambar 120 Sistem Air Pembersih


142

Keterangan :

1. Saklar sistem air pembersih


2. Baterai
3. Penyemprot
4. Tangki air

Posisi penyemprot dapat diatur/distel agar penyemprotan tepat pada bagian


kaca yang akan dibersihkan.

Adakalanya kotoran yang menempel pada kaca sangat sukar dibersihkan hanya
dengan air pembersih biasa, oleh karena itu air pembersih perlu ditambahkan dengan
cairan pembersih khusus..

41. Evaluasi.

a. Gambarkan dan Jelaskan rangkaian lampu kepala dengan relay!

b. Gambarkan dan jelaskan rangkaian tanda (klakson), tanda belok dan


jelaskan aliran listriknya!

c. Gambarkan dan Jelaskan cara kerja rangkaian lampu mundur!

d. Gambarkan dan jelaskan cara kerja rangkaian wiper dengan dua tingkat
kecepatan (tiga sikat)!
143

BAB VII

SISTEM AC

(AIR CONDITIONING)

42. Umum. Pada percobaan telah dibuktikan, air dan bensin yang diturunkan
tekanannya akan lebih cepat menguap. Demikian juga dengan titik didih air pada
ketinggian tertentu (di atas gunung), air lebih cepat menguap, dibanding di atas
permukaan laut dengan tekanan 1 atmosfir, karena diatas gunung dengan ketinggian
tertentu tekanan udaranya < 1 atmosfir.

Gambar 121 Penguapan

Apabila jari kita diberi bensin seperti pada gambar, kemudian ditiupkan udara
maka jari terasa dingin.

Gambar 122 Percobaan dengan Bensin


144

Hal ini disebabkan karena bensin mengambil panas dari jari kita dan akibatnya
bensin menguap menjadi gas.

Kesimpulan : - Penurunan tekanan akan mempercepat proses penguapan

- Penguapan akan menyebabkan penyerapan panas

Proses kenaikan dan penurunan tekanan seperti di atas berlangsung secara


alami, agar proses itu dapat diterapkan pada sistem AC, maka sistem AC harus terdiri
dari bagian-bagian yang berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan tekanan, supaya
penguapan dan penyerapan panas dapat berlangsung.

Secara sederhana bagian-bagian sistem AC dapat dilihat pada gambar :

Gambar 123 Bagian-Bagian Sistem AC


145

Keterangan :

a. Zat pendingin bertekanan tinggi dari kompresor berupa gas.


b. Zat pendingin yang sudah didinginkan oleh kondensor berubah bentuk
dari gas menjadi cair.
c. Zat pendingin yang telah diturunkan tekanannya oleh katup ekspansi,
berubah bentuk menjadi uap.

43. Prinsip Kerja AC (Air Conditioning). Zat pendingin telah menyerap panas
pada evaporator berubah bentuk menjadi gas.

a. Zat pendingin yang berbentuk gas diberi tekanan oleh kompresor (1)
sehingga beredar dalam sistem AC, karena adanya tekanan maka zat pendingin
menjadi panas.
b. Kondensor (2) akan mendinginkan zat pendingin tersebut (kondensasi),
sementara tekanan zat pendingin masih tetap tinggi dan berubah bentuk menjadi
cair.
c. Saringan/filter (3) akan mengisap uap air dan menyaring kotoran dalam
zat pendingin agar tidak beredar pada sistem.
d. Tekanan zat pendingin pada sistem akan diturunkan oleh katup ekspansi
(4) berubah bentuk dari cair menjadi uap.
e. Evaporator akan mengambil panas di sekelilingnya, menyebabkan zat
pendingin menguap menjadi gas dan kembali ke kompresor.
f. Proses ini berlanjut seperti semula.
146

Gambar 124 Sistem AC pada Kendaraan


147

Kondensor dipasang pada bagian depan kendaraan (di depan radiator) Supaya
panas radiator tidak dipindahkan ke kondensor sehingga pendinginan kondensor dapat
berjalan dengan sempurna.

44. Fungsi Sistem AC pada Kendaraan.


a. Memberikan udara sejuk ke dalam ruangan kendaraan.
b. Menghindari udara kotor masuk ke dalam ruangan.
c. Menghilangkan dengan cepat kondensasi pada kaca mobil waktu hujan
atau udara lembab.
d. Secara umum sirkulasi udara dingin dapat dilihat pada gambar di bawah
ini :

Gambar 125 Sirkulasi Udara pada Sistem AC

Pada waktu turun hujan atau udara yang terlalu lembab akan
menimbulkan kondensasi pada kaca-kaca mobil yang menghalangi pandangan.

