Anda di halaman 1dari 44

MODUL DASAR TEKNOLOGI OTOMOTIF

DASAR KELISTRIKAN DAN ELEKTRONIKA

Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018


1. Dasar - Dasar Kelistrikan
Kendaraan bermotor seperti mobil, motor, truk perlu sistem kelistrikan agar mesin dapat hidup
dan kendaraan dapat berjalan dengan aman dan nyaman. Sistem kelistrikan pada kendaraan dapat
dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
a. Sistem kelistrikan mesin
Sistem kelistrikan mesin berfungsi untuk menghidupkan mesin dan mempertahankan agar
mesin tetap hidup. Sistem kelistrikan mesin terdiri dari:
1) Sistem starter berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi gerak putar untuk
memutar poros engkol agar mesin dapat hidup.
2) Sistem pengapian berfungsi menghasilkan percikan api pada busi untuk membakar
campuran bahan bakar di dalam silinder.
3) Sistem pengisian berfungsi untuk merubah energi gerak menjadi energi listrik yang
digunakan untuk mengisi baterai dan mensuplai kebutuhan listrik saat kendaraan
beroperasi.
b. Sistem kelistrikan bodi
Sistem kelistrikan bodi berfungsi untuk membatu pengendara untuk menjalankan
kendaraan dengan aman dan nyaman pada segala medan. Sistem ini terdiri dari:

1) Sistem penerangan berfungsi memberi penerangan jalan yang akan dilalui pengendara saat
menjalankan kendaraan pada malam hari atau cuaca yang gelap.
2) Sistem tanda belok berfungsi memberi isyarat pada pengendara lain bahwa kendaraan akan
berbelok.
3) Sistem wiper dan washer berfungsi untuk membersihkan kaca dari debu, kotoran atau air
hujan saat kendaraan melaju agar tidak mengganggu pandangan pengemudi.
4) Sistem meter kombinasi berfungsi memberikan informasi pada pengemudi tentang kondisi
kendaraan seperti temperatur mesin, jumlah bahan bakar, kecepatan kendaraan, pelumasan,
pengisian, rem dan sebagainya.
5) Sistem audio sebagai sarana hiburan bagi pengemudi maupun penumpang selama
perjalanan.
6) Sistem Air Conditioning (AC) berfungsi mengatur kondisi udara di dalam ruangan yang
paling nyaman.
7) Central door locks berfungsi untuk mengontrol penguncian pintu secara terpusat di
pengemudi guna menghindari lupa mengunci pintu saat meninggalkan kendaraan maupun
saat melaju sehingga kendaraan lebih aman dan tidak membahayakan penumpang akibat
pintu tidak terkunci saat kendaraan melaju.
8) Power window berfungsi membuka dan menutup kaca pintu secara elektrik agar lebih
ringan dan mencegah penumpang terutama anak-anak membuka kaca pintu saat kendaraan
melaju karena berbahaya bagi penumpang
9) dan sebagainya
Pengetahuan tentang dasar listrik dan elektonika diperlukan untuk memahami dan
mengerti bagaimana suatu sistem kelistrikan dapat bekerja, bagaimana merawat dan
memperbaiki sistem kelistrikan, serta bagaimana mencari sumber permasalahan jika sistem
kelistrikan mengalami gangguan.
c. Atom

Semua benda yang mengisi dan membentuk dunia ini yang dapat dilihat dengan
pancaindra disebut materi atau zat. Secara umum materi dikelompokkan menjadi tiga yaitu
padat, cair dan gas.Semua benda bila kita pecah tanpa meninggalkan sifat aslinya akan kita
dapatkan partikel yang disebut molekul. Molekul kalau kita pecah lagi akan kita dapatkan
beberapa atom. Jadi atom adalah bagian terkecil dari suatu benda/partikel.

Atom terdiri dari inti (nucleus) yang dikelilingi oleh elektron yang berputar mengelilingi
inti pada orbitnya masing-masing seperti susunan tata surya. Inti atom sendiri terdiri dari proton
dan netron. Proton dan elektron ternyata mempunyai muatan listrik, dimana proton mempunyai
muatan (+) dan elektron mempunyai muatan (-). Sedangkan proton tidak mempunyai muatan
atau netral. Atom yang mempunyai jumlah proton dan elektron sama, dikatakan bermuatan
netral. Sesuai dengan hukum alam, atom akan terjadi tarik menarik antara neucleus sehingga
elektron akan tetap berada dalam orbitnya masing-masing.
Gambar 1 Struktur atom

d. Elektron Bebas
Elektron-elektron yang orbitnya paling jauh dari inti, memiliki daya tarik menarik yang
lemah terhadap inti. Elektron-elektron ini bila terkena gaya dari luar, misalnya panas, gesekan
atau reaksi kimia akan cenderung lepas dari ikatannya dan pindah ke atom lain. Elektron-
elektron yang mudah berpindah ini disebut elektron bebas (free electron), gerakan dari elektron
bebas inilah yang menghasilkan bermacam-macam fenomena kelistrikan (seperti loncatan
bunga api, cahaya, pembangkitan panas, pembangkitan magnet dan reaksi kimia).

Gambar 2 Elektron bebas


2. Sumber Listrik
Listrik merupakan salah satu energi yang banyak digunakan untuk menggerakkan berbagai
peralatan atau mesin. Energi listrik tidak dapat dilihat secara langsung, namun dampak atau akibat
dari energi listrik dapat dilihat seperti sinar atau cahaya dari bola lampu, dirasakan seperti saat
orang tersengat listrik, dibauh seperti bauh dari kabel yang terbakar akibat hubung singkat,
didengar seperti suara bel atau radio.

Listrik merupakan sumber energi yang paling mudah dikonversi menjadi energi yang lain,
sehingga sebagian besar komponen sistem kelistrikan otomotif merupakan konversi energi listrik
menjadi energi yang dikehendaki. Contoh komponen kelistrikan:
a. Baterai merubah energi listrik menjadi energi kimia
b. Motor starter merubah energi listrik menjadi energi gerak
c. Lampu merubah energi listrik menjadi cahaya dan panas
d. Pematik rokok merubah energi listrik menjadi panas
e. Selenoid merubah energi listrik menjadi magnet, dan sebagainya.
Listrik dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu:

a. Listrik Statis
Listrik statis merupakan suatu keadaan dimana elektron bebas sudah terpisah dari atomnya
masing-masing, tidak bergerak hanya berkumpul dipermukaan benda tersebut. Listrik statis
dapat dibangkitkan dengan cara menggosokkan sebuah gelas kaca dengan kain sutra. Setelah
digosok gelas kaca akan bermuatan positip dan kain sutra akan bermuatan negatip.

b. Listrik Dinamis
Listrik dinamis merupakan suatu keadaan terjadinya aliran elektron bebas dimana elektron
ini berasal dari dari elektron yang sudah terpisah dari inti masing-masing. Elektron bebas
tersebut bergerak melewati suatu penghantar.
Listrik dinamis dikelompokkan menjadi dua yaitu listrik arus searah (Direct Current) dan
arus bolak-balik (Alternating Current). Listrik arus searah elektron bebas bergerak dengan arah
tetap, sedangkan listrik arus bolak-balik elektron bergerak bolak-balik bervariasi secara
periodik terhadap waktu. Baterai merupakan sumber listrik arus searah, sedangkan alternator
merupakan sumber arus
Gambar 3 Tipe/ jenis listrik

