Anda di halaman 1dari 31

1

BAGIAN PERTAMA
DASAR-DASAR KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENDAHULUAN
Kendaraan bermotor seperti mobil, motor, truk perlu sistem kelistrikan agar mesin dapat
hidup dan kendaraan dapat berjalan dengan aman dan nyaman. Sistem kelistrikan pada
kendaraan dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1. Sistem kelistrikan mesin
Sistem kelistrikan mesin berfungsi untuk menghidupkan mesin dan mempertahankan
agar mesin tetap hidup. Sistem kelistrikan mesin terdiri dari:
a. Sistem starter berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi gerak putar
untuk memutar poros engkol agar mesin dapat hidup.
b. Sistem pengapian berfungsi menghasilkan percikan api pada busi untuk membakar
campuran bahan bakar di dalam silinder.
c. Sistem pengisian berfungsi untuk merubah energi gerak menjadi energi listrik yang
digunakan untuk mengisi baterai dan mensuplai kebutuhan listrik saat kendaraan
beroperasi.
2. Sistem kelistrikan bodi
Sistem kelistrikan bodi berfungsi untuk membatu pengendara untuk menjalankan
kendaraan dengan aman dan nyaman pada segala medan. Sistem ini terdiri dari:
a. Sistem penerangan berfungsi memberi penerangan jalan yang akan dilalui
pengendara saat menjalankan kendaraan pada malam hari atau cuaca yang gelap.
b. Sistem tanda belok berfungsi memberi isyarat pada pengendara lain bahwa
kendaraan akan berbelok.
c. Sistem wiper dan washer berfungsi untuk membersihkan kaca dari debu, kotoran
atau air hujan saat kendaraan melaju agar tidak mengganggu pandangan
pengemudi.
d. Sistem meter kombinasi berfungsi memberikan informasi pada pengemudi tentang
kondisi kendaraan seperti temperatur mesin, jumlah bahan bakar, kecepatan
kendaraan, pelumasan, pengisian, rem dan sebagainya.
e. Sistem audio sebagai sarana hiburan bagi pengemudi maupun penumpang
selama perjalanan.
f. Sistem Air Conditioning (AC) berfungsi mengatur kondisi udara di dalam ruangan
yang paling nyaman.

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


2

g. Central door locks berfungsi untuk mengontrol penguncian pintu secara terpusat di
pengemudi guna menghindari lupa mengunci pintu saat meninggalkan kendaraan
maupun saat melaju sehingga kendaraan lebih aman dan tidak membahayakan
penumpang akibat pintu tidak terkunci saat kendaraan melaju.
h. Power window berfungsi membuka dan menutup kaca pintu secara elektrik agar
lebih ringan dan mencegah penumpang terutama anak-anak membuka kaca pintu
saat kendaraan melaju karena berbahaya bagi penumpang.
i. dan sebagainya

Pengetahuan tentang dasar kelistrikan diperlukan untuk memahami dan mengerti


bagaimana suatu sistem kelistrikan dapat bekerja, bagaimana merawat dan memperbaiki
sistem kelistrikan, serta bagaimana mencari sumber permasalahan jika sistem kelistrikan
mengalami gangguan. Pada bagian ini akan dibahas :
1. Pembentuk Materi
2. Listrik
a. Jenis listrik
b. Teori aliran listrik
c. Arus listrik
d. Tegangan listrik
e. Tahanan listrik
3. Hukum Ohm
4. Daya listrik
5. Rangkaian pada sistem kelistrikan
a. Rangkaian seri
b. Rangkaian paralel
c. Rangkaian seri paralel
d. Voltage drop
e. Rangkaian terbuka/ putus

A. PEMBENTUK MATERI

1. Atom

Semua benda yang mengisi dan membentuk dunia ini yang dapat dilihat dengan
pancaindra disebut materi atau zat. Secara umum materi dikelompokkan menjadi tiga yaitu
padat, cair dan gas.Semua benda bila kita pecah tanpa meninggalkan sifat aslinya akan

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


3

kita dapatkan partikel yang disebut molekul. Molekul kalau kita pecah lagi akan kita
dapatkan beberapa atom. Jadi atom adalah bagian terkecil dari suatu benda/partikel.

Atom terdiri dari inti (nucleus) yang dikelilingi oleh elektron yang berputar mengelilingi inti
pada orbitnya masing-masing seperti susunan tata surya. Inti atom sendiri terdiri dari
proton dan netron. Proton dan elektron ternyata mempunyai muatan listrik, dimana proton
mempunyai muatan (+) dan elektron mempunyai muatan (-). Sedangkan proton tidak
mempunyai muatan atau netral. Atom yang mempunyai jumlah proton dan elektron sama,
dikatakan bermuatan netral. Sesuai dengan hukum alam, atom akan terjadi tarik menarik
antara neucleus sehingga elektron akan tetap berada dalam orbitnya masing-masing.