1) Dengan menghidupkan sistem AC, kondensasi itu segera dapat


dihilangkan,karena udara yang keluar pada sistem AC cukup kering, dan
udara lembab cepat akan dihilangkan.
148

2) Udara kotor dari luar juga dibersihkan oleh evaporator, karena


sebelum udara kotor masuk ke dalam ruang terlebih dulu disaring oleh
evaporator.
3) Agar pendinginan lebih merata maka saluran-saluran udara dingin
dibuat lebih banyak dan sirkulasinya diarahkan ke atas, karena sifat udara
dingin akan turun dengan sendirinya. Hal ini akan terbalik kalau
menggunakan sistem pemanas.
4) Pada bagian samping dekat kaca belakang dibuat ventilasi ke luar
udara dari dalam ruangan, hal ini juga dimaksudkan agar sirkulasi udara
terjadi dengan baik pada bagian ruangan dekat kaca belakang.

45. Fungsi Komponen-Komponen AC.


a. Kompresor.

Fungsi kompresor pada sistem AC


adalah :

Memberi tekanan pada zat pendingin,


agar mengalir (bersirkulasi) dalam
sistem.

Secara garis besar kompresor ada dua


jenis yaitu :

1. Kompresor torak
2. Kompresor rotari
Untuk menggerakkan kompresor
dipakai tenaga motor dari mobil itu
sendiri atau memakai motor penggerak
tersendiri

Gambar 127 Kompresor


149

b. Kondensor

Gambar 128 Kondensor yang Akan


Dipasangkan di depan Kendaraan

Fungsi kondensor mendinginkan zat pendingin yang telah diberi tekanan


oleh kompresor. Zat pendingin yang bertekanan tinggi dari kompresor suhunya
panas melalui kondensor panas itu dihilangkan (diperkecil) dan zat pendingin
berubah bentuk menjadi cair.
150

c. Filter
Uap air adalah gangguan yang paling
utama dalam sistem AC, karena uap air
menyebabkan terjadi pembekuan (es)
pada saluran-saluran dalam sistem,
terutama pada katub ekspansi
mengakibatkan sistem AC tidak
berfungsi dengan baik.
Untuk menyerap uap air dan kotoran
kecil pada sistem digunakan saringan /
filter.
Gambar 129 Filter

d. Katup Ekspansi
Zat pendingin yang sudah dikondensasi
oleh kondensor tekanannya harus
diturunkan oleh katub ekspansi supaya
zat pendingin dapat menyerap panas di
sekeliling evaporator.
Katup expansi ini dipasangkan pada
saluran masuk evaporator ( menjadi satu
unit ).

Gambar 130 Katup Ekspansi

e. Evaporator.Pada evaporator zat pendingin akan mengambil panas


dan berubah bentuk menjadi gas. Supaya pengambilan panas pada
evaporator dapat berlangsung sempurna, maka evaporator dilengkapi
dengan motor blower yang juga berfungsi untuk menghembuskan udara
dingin ke dalam ruang kendaraan.
151

Gambar 131 Evaporator

f. Zat pendingin. Saat ini zat pendingin yang dipakai pada AC mobil adalah
Freon (CF2 Cl2) dengan nomor kode R – 12
R = Refrigerant

Gambar 132 Refrigerant R-12

46. Kopling Magnet.


a. Kopling magnet. Supaya hubungan kompresor dengan motor
penggeraknya dapat diputuskan dan dihubungkan (pada saat AC dihidupkan dan
dimatikan), maka kita perlukan sebuah kopling magnet yang dipasang pada
poros kompresor, bersama roda puli.
152

b. Konstruksi & cara kerja :


1. Sakelar
2. Plat penekan
3. Roda pulley
4. Poros kompresor
5. Gulungan magnet listrik
6. Kompresor
7. Pegas plat pengembali
8. Baterai

Gambar 134 Kopling Magnwe

Bila sakelar dihubungkan, magnet listrik akan menarik plat penekan


sampai berhubungan dengan roda pulley ... poros kompresor terputar. Pada
waktu sakelar putuskan pegas plat pengembali akan menarik plat penekan
sehingga putaran motor penggerak terputus dari poros kompresor (putaran
motor penggerak hanya memutar pulley saja).

47. Instalasi Listrik.


a. Kopling magnet & motor kipas pendingin kondensor.