Terdapat dua teori yang menjelaskan bagaimana listrik mengalir:

a. Teori electron (Electron theory)

Teori ini menyatakan listrik mengalir dari negatip baterai ke positip baterai. Aliran listrik
merupakan perpindahan elektron bebas dari atom satu ke atom yang lain.

b. Teori konvensional (Conventional theory)

Teori ini menyatakan listrik mengalir dari positip baterai ke negatip baterai. Teori ini
banyak digunakan untuk kepentingan praktis, teori ini pula yang kita gunakan untuk
pembahasan aliran listrik pada buku ini
Gambar 4 Teori aliran listrik

3. Hukum Ohm
Hukum Ohm menjelaskan bagaimana hubungan antara besar tegangan listrik, besar
tahanan dan besar arus yang mengalir. Hukum mengatakan bahwa besar arus mengalir berbanding
lurus dengan besar tegangan dan berbanding terbalik dengan besar tahanan. Hukum ini dapat
ditulis:

Gambar 5 Hukum Ohm

Contoh 1:

Tentukan besar arus (I) yang melewati tahanan R= 10 , bila tegangan (V) berubah-ubah
seperti gambar di bawah ini:

Gambar 6 Hukum Ohm pada tahanan konstan


Solusi:

Posisi 1 tidak ada arus atau 0 amper karena posisi Off

Posisi 2 besar tegangan 1,5 V, menggunakan rumus I = V/R

Maka besar arus saat terminal 2 adalah I2 = V2/R = 1,5 / 10 = 0,15 A.

dengan cara yang sama akan diperoleh besar arus seperti tabel pada gambar 1.7.

Contoh 2.

Tentukan besar arus listrik pada rangkaian berikut, dimana tegangan tetap dan tahanan berubah-
ubah.

Gambar 7 Hukum Ohm pada tegangan tetap

Solusi:

Posisi 1 tahanan 10 , maka besar arus yang mengalir I = V/R, I = 12/10 = 1,2 A

Posisi 2 tahanan 20 , maka besar arus yang mengalir I = V/R, I = 12/20 = 0,6 A

dengan cara yang sama akan diperoleh besar arus seperti tabel pada gambar 1.8.

Contoh 3.

Tentukan tahanan filamen sebuah lampu bila saat dihubungkan dengan sumber arus 12V, arus
yang mengalir adalah 10 A.
Solusi:

R = V/ I

= 12 / 10 = 1,2 

Hukum Joule menerangkan tentang daya listrik. Terdapat hubungan antara daya listrik dengan
tegangan, arus maupun tahanan. Besar daya listrik diukur dalam watt. Satu watt merupakan besar
arus mengalir sebesar 1 Amper dengan beda potensial 1 volt. Hukum Joule dapat ditulis

Daya listrik = Tegangan x

P=VxI
P = Daya listrik …… watt

V = Tegangan .............. Volt

I = Arus listrik …… Amper

Bila di subtitusikan hukum Ohm dimana V = I R , maka daya listrik:

P = Vx I

= IRx I = I 2 R

Bila disubtitusikan hukum Ohm dimana I = V/R, maka:

P=RxI2

= R x (V/R)2 = V2 / R

Dari ketiga rumusan tersebut daya listrik dapat dirumuskan:

P = VxI P = I2R P = V2 / R

Dalam banyak kasus pada komponen sistem kelistrikan hanya ditentukan tegangan dan daya.
Besar arus arus yang mengalir jarang ditentukan, misal bola lampu kepala tertulis 12 V 36/ 42
W. Arti dari tulisan tersebut adalah bola lampu kepala menggunakan tegangan 12 V, pada
posisi jarak dekat daya yang diperlukan 36 watt, sedangkan saat jarak jauh daya yang diperlukan
42 watt.

Contoh 1:

Tentukan besar arus yang mengalir pada sebuah lampu kepala 12V 36/42 W, saat lampu jarak
dekat maupun saat jarak jauh.

Solusi:

Dengan menggunakan rumus I = P/ V didapatkan besar arus

a. Jarak dekat I dekat = Pdekat / V = 36 / 12 = 3 A

b. Jarak jauh I jauh = P jauh / V = 42 / 12 = 3,5 A

Contoh 2:

Sebuah lampu 12 V saat dihidupkan membutuhkan arus 5 A, berapa daya dan tahanan filamen
lampu tersebut.

a. Besar daya lampu menggunakan rumus P = VI

P = V I = 12 x 5 = 60 watt

b. Besar tahanan filamen menggunakan rumus R = V/ I

R = V/ I = 12 / 5 = 2,4 

Contoh 3:

Berapa watt daya elemen pemanas yang mempunyai tahanan 10  dan arus sebesar 2 A.

Solusi:

Besar daya pamanas menggunakan rumus P = R x I 2

P = R x I 2 = 10 x 2 2 = 40 watt

a. Arus Listrik
Besar arus listrik yang mengalir melalui suatu konduktor adalah sama dengan jumlah
muatan (elektron bebas) yang mengalir melalui suatu titik penampang konduktor dalam waktu
satu detik. Arus listrik dinyatakan dengan simbol I (intensitas) dan besarnya diukur dengan
satuan ampere (disingkat A). Bila dikaitkan dengan elektron bebas, 1 Ampere = Perpindahan
elektron sebanyak 6,25 x 1018 suatu titik konduktor dalam waktu satu detik.

1Detik

Gambar 8 Aliran listrik

Tabel 1. Satuan arus listrik yang sangat kecil dan besar.


Satuan
Arus Kecil Arus Besar
Dasar
Simbol A A mA kA MA
Dibaca Amper Micro Mili Kilo Ampere Mega
e Ampere Ampere Ampere
1 x 10-6 1 x 10 -3 1 x 103 1 x 106
Perkalian 1
1/ 1.000.000 1/1.000 1 x 1.000 1 x 1.000.000

Contoh Konversi :
1). 1.000. 000 A = 1.000 mA = 1. A = 0,001 kA
2). 0,5 MA = 500 kA = 500. 000 A = 500.000.000 mA
3). 5 A = 5.000 mA = 5.000.000 A

b. Tegangan Listrik

Tabung A dan B berisi air, dimana permukaan air tabung A lebih tinggi dari permukaan air
tabung B, dihubungkan melalui sebuah pipa maka air akan mengalir dari tabung A ke tabung B
(gambar a). Besarnya aliran air ditentukan oleh perbedaan tinggi permukaan air kedua tabung,
ini disebut dengan tekanan air. Hal yang sama juga akan terjadi bila kutub listrik A yang
mempunyai muatan positip dihubungkan dengan kutub B yang bermuatan
negatif oleh kabel C (gambar b), maka arus listrik akan mengalir dari kutub A ke kutub B
melalui kabel C. Hal ini terjadi karena adanya kelebihan muatan positip pada kutub A dan
kelebihan muatan negatif pada B yang menyebabkan terjadinya beda potensial (tegangan
listrik). Perbedaan ini menyebabkan tekanan tegangan menyebabkan arus listrik mengalir.
Beda tegangan ini biasa disebut Voltage ( juga biasa disebut dengan electromotive force /
AMF).