Gambar 1.2 Struktur atom

2. Elektron Bebas
Elektron-elektron yang orbitnya paling jauh dari inti, memiliki daya tarik menarik yang
lemah terhadap inti. Elektron-elektron ini bila terkena gaya dari luar, misalnya panas,
gesekan atau reaksi kimia akan cenderung lepas dari ikatannya dan pindah ke atom
lain. Elektron-elektron yang mudah berpindah ini disebut elektron bebas (free electron),

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


4

gerakan dari elektron bebas inilah yang menghasilkan bermacam-macam fenomena


kelistrikan (seperti loncatan bunga api, cahaya, pembangkitan panas, pembangkitan
magnet dan reaksi kimia).

Gambar 1.3 Elektron bebas

B. LISTRIK
Listrik merupakan salah satu energi yang banyak digunakan untuk menggerakkan berbagai
peralatan atau mesin. Energi listrik tidak dapat dilihat secara langsung, namun dampak
atau akibat dari energi listrik dapat dilihat seperti sinar atau cahaya dari bola lampu,
dirasakan seperti saat orang tersengat listrik, dibauh seperti bauh dari kabel yang terbakar
akibat hubung singkat, didengar seperti suara bel atau radio.
Listrik merupakan sumber energi yang paling mudah dikonversi menjadi energi yang lain,
sehingga sebagian besar komponen sistem kelistrikan otomotif merupakan konversi energi
listrik menjadi energi yang dikehendaki. Contoh komponen kelistrikan:
1. Baterai merubah energi listrik menjadi energi kimia
2. Motor starter merubah energi listrik menjadi energi gerak
3. Lampu merubah energi listrik menjadi cahaya dan panas
4. Pematik rokok merubah energi listrik menjadi panas
5. Selenoid merubah energi listrik menjadi magnet, dan sebagainya.

1. Jenis Listrik
Listrik dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu:
a. Listrik Statis
Listrik statis merupakan suatu keadaan dimana elektron bebas sudah terpisah dari
atomnya masing-masing, tidak bergerak hanya berkumpul dipermukaan benda

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


5

tersebut. Listrik statis dapat dibangkitkan dengan cara menggosokkan sebuah gelas
kaca dengan kain sutra. Setelah digosok gelas kaca akan bermuatan positip dan kain
sutra akan bermuatan negatip.

b. Listrik Dinamis
Listrik dinamis merupakan suatu keadaan terjadinya aliran elektron bebas dimana
elektron ini berasal dari dari elektron yang sudah terpisah dari inti masing-masing.
Elektron bebas tersebut bergerak melewati suatu penghantar.

Listrik dinamis dikelompokkan menjadi dua yaitu listrik arus searah (Direct Current) dan
arus bolak-balik (Alternating Current). Listrik arus searah elektron bebas bergerak
dengan arah tetap, sedangkan listrik arus bolak-balik elektron bergerak bolak-balik
bervariasi secara periodik terhadap waktu. Baterai merupakan sumber listrik arus
searah, sedangkan alternator merupakan sumber arus

Gambar1.4 Tipe/ jenis listrik

2. Teori Aliran Listrik


Terdapat dua teori yang menjelaskan bagaimana listrik mengalir:
a. Teori electron (Electron theory)
Teori ini menyatakan listrik mengalir dari negatip baterai ke positip baterai. Aliran listrik
merupakan perpindahan elektron bebas dari atom satu ke atom yang lain.

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


6

b. Teori konvensional (Conventional theory)


Teori ini menyatakan listrik mengalir dari positip baterai ke negatip baterai. Teori ini
banyak digunakan untuk kepentingan praktis, teori ini pula yang kita gunakan untuk
pembahasan aliran listrik pada buku ini

Gambar 1.5 Teori aliran listrik


3. Arus Listrik
Besar arus listrik yang mengalir melalui suatu konduktor adalah sama dengan jumlah
muatan (elektron bebas) yang mengalir melalui suatu titik penampang konduktor dalam
waktu satu detik. Arus listrik dinyatakan dengan simbol I (intensitas) dan besarnya diukur
dengan satuan ampere (disingkat A). Bila dikaitkan dengan elektron bebas, 1 Ampere =
Perpindahan elektron sebanyak 6,25 x 1018 suatu titik konduktor dalam waktu satu detik.

1Detik

Gambar 1. 6 Aliran listrik

Tabel 1. Satuan arus listrik yang sangat kecil dan besar.


Satuan
Arus Kecil Arus Besar
Dasar
Simbol A A mA kA MA
Dibaca Ampere Micro Ampere Mili Ampere Kilo Ampere Mega Ampere
1 x 10-6 1 x 10 -3 1 x 103 1 x 106
Perkalian 1
1/ 1.000.000 1/1.000 1 x 1.000 1 x 1.000.000

Contoh Konversi :
1). 1.000. 000 A = 1.000 mA = 1. A = 0,001 kA

2). 0,5 MA = 500 kA = 500. 000 A = 500.000.000 mA


3). 5 A = 5.000 mA = 5.000.000 A

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


7

4. Tegangan Listrik
Tabung A dan B berisi air, dimana permukaan air tabung A lebih tinggi dari permukaan air
tabung B, dihubungkan melalui sebuah pipa maka air akan mengalir dari tabung A ke
tabung B (gambar a). Besarnya aliran air ditentukan oleh perbedaan tinggi permukaan air
kedua tabung, ini disebut dengan tekanan air.