Gambar 125 Instalasi Kopling Magnet dan Kipas Kondensor


153

Kopling magnet yang berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan


poros kompresor dengan poros mesin, harus dapat bekerja berdasarkan
temperatur evaporator.
Untuk itu pada evaporator dilengkapi dengan sakelar kontrol temperatur
(TERMOSTAT) yang bekerja memutus arus pengendali pada relai bila
evaporator sudah mencapai suhu tertentu kompresor tidak bekerja.
Motor kipas kondensor biasanya paralel dengan kopling magnet,
bekerjanya juga diatur oleh sakelar kontrol temperatur.

b. Rangkaian pada evaporator. Instalasi listrik pada evaporator biasanya terbagi


atas komponen-komponen sebagai berikut :
1) Motor blower dan pengatur putaran
2) Termostat
c. Motor blower & pengatur putaran

Keterangan :
O - Motor mati
L - Motor putaran rendah
M - Motor putaran medium
H - Motor putaran tinggi

Gambar 126 Motor Blower dan Pengatur Putaran


1. Saklar termostat (Saklar kontrol
temperatur)
2. Saklar motor blower. Pengatur
putaran motor blower evaporator
dilakukan dengan memasang tahanan
seperti gambar

Gambar 127 Blower


154

d. Termostat

1. Terminal

2. Pipa kontrol temperatur

3. Selektor temperatur

Gambar 128 Thermostart

Bagian pipa kontrol temperatur diisi dengan cairan yang sensitif terhadap
perubahan suhu evaporator dan pipa itu didempetkan dengan pipa evaporator.
Bila temperatur evaporator naik, tekanan cairan dalam pipa kontrol juga naik
sampai kontak pemutus berhubungan …… kompresor bekerja sampai suhu
evaporator turun lagi, tekanan cairan pipa kontrol juga akan turun demikian
seterusnya.
Lamanya kompresor bekerja dapat diatur dengan memutar selektor
temperatur, hal ini berarti, tekanan cairan dalam pipa kontrol diimbangi dengan
tekanan pegas.
Jenis lain dari termostat ini adalah model thermistor yang biasanya
berfungsi bersama unit kontrol sistem AC.
155

e. Sistem kontrol (Pengaman). Sistem kontrol pada AC dipasang untuk


mencegah kerusakan-kerusakan yang terjadi pada kompresor atau bagian-
bagian lain apabila terjadi kesalahan-kesalahan dalam instalasi sistem AC.
Sistem kontrol itu berupa sakelar yang bekerja memutuskan aliran listrik
ke kopling magnet, bila tekanan atau temperatur zat pendingin terlalu tinggi atau
tekanan zat pendingin terlalu rendah.
Dengan demikian kompresor tidak akan bekerja bila kesalahan-kesalahan
seperti di atas terjadi dalam sistem, maka kerusakan yanglebih besar akibat
kesalahan itu dapat di hindari.

Gambar 129 Kontrol Pengaman

Keterangan:
1. Pengontrol tekanan tinggi
2. Pengontrol tekanan rendah
3. Pengontrol temperatur
4. Pengontrol tekanan tinggi

Komponen ini dipasang pada saluran tekanan tinggi atau pada


filter/saringan dalam keadaan normal kontak akan terhubung, bila tekanan zat
156

pedingin sudah melebihi kira-kira 23 bar kontak akan terbuka, aliran listrik ke
kopling magnet terputus/tidak bekerja.

1) Pengontrol tekanan rendah

Gambar 130 Kontrol Tekanan Rendah

Kontak akan memutuskan hubungan bila tekanan zat pendingin


dalam sistem kurang dari 1,5 bar, karena kebocoran atau pada waktu
pengisian, volume yang masih kurang, hal ini menyebabkan kompresor
cepat panas. Pendinginan kompresor juga dilakukan oleh zat pendingin
yang kembali kesaluran hisap (S), karena tekanan zat pendingin kecil,
maka pendingin kompresor juga akan sedikit, sementara kompresor terus
bekerja, akan menimbulkan kerusakan karena panas.