CURRENT
A Tegangan
Pipa Air
ELECTRON FLOW
Aliran Air VOLTAGE
Gambar (b)
Gambar (a)
Teganagman ik

Tegangan adalah tekanan


Satuan tegangan listrik dinyatakan dengan Volt dengan simbol V. 1 Volt adalah tegangan
listrik yang mampu mengalirkan arus listrik 1 A pada konduktor dengan hambatan 1 ohm. Tabel
dibawah menunjukkan satuan tegangan listrik yang sangat besar dan kecil

Tabel 2. Satuan Tegangan Listrik


Satuan
Tegangan Kecil Tegangan Besar
Dasar
Simbol V V mV kV MV
Dibaca Volt Micro Volt Mili Volt Kilo Volt Mega Volt
1 x 10-6 1 x 10 -3 1 x 103 1 x 106
Perkalian 1 1/ 1/1.000 1 x 1.000 1 x 1.000.000
1.000.000
Contoh Konversi :
1.700.000 V = 1. 700 mV = 1,7 V
0,78 MV = 780 KV = 780. 000 V = 780.000.000 mV

c. Tahanan / Resistansi Listrik


Air dengan tekanan yang sama akan mengalir lebih cepat bila dialirkan melalui pipa yang
besar, pendek dan permukaan dalamnya halus dibandingkan dengan bila air dialirkan melalui
pipa yang ukurannya kecil, panjang dan permukaan bagian dalamnya kasar. Hal ini karena
kondisi dari pipa akan berpengaruh terhadap aliran air.

A Pipa lebih A
besar Pipa
lebih
kecil
B Aliran B
Aliran air
besar air lebih
kecil

Tegangan

Tahanan
mbar 10 Tahanan Li trik

Besarnya hambatan ini dikatakan sebagai tahanan pipa. Kejadian ini juga berlaku untuk listrik
yang mengalir melalui suatu kabel, dimana listrik juga akan mengalami hambatan. Hambatan
yang dialami listrik ini disebut tahanan/resistansi listrik.

Satuan tahanan listrik dinyatakan dengan huruf R (Resistor) dan diukur dengan satuan OHM
(). Satu ohm adalah tahanan listrik yang mampu menahan arus listrik yang mengalir sebesar
satu amper dengan tegangan 1 V.
Tabel 3. Satuan tahanan listrik yang sangat besar dan kecil.
Satuan
Tegangan Kecil Tegangan Besar
Dasar
Simbol   m k M
Dibaca Ohm Micro Ohm Mili Ohm Kilo Ohm Mega Ohm
1 x 10-6 1 x 10 -3 1 x 103 1 x 106
Perkalian 1 1/ 1/1.000 1 x 1.000 1 x 1.000.000
1.000.000
Contoh Konversi:
1.985 m = 1, 985 
0,89 M = 890 k = 890.000 
d. Kabel Listrik yang Digunakn Pada Sistem Kelistrikan Otomotif

Kabel yang digunakan pada kelistrikan otomotif dapat dikelompokkan menjadi:

1) Kabel Baterai, yaitu kabel yang menghubungkan baterai dengan motor starter dan baterai
dengan massa. Diameter kabel 10 mm atau lebih dengan panjang 1-2 meter.
2) Kabel general, kabel yang digunakan untuk sistem kelistrikan utama, diameter kabel sesuai
dengan beban listrik, semakin besar arus yang mengalir semakin besar diameter kabel.
Kabel pengisian, lampu kepala mempunyai diameter 4-6 mm, sedangkan beban yang lain
diameter 3-4 mm.
3) Kabel printed circuit, yaitu kabel yang langsung dicetak menjadi satu rangkaian, kabel jenis
ini digunakan pada penghubung meter kombinasi dan rangkian elektronik.
4) Kabel ground, yaitu kabel tang digunakan untuk memperkuat ground dari mesin ke bodi
kendaraan atau sambungan lain. Kabel ground tidak diisolasi.
5) Kabel tegangan tinggi, yaitu kabel yang diogunakan untuk mengalirkan arus tegangan
tinggi dari koil ke busi. Kabel jenis ini biasanya dibuat dari serat karbon, dengan isolator
yang sangat tebal.

Gambar 11 Kabel yang digunakan pada kelistrikan ot omotif

e. Hubungan Antara Diameter dan Panjang Kabel dengan Tahanan Listrik


Tahanan listrik berbanding lurus dengan panjang kabel tetapi berbanding terbalik dengan
diameter kabel. Ini berarti semakin panjang kabel listrik, semakin besar pula tahanannya, tetapi
semakin besar diameter kabel listrik semakin kecil tahanannya. Berdasarkan pengertian diatas
tahanan suatu kabel listrik dapat dihitung dengan rumus berikut :
R = Tahanan listrik ............................ 
 = Tahanan jenis ............................. m
l = Panjang kabel ............................. m
A = Luas penampang kabel .............. m2

f. Tahanan Sambungan
Tahanan sambungan adalah tahanan yang diakibatkan oleh sambungan yang kendor. Bila
arus listrik melewati sambungan yang kendor akan menyebabkan sambungan menjadi panas.
Panas ini akan memperbesar tahanan dan mempercepat timbulnya korosi. Tahanan sambungan
dapat diperkecil dengan membersihkan sambungan dan mengeraskan sambungan.

Gambar 12 Beberapa factor yang mempengaruhi nilai tahanan


g.Tahanan Isolator
Seperti telah dijelaskan bahwa karet, vynil, plastik dan porselin dapat digunakan untuk
menghalangi arus listrik antara konduktor. Sifat dari bahan-bahan ini disebut kemampuan
tahanan isolator dan dinyatakan dengan nilai tahanan. Dalam kondisi tertentu isolator dapat
berubah menjadi penghantar listrik/ konduktor, misalnya karena retak, bocoran arus listrik yang
akan menimbulkan percikan bunga api dan menimbulkan kotoran, menempelnya air atau
kotoran lain pada isolator.
Gambar 13 Kerusakan isolator kabel listrik

4. Rangkaian Sistem Kelistrikan


Terdapat 5 komponen utama dalam rangkaian kelistrikan otomotif, yaitu: Sumber listrik
(power source), alat pengaman (protection device), beban (working device), control (control
device), massa (ground path).

Gambar 14 Komponen dalam rangkaian kelistrikan

Rangkaian komponen dalam sistem kelistrikan ada tiga macam yaitu:

1. Rangkaian Seri
2. Rangkaian Paralel
3. Rangkaian Seri Paralel
Pemahanan jenis dan karakteristik rangkaian sangat penting sebagai dasar memeriksa dan
menentukan sumber gangguan pada sistem kelistrikan.
a. Rangkaian Seri
Aplikasi rangkaian seri sangat banyak digunakan pada kelistrikan otomotif. Sistem
pengapian, sistem starter, pengatur kecepatan motor kipas evaporator AC merupakan beberapa
contoh aplikasi rangkaian seri. Rangkaian seri 2 resistor adalah sebagai berikut:
Gambar 15 Rangkaian seri

Tahanan total (Rt) merupakan penjumlahan semua tahanan

(Rt ) = R1 + R2

Arus yang mengalir pada rangkaian sama besar

I = I1 = I2

I = V / Rt

Tegangan total (Vt) merupakan penjumlahan tegangan:

V t = V1 + V2

Besar V1dan V2 adalah

V1 = R1/ Rt x V V2 = R2/ Rt x V

Contoh 1:

R1 R2 R3

V= 12V R1 = 10  R2 = 20 R3= 30

Gambar 16 Rangkaian seri 3 resistor


Tentukan besar Rt, I , I1 , I2, I3, V1, V2, dan V3 rangkaian seri di atas

Solusi:

a. Tahanan total (Rt) merupakan penjumlahan semua tahanan


(Rt ) = R1 + R2 + R3

= 10 + 20 + 30 = 60 

b. Arus yang mengalir pada rangkaian sama besar I = I1 = I2 = I3

I = V / Rt

= 12/ 60 = 0,2 Amper

c. Tegangan total merupakan penjumlahan dari tiap tegangan

V1 = R1/ Rt x V = 10/60 x 12 = 2 V

V2 = R2/ Rt x V = 20/60 x 12 = 4 V

V3 = R3/ Rt x V = 30/ 60 x 12 = 6 V

V t = V1 + V2 + V3 = 2 + 4 + 6 = 12 V

Karena besar I sudah dicari maka besar V1, V2, V3 dapat pula ditentukan dengan rumus:

V1 = R1 x I = 10 x 0,2 = 2 V V2

= R2 x I = 20 x 0,2 = 4 V V3 =

R3 x I = 30 x 0,2 = 6 V

V t = V1 + V2 + V3 = 2 + 4 + 6 = 12 V

Contoh 2:

Tentukan tahanan motor listrik, arus dan daya motor blower evaporator AC pada posisi 1, 2 dan
3 bila daya motor tertulis 12V36W.

R1 R2
M

V= 12 V R1=1 R2=1  dan motor 12V/36 W


Gambar 17 Rangkaian motor blower evaporator AC
Solusi:

a. Mencari tahanan motor listrik:

Rm = V2/ P = 12 2 / 36 = 4

b. Mencari tahanan total dan arus listrik tiap kecepatan

Kecepatan 1

Rt1 = R1 + R2 + Rm

=1+1+4 =6

Arus I1 = V / Rt1 = 12/ 6 = 2 A

Kecepatan 2

Rt2 = R2 + Rm

=1+4=5

Arus I2 = V/Rt2 = 12 / 5 = 2,4 A

Kecepatan 3 dihubungkan secara langsung jadi besar tahanan sama dengan tahanan
motor yaitu 4 dan arus listrik I = V/Rm = 12/4 = 3 A

c. Mencari daya motor

Kecepatan 1 adalah P = V x I1

= 12 / 2 = 24 watt

Kecepatan 2 adalah P = Vx I2

= 12 x 2,4 = 28,8 watt

Kecepatan 3 dihubungkan secara langsung sehingga daya motor sama dengan yang
tertera pada motor yaitu 36 watt

Tabel 4. Hubungan tahanan, arus dan daya pada tegangan tetap pada rangkaian motor kipas
evaporaator AC
Posisi Tahanan total () Arus (A) Daya (W)
1 6 2 24
2 5 2,4 28,8
3 4 3 36
b. Rangkaian Paralel

Gambar 18 Rangkaian paralel

Tegangan pada rangkaian sama yaitu :

V = V1 = V2

Besar arus mengalir adalah:

I = I1 + I2

Besar tahanan total (Rt) adalah:

V/Rt = V1 / R1 + V2/ R2

karena V = V1 = V 2 maka

1/Rt = 1/R1 + 1/ R2

Dengan menggunakan perhitungan aljabar akan diperoleh persamaan ekuvalen:

R1 x R2
Rt =
R1 + R2

Contoh 1:

Tentukan besar tegangan, arus dan tahanan pada rangkaian di bawah ini
V1

V2

V= 12 V R1=10  R2 = 30

Gambar 19 Rangkaian paralel 2 resistor

Solusi :

a. Tegangan pada rangkaian sama yaitu

V = V1 =V2 = 12 V

b. Besar tahanan total (Rt) adalah:

Rt = ( R1 x R2) : (R1 +R2) = (10 x 30) : (10 + 30)

= 300 : 40 = 7,5 

c. Besar arus mengalir adalah adalah:

I = I1 + I2

I1 = V / R1 = 12 / 10 = 1,2 A

I2 = V/ R2 = 12 / 30 = 0,4 A

Jadi I = I1 + I2 = 1,2 + 0,4 = 1,6 A

Sistem penerangan merupakan salah satu contoh aplikasi rangkaian paralel pada kelistrikan
otomotif. Sistem penerangan lampu kepala mempunyai dua bola lampu yang dipasang di depan
kanan dan kiri, tiap bola lampu mempunyai 2 filamen, yaitu filamen jarak dekat dan filamen jarak
jauh. Filamen lampu dekat kanan dan kiri dihubungkan secara paralel, demikian juga untuk lampu
jauh.
Contoh 2:

Sistem penerangan menggunakan lampu 12 V 50/ 60 W yang dirangkai paralel. Tentukan sekring
yang diperlukan untuk lampu jarak dekat dan lampu jarak jauh bila besar sekering 1,5
kali besar arus yang mengalir pada lampu yang lebih besar. Berapa tahanan lampu dekat dan
lampu jauh.
Solusi:

a. Lampu jarak dekat


Jumlah lampu 2 buah, daya 50 W ,penyambungan paralel

Besar arus I = (P1 / V) + (P2 / V) = (50 / 12) + (50/ 12) = 8, 33 A

Tahanan lampu dekat R = V2 / P = 122 / 50 = 2,88 

b. Lampu jarak jauh


Jumlah lampuh 2 buah, daya 60 watt penyambungan paralel

Besar arus I = (P1 / V) + (P2 / V) = (60 / 12) + (60/ 12) = 10 A

Tahanan lampu dekat R = V2 / P = 122 / 60 = 2,4 

Sekering yang digunakan 1,5 x arus = 1,5 x 10 = 15 A

c. Rangkaian Seri- Paralel


R2
R1
R3

Tahanan total (Rt) :

Rt = R1 + Rp

Rp merupakan tahanan pengganti untuk R2 dan R3.

Rp = ( R2 x R3) : (R2 +R3)

Rt = R1 + ( R2 x R3) : (R2 +R3)


R1 Rp

Tegangan pada rangkaian:

V = V1 + VRp

V1 = R1 / Rt x V

VRp = Rp / Rt x V

Karena R2 dan R3 paralel maka

V2 = V3 = Rp / Rt x V

Besar arus pada R1 = arus total

I = V/ Rt

Besar arus pada R2 adalah

I2 = V2 / R2

Besar arus pada R3 adalah

I3 = V3 / R3

Contoh:

Tentukan besar tahanan total (Rt), tegangan pada R1 = 4,5 , R2=10  dan R3=20 dan besar
arus pada R1, R2 dan R3 pada rangkaian di bawah ini, bila tegangan sumber sebesar 12V.

