Anda di halaman 1dari 68

1.

Uraian Materi
Kelistrikan dan Elektronika Otomotif
Kendaraan bermotor seperti mobil, motor, truk perlu sistem
kelistrikan agar mesin dapat hidup dan kendaraan dapat berjalan dengan
aman dan nyaman. Sistem kelistrikan pada kendaraan dapat dikelompokkan
menjadi 2, yaitu:
a. Sistem kelistrikan mesin
Sistem kelistrikan mesin berfungsi untuk menghidupkan mesin dan
mempertahankan agar mesin tetap hidup. Sistem kelistrikan mesin terdiri
dari:
1) Sistem starter berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi
gerak putar untuk memutar poros engkol agar mesin dapat hidup.
2) Sistem pengapian berfungsi menghasilkan percikan api pada busi
untuk membakar campuran bahan bakar di dalam silinder.
3) Sistem pengisian berfungsi untuk merubah energi gerak menjadi
energi listrik yang digunakan untuk mengisi baterai dan mensuplai
kebutuhan listrik saat kendaraan beroperasi.

b. Sistem kelistrikan bodi


Sistem kelistrikan bodi berfungsi untuk membatu pengendara
untuk menjalankan kendaraan dengan aman dan nyaman pada segala
medan. Sistem ini terdiri dari:
1) Sistem penerangan berfungsi memberi penerangan jalan yang akan
dilalui pengendara saat menjalankan kendaraan pada malam hari
atau cuaca yang gelap.
2) Sistem tanda belok berfungsi memberi isyarat pada pengendara lain
bahwa kendaraan akan berbelok.
3) Sistem wiper dan washer berfungsi untuk membersihkan kaca dari
debu, kotoran atau air hujan saat kendaraan melaju agar tidak
mengganggu pandangan pengemudi.

1
4) Sistem meter kombinasi berfungsi memberikan informasi pada
pengemudi tentang kondisi kendaraan seperti temperatur mesin,
jumlah bahan bakar, kecepatan kendaraan, pelumasan, pengisian,
rem dan sebagainya.
5) Sistem audio sebagai sarana hiburan bagi pengemudi maupun
penumpang selama perjalanan.
6) Sistem Air Conditioning (AC) berfungsi mengatur kondisi udara di
dalam ruangan yang paling nyaman.
7) Central door locks berfungsi untuk mengontrol penguncian pintu
secara terpusat di pengemudi guna menghindari lupa mengunci pintu
saat meninggalkan kendaraan maupun saat melaju sehingga
kendaraan lebih aman dan tidak membahayakan penumpang akibat
pintu tidak terkunci saat kendaraan melaju.
8) Power window berfungsi membuka dan menutup kaca pintu secara
elektrik agar lebih ringan dan mencegah penumpang terutama anak-
anak membuka kaca pintu saat kendaraan melaju karena berbahaya
bagi penumpang
9) Sistem kelistrikan tambahan lainnya
Pengetahuan tentang dasar listrik dan elektonika diperlukan untuk
memahami dan mengerti bagaimana suatu sistem kelistrikan dapat
bekerja, bagaimana merawat dan memperbaiki sistem kelistrikan, serta
bagaimana mencari sumber permasalahan jika sistem kelistrikan
mengalami gangguan.
c. Atom
Secara umum materi dikelompokkan menjadi tiga yaitu padat, cair
dan gas. Semua benda bila kita pecah tanpa meninggalkan sifat aslinya
akan kita dapatkan partikel yang disebut molekul. Molekul kalau kita
pecah lagi akan kita dapatkan beberapa atom. Jadi atom adalah bagian
terkecil dari suatu benda/partikel. Atom terdiri dari inti (nucleus) yang
dikelilingi oleh elektron yang berputar mengelilingi inti pada orbitnya
masing-masing seperti susunan tata surya. Inti atom sendiri terdiri dari

2
proton dan netron. Proton dan elektron ternyata mempunyai muatan
listrik, dimana proton mempunyai muatan (+) dan elektron mempunyai
muatan (-). Sedangkan proton tidak mempunyai muatan atau netral.
Atom yang mempunyai jumlah proton dan elektron sama, dikatakan
bermuatan netral. Sesuai dengan hukum alam, atom akan terjadi tarik
menarik antara neucleus sehingga elektron akan tetap berada dalam
orbitnya masing-masing.

Gambar 1 Struktur atom

d. Elektron Bebas
Elektron-elektron yang orbitnya paling jauh dari inti, memiliki
daya tarik menarik yang lemah terhadap inti. Elektron-elektron ini bila
terkena gaya dari luar, misalnya panas, gesekan atau reaksi kimia akan
cenderung lepas dari ikatannya dan pindah ke atom lain. Elektron-
elektron yang mudah berpindah ini disebut elektron bebas (free electron),
gerakan dari elektron bebas inilah yang menghasilkan bermacam-macam

3
fenomena kelistrikan (seperti loncatan bunga api, cahaya, pembangkitan
panas, pembangkitan magnet dan reaksi kimia).

Gambar 2 Elektron bebas

e. Teori Listrik
Listrik merupakan sumber energi yang paling mudah dikonversi
menjadi energi yang lain, sehingga sebagian besar komponen sistem
kelistrikan otomotif merupakan konversi energi listrik menjadi energi
yang dikehendaki. Contoh komponen kelistrikan:
1) Baterai merubah energi listrik menjadi energi kimia
2) Motor starter merubah energi listrik menjadi energi gerak
3) Lampu merubah energi listrik menjadi cahaya dan panas
4) Pematik rokok merubah energi listrik menjadi panas
5) Selenoid merubah energi listrik menjadi magnet, dan sebagainya.

Listrik dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu:


1) Listrik Statis
Listrik statis merupakan suatu keadaan dimana elektron bebas
sudah terpisah dari atomnya masing-masing, tidak bergerak hanya
berkumpul dipermukaan benda tersebut. Listrik statis dapat
dibangkitkan dengan cara menggosokkan sebuah gelas kaca dengan

4
kain sutra. Setelah digosok gelas kaca akan bermuatan positip dan
kain sutra akan bermuatan negatip.
2) Listrik Dinamis
Listrik dinamis merupakan suatu keadaan terjadinya aliran
elektron bebas dimana elektron ini berasal dari dari elektron yang
sudah terpisah dari inti masing-masing. Elektron bebas tersebut
bergerak melewati suatu penghantar.
Listrik dinamis dikelompokkan menjadi dua yaitu listrik arus
searah (Direct Current) dan arus bolak-balik (Alternating Current).
Listrik arus searah elektron bebas bergerak dengan arah tetap,
sedangkan listrik arus bolak-balik elektron bergerak bolak-balik
bervariasi secara periodik terhadap waktu. Baterai merupakan
sumber listrik arus searah, sedangkan alternator merupakan sumber
arus