Hal yang sama juga akan terjadi bila kutub listrik A yang mempunyai muatan positip
dihubungkan dengan kutub B yang bermuatan negatif oleh kabel C (gambar b), maka arus
listrik akan mengalir dari kutub A ke kutub B melalui kabel C. Hal ini terjadi karena adanya
kelebihan muatan positip pada kutub A dan kelebihan muatan negatif pada B yang
menyebabkan terjadinya beda potensial (tegangan listrik). Perbedaan ini menyebabkan
tekanan tegangan menyebabkan arus listrik mengalir. Beda tegangan ini biasa disebut
VOLTAGE ( juga biasa disebut dengan electromotive force / AMF).

CURRENT
A
Tegangan
Pipa Air
ELECTRON FLOW
Aliran Air VOLTAGE
Gambar (b)
Gambar (a)

Tegangan

Tegangan adalah tekanan

Gambar 1.7 Tegangan listrik

Satuan tegangan listrik dinyatakan dengan Volt dengan simbol V. 1 Volt adalah tegangan listrik
yang mampu mengalirkan arus listrik 1 A pada konduktor dengan hambatan 1 ohm. Tabel
dibawah menunjukkan satuan tegangan listrik yang sangat besar dan kecil.

Tabel 2. Satuan Tegangan Listrik


Satuan
Tegangan Kecil Tegangan Besar
Dasar
Simbol V V mV kV MV
Dibaca Volt Micro Volt Mili Volt Kilo Volt Mega Volt
1 x 10-6 1 x 10 -3 1 x 103 1 x 106
Perkalian 1
1/ 1.000.000 1/1.000 1 x 1.000 1 x 1.000.000

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


8

Contoh Konversi :
1.700.000 V = 1. 700 mV = 1,7 V

0,78 MV = 780 KV = 780. 000 V = 780.000.000 mV

5.Tahanan / Resistansi Listrik


Air dengan tekanan yang sama akan mengalir lebih cepat bila dialirkan melalui pipa yang besar,
pendek dan permukaan dalamnya halus dibandingkan dengan bila air dialirkan melalui pipa
yang ukurannya kecil, panjang dan permukaan bagian dalamnya kasar. Hal ini karena kondisi
dari pipa akan berpengaruh terhadap aliran air. Besarnya hambatan ini dikatakan sebagai
tahanan pipa. Kejadian ini juga berlaku untuk listrik yang mengalir melalui suatu kabel, dimana
listrik juga akan mengalami hambatan. Hambatan yang dialami listrik ini disebut
tahanan/resistansi listrik.

A Pipa lebih A
besar Pipa lebih
kecil

B B
Aliran air Aliran air
besar lebih
kecil

Tegangan

Tahanan Listrik

Gambar 1.8 Tahanan Listrik

Menurut tahanan listriknya, bahan dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :


a. Isolator
Isolator adalah merupakan bahan yang mempunyai tahanan aliran listrik sangat besar
sehingga dapat mencegah aliran elektron. Kaca, keramik, karet, plastic merupakan contoh
isolator yang baik.

b. Konduktor
Konduktor merupakan suatu bahan yang yang mempunyai tahanan aliran listrik yang kecil.
Emas, kuningan, tembaga merupakan contoh konduktor yang baik. Konduktor digunakan

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


9

sebagai media mengalirkan listrik sedangkan isolator digunakan untuk melindungi atau
mengisolasi suatu rangkaian listrik jangan sampai bocor atau hubung singkat.

c. Semikonduktor
Semikonduktor merupakan bahan yang dapat dialiri listrik namun tidak semudah konduktor.
Garmenium dan silikon merupakan bahan semi konduktor, dengan bahan tersebut dibuat
beberapa komponen semi konduktor seperti dioda, transistor maupun integrated circuits
(IC).

Gambar 1.9 Aplikasi isolator dan konduktor pada kabel yang digunakan pada
kelistrikan otomotif

Satuan tahanan listrik dinyatakan dengan huruf R (Resistor) dan diukur dengan satuan
OHM (). Satu ohm adalah tahanan listrik yang mampu menahan arus listrik yang mengalir
sebesar satu amper dengan tegangan 1 V.

Tabel 3. Satuan tahanan listrik yang sangat besar dan kecil.


Satuan
Tegangan Kecil Tegangan Besar
Dasar
Simbol   m k M
Dibaca Ohm Micro Ohm Mili Ohm Kilo Ohm Mega Ohm
1 x 10-6 1 x 10 -3 1 x 103 1 x 106
Perkalian 1
1/ 1.000.000 1/1.000 1 x 1.000 1 x 1.000.000
Contoh Konversi:
1.985 m = 1, 985 
0,89 M = 890 k = 890.000 

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


10

a. Hubungan Antara Diameter dan Panjang Kabel dengan Tahanan Listrik


Tahanan listrik berbanding lurus dengan panjang kabel tetapi berbanding terbalik
dengan diameter kabel. Ini berarti semakin panjang kabel listrik, semakin besar pula
tahanannya, tetapi semakin besar diameter kabel listrik semakin kecil tahanannya.
Berdasarkan pengertian diatas tahanan suatu kabel listrik dapat dihitung dengan rumus
berikut :

R=. l
A
R = Tahanan listrik ………………. 
 = Tahanan jenis ………………. m
l = Panjang kabel ………………. m
A = Luas penampang kabel …….. m2

b. Hubungan Antara Temperatur dan Tahanan Listrik


Tahanan listrik pada konduktor akan berubah dengan adanya perubahan temperatur
konduktor/kabel. Biasanya tahanan listrik akan naik bila temperatur naik. Hal tersebut
dapat dipahami dengan cara berikut. Bila sebuah lampu yang dihubungkan denga
baterai dengan sebuah kawat tembaga, kemudian kawat tersebut dipanaskan dengan
api maka lampu tersebut semakin lama akan semakin redup.

c. Tahanan Sambungan

Tahanan sambungan adalah tahanan yang diakibatkan oleh sambungan yang kendor.
Bila arus listrik melewati sambungan yang kendor akan menyebabkan sambungan
menjadi panas. Panas ini akan memperbesar tahanan dan mempercepat timbulnya
korosi. Tahanan sambungan dapat diperkecil dengan membersihkan sambungan dan
mengeraskan sambungan.

Gambar 1.10 Beberapa factor yang mempengaruhi nilai tahanan

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


11

d.Tahanan Isolator

Seperti telah dijelaskan bahwa karet, vynil, plastik dan porselin dapat digunakan untuk
menghalangi arus listrik antara konduktor. Sifat dari bahan-bahan ini disebut
kemampuan tahanan isolator dan dinyatakan dengan nilai tahanan. Dalam kondisi
tertentu isolator dapat berubah menjadi penghantar listrik/ konduktor, misalnya karena
retak, bocoran arus listrik yang akan menimbulkan percikan bunga api dan
menimbulkan kotoran, menempelnya air atau kotoran lain pada isolator.

Gambar 1.11 Kerusakan isolator kabel listrik

C. HUKUM OHM
Tahun 1827 seorang ahli fisika Jerman Georg Simon Ohm (1787-1854) meneliti tentang
resistor. Hukum Ohm menjelaskan bagaimana hubungan antara besar tegangan listrik,
besar tahanan dan besar arus yang mengalir. Hukum mengatakan bahwa besar arus
mengalir berbanding lurus dengan besar tegangan dan berbanding terbalik dengan besar
tahanan. Hukum ini dapat ditulis:

Gambar 1.12 Hukum Ohm

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


12

Contoh 1:
Tentukan besar arus (I) yang melewati tahanan R= 10 , bila tegangan (V) berubah-
ubah seperti gambar di bawah ini:

Gambar 1.13 Hukum Ohm pada tahanan konstan

Solusi:
Posisi 1 tidak ada arus atau 0 amper karena posisi Off
Posisi 2 besar tegangan 1,5 V, menggunakan rumus I = V/R
Maka besar arus saat terminal 2 adalah I2 = V2/R = 1,5 / 10 = 0,15 A.
dengan cara yang sama akan diperoleh besar arus seperti tabel pada gambar 1.12.

Contoh 2.

Tentukan besar arus listrik pada rangkaian berikut, dimana tegangan tetap dan tahanan
berubah-ubah.

Gambar 1.14 Hukum Ohm pada tegangan tetap

Solusi:
Posisi 1 tahanan 10 , maka besar arus yang mengalir I = V/R, I = 12/10 = 1,2 A
Posisi 2 tahanan 20 , maka besar arus yang mengalir I = V/R, I = 12/20 = 0,6 A
dengan cara yang sama akan diperoleh besar arus seperti tabel pada gambar 1.13.

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


13

Contoh 3.
Tentukan tahanan filamen sebuah lampu bila saat dihubungkan dengan sumber arus 12V,
arus yang mengalir adalah 10 A.

Solusi:
R = V/ I
= 12 / 10 = 1,2 

D. DAYA LISTRIK

Hukum Joule menerangkan tentang daya listrik. Terdapat hubungan antara daya listrik
dengan tegangan, arus maupun tahanan. Besar daya listrik diukur dalam watt. Satu watt
merupakan besar arus mengalir sebesar 1 Amper dengan beda potensial 1 volt. Hukum
Joule dapat ditulis

Daya listrik = Tegangan x Arus

P = VxI

P = Daya listrik …… watt


V = Tegangan …….. Volt
I = Arus listrik …… Amper

Bila di subtitusikan hukum Ohm dimana V = I R , maka daya listrik:

P = Vx I
= IRx I = I 2 R

Bila disubtitusikan hukum Ohm dimana I = V/R, maka:


P =RxI2
= R x (V/R)2 = V2 / R

Dari ketiga rumusan tersebut daya listrik dapat dirumuskan:

P = VxI P = I 2R P = V2 / R

Dalam banyak kasus pada komponen sistem kelistrikan hanya ditentukan tegangan dan
daya. Besar arus arus yang mengalir jarang ditentukan, misal bola lampu kepala tertulis 12
V 36/ 42 W. Arti dari tulisan tersebut adalah bola lampu kepala menggunakan tegangan
12 V, pada posisi jarak dekat daya yang diperlukan 36 watt, sedangkan saat jarak jauh
daya yang diperlukan 42 watt.