R2
R1
R3
Solusi:

a. Mencari tahanan total (Rt) ditentukan dahulu besar tahanan pengganti (Rp) untuk R2 dan
R3.
Rp = ( R2 x R3) : (R2 +R3) = (10 x 30) : (10 + 20)

= 300 : 40 = 7,5 Ω

Rt = R1 + Rp = 4,5 + 7,5 = 12 Ω

b. Mencari V1 dengan rumus:


V1 = R1 / Rt x V = 4,5 / 12 x 12 = 4,5 V

Karena R2 dan R3 paralel maka

V2 = V3 = Rp/ Rt x V = 7,5 / 12 x 12 = 7,5 V

c. Besar arus pada R1 = arus total I = V/ Rt = 12/ 12 = 1 A Besar

arus pada R2 adalah I2 = V2 / R2 = 7,5 / 10 = 0,75 A Besar arus

pada R3 adalah I3 = V3/ R3 = 7,5 / 30 = 0,25 A

5. Jembatan Wheatstone
Jembatan Wheatstone merupakan rangkaian seri paralel yang sering digunakan.
Penerapaan rangkaian ini antara lain pada termometer, intensitas pengukur cahaya, air flow meter
dan sebagainya. Rangkaian jembatan Wheatstone adalah sebagai berikut:

R1 R2

Vx

R3 R4
B

Gambar 20 Rangkaian jembatan Wheatstone


Contoh:

Tentukan tegangan pada Volt meter (Vx) pada gambar diatas, bila nilai R1 = 1Ω, R2 = 2Ω, R3
= 4Ω, R4 = 4Ω.

Tegangan yang ditunjukkan volt meter merupakan selisih tegangan pada titik A dengan titik B.

Tegangan pada titik A adalah Va = R2/ (R1+R2) x V = 2/ (1+2)x 12= 8 V

Tegangan pada titik B adalah Vb = R4/ (R3+R4) x V = 4/ (4+4)x 12= 6 V

Tegangan pada Volt meter adalah Vx = Va – Vb = 8 – 6 = 2 V

Dengan konsep diatas bila salah satu nilai tahanan berubah maka tegangan pada Volt meter juga
berubah. Menghitung besar Vx juga dapat menggunakan, rumus jembatan Wheatstone yaitu:

(R2 xR3) – (R1xR4)


Vx = x V
(R1+R2) x (R3+R4)

(2 x 4 ) - ( 1 x4 ) 8–4 4
Vx = x 12 = x 12 = x 12 = 2V
(1 + 2) x ( 4 + 4 ) 3 x8 24

6. Voltage Drop
Dalam suatu rangkaian kelistrikan diperlukan sekring, kontak/ saklar maupun kabel, semua
komponen tersebut dirangkai seri dengan komponen utama, pada suatu saat permukaan kontak
dapat terbakar, konektor pada ujung kabel kotor atau hubungan kurang kuat yang menyebabkan
bagian tersebut tahanannya bertambah. Bertambahnya tahanan pada kontak maupun konektor
menyebabkan terjadi penurunan tegangan pada kaki komponen utama, penurunan tegangan
tersebut disebut Voltage Drop. Akibat voltage drop menyebabkan besar arus yang mengalir pada
komponen utama menjadi berkurang dan daya menurun.
Aplikasi konsep di atas dapat digunakan untuk mendiagnosa sumber kerusakan pada suatu
rangkaian seperti rangkaian sistem starter, sistem pengapian, sistem penerangan dan sebagaianya.
Banyak kasus sistem sterter putaran motor starter lemah yang disebabkan oleh terminal kotor
maupun hubungan massa yang kurang kuat. Percikan api busi lemah yang disebabkan oleh platina
kotor, konektor kotor atau kurang kuat. Nyala lampu kepala redup yang
disebabkan oleh saklar lampu kotor, konektor kotor atau kurang kuat maupun massa yang kurang.
Sistem starter merupakan system yang membutuhkan arus paling besar pada system kelistrikan
otomotif sehingga kabel yang kotor maupun kendor sangat besar pengaruhnya pada kinerja system,
oleh karena itu voltage drop test menjadi standard diagnosa kerusakan system starter.

Gambar 21 Voltage drop test pada sistem starter

7. Rangkaian Putus atau Terbuka


Listrik dapat mengalir pada suatu rangkaian bila rangkaian bila sistem tersebut mempunyai
rangkaian tertutup. Mencari dimana letak komponen yang menyebabkan rangkaian terbuka dapat
dilakukan menggunakan volt meter menggunakan konsep rangkaian seri. Dalam rangkaian seri
bila komponen yang rangkai tahanan sangat jauh beda maka tahanan yang kecil diabaikan.
Contoh:

Tentukan besar VA dan VB, bila tahanan R1 = 1Ω, R1 = 10Ω dan R2 = 100KΩ dirangkai seri
dengan sumber tegangan 12 V.

R1 R2 R3

VA VB VC
VA = V. (R2+R3)/ Rt = 12 ( 10 + 100.000)/ (1+10 + 100.000) = 11,99988V

VB = V. R3/ Rt = 12 x 100.000 / (1 +10 + 100.000) = 11,99868 V

VC = 0 V

Bila suatu rangkaian ada bagian yang hubungannya terbuka atau putus berarti pada bagian yang
putus tersebut tahanan mendekati tak terhingga. Hal ini berarti nilai tahanan jauh lebih besar
dibandingkan nilai tahanan yang lain sehingga bila kita melakukan pengukuran menggunakan
Voltmeter pada kaki komponen yang putus akan dihasilkan pengukuran dengan hasil nol dan
maksimal.

Pada saat posisi saklar lampu Off maka


hasil pengukuran seperti pada gambar
yaitu sebesar 12,6 V (tegangan
sumber), namun saat saklar On maka
tegangan pada titik yang diukur pada
gambar sebelah 0 volt, dan relay lampu
berfungsi, namum bila tegangan lebih
dari 0 volt maka saklar kotor, tegangan
tetap 12,6 V maka hubungan saklar

Gambar 22 Pemeriksaan hubungan terbuka pada rangkaian


8. Baterai
Baterai merupakan sumber energi listrik yang digunakan oleh sistem starter dan sistem
kelistrikan yang lain. Baterai ada dua tipe yaitu baterai kering dan baterai basah. Baterai yang
digunakan untuk motor, mobil maupun truk biasanya menggunakan baterai jenis basah.
Pada kendaraan secara umum baterai berfungsi sebagai sumber energi listrik pada
kendaraan, namun bila kita amati lebih detail maka fungsi baterai adalah:

a. Saat mesin mati (engine not running) sebagai sumber energi untuk menghidupkan
asessoris, penerangan, dsb.
b. Saat starter (engine being started) untuk mengidupkan sistem starter
c. Saat mesin hidup (engine running) sebagai stabiliser suplai listrik pada kendaraan,
dimana pada saat hidup energi listrik bersumber dari alternator.

Gambar 23.Fungsi Baterai pada kendaraan

2.2. Konstruksi Baterai

Baterai terdiri dari beberapa komponen antara lain : Kotak baterai (case), terminal baterai
(terminal posts), elektrolit baterai (electrolyte), lubang elektrolit baterai, tutup baterai (vent caps)
, sel baterai (cells) dan tutup baterai (cover). Dalam satu baterai terdiri dari beberapa sel baterai,
tiap sel menghasilkan tegangan 2 - 2,2 V, dengan demikian baterai 6 V terdiri dari 3 sel baterai,
dan baterai 12 V mempunyai 6 sel baterai yang dirangkai secara seri.
Gambar 24. Kostruksi baterai

Tiap sel baterai mempunyai lubang untuk mengisi elektrolit baterai, lubang tersebut ditutup
dengan tutup baterai, pada tutup terdapat lubang ventilasi yang digunakan untuk mengalirkan uap
dari elektrolit baterai. Tiap sel baterai terdapat plat positip, saparator dan plat negatip, plat positip
berwarna coklat gelap (dark brown) dan plat negatip berwarna abu-abu metalik (metallic gray).