Gambar 3 Tipe/ jenis listrik


Terdapat dua teori yang menjelaskan bagaimana listrik mengalir:
1) Teori electron (Electron theory)
Teori ini menyatakan listrik mengalir dari negatip baterai ke
positip baterai. Aliran listrik merupakan perpindahan elektron bebas
dari atom satu ke atom yang lain.
2) Teori konvensional (Conventional theory)

5
Teori ini menyatakan listrik mengalir dari positip baterai ke
negatip baterai. Teori ini banyak digunakan untuk kepentingan
praktis, teori ini pula yang kita gunakan untuk pembahasan aliran
listrik pada buku ini

Gambar 4 Teori aliran listrik


Hukum Ohm
Hukum Ohm menjelaskan bagaimana hubungan antara besar tegangan
listrik, besar tahanan dan besar arus yang mengalir. Hukum mengatakan
bahwa besar arus mengalir berbanding lurus dengan besar tegangan dan
berbanding terbalik dengan besar tahanan. Hukum ini dapat ditulis:

Gambar 5. Hukum Ohm


Contoh 1:
Tentukan besar arus (I) yang melewati tahanan R= 10 , bila tegangan (V)
berubah-ubah seperti gambar di bawah ini:

6
Gambar 6 Hukum Ohm pada tahanan konstan

Solusi:
Posisi 1 tidak ada arus atau 0 amper karena posisi Off
Posisi 2 besar tegangan 1,5 V, menggunakan rumus I = V/R
Maka besar arus saat terminal 2 adalah I2 = V2/R = 1,5 / 10 = 0,15 A.

Contoh 2.
Tentukan besar arus listrik pada rangkaian berikut, dimana tegangan tetap
dan tahanan berubah-ubah.

Gambar 7 Hukum Ohm pada tegangan tetap

Solusi:
Posisi 1 tahanan 10 , maka besar arus yang mengalir I = V/R, I = 12/10 =
1,2 A

7
Posisi 2 tahanan 20 , maka besar arus yang mengalir I = V/R, I = 12/20 =
0,6 A

Contoh 3.
Tentukan tahanan filamen sebuah lampu bila saat dihubungkan dengan
sumber arus 12V, arus yang mengalir adalah 10 A.
Solusi:
R = V/ I
= 12 / 10 = 1,2 

Hukum Joule menerangkan tentang daya listrik. Terdapat hubungan antara


daya listrik dengan tegangan, arus maupun tahanan. Besar daya listrik
diukur dalam watt. Satu watt merupakan besar arus mengalir sebesar 1
Amper dengan beda potensial 1 volt. Hukum Joule dapat ditulis

Daya listrik = Tegangan x Arus

P = VxI

P = Daya listrik …… watt


V = Tegangan …….. Volt
I = Arus listrik …… Amper
Bila di subtitusikan hukum Ohm dimana V = I R , maka daya listrik:
P = Vx I
= IRx I = I 2 R
Bila disubtitusikan hukum Ohm dimana I = V/R, maka:
P =RxI2
= R x (V/R)2 = V2 / R
Dari ketiga rumusan tersebut daya listrik dapat dirumuskan:

P = VxI P = I 2R P = V2 / R

Dalam banyak kasus pada komponen sistem kelistrikan hanya ditentukan


tegangan dan daya. Besar arus arus yang mengalir jarang ditentukan, misal
bola lampu kepala tertulis 12 V 36/ 42 W. Arti dari tulisan tersebut adalah
bola lampu kepala menggunakan tegangan 12 V, pada posisi jarak dekat

8
daya yang diperlukan 36 watt, sedangkan saat jarak jauh daya yang
diperlukan 42 watt.

Contoh 4:
Tentukan besar arus yang mengalir pada sebuah lampu kepala 12V 36/42
W, saat lampu jarak dekat maupun saat jarak jauh.
Solusi:
Dengan menggunakan rumus I = P/ V didapatkan besar arus
a. Jarak dekat I dekat = Pdekat / V = 36 / 12 = 3 A
b. Jarak jauh I jauh = P jauh / V = 42 / 12 = 3,5 A

Contoh 5:
Sebuah lampu 12 V saat dihidupkan membutuhkan arus 5 A, berapa daya
dan tahanan filamen lampu tersebut.
a. Besar daya lampu menggunakan rumus P = VI
P = V I = 12 x 5 = 60 watt
b. Besar tahanan filamen menggunakan rumus R = V/ I
R = V/ I = 12 / 5 = 2,4 

Contoh 6:
Berapa watt daya elemen pemanas yang mempunyai tahanan 10  dan arus
sebesar 2 A.
Solusi:
Besar daya pamanas menggunakan rumus P = R x I 2
P = R x I 2 = 10 x 2 2 = 40 watt

Arus Listrik
Besar arus listrik yang mengalir melalui suatu konduktor adalah sama
dengan jumlah muatan (elektron bebas) yang mengalir melalui suatu titik
penampang konduktor dalam waktu satu detik. Arus listrik dinyatakan
dengan simbol I (intensitas) dan besarnya diukur dengan satuan ampere

9
(disingkat A). Bila dikaitkan dengan elektron bebas, 1 Ampere =
Perpindahan elektron sebanyak 6,25 x 1018 suatu titik konduktor dalam
waktu satu detik.

1Detik
Gambar 8 Aliran listrik

Tabel 1. Satuan arus listrik yang sangat kecil dan besar.


Satuan
Arus Kecil Arus Besar
Dasar
Simbol A µA mA kA MA
Dibaca Ampere Micro Ampere Mili Ampere Kilo Ampere Mega Ampere
1 x 10-6 1 x 10 -3 1 x 103 1 x 106
Perkalian 1
1/ 1.000.000 1/1.000 1 x 1.000 1 x 1.000.000

Contoh Konversi:
1). 1.000. 000 µA = 1.000 mA = 1. A = 0,001 kA
2). 0,5 MA = 500 kA = 500.000 A = 500.000.000 mA
3). 5 A = 5.000 mA = 5.000.000 µA

Tegangan Listrik
Tabung A dan B berisi air, dimana permukaan air tabung A lebih
tinggi dari permukaan air tabung B, dihubungkan melalui sebuah pipa maka
air akan mengalir dari tabung A ke tabung B (gambar a). Besarnya aliran air
ditentukan oleh perbedaan tinggi permukaan air kedua tabung, ini disebut
dengan tekanan air. Hal yang sama juga akan terjadi bila kutub listrik A
yang mempunyai muatan positip dihubungkan dengan kutub B yang
bermuatan negatif oleh kabel C (gambar b), maka arus listrik akan mengalir
dari kutub A ke kutub B melalui kabel C. Hal ini terjadi karena adanya
kelebihan muatan positip pada kutub A dan kelebihan muatan negatif pada
B yang menyebabkan terjadinya beda potensial (tegangan listrik).
Perbedaan ini menyebabkan tekanan tegangan menyebabkan arus listrik

10
mengalir. Beda tegangan ini biasa disebut Voltage ( juga biasa disebut
dengan electromotive force / AMF).

A CURRENT
Tegangan
Pipa Air
ELECTRON FLOW
Aliran Air VOLTAGE

Gambar (b)
Gambar (a)

Tegangan

Tegangan adalah tekanan

Gambar 9. Tegangan listrik

Satuan tegangan listrik dinyatakan dengan Volt dengan simbol V. 1


Volt adalah tegangan listrik yang mampu mengalirkan arus listrik 1 A pada
konduktor dengan hambatan 1 ohm. Tabel dibawah menunjukkan satuan
tegangan listrik yang sangat besar dan kecil

Tabel 2. Satuan Tegangan Listrik


Satuan
Tegangan Kecil Tegangan Besar
Dasar
Simbol V µV mV kV MV
Dibaca Volt Micro Volt Mili Volt Kilo Volt Mega Volt
-6
1 x 10 1 x 10 -3 1 x 103 1 x 106
Perkalian 1 1/ 1/1.000 1 x 1.000 1 x 1.000.000
1.000.000
Contoh Konversi:
1.700.000 µV = 1. 700 mV = 1,7 V
0,78 MV = 780 KV = 780. 000 V = 780.000.000 mV

Tahanan / Resistansi Listrik

11
Air dengan tekanan yang sama akan mengalir lebih cepat bila
dialirkan melalui pipa yang besar, pendek dan permukaan dalamnya halus
dibandingkan dengan bila air dialirkan melalui pipa yang ukurannya kecil,
panjang dan permukaan bagian dalamnya kasar. Hal ini karena kondisi dari
pipa akan berpengaruh terhadap aliran air.

A Pipa lebih A Pipa lebih


besar kecil

B B
Aliran air Aliran air
besar lebih kecil

Tegangan

Tahanan Listrik
Gambar 10. Tahanan Listrik

Besarnya hambatan ini dikatakan sebagai tahanan pipa. Kejadian ini


juga berlaku untuk listrik yang mengalir melalui suatu kabel, dimana listrik
juga akan mengalami hambatan. Hambatan yang dialami listrik ini disebut
tahanan/resistansi listrik.
Satuan tahanan listrik dinyatakan dengan huruf R (Resistor) dan
diukur dengan satuan OHM (). Satu ohm adalah tahanan listrik yang
mampu menahan arus listrik yang mengalir sebesar satu amper dengan
tegangan 1 V.
Tabel 3. Satuan tahanan listrik yang sangat besar dan kecil.
Satuan
Tahanan Kecil Tahanan Besar
Dasar
Simbol  µ m k M
Dibaca Ohm Micro Ohm Mili Ohm Kilo Ohm Mega Ohm
1 x 10-6 1 x 10 -3 1 x 103 1 x 106
Perkalian 1
1/ 1.000.000 1/1.000 1 x 1.000 1 x 1.000.000
Contoh Konversi:
1.985 m = 1, 985 

12
0,89 M = 890 k = 890.000 

Kabel Listrik yang Digunakan Pada Sistem Kelistrikan Otomotif


Kabel yang digunakan pada kelistrikan otomotif dapat dikelompokkan
menjadi:
1) Kabel baterai, yaitu kabel yang menghubungkan baterai dengan motor
starter dan baterai dengan massa. Diameter kabel 10 mm atau lebih
dengan panjang 1-2 meter.
2) Kabel general, kabel yang digunakan untuk sistem kelistrikan utama,
diameter kabel sesuai dengan beban listrik, semakin besar arus yang
mengalir semakin besar diameter kabel. Kabel sistem pengisian, lampu
kepala mempunyai diameter 4-6 mm, sedangkan beban yang lain
diameter 3-4 mm.
3) Kabel printed circuit, yaitu kabel yang langsung dicetak menjadi satu
rangkaian, kabel jenis ini digunakan pada penghubung meter kombinasi
dan rangkian elektronik.
4) Kabel ground, yaitu kabel yang digunakan untuk memperkuat ground
dari mesin ke bodi kendaraan atau sambungan lain. Kabel ground tidak
diisolasi.
5) Kabel tegangan tinggi, yaitu kabel yang diogunakan untuk mengalirkan
arus tegangan tinggi dari koil ke busi. Kabel jenis ini biasanya dibuat
dari serat karbon, dengan isolator yang sangat tebal.

Gambar 11. Kabel yang digunakan pada kelistrikan otomotif

13
Hubungan Antara Diameter dan Panjang Kabel dengan Tahanan
Listrik
Tahanan listrik berbanding lurus dengan panjang kabel tetapi
berbanding terbalik dengan diameter kabel. Ini berarti semakin panjang
kabel listrik, semakin besar pula tahanannya, tetapi semakin besar diameter
kabel listrik semakin kecil tahanannya. Berdasarkan pengertian diatas
tahanan suatu kabel listrik dapat dihitung dengan rumus berikut :

R=. l
A

R = Tahanan listrik ………………. 


 = Tahanan jenis ………………. m
l = Panjang kabel ………………. m
A = Luas penampang kabel …….. m2

Tahanan Sambungan
Tahanan sambungan adalah tahanan yang diakibatkan oleh
sambungan yang kendor. Bila arus listrik melewati sambungan yang kendor
akan menyebabkan sambungan menjadi panas. Panas ini akan memperbesar
tahanan dan mempercepat timbulnya korosi. Tahanan sambungan dapat
diperkecil dengan membersihkan sambungan dan mengeraskan sambungan.

Gambar 12. Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai tahanan

14
Tahanan Isolator
Seperti telah dijelaskan bahwa karet, vynil, plastik dan porselin
dapat digunakan untuk menghalangi arus listrik antara konduktor. Sifat dari
bahan-bahan ini disebut kemampuan tahanan isolator dan dinyatakan
dengan nilai tahanan. Dalam kondisi tertentu isolator dapat berubah menjadi
penghantar listrik/ konduktor, misalnya karena retak, bocoran arus listrik
yang akan menimbulkan percikan bunga api dan menimbulkan kotoran,
menempelnya air atau kotoran lain pada isolator.

Gambar 13. Kerusakan isolator kabel listrik

Rangkaian Sistem Kelistrikan


Terdapat 5 komponen utama dalam rangkaian kelistrikan otomotif,
yaitu: Sumber listrik (power source), alat pengaman (protection device),
beban (working device), control (control device), massa (ground path).

Gambar 14. Komponen dalam rangkaian kelistrikan


Rangkaian komponen dalam sistem kelistrikan ada tiga macam yaitu:

15
1. Rangkaian Seri
2. Rangkaian Paralel
3. Rangkaian Seri Paralel
Pemahanan jenis dan karakteristik rangkaian sangat penting sebagai dasar
memeriksa dan menentukan sumber gangguan pada sistem kelistrikan.
a. Rangkaian Seri
Aplikasi rangkaian seri sangat banyak digunakan pada kelistrikan
otomotif. Sistem pengapian, sistem starter, pengatur kecepatan motor
kipas evaporator AC merupakan beberapa contoh aplikasi rangkaian
seri. Rangkaian seri 2 resistor adalah sebagai berikut:

Gambar 15 Rangkaian seri

Tahanan total (Rt) merupakan penjumlahan semua tahanan


(Rt ) = R1 + R2
Arus yang mengalir pada rangkaian sama besar
I = I1 = I2
I = V / Rt
Tegangan total (Vt) merupakan penjumlahan tegangan:
V t = V1 + V2
Besar V1dan V2 adalah
V1 = R1/ Rt x V V2 = R2/ Rt x V

Contoh 1:

16
R1 R2 R3

V1 V2 V3

V= 12V R1 = 10  R2 = 20 R3= 30

Gambar 16. Rangkaian seri 3 resistor

Tentukan besar Rt, I , I1 , I2, I3, V1, V2, dan V3 rangkaian seri di
atas
Solusi:
a. Tahanan total (Rt) merupakan penjumlahan semua tahanan
(Rt ) = R1 + R2 + R3
= 10 + 20 + 30 = 60 
b. Arus yang mengalir pada rangkaian sama besar I = I1 = I2 = I3
I = V / Rt
= 12/ 60 = 0,2 Amper
c. Tegangan total merupakan penjumlahan dari tiap tegangan
V1 = R1/ Rt x V = 10/60 x 12 = 2 V
V2 = R2/ Rt x V = 20/60 x 12 = 4 V
V3 = R3/ Rt x V = 30/ 60 x 12 = 6 V
V t = V1 + V2 + V3 = 2 + 4 + 6 = 12 V
Karena besar I sudah dicari maka besar V1, V2, V3 dapat pula
ditentukan dengan rumus:
V1 = R1 x I = 10 x 0,2 = 2 V
V2 = R2 x I = 20 x 0,2 = 4 V
V3 = R3 x I = 30 x 0,2 = 6 V
V t = V1 + V2 + V3 = 2 + 4 + 6 = 12 V

Contoh 2:

17
Tentukan tahanan motor listrik, arus dan daya motor blower
evaporator AC pada posisi 1, 2 dan 3 bila daya motor tertulis 12V36W.
R1 R2
1
2
M
3

V= 12 V R1=1 R2=1  dan motor 12V/36 W


Gambar 17 Rangkaian motor blower evaporator AC
Solusi:
a. Mencari tahanan motor listrik:
Rm = V2/ P = 12 2 / 36 = 4
b. Mencari tahanan total dan arus listrik tiap kecepatan
Kecepatan 1
Rt1 = R1 + R2 + Rm
= 1+1+4 =6
Arus I1 = V / Rt1 = 12/ 6 = 2 A
Kecepatan 2
Rt2 = R2 + Rm
= 1+4 =5
Arus I2 = V/Rt2 = 12 / 5 = 2,4 A
Kecepatan 3 dihubungkan secara langsung jadi besar tahanan sama
dengan tahanan motor yaitu 4 dan arus listrik I = V/Rm = 12/4 = 3
A
c. Mencari daya motor
Kecepatan 1 adalah P = V x I1
= 12 / 2 = 24 watt
Kecepatan 2 adalah P = Vx I2
= 12 x 2,4 = 28,8 watt
Kecepatan 3 dihubungkan secara langsung sehingga daya motor
sama dengan yang tertera pada motor yaitu 36 watt

Tabel 4. Hubungan tahanan, arus dan daya pada tegangan tetap pada
rangkaian motor kipas evaporaator AC
Posisi Tahanan total () Arus (A) Daya (W)
1 6 2 24

18
2 5 2,4 28,8
3 4 3 36

b. Rangkaian Paralel

Gambar 18. Rangkaian paralel


Tegangan pada rangkaian sama yaitu :
V = V1 = V2

Besar arus mengalir adalah:


I = I 1 + I2

Besar tahanan total (Rt) adalah:


V/Rt = V1 / R1 + V2/ R2
karena V = V1 = V 2 maka
1/Rt = 1/R1 + 1/ R2
Dengan menggunakan perhitungan aljabar akan diperoleh persamaan
ekuvalen:

𝑅1 𝑥 𝑅2
𝑅𝑡 = 𝑅1+𝑅2

Contoh 1:
Tentukan besar tegangan, arus dan tahanan pada rangkaian di bawah
ini

19
V1

R1
I1

R2
I2

V2

V= 12 V R1=10  R2 = 30
Gambar 19 Rangkaian paralel 2 resistor

Solusi :
a. Tegangan pada rangkaian sama yaitu
V = V1 =V2 = 12 V
b. Besar tahanan total (Rt) adalah:
Rt = ( R1 x R2) : (R1 +R2) = (10 x 30) : (10 + 30)
= 300 : 40 = 7,5 
c. Besar arus mengalir adalah adalah:
I = I 1 + I2
I1 = V / R1 = 12 / 10 = 1,2 A
I2 = V/ R2 = 12 / 30 = 0,4 A
Jadi I = I1 + I2 = 1,2 + 0,4 = 1,6 A

Sistem penerangan merupakan salah satu contoh aplikasi rangkaian


paralel pada kelistrikan otomotif. Sistem penerangan lampu kepala
mempunyai dua bola lampu yang dipasang di depan kanan dan kiri,
tiap bola lampu mempunyai 2 filamen, yaitu filamen jarak dekat dan
filamen jarak jauh. Filamen lampu dekat kanan dan kiri dihubungkan
secara paralel, demikian juga untuk lampu jauh.

Contoh 2:
Sistem penerangan menggunakan lampu 12 V 50/ 60 W yang
dirangkai paralel. Tentukan sekring yang diperlukan untuk lampu jarak
dekat dan lampu jarak jauh bila besar sekering 1,5 kali besar arus yang
mengalir pada lampu yang lebih besar. Berapa tahanan lampu dekat dan
lampu jauh.
Solusi:

20
a. Lampu jarak dekat
Jumlah lampu 2 buah, daya 50 W ,penyambungan paralel
Besar arus I = (P1/V) + (P2/V) = (50/12) + (50/12) = 8, 33 A
Tahanan lampu dekat R = V2 / P = 122 / 50 = 2,88 
b. Lampu jarak jauh
Jumlah lampuh 2 buah, daya 60 watt penyambungan paralel
Besar arus I = (P1 / V) + (P2 / V) = (60 / 12) + (60/ 12) = 10 A
Tahanan lampu dekat R = V2 / P = 122 / 60 = 2,4 
Sekering yang digunakan 1,5 x arus = 1,5 x 10 = 15 A

c. Rangkaian Seri- Paralel


R2
R1
R3

Tahanan total (Rt) :


Rt = R1 + Rp
Rp merupakan tahanan pengganti untuk R2 dan R3.
Rp = ( R2 x R3) : (R2 +R3)

Rt = R1 + ( R2 x R3) : (R2 +R3)

R1 Rp

Tegangan pada rangkaian:


V = V1 + VRp

V1 = R1 / Rt x V

VRp = Rp / Rt x V

Karena R2 dan R3 paralel maka


V2 = V3 = Rp / Rt x V

21
Besar arus pada R1 = arus total
I = V/ Rt

Besar arus pada R2 adalah

I2 = V2 / R2
Besar arus pada R3 adalah

I3 = V3 / R3

Contoh:
Tentukan besar tahanan total (Rt), tegangan pada R1 = 4,5 , R2=10 
dan R3=20 dan besar arus pada R1, R2 dan R3 pada rangkaian di
bawah ini, bila tegangan sumber sebesar 12V.
R2
R1
R3

Solusi:
a. Mencari tahanan total (Rt) ditentukan dahulu besar tahanan
pengganti (Rp) untuk R2 dan R3.
Rp = ( R2 x R3) : (R2 +R3) = (10 x 30) : (10 + 20)
= 300 : 40 = 7,5 Ω
Rt = R1 + Rp = 4,5 + 7,5 = 12 Ω

b. Mencari V1 dengan rumus:


V1 = R1 / Rt x V = 4,5 / 12 x 12 = 4,5 V
Karena R2 dan R3 paralel maka
V2 = V3 = Rp/ Rt x V = 7,5 / 12 x 12 = 7,5 V
c. Besar arus pada R1 = arus total I = V/ Rt = 12/ 12 = 1 A
Besar arus pada R2 adalah I2 = V2 / R2 = 7,5 / 10 = 0,75 A
Besar arus pada R3 adalah I3 = V3/ R3 = 7,5 / 30 = 0,25 A

22
d. Jembatan Wheatstone
Jembatan Wheatstone merupakan rangkaian seri paralel yang
sering digunakan. Penerapaan rangkaian ini antara lain pada
termometer, intensitas pengukur cahaya, air flow meter dan sebagainya.
Rangkaian jembatan Wheatstone adalah sebagai berikut:

R1 R2

Vx

R3 R4
B
Gambar 20. Rangkaian jembatan Wheatstone
Contoh:
Tentukan tegangan pada Volt meter (Vx) pada gambar diatas, bila nilai
R1 = 1Ω, R2 = 2Ω, R3 = 4Ω, R4 = 4Ω.
Tegangan yang ditunjukkan volt meter merupakan selisih tegangan
pada titik A dengan titik B.
Tegangan pada titik A adalah
Va = R2/ (R1+R2) x V = 2/ (1+2)x 12= 8 V

Tegangan pada titik B adalah


Vb = R4/ (R3+R4) x V = 4/ (4+4)x 12= 6 V

Tegangan pada Volt meter adalah


Vx = Va – Vb = 8 – 6 = 2 V

Dengan konsep di atas bila salah satu nilai tahanan berubah maka
tegangan pada Voltmeter juga berubah. Menghitung besar Vx juga
dapat menggunakan, rumus jembatan Wheatstone yaitu:

(R2 xR3) – (R1xR4)


Vx = x V
(R1+R2) x (R3+R4)

23
(2 x 4 ) - ( 1 x4 ) 8–4 4
Vx = x 12 = x 12 = x 12 = 2 V
(1 + 2) x ( 4 + 4 ) 3 x 8 24

Voltage Drop
Dalam suatu rangkaian kelistrikan diperlukan sekring, kontak/ saklar
maupun kabel, semua komponen tersebut dirangkai seri dengan komponen
utama, pada suatu saat permukaan kontak dapat terbakar, konektor pada
ujung kabel kotor atau hubungan kurang kuat yang menyebabkan bagian
tersebut tahanannya bertambah. Bertambahnya tahanan pada kontak
maupun konektor menyebabkan terjadi penurunan tegangan pada kaki
komponen utama, penurunan tegangan tersebut disebut Voltage Drop.
Akibat voltage drop menyebabkan besar arus yang mengalir pada
komponen utama menjadi berkurang dan daya menurun.
Aplikasi konsep di atas dapat digunakan untuk mendiagnosa sumber
kerusakan pada suatu rangkaian seperti rangkaian sistem starter, sistem
pengapian, sistem penerangan dan sebagaianya. Banyak kasus sistem sterter
putaran motor starter lemah yang disebabkan oleh terminal kotor maupun
hubungan massa yang kurang kuat. Percikan api busi lemah yang
disebabkan oleh platina kotor, konektor kotor atau kurang kuat. Nyala
lampu kepala redup yang disebabkan oleh saklar lampu kotor, konektor
kotor atau kurang kuat maupun massa yang kurang.
Sistem starter merupakan system yang membutuhkan arus paling
besar pada system kelistrikan otomotif sehingga kabel yang kotor maupun
kendor sangat besar pengaruhnya pada kinerja system, oleh karena itu
voltage drop test menjadi standard diagnosa kerusakan system starter.

24
Gambar 21. Voltage drop test pada sistem starter

Rangkaian Putus atau Terbuka


Listrik dapat mengalir pada suatu rangkaian bila rangkaian bila sistem
tersebut mempunyai rangkaian tertutup. Mencari dimana letak komponen
yang menyebabkan rangkaian terbuka dapat dilakukan menggunakan volt
meter menggunakan konsep rangkaian seri. Dalam rangkaian seri bila
komponen yang rangkai tahanan sangat jauh beda maka tahanan yang kecil
diabaikan.

Contoh:
Tentukan besar VA dan VB, bila tahanan R1 = 1Ω, R1 = 10Ω dan
R2 = 100KΩ dirangkai seri dengan sumber tegangan 12 V.
R1 R2 R3

VA VB VC

VA = V. (R2+R3)/ Rt = 12 (10 + 100.000)/ (1+10 + 100.000) = 11,99988V


VB = V. R3/ Rt = 12 x 100.000 / (1 +10 + 100.000) = 11,99868 V
VC = 0 V
Bila suatu rangkaian ada bagian yang hubungannya terbuka atau
putus berarti pada bagian yang putus tersebut tahanan mendekati tak
terhingga. Hal ini berarti nilai tahanan jauh lebih besar dibandingkan nilai

25
tahanan yang lain sehingga bila kita melakukan pengukuran menggunakan
Voltmeter pada kaki komponen yang putus akan dihasilkan pengukuran
dengan hasil nol dan maksimal.

Pada saat posisi saklar lampu Off maka hasil


pengukuran seperti pada gambar yaitu sebesar
12,6 V (tegangan sumber), namun saat saklar On
maka tegangan pada titik yang diukur pada
gambar sebelah 0 volt, dan relay lampu
berfungsi, namum bila tegangan lebih dari 0 volt
maka saklar kotor, tegangan tetap 12,6 V maka
hubungan saklar terbuka

Gambar 22. Pemeriksaan hubungan terbuka pada rangkaian

Sumber Energi Listrik


Sumber energi listrik pada kelistrikan otomotif ada 2 yaitu: Baterai
dan alternator. Baterai merupakan sebagai sumber energi listrik pada
kendaraan untuk menghidupkan asesoris, penerangan pada saat mesin mati.
Sebagai sumber energi listrik pada saat melakukan starter untuk
mengidupkan mesin. Saat mesin hidup baterai berfungsi sebagai stabiliser

26
suplai listrik pada kendaraan, bila kebutuhan listrik lebih besar dari suplai
alternator maka kekurangan di suplai baterai, dan bila suplai dari alternator
melebihi kebutuhan maka listrik disimpan di baterai. Saat mesin hidup
kebutuhan energi listrik bersumber dari alternator, selain itu listrik dari
alternator juga untuk mengisi baterai.

Gambar 23. Sumber energi listrik pada kendaraan


a. Baterai
Baterai merupakan sumber energi listrik yang digunakan oleh
sistem starter dan sistem kelistrikan yang lain. Baterai ada dua tipe yaitu
baterai kering dan baterai basah. Baterai yang digunakan untuk motor,
mobil maupun truk biasanya menggunakan baterai jenis basah.
Pada kendaraan secara umum baterai berfungsi sebagai sumber
energi listrik pada kendaraan, namun bila kita amati lebih detail maka
fungsi baterai adalah:
1) Saat mesin mati (engine not running) sebagai sumber energi untuk
menghidupkan asessoris, penerangan, dsb.
2) Saat starter (engine being started) untuk mengidupkan sistem
starter
3) Saat mesin hidup (engine running) sebagai stabiliser suplai listrik
pada kendaraan, dimana pada saat hidup energi listrik bersumber
dari alternator.

27
Gambar 23. Fungsi Baterai pada kendaraan
b. Konstruksi Baterai
Baterai terdiri dari beberapa komponen antara lain : Kotak baterai
(case), terminal baterai (terminal posts), elektrolit baterai (electrolyte),
lubang elektrolit baterai, tutup baterai (vent caps) , sel baterai (cells)
dan tutup baterai (cover). Dalam satu baterai terdiri dari beberapa sel
baterai, tiap sel menghasilkan tegangan 2 - 2,2 V, dengan demikian
baterai 6 V terdiri dari 3 sel baterai, dan baterai 12 V mempunyai 6 sel
baterai yang dirangkai secara seri.

Gambar 24. Kostruksi baterai

Tiap sel baterai mempunyai lubang untuk mengisi elektrolit


baterai, lubang tersebut ditutup dengan tutup baterai, pada tutup
terdapat lubang ventilasi yang digunakan untuk mengalirkan uap dari
elektrolit baterai. Tiap sel baterai terdapat plat positip, saparator dan

28
plat negatip, plat positip berwarna coklat gelap (dark brown) dan plat
negatip berwarna abu-abu metalik (metallic gray).

Gambar 25. Kontruksi sel baterai


Kotak baterai merupakan wadah yang menampung elektrolit dan
elemen baterai. Kotak baterai terbagi menjadi beberapa ruangan sesuai
dengan jumlah selnya. Pada kotak baterai terdapat garis tanda upper
level dan lower level , sebagai indicator jumlah elektrolit. Upper level
merupakan batas maksimal elektrolit, sedangkan lower level
merupakan batas minimal elektrolit baterai.

Gambar 26. Kotak baterai


Sumbat ventilasi ialah tutup untuk lubang pengisian elektrolit.
Sumbat ini juga berfungsi untuk memisahkan gas hidrogen (yang
terbentuk saat pengisian) dan uap asam sulfat di dalam baterai dengan
cara membiarkan gas hidrogen keluar lewat lubang ventilasi, sedangkan

29
uap asam sulfat mengembun pada tepian ventilasi dan menetes kembali
ke bawah.

Gambar 27. Kotak dan sumbat baterai

Pada baterai tanpa perawatan (Maintenance Free/ MF)


konstruksi sumbat baterai dibuat khusus yang memengkinkan proses
kondensasi uap elektrolit dapat terjadi dengan baik, sehingga
berkurangnya jumlah elektrolit karena pemakaian dapat di eleminir.
Berkurangnya elektrolit merupakan permasalahan utaman pentingnya
perawatan baterai, sehingga dengan jumlah elektrolit baterai yang stabil
maka produsen baterai mengkalim baterai yang diproduksi tidak
memerlukan perawatan lagi.

c. Elektrolit Baterai
Elektrolit baterai merupakan campuran antara air suling (H2O)
dengan asam sulfat (SO4), komposisi campuran adalah 64 % H2O dan
dan 36 % SO4. Dari campuran tersebut diperoleh elektrolit baterai
dengan berat jenis 1,270.

30
Gambar 28. Komposisi elektrolit baterai

d. Reaksi Kimia Pada Baterai


Baterai merupakan pembangkitan energi listrik secara kimia.
Listrik dibangkitkan akibat reaksi kimia antara plat positip, elektrolit
baterai dan plat negatip. Saat baterai dihubungkan dengan sumber
listrik arus searah maka terjadi proses pengisian (charge). Proses
tersebut secara kimia dapat dirumuskan sebagai berikut:

Plat (+) + Elektrolit + Plat (-) Plat (+) + Elektrolit + Plat (-)
Pb SO4 + 2 H2O + PbSO4 PbO2 + 2H2SO4 + Pb
Saat sistem starter berfungsi maka energi listrik yang tersimpan
di baterai akan mengalir ke beban, proses ini sering disebut proses
pengosongan (discharge). Proses pengosongan secara kimia dapat
dirumuskan sebagai berikut:

Plat (+) + Elektrolit + Plat (-) Plat (+) + Elektrolit + Plat (-)
PbO2 + 2H2SO4 + Pb Pb SO4 + 2 H2 O + PbSO4
Dari reaksi kimia tersebut terdapat perbedaan elektrolit baterai
saat kapasitas baterai penuh dan kosong, dimana saat baterai penuh
elektrolit terdiri dari 2H2SO4, sedangkan saat kosong elektrolit batarai
adalah 2H2O.

31
Gambar 29. Proses pengisian dan pengosongan baterai
Selama proses pengisian maupun pengosongan listrik pada
baterai terjadi efek panas sehingga eletrolit baterai menguap dan
elektrolit baterai berkurang, untuk itu secara periodik jumlah elektrolit
baterai perlu diperiksa dan bila jumlah elektrolit baterai kurang maka
harus ditambah.
Jumlah elektrolit baterai harus selalu dikontrol, jumlah yang baik
adalah diantara tanda batas Upper Level dengan Lower Level. Jumlah
elektrolit yang kurang menyebabkan sel baterai cepat rusak, sedang
jumlah elektrolit berlebihan menyebabkan tumpahnya elektrolit saat
batarai panas akibat pengisian atau pengosongan berlebihan. Akibat
proses penguapan saat pengisian memungkinkan jumlah elektrolit
berkurang, untuk menambah jumlah elektrolit yang kurang cukup
dengan menambah H2O atau terjual dengan nama Air Accu.
Penyebab elektrolit cepat berkurang dapat disebabkan oleh
overcharging, oleh karena bila berkurangnya elektrolit tidak wajar
maka periksa dan setel arus pengisian. Keretakan baterai dapat pula
menyebabkan elektrolit cepat berkurang, selain itu cairan elektrolit
dapat mengenai bagian kendaraan, karena cairan bersifat korotif maka
bagian kendaraan yang terkena elektrolit akan korosi.
Elektrolit baterai yang dijual ada dua macam yaitu air accu dan
air zuur. Air accu merupakan air murni (H2O) dengan sedikit asam
sulfat, sedangkan air zuur kandungan asam sulfatnya cukup besar

32
sehingga berat jenisnya lebih tinggi. Air accu digunakan untu
menambah elektrolit baterai yang berkurang, sedangkan air zuur
digunakan untuk mengisi baterai pada kondisi kosong.
Penambahan elektrolit dengan air zuur menyebabkan berat jenis
elektrolit terlalu tinggi. Kesalahan ini dapat menyebabkan interprestasi
hasil pengukuran keliruh, sebab hasil pengukuran menunjukkan berat
jenis elektrolit baterai tinggi tetapi kapasitas listrik yang tersimpan
kecil.
Pemeriksaan berat jenis elektrolit baterai menggunakan alat
hidrometer. Pemeriksaan berat jenis elektrolit baterai merupakan salah
satu metode untuk mengetahui kapasitas baterai. Baterai penuh
mempunyai Bj 1,27-1,28, baterai kosong Bj 1,100 -1,130. Hubungan
berat jenis dan kapasitas adalah sebagai berikut:

Gambar 30. Hubungan berat jenis dengan kapasitas baterai


Berat jenis elektrolit berubah sebesar 0,0007 setiap perubahan 1
ºC. Spesifikasi berat jenis normal ditentukan pada 20 ºC, oleh karena
itu saat pengukuran temperature elektrolit harus diamati. Rumus untuk
mengkoreksi hasil pengukuran adalah:

S 20 ºC= St + 0,0007 x (t - 20)

S 20 ºC = berat jenis pada temperature 20 ºC


St = Nilai pengukuran berat jenis
t = Temperatur elektrolit saat pengukuran

33
Gambar 31. Hubungan temperatur dengan berat jenis

Dari hasil pengukuran akan diperoleh data kondisi elektrolit, bila


berat jenis elektrolit lebih dari 1,280 maka tambahkan air suling agar
berat jenis berkurang 1.280 penyebab terllu tingginya berat jenis dapat
disebabkan kesalahan waktu menambah elektrolit, saat lektrolit kurang
harus ditambahkan air suling bukan elektrolit atau air zuur. Lakukan
pengisian penuh, bila hasil pengukuran urang dari 1.210 atau ganti
dengan baterai baterai baru.
Perbedaan berat jenis antar sel tidak boleh melebihi 0.040, bila
hal ini terjadi maka lakukan pengisian penuh, kemudian ukur kembali
berat jenisnya, bila berat jenis antar sel melebihi 0.030, setel berat jenis
dengan menambah air suling atau menambah air zuur sampai elektrolit
hampir sama, namun bila tidak bisa dilakukan, ganti dengan baterai
baru.
Terdapat beberapa produsen baterai menggunakan indicator berat
jenis baterai yang menjadi satu kesatuan dengan sumbat baterai, atau
dipasang satu indicator tersendiri. Adanya indicator berat jenis baterai
membuat perawatan lebih mudah, karena saat perawatan pemeriksaan
berat jenis membutuhkan waktu yang cukup lama, dan bila tidak
dilakukan degan hati-hati elektrolit dapat tumpah/menetes pada
kendaraan.

34
Indikator pada baterai jenis ini mempunyai 3 warna, yaitu:
1). Warna hijau (green) , sebagai indikasi baterai masih baik
2). Warna hijau gelap (dark green) , sebagai indikasi baterai perlu
diperiksa elektrolitnya dan diisi
3). Kuning (yellow), sebagai indikasi baterai perlu diganti.

Gambar 32. Baterai dengan indicator berat jenis


e. Rating Kapasitas Baterai
Energi yang tersimpan dalam baterai harus cukup kuat untuk
melakukan starter mesin, untuk itu baterai harus terisi penuh. Jumlah
energi yang tersimpan tergantung kapasitas baterai, sedangkan
kapasitas baterai dipengaruhi oleh ukuran plat, jumlah plat, jumlah sel
dan jumlah elektrolit baterai.
Terdapat 3 ukuran yang sering menunjukkan kapasitas baterai, yaitu:
1) Cranking Current Ampere (CCA)
2) Reserve Capacity
3) Ampere Hour Capacity (AH)

1) Cranking Current Ampere (CCA)


Kapasitas baterai tergantung pada bahan plat yang
bersinggungan dengan larutan elektrolit, bukan hanya jumlah plat
tetapi besar ukuran (luas permukaan singgung) pada plat yang akan
menentukan kapasitasnya. The Internasional standard
memberikan nilai untuk kapasitas baterai dengan SAE Cranking

35
Current atau Cold Cranking Ampere (CCA). Nilai CCA dari
suatu baterai adalah arus (dalam amper) dari baterai yang diisi
penuh sehingga dapat memberikan arus untuk 30 detik pada 18
derajat celsius selama itu tetap menjaga tegangan setiap sel 1.2 volt
atau lebih.
2) Reserve Capacity
Reserve Capacity atau kapasitas layanan adalah banyaknya
waktu dalam menit pada baterai yang diisi penuh dapat
memberikan arus sebesar 25 ampere pada 27 derajat celsius setelah
sistim pengisian dilepas. Tegangan tidak boleh turun dibawah 1.75
volt per sel (10.5 volt total untuk baterai 12 volt).

Gambar 33. Rating Baterai


3) Ampere Hour Capacity (AH)
Ampere Hour Capacity adalah banyaknya arus pada baterai
yang diisi penuh dapat menyediakan arus selama 20 jam pada 27
derajat Celsius, tanpa penurunan tegangan tiap sel dibawah 1.75
volt. Sebagai contoh: Sebuah Baterai yang secara terus menerus
mengalirkan 3 ampere untuk 20 jam dinilai memiliki 60 AH.
Rumus menentukan kapasitas baterai adalah:
AH = A (amper) x H (Jam)