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


14

Contoh 1:
Tentukan besar arus yang mengalir pada sebuah lampu kepala 12V 36/42 W, saat lampu
jarak dekat maupun saat jarak jauh.
Solusi:
Dengan menggunakan rumus I = P/ V didapatkan besar arus

a. Jarak dekat I dekat = Pdekat / V = 36 / 12 = 3 A

b. Jarak jauh I jauh = P jauh / V = 42 / 12 = 3,5 A

Contoh 2:
Sebuah lampu 12 V saat dihidupkan membutuhkan arus 5 A, berapa daya dan tahanan
filamen lampu tersebut.
a. Besar daya lampu menggunakan rumus P = VI
P = V I = 12 x 5 = 60 watt

b. Besar tahanan filamen menggunakan rumus R = V/ I


R = V/ I = 12 / 5 = 2,4 

Contoh 3:
Berapa watt daya elemen pemanas yang mempunyai tahanan 10  dan arus sebesar
2 A.
Solusi:
Besar daya pamanas menggunakan rumus P = R x I 2
P = R x I 2 = 10 x 2 2 = 40 watt

E. RANGKAI DALAM SISTEM KELISTRIKAN


Terdapat 5 komponen utama dalam rangkaian kelistrikan otomotif, yaitu: Sumber listrik
(power source), alat pengaman (protection device), beban (working device), control
(control device), massa (ground path).

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


15

Gambar 1.15 Komponen dalam rangkaian kelistrikan

Rangkaian komponen dalam sistem kelistrikan ada tiga macam yaitu:


1. Rangkaian Seri
2. Rangkaian Paralel
3. Rangkaian Seri Paralel
Pemahanan jenis dan karakteristik rangkaian sangat penting sebagai dasar memeriksa
dan menentukan sumber gangguan pada sistem kelistrikan.

1. Rangkaian Seri
Aplikasi rangkaian seri sangat banyak digunakan pada kelistrikan otomotif. Sistem
pengapian, sistem starter, pengatur kecepatan motor kipas evaporator AC merupakan
beberapa contoh aplikasi rangkaian seri. Rangkaian seri 2 resistor adalah sebagai
berikut:

Gambar 1.15 Rangkaian seri

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


16

Tahanan total (Rt) merupakan penjumlahan semua tahanan

(Rt ) = R1 + R2

Arus yang mengalir pada rangkaian sama besar

I = I1 = I2

I = V / Rt

Tegangan total (Vt) merupakan penjumlahan tegangan:

V t = V1 + V2

Besar V1dan V2 adalah

V1 = R1/ Rt x V V2 = R2/ Rt x V

Contoh 1:

R1 = 10  R2 = 20 R3= 30

V1 V2 V3

Tentukan besar Rt, I , I1 , I2, I3, V1, V2, dan V3 rangkaian seri di atas

Solusi:
a. Tahanan total (Rt) merupakan penjumlahan semua tahanan
(Rt ) = R1 + R2 + R3
= 10 + 20 + 30 = 60 

b. Arus yang mengalir pada rangkaian sama besar I = I1 = I2 = I3


I = V / Rt

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


17

= 12/ 60 = 0,2 Amper


c. Tegangan total merupakan penjumlahan dari tiap tegangan

V1 = R1/ Rt x V = 10/60 x 12 = 2 V

V2 = R2/ Rt x V = 20/60 x 12 = 4 V

V3 = R3/ Rt x V = 30/ 60 x 12 = 6 V

V t = V1 + V2 + V3 = 2 + 4 + 6 = 12 V

Karena besar I sudah dicari maka besar V1, V2, V3 dapat pula ditentukan dengan
rumus:

V1 = R1 x I = 10 x 0,2 = 2 V

V2 = R2 x I = 20 x 0,2 = 4 V

V3 = R3 x I = 30 x 0,2 = 6 V

V t = V1 + V2 + V3 = 2 + 4 + 6 = 12 V
Contoh 2:
Tentukan tahanan motor listrik, arus dan daya motor kipas evaporator AC pada posisi
1, 2 dan 3 bila daya motor tertulis 12V36W.

R1=1 R2=1 

1
2
3 Motor
Blower
12v/36

Solusi:
a. Mencari tahanan motor listrik:
Rm = V2/ P = 12 2 / 36 = 4

b. Mencari tahanan total dan arus listrik tiap kecepatan


Kecepatan 1

Rt1 = R1 + R2 + Rm

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


18

= 1+1+4 =6
Arus I1 = V / Rt1 = 12/ 6 = 2 A

Kecepatan 2

Rt2 = R2 + Rm
= 1+4 =5
Arus I2 = V/Rt2 = 12 / 5 = 2,4 A

Kecepatan 3 dihubungkan secara langsung jadi besar tahanan sama dengan


tahanan motor yaitu 4 dan arus listrik I = V/Rm = 12/4 = 3 A

c. Mencari daya motor

Kecepatan 1 adalah P = V x I1
= 12 / 2 = 24 watt

Kecepatan 2 adalah P = Vx I2
= 12 x 2,4 = 28,8 watt

Kecepatan 3 dihubungkan secara langsung sehingga daya motor sama dengan


yang tertera pada motor yaitu 36 watt

Tabel 5. Hubungan tahanan, arus dan daya pada tegangan tetap pada rangkaian
motor kipas evaporaator AC

Posisi Tahanan total () Arus (A) Daya (W)


1 6 2 24
2 5 2,4 28,8
3 4 3 36

2. Rangkaian Paralel

Gambar 1.16 Rangkaian paralel

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


19

Tegangan pada rangkaian sama yaitu :

V = V1 = V2

Besar arus mengalir adalah:

I = I1 + I2

Besar tahanan total (Rt) adalah:

V/Rt = V1 / R1 + V2/ R2

karena V = V1 = V 2 maka

1/Rt = 1/R1 + 1/ R2

Dengan menggunakan perhitungan aljabar akan diperoleh persamaan ekuvalen:

R1 x R2
Rt =
R1 + R2

Contoh 1:
Tentukan besar tegangan, arus dan tahanan pada rangkaian di bawah ini
I

R1=10  R2 = 30

I1 I2

Solusi :

a. Tegangan pada rangkaian sama yaitu


V = V1 =V2 = 12 V

b. Besar tahanan total (Rt) adalah:


Rt = ( R1 x R2) : (R1 +R2) = (10 x 30) : (10 + 30)
= 300 : 40 = 7,5 

c. Besar arus mengalir adalah adalah:

I = I1 + I2

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


20

I1 = V / R1 = 12 / 10 = 1,2 A

I2 = V/ R2 = 12 / 30 = 0,4 A

Jadi I = I1 + I2 = 1,2 + 0,4 = 1,6 A

Sistem penerangan merupakan salah satu contoh aplikasi rangkaian paralel pada
kelistrikan otomotif. Sistem penerangan lampu kepala mempunyai dua bola lampu
yang dipasang di depan kanan dan kiri, tiap bola lampu mempunyai 2 filamen, yaitu
filamen jarak dekat dan filamen jarak jauh. Filamen lampu dekat kanan dan kiri
dihubungkan secara paralel, demikian juga untuk lampu jauh.

Contoh 2:
Sistem penerangan menggunakan lampu 12 V 50/ 60 W yang dirangkai paralel.
Tentukan sekring yang diperlukan untuk lampu jarak dekat dan lampu jarak jauh bila
besar sekering 1,5 kali besar arus yang mengalir pada lampu yang lebih besar. Berapa
tahanan lampu dekat dan lampu jauh.

Solusi:
a. Lampu jarak dekat
Jumlah lampu 2 buah, daya 50 W ,penyambungan paralel

Besar arus I = (P1 / V) + (P2 / V) = (50 / 12) + (50/ 12) = 8, 33 A

Tahanan lampu dekat R = V2 / P = 122 / 50 = 2,88 

b. Lampu jarak jauh

Jumlah lampuh 2 buah, daya 60 watt penyambungan paralel

Besar arus I = (P1 / V) + (P2 / V) = (60 / 12) + (60/ 12) = 10 A

Tahanan lampu dekat R = V2 / P = 122 / 60 = 2,4 

Sekering yang digunakan 1,5 x arus = 1,5 x 10 = 15 A

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


21

3. Rangkaian Seri- Paralel


R1
I

R2 R3

I1 I2

Tahanan total (Rt) :

Rt = R1 + Rp

Rp merupakan tahanan pengganti untuk R2 dan R3.

Rp = ( R2 x R3) : (R2 +R3)

Rt = R1 + ( R2 x R3) : (R2 +R3)

R1
I

Rp

IRp

Tegangan pada rangkaian:

V = V1 + VRp

V1 = R1 / Rt x V

VRp = Rp / Rt x V

Karena R2 dan R3 paralel maka

V2 = V3 = Rp / Rt x V

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


22

Besar arus pada R1 = arus total

I = V/ Rt

Besar arus pada R2 adalah

I2 = V2 / R2

Besar arus pada R3 adalah

I3 = V3 / R3

Contoh:
Tentukan besar tahanan total (Rt), tegangan pada R1, R2 dan R3 dan besar arus pada
R1, R2 dan R3 pada rangkaian di bawah ini

R1 = 4,5 
I

R2= 10  R3=30

I1 I2

12V

Solusi:
a. Mencari tahanan total (Rt) ditentukan dahulu besar tahanan pengganti (Rp)
untuk R2 dan R3.

Rp = ( R2 x R3) : (R2 +R3) = (10 x 30) : (10 + 20)


= 300 : 40 = 7,5 

Rt = R1 + Rp = 4,5 + 7,5 = 12 

b. Mencari V1 dengan rumus:


V1 = R1 / Rt x V = 4,5 / 12 x 12 = 4,5 V

Karena R2 dan R3 paralel maka


V2 = V3 = Rp/ Rt x V = 7,5 / 12 x 12 = 7,5 V

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


23

c. Besar arus pada R1 = arus total I = V/ Rt = 12/ 12 = 1 A

Besar arus pada R2 adalah I2 = V2 / R2 = 7,5 / 10 = 0,75 A

Besar arus pada R3 adalah I3 = V3/ R3 = 7,5 / 30 = 0,25 A

Jembatan Wheatstone merupakan rangkaian seri paralel yang sering digunakan.


Penerapaan rangkaian ini antara lain pada termometer, intensitas pengukur cahaya, air
flow meter dan sebagainya.

+
R1 = 1K R3= 4 K
Vol t meter

12 V
A B

R2=2K R4=4K

Contoh:

Tentukan tegangan pada Volt meter pada gambar diatas.


Tegangan yang ditunjukkan volt meter merupakan selisih tegangan pada titik A dengan
titik B.

Tegangan pada titik A adalah Va = R2/ (R1+R2) x V = 2/ (1+2)x 12= 8 V

Tegangan pada titik B adalah Vb = R4/ (R3+R4) x V = 4/ (4+4)x 12= 6 V

Tegangan pada Volt meter adalah Va – Vb = 8 – 6 = 2 V

Dengan konsep diatas bila salah satu nilai tahanan berubah maka tegangan pada Volt
meter juga berubah.

4. Voltage Drop
Dalam suatu rangkaian kelistrikan diperlukan sekring, kontak/ saklar maupun kabel,
semua komponen tersebut dirangkai seri dengan komponen utama, pada suatu saat

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


24

permukaan kontak dapat terbakar, konektor pada ujung kabel kotor atau hubungan
kurang kuat yang menyebabkan bagian tersebut tahanannya bertambah.
Bertambahnya tahanan pada kontak maupun konektor menyebabkan terjadi
penurunan tegangan pada kaki komponen utama, penurunan tegangan tersebut
disebut Voltage Drop. Akibat voltage drop menyebabkan besar arus yang mengalir
pada komponen utama menjadi berkurang dan daya menurun.

R1 VA
+ B

R2 VB
v
C
_
R3 VC

Rangkaian tersebut merupakan rangkaian seri, jadi rumus yang digunakan adalah
rumus-rumus rangkaian seri, namun dalam mencari sumber kerusakan dalam
rangkaian kelistrikan kita sering menggunakan volt meter dengan colok negatip (-) ke
bodi dan colok positip (+) mendeteksi titik ukur seperti gambar rangkaian di atas.
Dengan demikian kita perlu memahami berapa hasil pengukuran dengan metode di
atas.

Tegangan titik A adalah tegangan sumber jadi

VA = V

Tegangan pada titik B adalah perbandingan tahanan titik B ke massa dengan tahanan
total kali tegangan sumber.

R2 + R3
VB = x V
R1 + R2 + R3

Tegangan pada titik C adalah perbandingan tahanan titik C ke massa dengan tahanan
total kali tegangan sumber.

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


25

R3
VB = x V
R1 + R2 + R3
Contoh 1:
Tentukan besar tegangan pada titik A, B dan C bila cara meletakkan alat ukur seperti
gambar di bawah ini. Dan besar V1, V1 dan V3.

V1 R1= 20 VA
+ B

V2 R2 =40  VB
12 V
C
_
V3 R3=60 VC

Solusi:

a. Besar VA sama dengan tegangan sumber yaitu VA = V =12 V

b. Tegangan titik B adalah

R2 + R3 40 + 60
VB = x V = X 12 = 10 V
R1 + R2 + R3 20 + 40+60

c. Tegangan di titik C adalah

R3 60
VB = x V = X 12 = 6 V
R1 + R2 + R3 20 + 40+60

d. Tegangan V1 adalah tegangan pada R1 yaitu:

R1 20
V1 = x V = X 12 = 2 V
R1 + R2 + R3 20 + 40+60

e. Tegangan V2 adalah tegangan pada R2 yaitu:

R2 40

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


26

V1 = x V = X 12 = 4 V
R1 + R2 + R3 20 + 40+60

f. Tegangan V3 adalah tegangan pada R3 yaitu:

R3 60
V1 = x V = X 12 = 6 V
R1 + R2 + R3 20 + 40+60

Dari data di atas maka VA = V1 +V2 + V3

VB = V2 + V3

VC = V3

Aplikasi konsep di atas dapat digunakan untuk mendiagnosa sumber kerusakan pada
suatu rangkaian seperti rangkaian sistem starter, sistem pengapian, sistem
penerangan dan sebagaianya. Banyak kasus sistem sterter putaran motor starter
lemah yang disebabkan oleh terminal kotor maupun hubungan massa yang kurang
kuat. Percikan api busi lemah yang disebabkan oleh platina kotor, konektor kotor atau
kurang kuat. Nyala lampu kepala redup yang disebabkan oleh saklar lampu kotor,
konektor kotor atau kurang kuat maupun massa yang kurang.

Contoh:
Pemeriksaan rangkaian primer sistem pengapian menggunakan Volt meter,
pemeriksaan dilakukan saat kunci kontak ON dan platina menutup. Tahanan primer koil
sebesar 3. Hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut menunjukan V1=0,7 V , V2
= 11 V dan V3 = 0,5 V. Tentukan komponen apa yang mengalami gangguan,
jelaskan.

Selenoid starter
Kontak V2

+ -

V1

V3

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


27

Gambar 1.17 Pemeriksaan voltage drop pada rangkaian primer system pengapian
Solusi:
a. Pada rangkaian yang baik V1 = O karena tahan pada rangkaian tersebut adalah O
. Adanya V1 akibat ada tahanan mulai dari positip baterai sampai pisitip koil
pengapian. Tahanan tersebut muncul akibat kunci kontak kotor, sambungan pada
terminal yang kendor atau kotor, yaitu terminal kabel baterai, terminal selenoid
starter maupun terminal kabel kunci kontak. Besar tahanan pada bagian tersebut
(R1) adalah:

V1 = R1. V / Rt Rt = R1.V / V1

V2 = R2. V / Rt Rt = R2. V / V2

R1.V / V1 = R2. V / V2
R1 = R2. V1/ V2
= 3x 0.7 / 10,8 = 0,195  .

b. Pada rangkaian yang baik V3 = O karena tahan pada rangkaian tersebut adalah O
. Adanya V3 akibat ada tahanan mulai dari negatip koil pengapian sampai bodi.
Tahanan tersebut muncul akibat platina kotor maupun pemassaan dudukan platina
maupun distributor yang kurang baik. Besar tahanan pada bagian tersebut (R3)
adalah:

V3 = R3. V / Rt Rt = R3.V / V1

V2 = R2. V / Rt Rt = R2. V / V2

R3.V / V3 = R2. V / V2
R3 = R2. V3/ V2
= 3x 0.5 / 10,8 = 0,139  .

c. Besar arus yang mengalir sebelum kotor dimana R1 dan R3 = 0 adalah sebesar I
= V/R = 12 / 3= 4A, setela bagian tersebut kotor menjadi I = V (R1+R2+R3) = 12 /
(0,195 + 3 + 0,139) = 3,599 A atau arus turun sebesar 0,401 A. Daya sistem

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


28

sebelumnya P = V. I = 12 x 4 = 48 W menjadi P` = 12 / 3,599 = 43,188 W atau


daya turun 4,812 W.

Sietm starter merupakan system yang membutuhkan arus paling besar pada system
kelistrikan otomotif sehingga kabel yang kotor maupun kendor sangat besar
pengaruhnya pada kinerja system, oleh karena itu voltage drop test menjadi standard
diagnosa kerusakan system starter.

Gambar 1.18 Voltage drop test pada sistem starter

5. RANGKAIAN PUTUS ATAU TERBUKA


Listrik dapat mengalir pada suatu rangkaian bila rangkaian bila sistem tersebut
mempunyai rangkaian tertutup. Mencari dimana letak komponen yang menyebabkan
rangkaian terbuka dapat dilakukan menggunakan volt meter menggunakan konsep
rangkaian seri. Dalam rangkaian seri bila komponen yang rangkai tahanan sangat
jauh beda maka tahanan yang kecil diabaikan.

Contoh:
Tentukan besar VA dan VB, bila tahanan R1 = 1, R1 = 10 dan R2 = 100K
dirangkai seri dengan sumber tegangan 12 V.

R1= 1
A

R2= 10 VA= 11,99988V


B

R3 = 100K VB= 11,99888 V

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


29

VC= 0

VA = V. (R2+R3)/ Rt = 12 ( 10 + 100.000)/ (1+10 + 100.000) = 11,99988V

VB = V. R3/ Rt = 12 x 100.000 / (1 +10 + 100.000) = 11,99868 V

Bila suatu rangkaian ada bagian yang hubungannya terbuka atau putus berarti pada
bagian yang putus tersebut tahanan mendekati tak terhingga. Hal ini berarti nilai
tahanan jauh lebih besar dibandingkan nilai tahanan yang lain sehingga bila kita
melakukan pengukuran menggunakan Voltmeter pada kaki komponen yang putus akan
dihasilkan pengukuran dengan hasil nol dan maksimal.

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


30

Pada saat posisi saklar lampu Off maka hasil


pengukuran seperti pada gambar yaitu sebesar
12,6 V (tegangan sumber), namun saat saklar
On maka tegangan pada titik yang diukur pada
gambar sebelah 0 volt, dan relay lampu
berfungsi, namum bila tegangan lebih dari 0 volt
maka saklar kotor, tegangan tetap 12,6 V maka
hubungan saklar terbuka

Gambar 1.19 Pemeriksaan hubungan terbuka pada rangkaian

F. DISKUSI DAN EVALUASI

1. Jelaskan macam dan fungsi sistem kelistrikan pada kendaraan.


2. Jelaskan bagaimana listrik dapat mengalir ?
3. Jelaskan apa yang dimaksud arus AC dan Arus DC ?
4. Bagaimana hubungan arus, tegangan, resistor, dan daya listrik ?
5. Jelaskan karakteristik rangkaian seri dan aplikasinya pada permasalahan
kelistrikan otomotif

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif


31

6. Jelaskan karakteristik rangkaian paralel dan aplikasinya pada permasalahan


kelistrikan otomotif
7. Jelaskan apakah dampak voltage drop pada rangkaian kelistrikan otomotif?
8. Bagaimana metode mencari hubungan terbuka (putus) dan hubung singkat
pada rangkaian otomotif ?
9. Cari buku pedoman perbaikan kendaraan, hitung beban listrik pada saat semua
sistem kelistrikan hidup. Sistem kelistrikan apa yang paling besar kebutuhan
arusnya.

Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif

Anda mungkin juga menyukai