Gambar 25. Kontruksi sel baterai


Kotak baterai merupakan wadah yang menampung elektrolit dan elemen baterai. Kotak
baterai terbagi menjadi beberapa ruangan sesuai dengan jumlah selnya. Pada kotak baterai terdapat
garis tanda upper level dan lower level , sebagai indicator jumlah elektrolit. Upper level merupakan
batas maksimal elektrolit, sedangkan lower level merupakan batas minimal elektrolit baterai.
Gambar 26. Kotak baterai
Sumbat ventilasi ialah tutup untuk lubang pengisian elektrolit. Sumbat ini juga berfungsi
untuk memisahkan gas hidrogen (yang terbentuk saat pengisian) dan uap asam sulfat di dalam
baterai dengan cara membiarkan gas hidrogen keluar lewat lubang ventilasi, sedangkan uap asam
sulfat mengembun pada tepian ventilasi dan menetes kembali ke bawah.

Gambar 27. Kotak dan sumbat baterai

Pada baterai tanpa perawatan (Maintenance Free/ MF) konstruksi sumbat baterai dibuat
khusus yang memengkinkan proses kondensasi uap elektrolit dapat terjadi dengan baik, sehingga
berkurangnya jumlah elektrolit karena pemakaian dapat di eleminir. Berkurangnya elektrolit
merupakan permasalahan utaman pentingnya perawatan baterai, sehingga dengan jumlah elektrolit
baterai yang stabil maka produsen baterai mengkalim baterai yang diproduksi tidak memerlukan
perawatan lagi.
2.3. Elektrolit Baterai

Elektrolit baterai merupakan campuran antara air suling (H2O) dengan asam sulfat (SO4),
komposisi campuran adalah 64 % H2O dan dan 36 % SO4. Dari campuran tersebut diperoleh
elektrolit baterai dengan berat jenis 1,270.

Gambar 28.Komposisi elektrolit baterai

2.4. Reaksi Kimia Pada Baterai

Baterai merupakan pembangkitan energi listrik secara kimia. Listrik dibangkitkan akibat
reaksi kimia antara plat positip, elektrolit baterai dan plat negatip. Saat baterai dihubungkan
dengan sumber listrik arus searah maka terjadi proses pengisian (charge). Proses tersebut secara
kimia dapat dirumuskan sebagai berikut:

Plat (+) + Elektrolit + Plat (-) Plat (+) + Elektrolit + Plat (-)

Pb SO4 + 2 H2O + PbSO4 PbO2 + 2H2SO4 + Pb

Saat sistem starter berfungsi maka energi listrik yang tersimpan di baterai akan mengalir
ke beban, proses ini sering disebut proses pengosongan (discharge). Proses pengosongan secara
kimia dapat dirumuskan sebagai berikut:

Plat (+) + Elektrolit + Plat (-) Plat (+) + Elektrolit + Plat (-)

PbO2 + 2H2SO4 + Pb Pb SO4 + 2 H2O + PbSO4


Dari reaksi kimia tersebut terdapat perbedaan elektrolit baterai saat kapasitas baterai penuh
dan kosong, dimana saat baterai penuh elektrolit terdiri dari 2H2SO4, sedangkan saat kosong
elektrolit batarai adalah 2H2O.

Gambar 29. Proses pengisian dan pengosongan baterai

Selama proses pengisian maupun pengosongan listrik pada baterai terjadi efek panas
sehingga eletrolit baterai menguap dan elektrolit baterai berkurang, untuk itu secara periodik
jumlah elektrolit baterai perlu diperiksa dan bila jumlah elektrolit baterai kurang maka harus
ditambah.
Jumlah elektrolit baterai harus selalu dikontrol, jumlah yang baik adalah diantara tanda
batas Upper Level dengan Lower Level. Jumlah elektrolit yang kurang menyebabkan sel baterai
cepat rusak, sedang jumlah elektrolit berlebihan menyebabkan tumpahnya elektrolit saat batarai
panas akibat pengisian atau pengosongan berlebihan. Akibat proses penguapan saat pengisian
memungkinkan jumlah elektrolit berkurang, untuk menambah jumlah elektrolit yang kurang cukup
dengan menambah H2O atau terjual dengan nama Air Accu.

Penyebab elektrolit cepat berkurang dapat disebabkan oleh overcharging, oleh karena bila
berkurangnya elektrolit tidak wajar maka periksa dan setel arus pengisian. Keretakan baterai dapat
pula menyebabkan elektrolit cepat berkurang, selain itu cairan elektrolit dapat mengenai bagian
kendaraan, karena cairan bersifat korotif maka bagian kendaraan yang terkena elektrolit akan
korosi.
Elektrolit baterai yang dijual ada dua macam yaitu air accu dan air zuur. Air accu
merupakan air murni (H2O) dengan sedikit asam sulfat, sedangkan air zuur kandungan asam
sulfatnya cukup besar sehingga berat jenisnya lebih tinggi. Air accu digunakan untu menambah
elektrolit baterai yang berkurang, sedangkan air zuur digunakan untuk mengisi baterai pada
kondisi kosong.
Penambahan elektrolit dengan air zuur menyebabkan berat jenis elektrolit terlalu tinggi.
Kesalahan ini dapat menyebabkan interprestasi hasil pengukuran keliruh, sebab hasil pengukuran
menunjukkan berat jenis elektrolit baterai tinggi tetapi kapasitas listrik yang tersimpan kecil.
Pemeriksaan berat jenis elektrolit baterai menggunakan alat hidrometer. Pemeriksaan berat
jenis elektrolit baterai merupakan salah satu metode untuk mengetahui kapasitas baterai. Baterai
penuh mempunyai Bj 1,27-1,28, baterai kosong Bj 1,100 -1,130. Hubungan berat jenis dan
kapasitas adalah sebagai berikut:

Gambar 30. Hubungan berat jenis dengan kapasitas baterai

Berat jenis elektrolit berubah sebesar 0,0007 setiap perubahan 1 ºC. Spesifikasi berat jenis
normal ditentukan pada 20 ºC, oleh karena itu saat pengukuran temperature elektrolit harus
diamati. Rumus untuk mengkoreksi hasil pengukuran adalah:

S 20 ºC= St + 0,0007 x (t - 20)

S 20 ºC = berat jenis pada temperature 20 ºC


St = Nilai pengukuran berat jenis
t = Temperatur elektrolit saat pengukuran
Gambar 31. Hubungan temperatur dengan berat jenis

Dari hasil pengukuran akan diperoleh data kondisi elektrolit, bila berat jenis elektrolit lebih
dari 1,280 maka tambahkan air suling agar berat jenis berkurang 1.280 penyebab terllu tingginya
berat jenis dapat disebabkan kesalahan waktu menambah elektrolit, saat lektrolit kurang harus
ditambahkan air suling bukan elektrolit atau air zuur. Lakukan pengisian penuh, bila hasil
pengukuran urang dari 1.210 atau ganti dengan baterai baterai baru.
Perbedaan berat jenis antar sel tidak boleh melebihi 0.040, bila hal ini terjadi maka lakukan
pengisian penuh, kemudian ukur kembali berat jenisnya, bila berat jenis antar sel melebihi 0.030,
setel berat jenis dengan menambah air suling atau menambah air zuur sampai elektrolit hampir
sama, namun bila tidak bisa dilakukan, ganti dengan baterai baru.
Terdapat beberapa produsen baterai menggunakan indicator berat jenis baterai yang
menjadi satu kesatuan dengan sumbat baterai, atau dipasang satu indicator tersendiri. Adanya
indicator berat jenis baterai membuat perawatan lebih mudah, karena saat perawatan pemeriksaan
berat jenis membutuhkan waktu yang cukup lama, dan bila tidak dilakukan degan hati-hati
elektrolit dapat tumpah/menetes pada kendaraan.
Indikator pada baterai jenis ini mempunyai 3 warna, yaitu:
1). Warna hijau (green) , sebagai indikasi baterai masih baik
2). Warna hijau gelap (dark green) , sebagai indikasi baterai perlu diperiksa elektrolitnya
dan diisi
3). Kuning (yellow), sebagai indikasi baterai perlu diganti.
Gambar 32. Baterai dengan indicator berat jenis