2) Pengontrol temperature. Tekanan dan temperatur akan selalu


berkaitan, tekanan yang tinggi pada zat pendingin akan mengakibatkan
temperaturnya akan tinggi pula, biasanya sebagai ganti pengontrol
tekanan tinggi digunakan pengontrol temperatur, yang bekerja
berdasarkan temperatur, kontak akan memutuskan listrik ke kopling
magnet bila sudah mencapai temperatur tertentu pada zat pendingin.
157

f. Rangkaian sistem kontrol

Gambar 131 Rangakaian Sistem KJontrol

Keterangan:

1. Relay 3. Pengontrol tekanan rendah


2. Pengontrl tekanan tinggi 4. Pengontrol temperatur

g. Rangkaian lengkap

Gambar 132 Rangakaian AC Secara Lengkap

Komponen sistem (pengaman) biasanya tidak ke tiga-tiganya dipasang


sering dipakai 2 atau 1 saja. Relai mencari massa dengan terminal 50, pada
kumparan fiksasi motor starter dorong sekrup, agar pada saat motor starter
bekerja aliran listrik ke kopling magnet dan kipas kondensor terputus.
158

Sakelar mekanis (A) dipasang pada trotel gas atau dimana saja yang
memung-kinkan sakelar ini berfungsi untuk memutuskan aliran listrik ke kopling
magnet pada waktu motor putaran idle, supaya motor tidak mati pada putaran
idle saat sistem AC hidup.
Ada juga pengganti sakelar mekanis ini dipasang sebuah relai elektronika
yang dapat menghubung dan memutuskan aliran listrik ke kopling magnet
berdasar-kan induksi dari koil pengapian. Relai secara automatis akan memutus
aliran listrik ke kopling magnet pada waktu putaran idle.

Ke kopling magnit
Sekerup penyetel :
Ke 1(-) koil pengapian Berfungsi untuk mengatur
cepat atau lambatnya
kopling magnet
menghubung sesuai
dengan putaran motor
Gambar 133 Idle Up dengan Elektronik

Kedua cara di atas dipakai bila pada kaburator tidak dilengkapi dengan
ystem idle up yang berfungsi untuk meninggikan putaran idle motor pada saat
ystem AC dihidupkan.

Gambar 134 Idle Up dengan Vakum


159

Bila sistem AC dihidupkan katup elektro magnetis akan terbuka,


kevakuman di bawah trhotle akan menarik membran ke atas dan membuka
throtle sedikit, daya motor waktu idle bertambah.

48. Evaluasi.
a. Gambarkan rangkaiansederhana sistem AC dan jelaskan cara kerja sistem
AC kendaraan !
b. Jelaskan fungsi AC pada kendaraan !
c. Jelaskan fungsi dari komponen-komponen AC kendaraan !
d. Gambarkan dan jelaskan instalasi listrik (AC) motor blower dengan pengatur
kecepatan putaran !
e. Gambarkan dan jelaskan instalasi listrik sistem control pada (AC) kendaraan
!
f. Jelaskan penggunaan idle up sistem AC pada kendaraan!
160

BAB VIII
EVALUASI AKHIR
(BUKAN NASKAH UJIAN)

49. Evaluasi Akhir.


a. Jelaskan kode terminal dan arti pada sistem pengapian konvensional!!
b. Jelaskan kode terminal dan arti pada sistem pengapian elektronik!
c. Jelaskan dasar-dasar transformasi tegangan secara:
1) Induksi magnetis
2) Transformator
3) Perbandingan tegangan
4) Transformasi arus searah
d. Jelaskan bagian-bagian dan fungsi pada sistem pengapian konvensional!
e. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sudut pengapian!
f. Jelaskan prinsip kerja kondensor!
g. Jelaskan keuntungan dan kerugian penggunaan koil batang dank oil pipih
pada sistem pengapian!
h. Jelaskan syarat-syarat pengapian dan apa hubungannya antara saat
pengapian dengan daya motor!
i. Jelaskan pembgakit listrik dengan tiga fase!
j. Jelaskan tugas dari regulator pada sistem pengisian!
k. Jelaskan cara kerja regulator elektronik!
l. Jelaskan rangakaian lampu tanda belok!
m. Gambarkan dan Jelaskan cara kerja lampu mundur !
n. Gambarkan dan jelaskan instalasi listrik (AC) motor blower dengan
pengatur kecepatan putaran!
o. Gambarkan dan jelaskan instalasi listrik sistem control pada (AC)
kendaraan!
p. Jelaskan fungsi AC pada kendaraan !
q. Jelaskan penggunaan idle up sistem AC pada kendaraan!
RAHASIA
161

BAB IX

PENUTUP

Demikian penulisan hanjar tentang Sistem Kelistrikan Kendaraan Politeknik


Kodiklatad. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini karena
kurangnya ilmu pengetahuan dan wawasan yang dimiliki.

Untuk kesempurnaan penulisan hanjar ini mohon kritik dan saran yang
membangun sehingga penulisan ini akan menjadi lebih sempurna dan bermanfaat bagi
penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Komandan Politeknik Angkatan Darat

Bagus Antonov Hardito M.A


Kolonel Czi NRP 32792

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai