BAGIAN PERTAMA
DASAR-DASAR KELISTRIKAN OTOMOTIF
PENDAHULUAN
Kendaraan bermotor seperti mobil, motor, truk perlu sistem kelistrikan agar mesin dapat
hidup dan kendaraan dapat berjalan dengan aman dan nyaman. Sistem kelistrikan pada
kendaraan dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1. Sistem kelistrikan mesin
Sistem kelistrikan mesin berfungsi untuk menghidupkan mesin dan mempertahankan
agar mesin tetap hidup. Sistem kelistrikan mesin terdiri dari:
a. Sistem starter berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi gerak putar
untuk memutar poros engkol agar mesin dapat hidup.
b. Sistem pengapian berfungsi menghasilkan percikan api pada busi untuk membakar
campuran bahan bakar di dalam silinder.
c. Sistem pengisian berfungsi untuk merubah energi gerak menjadi energi listrik yang
digunakan untuk mengisi baterai dan mensuplai kebutuhan listrik saat kendaraan
beroperasi.
2. Sistem kelistrikan bodi
Sistem kelistrikan bodi berfungsi untuk membatu pengendara untuk menjalankan
kendaraan dengan aman dan nyaman pada segala medan. Sistem ini terdiri dari:
a. Sistem penerangan berfungsi memberi penerangan jalan yang akan dilalui
pengendara saat menjalankan kendaraan pada malam hari atau cuaca yang gelap.
b. Sistem tanda belok berfungsi memberi isyarat pada pengendara lain bahwa
kendaraan akan berbelok.
c. Sistem wiper dan washer berfungsi untuk membersihkan kaca dari debu, kotoran
atau air hujan saat kendaraan melaju agar tidak mengganggu pandangan
pengemudi.
d. Sistem meter kombinasi berfungsi memberikan informasi pada pengemudi tentang
kondisi kendaraan seperti temperatur mesin, jumlah bahan bakar, kecepatan
kendaraan, pelumasan, pengisian, rem dan sebagainya.
e. Sistem audio sebagai sarana hiburan bagi pengemudi maupun penumpang
selama perjalanan.
f. Sistem Air Conditioning (AC) berfungsi mengatur kondisi udara di dalam ruangan
yang paling nyaman.
g. Central door locks berfungsi untuk mengontrol penguncian pintu secara terpusat di
pengemudi guna menghindari lupa mengunci pintu saat meninggalkan kendaraan
maupun saat melaju sehingga kendaraan lebih aman dan tidak membahayakan
penumpang akibat pintu tidak terkunci saat kendaraan melaju.
h. Power window berfungsi membuka dan menutup kaca pintu secara elektrik agar
lebih ringan dan mencegah penumpang terutama anak-anak membuka kaca pintu
saat kendaraan melaju karena berbahaya bagi penumpang.
i. dan sebagainya
A. PEMBENTUK MATERI
1. Atom
Semua benda yang mengisi dan membentuk dunia ini yang dapat dilihat dengan
pancaindra disebut materi atau zat. Secara umum materi dikelompokkan menjadi tiga yaitu
padat, cair dan gas.Semua benda bila kita pecah tanpa meninggalkan sifat aslinya akan
kita dapatkan partikel yang disebut molekul. Molekul kalau kita pecah lagi akan kita
dapatkan beberapa atom. Jadi atom adalah bagian terkecil dari suatu benda/partikel.
Atom terdiri dari inti (nucleus) yang dikelilingi oleh elektron yang berputar mengelilingi inti
pada orbitnya masing-masing seperti susunan tata surya. Inti atom sendiri terdiri dari
proton dan netron. Proton dan elektron ternyata mempunyai muatan listrik, dimana proton
mempunyai muatan (+) dan elektron mempunyai muatan (-). Sedangkan proton tidak
mempunyai muatan atau netral. Atom yang mempunyai jumlah proton dan elektron sama,
dikatakan bermuatan netral. Sesuai dengan hukum alam, atom akan terjadi tarik menarik
antara neucleus sehingga elektron akan tetap berada dalam orbitnya masing-masing.
2. Elektron Bebas
Elektron-elektron yang orbitnya paling jauh dari inti, memiliki daya tarik menarik yang
lemah terhadap inti. Elektron-elektron ini bila terkena gaya dari luar, misalnya panas,
gesekan atau reaksi kimia akan cenderung lepas dari ikatannya dan pindah ke atom
lain. Elektron-elektron yang mudah berpindah ini disebut elektron bebas (free electron),
B. LISTRIK
Listrik merupakan salah satu energi yang banyak digunakan untuk menggerakkan berbagai
peralatan atau mesin. Energi listrik tidak dapat dilihat secara langsung, namun dampak
atau akibat dari energi listrik dapat dilihat seperti sinar atau cahaya dari bola lampu,
dirasakan seperti saat orang tersengat listrik, dibauh seperti bauh dari kabel yang terbakar
akibat hubung singkat, didengar seperti suara bel atau radio.
Listrik merupakan sumber energi yang paling mudah dikonversi menjadi energi yang lain,
sehingga sebagian besar komponen sistem kelistrikan otomotif merupakan konversi energi
listrik menjadi energi yang dikehendaki. Contoh komponen kelistrikan:
1. Baterai merubah energi listrik menjadi energi kimia
2. Motor starter merubah energi listrik menjadi energi gerak
3. Lampu merubah energi listrik menjadi cahaya dan panas
4. Pematik rokok merubah energi listrik menjadi panas
5. Selenoid merubah energi listrik menjadi magnet, dan sebagainya.
1. Jenis Listrik
Listrik dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu:
a. Listrik Statis
Listrik statis merupakan suatu keadaan dimana elektron bebas sudah terpisah dari
atomnya masing-masing, tidak bergerak hanya berkumpul dipermukaan benda
tersebut. Listrik statis dapat dibangkitkan dengan cara menggosokkan sebuah gelas
kaca dengan kain sutra. Setelah digosok gelas kaca akan bermuatan positip dan kain
sutra akan bermuatan negatip.
b. Listrik Dinamis
Listrik dinamis merupakan suatu keadaan terjadinya aliran elektron bebas dimana
elektron ini berasal dari dari elektron yang sudah terpisah dari inti masing-masing.
Elektron bebas tersebut bergerak melewati suatu penghantar.
Listrik dinamis dikelompokkan menjadi dua yaitu listrik arus searah (Direct Current) dan
arus bolak-balik (Alternating Current). Listrik arus searah elektron bebas bergerak
dengan arah tetap, sedangkan listrik arus bolak-balik elektron bergerak bolak-balik
bervariasi secara periodik terhadap waktu. Baterai merupakan sumber listrik arus
searah, sedangkan alternator merupakan sumber arus
1Detik
Contoh Konversi :
1). 1.000. 000 A = 1.000 mA = 1. A = 0,001 kA
4. Tegangan Listrik
Tabung A dan B berisi air, dimana permukaan air tabung A lebih tinggi dari permukaan air
tabung B, dihubungkan melalui sebuah pipa maka air akan mengalir dari tabung A ke
tabung B (gambar a). Besarnya aliran air ditentukan oleh perbedaan tinggi permukaan air
kedua tabung, ini disebut dengan tekanan air.
Hal yang sama juga akan terjadi bila kutub listrik A yang mempunyai muatan positip
dihubungkan dengan kutub B yang bermuatan negatif oleh kabel C (gambar b), maka arus
listrik akan mengalir dari kutub A ke kutub B melalui kabel C. Hal ini terjadi karena adanya
kelebihan muatan positip pada kutub A dan kelebihan muatan negatif pada B yang
menyebabkan terjadinya beda potensial (tegangan listrik). Perbedaan ini menyebabkan
tekanan tegangan menyebabkan arus listrik mengalir. Beda tegangan ini biasa disebut
VOLTAGE ( juga biasa disebut dengan electromotive force / AMF).
CURRENT
A
Tegangan
Pipa Air
ELECTRON FLOW
Aliran Air VOLTAGE
Gambar (b)
Gambar (a)
Tegangan
Satuan tegangan listrik dinyatakan dengan Volt dengan simbol V. 1 Volt adalah tegangan listrik
yang mampu mengalirkan arus listrik 1 A pada konduktor dengan hambatan 1 ohm. Tabel
dibawah menunjukkan satuan tegangan listrik yang sangat besar dan kecil.
Contoh Konversi :
1.700.000 V = 1. 700 mV = 1,7 V
A Pipa lebih A
besar Pipa lebih
kecil
B B
Aliran air Aliran air
besar lebih
kecil
Tegangan
Tahanan Listrik
b. Konduktor
Konduktor merupakan suatu bahan yang yang mempunyai tahanan aliran listrik yang kecil.
Emas, kuningan, tembaga merupakan contoh konduktor yang baik. Konduktor digunakan
sebagai media mengalirkan listrik sedangkan isolator digunakan untuk melindungi atau
mengisolasi suatu rangkaian listrik jangan sampai bocor atau hubung singkat.
c. Semikonduktor
Semikonduktor merupakan bahan yang dapat dialiri listrik namun tidak semudah konduktor.
Garmenium dan silikon merupakan bahan semi konduktor, dengan bahan tersebut dibuat
beberapa komponen semi konduktor seperti dioda, transistor maupun integrated circuits
(IC).
Gambar 1.9 Aplikasi isolator dan konduktor pada kabel yang digunakan pada
kelistrikan otomotif
Satuan tahanan listrik dinyatakan dengan huruf R (Resistor) dan diukur dengan satuan
OHM (). Satu ohm adalah tahanan listrik yang mampu menahan arus listrik yang mengalir
sebesar satu amper dengan tegangan 1 V.
R=. l
A
R = Tahanan listrik ……………….
= Tahanan jenis ………………. m
l = Panjang kabel ………………. m
A = Luas penampang kabel …….. m2
c. Tahanan Sambungan
Tahanan sambungan adalah tahanan yang diakibatkan oleh sambungan yang kendor.
Bila arus listrik melewati sambungan yang kendor akan menyebabkan sambungan
menjadi panas. Panas ini akan memperbesar tahanan dan mempercepat timbulnya
korosi. Tahanan sambungan dapat diperkecil dengan membersihkan sambungan dan
mengeraskan sambungan.
d.Tahanan Isolator
Seperti telah dijelaskan bahwa karet, vynil, plastik dan porselin dapat digunakan untuk
menghalangi arus listrik antara konduktor. Sifat dari bahan-bahan ini disebut
kemampuan tahanan isolator dan dinyatakan dengan nilai tahanan. Dalam kondisi
tertentu isolator dapat berubah menjadi penghantar listrik/ konduktor, misalnya karena
retak, bocoran arus listrik yang akan menimbulkan percikan bunga api dan
menimbulkan kotoran, menempelnya air atau kotoran lain pada isolator.
C. HUKUM OHM
Tahun 1827 seorang ahli fisika Jerman Georg Simon Ohm (1787-1854) meneliti tentang
resistor. Hukum Ohm menjelaskan bagaimana hubungan antara besar tegangan listrik,
besar tahanan dan besar arus yang mengalir. Hukum mengatakan bahwa besar arus
mengalir berbanding lurus dengan besar tegangan dan berbanding terbalik dengan besar
tahanan. Hukum ini dapat ditulis:
Contoh 1:
Tentukan besar arus (I) yang melewati tahanan R= 10 , bila tegangan (V) berubah-
ubah seperti gambar di bawah ini:
Solusi:
Posisi 1 tidak ada arus atau 0 amper karena posisi Off
Posisi 2 besar tegangan 1,5 V, menggunakan rumus I = V/R
Maka besar arus saat terminal 2 adalah I2 = V2/R = 1,5 / 10 = 0,15 A.
dengan cara yang sama akan diperoleh besar arus seperti tabel pada gambar 1.12.
Contoh 2.
Tentukan besar arus listrik pada rangkaian berikut, dimana tegangan tetap dan tahanan
berubah-ubah.
Solusi:
Posisi 1 tahanan 10 , maka besar arus yang mengalir I = V/R, I = 12/10 = 1,2 A
Posisi 2 tahanan 20 , maka besar arus yang mengalir I = V/R, I = 12/20 = 0,6 A
dengan cara yang sama akan diperoleh besar arus seperti tabel pada gambar 1.13.
Contoh 3.
Tentukan tahanan filamen sebuah lampu bila saat dihubungkan dengan sumber arus 12V,
arus yang mengalir adalah 10 A.
Solusi:
R = V/ I
= 12 / 10 = 1,2
D. DAYA LISTRIK
Hukum Joule menerangkan tentang daya listrik. Terdapat hubungan antara daya listrik
dengan tegangan, arus maupun tahanan. Besar daya listrik diukur dalam watt. Satu watt
merupakan besar arus mengalir sebesar 1 Amper dengan beda potensial 1 volt. Hukum
Joule dapat ditulis
P = VxI
P = Vx I
= IRx I = I 2 R
P = VxI P = I 2R P = V2 / R
Dalam banyak kasus pada komponen sistem kelistrikan hanya ditentukan tegangan dan
daya. Besar arus arus yang mengalir jarang ditentukan, misal bola lampu kepala tertulis 12
V 36/ 42 W. Arti dari tulisan tersebut adalah bola lampu kepala menggunakan tegangan
12 V, pada posisi jarak dekat daya yang diperlukan 36 watt, sedangkan saat jarak jauh
daya yang diperlukan 42 watt.
Contoh 1:
Tentukan besar arus yang mengalir pada sebuah lampu kepala 12V 36/42 W, saat lampu
jarak dekat maupun saat jarak jauh.
Solusi:
Dengan menggunakan rumus I = P/ V didapatkan besar arus
Contoh 2:
Sebuah lampu 12 V saat dihidupkan membutuhkan arus 5 A, berapa daya dan tahanan
filamen lampu tersebut.
a. Besar daya lampu menggunakan rumus P = VI
P = V I = 12 x 5 = 60 watt
Contoh 3:
Berapa watt daya elemen pemanas yang mempunyai tahanan 10 dan arus sebesar
2 A.
Solusi:
Besar daya pamanas menggunakan rumus P = R x I 2
P = R x I 2 = 10 x 2 2 = 40 watt
1. Rangkaian Seri
Aplikasi rangkaian seri sangat banyak digunakan pada kelistrikan otomotif. Sistem
pengapian, sistem starter, pengatur kecepatan motor kipas evaporator AC merupakan
beberapa contoh aplikasi rangkaian seri. Rangkaian seri 2 resistor adalah sebagai
berikut:
(Rt ) = R1 + R2
I = I1 = I2
I = V / Rt
V t = V1 + V2
V1 = R1/ Rt x V V2 = R2/ Rt x V
Contoh 1:
V1 V2 V3
Tentukan besar Rt, I , I1 , I2, I3, V1, V2, dan V3 rangkaian seri di atas
Solusi:
a. Tahanan total (Rt) merupakan penjumlahan semua tahanan
(Rt ) = R1 + R2 + R3
= 10 + 20 + 30 = 60
V1 = R1/ Rt x V = 10/60 x 12 = 2 V
V2 = R2/ Rt x V = 20/60 x 12 = 4 V
V3 = R3/ Rt x V = 30/ 60 x 12 = 6 V
V t = V1 + V2 + V3 = 2 + 4 + 6 = 12 V
Karena besar I sudah dicari maka besar V1, V2, V3 dapat pula ditentukan dengan
rumus:
V1 = R1 x I = 10 x 0,2 = 2 V
V2 = R2 x I = 20 x 0,2 = 4 V
V3 = R3 x I = 30 x 0,2 = 6 V
V t = V1 + V2 + V3 = 2 + 4 + 6 = 12 V
Contoh 2:
Tentukan tahanan motor listrik, arus dan daya motor kipas evaporator AC pada posisi
1, 2 dan 3 bila daya motor tertulis 12V36W.
R1=1 R2=1
1
2
3 Motor
Blower
12v/36
Solusi:
a. Mencari tahanan motor listrik:
Rm = V2/ P = 12 2 / 36 = 4
Rt1 = R1 + R2 + Rm
= 1+1+4 =6
Arus I1 = V / Rt1 = 12/ 6 = 2 A
Kecepatan 2
Rt2 = R2 + Rm
= 1+4 =5
Arus I2 = V/Rt2 = 12 / 5 = 2,4 A
Kecepatan 1 adalah P = V x I1
= 12 / 2 = 24 watt
Kecepatan 2 adalah P = Vx I2
= 12 x 2,4 = 28,8 watt
Tabel 5. Hubungan tahanan, arus dan daya pada tegangan tetap pada rangkaian
motor kipas evaporaator AC
2. Rangkaian Paralel
V = V1 = V2
I = I1 + I2
V/Rt = V1 / R1 + V2/ R2
karena V = V1 = V 2 maka
1/Rt = 1/R1 + 1/ R2
R1 x R2
Rt =
R1 + R2
Contoh 1:
Tentukan besar tegangan, arus dan tahanan pada rangkaian di bawah ini
I
R1=10 R2 = 30
I1 I2
Solusi :
I = I1 + I2
I1 = V / R1 = 12 / 10 = 1,2 A
I2 = V/ R2 = 12 / 30 = 0,4 A
Sistem penerangan merupakan salah satu contoh aplikasi rangkaian paralel pada
kelistrikan otomotif. Sistem penerangan lampu kepala mempunyai dua bola lampu
yang dipasang di depan kanan dan kiri, tiap bola lampu mempunyai 2 filamen, yaitu
filamen jarak dekat dan filamen jarak jauh. Filamen lampu dekat kanan dan kiri
dihubungkan secara paralel, demikian juga untuk lampu jauh.
Contoh 2:
Sistem penerangan menggunakan lampu 12 V 50/ 60 W yang dirangkai paralel.
Tentukan sekring yang diperlukan untuk lampu jarak dekat dan lampu jarak jauh bila
besar sekering 1,5 kali besar arus yang mengalir pada lampu yang lebih besar. Berapa
tahanan lampu dekat dan lampu jauh.
Solusi:
a. Lampu jarak dekat
Jumlah lampu 2 buah, daya 50 W ,penyambungan paralel
R2 R3
I1 I2
Rt = R1 + Rp
R1
I
Rp
IRp
V = V1 + VRp
V1 = R1 / Rt x V
VRp = Rp / Rt x V
V2 = V3 = Rp / Rt x V
I = V/ Rt
I2 = V2 / R2
I3 = V3 / R3
Contoh:
Tentukan besar tahanan total (Rt), tegangan pada R1, R2 dan R3 dan besar arus pada
R1, R2 dan R3 pada rangkaian di bawah ini
R1 = 4,5
I
R2= 10 R3=30
I1 I2
12V
Solusi:
a. Mencari tahanan total (Rt) ditentukan dahulu besar tahanan pengganti (Rp)
untuk R2 dan R3.
Rt = R1 + Rp = 4,5 + 7,5 = 12
+
R1 = 1K R3= 4 K
Vol t meter
12 V
A B
R2=2K R4=4K
Contoh:
Dengan konsep diatas bila salah satu nilai tahanan berubah maka tegangan pada Volt
meter juga berubah.
4. Voltage Drop
Dalam suatu rangkaian kelistrikan diperlukan sekring, kontak/ saklar maupun kabel,
semua komponen tersebut dirangkai seri dengan komponen utama, pada suatu saat
permukaan kontak dapat terbakar, konektor pada ujung kabel kotor atau hubungan
kurang kuat yang menyebabkan bagian tersebut tahanannya bertambah.
Bertambahnya tahanan pada kontak maupun konektor menyebabkan terjadi
penurunan tegangan pada kaki komponen utama, penurunan tegangan tersebut
disebut Voltage Drop. Akibat voltage drop menyebabkan besar arus yang mengalir
pada komponen utama menjadi berkurang dan daya menurun.
R1 VA
+ B
R2 VB
v
C
_
R3 VC
Rangkaian tersebut merupakan rangkaian seri, jadi rumus yang digunakan adalah
rumus-rumus rangkaian seri, namun dalam mencari sumber kerusakan dalam
rangkaian kelistrikan kita sering menggunakan volt meter dengan colok negatip (-) ke
bodi dan colok positip (+) mendeteksi titik ukur seperti gambar rangkaian di atas.
Dengan demikian kita perlu memahami berapa hasil pengukuran dengan metode di
atas.
VA = V
Tegangan pada titik B adalah perbandingan tahanan titik B ke massa dengan tahanan
total kali tegangan sumber.
R2 + R3
VB = x V
R1 + R2 + R3
Tegangan pada titik C adalah perbandingan tahanan titik C ke massa dengan tahanan
total kali tegangan sumber.
R3
VB = x V
R1 + R2 + R3
Contoh 1:
Tentukan besar tegangan pada titik A, B dan C bila cara meletakkan alat ukur seperti
gambar di bawah ini. Dan besar V1, V1 dan V3.
V1 R1= 20 VA
+ B
V2 R2 =40 VB
12 V
C
_
V3 R3=60 VC
Solusi:
R2 + R3 40 + 60
VB = x V = X 12 = 10 V
R1 + R2 + R3 20 + 40+60
R3 60
VB = x V = X 12 = 6 V
R1 + R2 + R3 20 + 40+60
R1 20
V1 = x V = X 12 = 2 V
R1 + R2 + R3 20 + 40+60
R2 40
V1 = x V = X 12 = 4 V
R1 + R2 + R3 20 + 40+60
R3 60
V1 = x V = X 12 = 6 V
R1 + R2 + R3 20 + 40+60
VB = V2 + V3
VC = V3
Aplikasi konsep di atas dapat digunakan untuk mendiagnosa sumber kerusakan pada
suatu rangkaian seperti rangkaian sistem starter, sistem pengapian, sistem
penerangan dan sebagaianya. Banyak kasus sistem sterter putaran motor starter
lemah yang disebabkan oleh terminal kotor maupun hubungan massa yang kurang
kuat. Percikan api busi lemah yang disebabkan oleh platina kotor, konektor kotor atau
kurang kuat. Nyala lampu kepala redup yang disebabkan oleh saklar lampu kotor,
konektor kotor atau kurang kuat maupun massa yang kurang.
Contoh:
Pemeriksaan rangkaian primer sistem pengapian menggunakan Volt meter,
pemeriksaan dilakukan saat kunci kontak ON dan platina menutup. Tahanan primer koil
sebesar 3. Hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut menunjukan V1=0,7 V , V2
= 11 V dan V3 = 0,5 V. Tentukan komponen apa yang mengalami gangguan,
jelaskan.
Selenoid starter
Kontak V2
+ -
V1
V3
Gambar 1.17 Pemeriksaan voltage drop pada rangkaian primer system pengapian
Solusi:
a. Pada rangkaian yang baik V1 = O karena tahan pada rangkaian tersebut adalah O
. Adanya V1 akibat ada tahanan mulai dari positip baterai sampai pisitip koil
pengapian. Tahanan tersebut muncul akibat kunci kontak kotor, sambungan pada
terminal yang kendor atau kotor, yaitu terminal kabel baterai, terminal selenoid
starter maupun terminal kabel kunci kontak. Besar tahanan pada bagian tersebut
(R1) adalah:
V1 = R1. V / Rt Rt = R1.V / V1
V2 = R2. V / Rt Rt = R2. V / V2
R1.V / V1 = R2. V / V2
R1 = R2. V1/ V2
= 3x 0.7 / 10,8 = 0,195 .
b. Pada rangkaian yang baik V3 = O karena tahan pada rangkaian tersebut adalah O
. Adanya V3 akibat ada tahanan mulai dari negatip koil pengapian sampai bodi.
Tahanan tersebut muncul akibat platina kotor maupun pemassaan dudukan platina
maupun distributor yang kurang baik. Besar tahanan pada bagian tersebut (R3)
adalah:
V3 = R3. V / Rt Rt = R3.V / V1
V2 = R2. V / Rt Rt = R2. V / V2
R3.V / V3 = R2. V / V2
R3 = R2. V3/ V2
= 3x 0.5 / 10,8 = 0,139 .
c. Besar arus yang mengalir sebelum kotor dimana R1 dan R3 = 0 adalah sebesar I
= V/R = 12 / 3= 4A, setela bagian tersebut kotor menjadi I = V (R1+R2+R3) = 12 /
(0,195 + 3 + 0,139) = 3,599 A atau arus turun sebesar 0,401 A. Daya sistem
Sietm starter merupakan system yang membutuhkan arus paling besar pada system
kelistrikan otomotif sehingga kabel yang kotor maupun kendor sangat besar
pengaruhnya pada kinerja system, oleh karena itu voltage drop test menjadi standard
diagnosa kerusakan system starter.
Contoh:
Tentukan besar VA dan VB, bila tahanan R1 = 1, R1 = 10 dan R2 = 100K
dirangkai seri dengan sumber tegangan 12 V.
R1= 1
A
VC= 0
Bila suatu rangkaian ada bagian yang hubungannya terbuka atau putus berarti pada
bagian yang putus tersebut tahanan mendekati tak terhingga. Hal ini berarti nilai
tahanan jauh lebih besar dibandingkan nilai tahanan yang lain sehingga bila kita
melakukan pengukuran menggunakan Voltmeter pada kaki komponen yang putus akan
dihasilkan pengukuran dengan hasil nol dan maksimal.