2.5. Rating Kapasitas Baterai


Energi yang tersimpan dalam baterai harus cukup kuat untuk melakukan starter mesin,
untuk itu baterai harus terisi penuh. Jumlah energi yang tersimpan tergantung kapasitas baterai,
sedangkan kapasitas baterai dipengaruhi oleh ukuran plat, jumlah plat, jumlah sel dan jumlah
elektrolit baterai.
Terdapat 3 ukuran yang sering menunjukkan kapasitas baterai, yaitu:
a. Cranking Current Ampere (CCA)
b. Reserve Capacity
c. Ampere Hour Capacity (AH)
a. Cranking Current Ampere (CCA)
Kapasitas baterai tergantung pada bahan plat yang bersinggungan dengan larutan elektrolit,
bukan hanya jumlah plat tetapi besar ukuran (luas permukaan singgung) pada plat yang akan
menentukan kapasitasnya. The Internasional standard memberikan nilai untuk kapasitas
baterai dengan SAE Cranking Current atau Cold Cranking Ampere (CCA). Nilai CCA dari
suatu baterai adalah arus (dalam amper) dari baterai yang diisi penuh sehingga dapat
memberikan arus untuk 30 detik pada 18 derajat celsius selama itu tetap menjaga tegangan setiap
sel 1.2 volt atau lebih.

b. Reserve Capacity

Reserve Capacity atau kapasitas layanan adalah banyaknya waktu dalam menit pada baterai
yang diisi penuh dapat memberikan arus sebesar 25 ampere pada 27 derajat celsius setelah
sistim pengisian dilepas. Tegangan tidak boleh turun dibawah 1.75 volt per sel (10.5 volt total
untuk baterai 12 volt).

Gambar 33. Rating Baterai

c. Ampere Hour Capacity (AH)

Ampere Hour Capacity adalah banyaknya arus pada baterai yang diisi penuh dapat
menyediakan arus selama 20 jam pada 27 derajat Celsius, tanpa penurunan tegangan tiap sel
dibawah 1.75 volt. Sebagai contoh: Sebuah Baterai yang secara terus menerus mengalirkan 3
ampere untuk 20 jam dinilai memiliki 60 AH.

Rumus menentukan kapasitas baterai adalah:

AH = A (amper) x H (Jam)
JIS mendefinisikan kapasitas baterai sebagai jumlah listrik yang dilepaskan sampai tegangan
pengeluaran akhir menjadi 10,5 V dalam 5 jam. Sebagai contoh baterai dalam keadaan terisi
penuh dikeluarkan muatannya secara terus menerus 10 A selama 5 jam sampai mencapai
tegangan pengeluaran akhir (10,5 V). Maka kapasitas baterai ialah 50 AH (10 x 5 jam

2.6. Perawatan Baterai

Baterai mempunyai peranan yang sangat penting pada kendaraan, baik saat kendaraan
hidup maupun saat starter. Gangguan baterai yang paling dirasakan pemilik kendaraan adalah
fungsi saat starter, dimana bila baterai kurang baik maka energi yang disimpan tidak cukup untuk
melakukan starter.

Penyebab energi tidak cukup untuk melakukan stater antara lain:

a. Energi listrik yang dihasilkan sistem pengisian lebih kecil dari kebutuhan energi listrik saat
kendaraan beroperasi, sehingga energi yang tersimpan pada baterai digunakan untuk
mencukupi kekurangannya.
b. Baterai sudah lemah, sehingga tidak mampu menyimpan energi listrik, atau terjadi
pengosongan sendiri.
c. Kontak pada terminal baterai maupun motor starter kotor atau kurang kuat.
Bila kendaraan lama tidak digunakan maka energi listrik yang tersimpan di dalam baterai
dapat kosong dengan sendirinya. Fenomena ini sering disebut Self Discharge. Besar self discharge
ditunjukan dalam prosentase kapasitas baterai. Besar self discharge berkisar 0,3 – 1,5
% per hari pada temperature 20-30 ºC, atau baterai dapat kosong sendiri dalam 1-3 bulan. Besar
Self Discharge dipengaruhi oleh:

a. Adanya bahan aktif yang rusak dan menempel antar sel


b. Ketidak murnian logam seperti besi atau magnesium yang bercampur dengan elektrolit.
Ini salah satu alasan menggapa menambah elektrolit harus menggunakan air suling atau
air yang tidak mengandung logam
c. Bahan aktif baterai
d. Temperatur elektrolit baterai
Perawatan baterai yang baik akan mempu memperpanjang usia baterai, karena dengan
perawatan yang baiK:

a. Mencegah baterai dari kemungkinan kekurangan elektrolit baterai.


Kekurangan elektrolit terjadi akibat saat proses pengisian dan pengosongan terjadi
penguapan, sehingga elektroli berkurang, oleh karena itu elektrolit harus ditambah air
suling. Bila baterai kekurangan elektrolit dapat menyebabkan baterai panas, terjadi
kristalisasi pada sel-sel baterai dan bahan aktif pada sel lepas. Adanya bahan aktif yang
lepas menyebabkan efektifitas baterai menurun dan bahan aktif sel yang lepas akan jatuh
di dasar kotak atau terselip diantara sel, bahan aktif yang terjepit ini akan menyebabkan
pengosongan tersendiri.

b. Terminal baterai menjadi awet


Terminal baterai sering rusak akibat korosi, penyebab korosi adalah uap dari elektrolit dan
panas akibat terminal kendor. Dengan perawatan yang baik kedua terminal baterai akan
sering dibersihkan, dilindungi dengan grease dan pengikatan terminal dikencangkan
sehingga korosi pada terminal mampu dicegah.

Kegiatan yang dilakukan dalam perawatan baterai meliputi:

a. Membersihkan terminal baterai dari karat atau kotoran yang lain


b. Memeriksa jumlah dan berat jenis elektrolit
c. Melakukan pengisian
a. Membersihkan terminal

Terminal baterai merupakan bagian yang mudah mengalami kerusakan akibat korosi, bila
terminal korosi maka tahanan pada terminal bertambah dan terjadi penurunan tegangan pada
beban sehingga beban tidak dapat berfungsi optimal. Untuk mencegah hal tersebut maka
terminal harus dibersihkan. Langkah membersihkan adalah:

1) Kendorkan baut pengikat baterai sesuai dengan kontruksi baterai


2) Bila terminal tersebut melekat dengan kuat pada pos baterai, jangan memukul atau
mencungkil terminal baterai untuk melepaskannya. Ini dapat merusak posnya atau terminal
baterai. Gunakan obeng untuk melebarkan terminal, kemudian tarik dengan traker khusus.

Gambar 34. Melepas terminal baterai


3). Bersihkan terminal baterai menggunakan amplas atau sikat khusus.

4). Oleskan grease atau vet pada terminal dan konektor, kemudian pasang terminal dan
kencangkan baut pengikatnya

5). Lakukan pemeriksaan tahanan pada terminal baterai dengan menggunakan volt meter.
Caranya: Colok ukur positip dihubungkan terminal pisitip baterai dan colok ukur
negatip dihubungkan konektor baterai Lakukan starter mesin, dan tegangan pada volt
meter harus tetap Nol, bila volt meter menunjukkan tegangan maka terdapat tahanan
pada terminal baterai.

Gambar 35 Memeriksa tahanan terminal baterai

b. Pemeriksaan elektrolit

1) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan yaitu hydrometer dan nampan plastic untuk
menyimpan sumbat baterai
2) Lepas terminal baterai negatif
3) Lepas sumbat baterai dan tempatkan dalam wadah agar tidak tercecer
4) Masukkan thermometer pada lubang baterai
5) Masukkan ujung hydrometer ke dalam lubang baterai
Gambar 36. Memeriksa elektrolit baterai

6) Pompa hidromenter sampai elektrolit masuk ke dalam hydrometer dan pemberat


terangkat
7) Tanpa mengangkat hydrometer baca berat jenis elektrolit baterai dan baca temperature
elektrolit baterai
8) Catat hasil pembacaan, lakukan hal yang sama untuk sel baterai yang lain

Temperatur
Sel Berat Temperatur Berat
saat
Baterai jenis 20ºC jenis
pengukuran
1
2
3
4

Rumus untuk mengkonversi berat jenis

S 20 ºC= St + 0,0007 x (t - 20)


S 20 ºC = berat jenis pada temperature 20 ºC
St = Nilai pengukuran berat jenis
t = Temperatur elektrolit saat pengukuran

c. Mengisi baterai
Mengisi baterai merupakan mengalirkan energi listrik dari alat pengisi baterai sehingga terjadi
reaksi pada elektrolit dan sel-sel baterai. Pengisian baterai dapat dikelompokan menjadi 3
kelompok yaitu:
1) Pengisian Normal
2) Pengisian Cepat
3) Pengisian lambat
1). Pengisian Normal
Pengisian normal adalah pengisian dengan besar arus yang normal, besar arus pengisian
normal sebesar 10 % dari kapasitas baterai. Contoh baterai 50 AH maka besar arus pengisian
50 x 10/100 = 5 A. Lama pengisian tergantung hasil pengukuran berat jenis elektrolit baterai,
karena dari berat jenis dapat diketahui berkurangnya kapasitas baterai. Waktu pengisian
sesungguhnya adalah 1,2 -1,5 kali dari hasil perhitungan.
Contoh: Hasil pengukuran baterai dengan kapasitas 50 AH menunjukan berat jenis 1,18 pada
temperature 20 ºC. Dari data tersebut bila dibandingkan dengan grafik hubungan berat jenis
dengan kapasitas diketahui bahwa pada saat itu energi yang hilang dan perlu perlu diisi sebesar
40 %. atau sebesar:
40 % x 50 AH, yaitu sebesar 20 AH.
Dengan demikian besar arus:
10 % x kapasitas = 10/100 x 50 = 5 Amper

Waktu pengisian:
Kapasitas yang perlu diisi : arus pengisian = 20 : 5 = 4 jam.
Waktu pengisian sesungguhnya adalah:
4 x 1,2 = 4,8 jam sampai 4 x 1,5 = 6 jam
2. Pengisian cepat
Pengisian cepat adalah pengisian dengan arus yang sangat besar. Besar pengisian tidak
boleh melebihi 50% dari kapasitas baterai, dengan demikian untuk baterai 50 AH, besar arus
pengisian tidak boleh melebihi 25 A.
Prosedur pengisian cepat sebenarnya sama dengan pengisian normal, yang berbeda
adalah besar arus pengisian yang diatur sangat besar. Selain itu juga faktor resiko yang jauh
lebih besar, sehingga harus dilakukan dengan ektra hati-hati. Contoh saat pengisian normal
sumbat baterai tidak dilepas tidak menimbulkan masalah yang serius sebab temperature
pengisian relative rendah sehingga uap elektrolit sangat kecil, berbedah dengan pengisian
cepat dimana arus yang besar menyebabkan temperature elektrolit sangat tinggi sehingga
penguapan sangat besar, bila sumbat tidak dilepas kotak baterai dapat melengkung akibat
tekanan gas dalam sel baterai yang tidak mampu keluar akibat lubang ventilasi kurang.
Gambar 37. Pengisian cepat diatas kendaraan.

Pengisian cepat sering dilakukan untuk membantu kendaraan yang mogok atau sedang dalam
proses perbaikan, sehingga baterai tidak diturunkan dari kendaraan. Pada kasus pengisian
cepat di atas kendaraan yang perlu diingat adalah lepas kabel baterai negatip sebelum
melakukan pengisian, hal ini disebabkan saat pengisian cepat tegangan dari battery charging
lebih besar dari pengisian normal, kondisi ini potensial merusak komponen elektronik dan
diode pada alternator.

3). Pengisian lambat


Pengisian lambat adalah pengisian dengan besar arus yang kurang dari normal, besar arus
pengisian kurang dari 10 % dari kapasitas baterai.
Prosedur pengisian baterai adalah sebagai berikut:
a. Buka sumbat bateri tempatkan sumbat pada wadah khusus agar tidak tercecer. Pelepasan
sumbat ini dengan tujuan untuk sirkulasi uap yang dihasilkan elektrolit saat pengisian,
dan menghindarai tekanan pada sel baterai akibat gas yang dihasilkan
b. Hubungkan kabel positip baterai dengan klem positip battery charger dan terminal
negatip dengan klem negatip. Hati-hati jangan sampai terbalik, bila terbalik akan timbul
percikan api, bila dipaksa baterai akan rusak, pada battery charger model tertentu
dilengkapi dengan indikator, dimana bila pemasangan terbalik akan muncul bunyi
peringatan.
Gambar 38. Memasang battery charging
c. Hubungkan battery charger dengan sumber listrik 220 V
d. Pilih selektor tegangan sesuai dengan tegangan baterai, misal baterai 12 V maka
selektor digerakan kearah 12 V.
e. Hidupkan battery charger, dan setel besar arus sesuai dengan kapasitas baterai, misal
: baterai 50 AH pengisian normal sebesar 5 A.
f. Setel waktu yang diperlukan untuk pengisian (untuk battery charger yang dilengkapi
timer), bila tidak dilengkapi maka catat waktu mulai proses pengisian.

Gambar 39 Mengatur besar arus dan waktu pengisian


g. Bila pengisian sudah selasai, maka matikan battery charger,
h. Lepas klep battery charger pada terminal baterai, lepas terminal negatip dahulu. Klem
jangan dilepas saat battery charge masih hidup, sebab akan terjadi percikan api pada
terminal dan klem saat dilepas. Percikan api yang terjadi dapat menimbulkan ledakan
pada baterai, sebab uap baterai adalah gas hydrogen yang mudah terbakar dan mudah
meledak.

105

Anda mungkin juga menyukai