36
JIS mendefinisikan kapasitas baterai sebagai jumlah listrik
yang dilepaskan sampai tegangan pengeluaran akhir menjadi 10,5
V dalam 5 jam. Sebagai contoh baterai dalam keadaan terisi penuh
dikeluarkan muatannya secara terus menerus 10 A selama 5 jam
sampai mencapai tegangan pengeluaran akhir (10,5 V). Maka
kapasitas baterai ialah 50 AH (10 x 5 jam

f. Perawatan Baterai
Baterai mempunyai peranan yang sangat penting pada kendaraan,
baik saat kendaraan hidup maupun saat starter. Gangguan baterai yang
paling dirasakan pemilik kendaraan adalah fungsi saat starter, dimana
bila baterai kurang baik maka energi yang disimpan tidak cukup untuk
melakukan starter.
Penyebab energi tidak cukup untuk melakukan stater antara lain:
1) Energi listrik yang dihasilkan sistem pengisian lebih kecil dari
kebutuhan energi listrik saat kendaraan beroperasi, sehingga energi
yang tersimpan pada baterai digunakan untuk mencukupi
kekurangannya.
2) Baterai sudah lemah, sehingga tidak mampu menyimpan energi
listrik, atau terjadi pengosongan sendiri.
3) Kontak pada terminal baterai maupun motor starter kotor atau
kurang kuat.
Bila kendaraan lama tidak digunakan maka energi listrik yang
tersimpan di dalam baterai dapat kosong dengan sendirinya. Fenomena
ini sering disebut Self Discharge. Besar self discharge ditunjukan dalam
prosentase kapasitas baterai. Besar self discharge berkisar 0,3 – 1,5 %
per hari pada temperature 20-30 ºC, atau baterai dapat kosong sendiri
dalam 1-3 bulan. Besar Self Discharge dipengaruhi oleh:
1) Adanya bahan aktif yang rusak dan menempel antar sel
2) Ketidak murnian logam seperti besi atau magnesium yang
bercampur dengan elektrolit. Ini salah satu alasan menggapa

37
menambah elektrolit harus menggunakan air suling atau air yang
tidak mengandung logam
3) Bahan aktif baterai
4) Temperatur elektrolit baterai
Perawatan baterai yang baik akan mempu memperpanjang usia
baterai, karena dengan perawatan yang baiK:
a. Mencegah baterai dari kemungkinan kekurangan elektrolit baterai.
Kekurangan elektrolit terjadi akibat saat proses pengisian dan
pengosongan terjadi penguapan, sehingga elektroli berkurang,
oleh karena itu elektrolit harus ditambah air suling. Bila baterai
kekurangan elektrolit dapat menyebabkan baterai panas, terjadi
kristalisasi pada sel-sel baterai dan bahan aktif pada sel lepas.
Adanya bahan aktif yang lepas menyebabkan efektifitas baterai
menurun dan bahan aktif sel yang lepas akan jatuh di dasar kotak
atau terselip diantara sel, bahan aktif yang terjepit ini akan
menyebabkan pengosongan tersendiri.
b. Terminal baterai menjadi awet
Terminal baterai sering rusak akibat korosi, penyebab korosi
adalah uap dari elektrolit dan panas akibat terminal kendor. Dengan
perawatan yang baik kedua terminal baterai akan sering
dibersihkan, dilindungi dengan grease dan pengikatan terminal
dikencangkan sehingga korosi pada terminal mampu dicegah.

Kegiatan yang dilakukan dalam perawatan baterai meliputi:


a. Membersihkan terminal baterai dari karat atau kotoran yang lain
b. Memeriksa jumlah dan berat jenis elektrolit
c. Melakukan pengisian

Pengaman Rangkaian
Rangkaian listrik harus dilindungi dari arus yang berlebihan yang
disebabkan bertambahnya beban atau hubung singkat agar kerusakan tidak

38
lebih berat. Arus yang besar dapat menyebabkan panas sehingga dapat
merusak kabel, isolator, konektor maupun komponen utama. Hubung
singkat pada rangkaian listrik tanpa pengaman juga menjadi salah satu
penyebab terjadinya kebakaran pada kendaraan.
Terdapat 3 jenis alat pengaman rangkaian kelistrikan kendaraan yaitu:
fuse, fusible links dan contact breaker.
a. Fuse (Sekering)
Sekering merupakan komponen pengaman yang paling banyak
digunakan untuk melindungi rangkaian dari kelebihan beban maupun
hubungan singkat. Sekreing dirangkai seri dengan beban. Pada
rangkaian bila arus listrik mengalir melebihi kapasitas sekering, atau
terjadi hubungan singkat maka logam pada bagian sekering akan mencair
dan putus, sehingga rangkaian terputus. Besar arus yang mengalir
tergantung beban kelistrikan dan tegangan listrik.
I=W/V
I = Arus listrik ……….. amper
W= Beban kelistrikan ….. …. watt
V = Tegangan listrik ………. volt

Besar kapasitas sekering yang dipasang diberikan factor aman 1,5


- 2 kali dari besar arus yang mengalir. Misalkan untuk rangkaian dengan
beban 12V/ 36 W maka ukuran sekering yang digunakan adalah:
I = W / V = 36 / 12 = 3 amper
Besar kapasitas sekering yang dibutuhkan dengan factor aman 1,5
berarti 3 x 1,5 = 4,5 A. Besar kapasitas sekering yang dibutuhkan dengan
factor aman 2 berarti 3 x 2 = 6 A. Besar kapasitas sekering yang ada
yaitu 5A, 7,5 A, 10A, 15A, 20A, 25A, dan 30A, sehingga untuk beban
12V/ 36W maka sekering yang digunakan adalah 5A.
Tipe sekering ada dua yaitu tipe tabung ( cartridge fuse type) dan
tipe pipi (blade fuse type). Fuse tipe pipi saat ini lebih banyak digunakan
karena lebih kokoh kontaknya dengan konektor, bila putus dapat

39
diketahui dengan cepat dengan melihat fuse point dan nilai arus listrik
dapat diidentifikasi dengan cepat melaui kode warnanya.

Gambar 34. Tipe sekering


Pada kendaraan lokasi sekering biasanya dijadikan dalam satu
tempat yaitu pada kotak sekering (fuse box), pada kotak sekering terdapat
lay out sekring. Lay out sekering memuat besar kapasitas dan peruntukan
sekring, selain itu juga terdapat tempat untuk sekering cadangan.

Lay-out dan
identifikasi
Sekering/ spesifikasi
Fuse sekering (fuse),
Fusible fusible link dan
link

Rela
y

Lokasi Kotak Tutup Kotak


Sekering Sekering
Gambar 35. Lay out pada kotak sekering
Pada bodi sekering jenis pipi terdapat tulisan besar nilai kapasitas
sekering, selain itu bodi sekering juga mempunyai warna tertentu sesuai
dengan nilai kapasitasnya. Hal ini akan memudah dalam
mengindentifikasi nilai kapasitas sekering.

40
Tabel 4. Kode warna sekering
Bentuk Warna Kapasitas
Coklat
5A
kekuningan
Coklat 7.5 A
Merah 10 A
Biru 15 A
Kuning 20 A
Tanpa warna 25 A
Hijau 30 A
b. Fusible link
Fungsi sebagai alat pengaman sekelompok rangkai dari beban
berlebihan atau hubung singkat. Fungsi Fusible link sama dengan fuse
tetapi ukuran lebih dari 30A. Terdapat 2 tipe fusible link, yaitu tipe kabel
dan tipe pipi.

Gambar 36. Konstruksi, tipe dan penempatan fusible links


Pemasangan elemen fusible link tipe kabel dekat dengan terminal
kabel positip dan dirangkai seri dengan beban. Saat beban berlebihan
atau hubung singkat elemen fusible link akan putus dan menimbulkan
percikan api. Agar percikan api tidak menimbulkan bahaya maka elemen
fusible link dibungkus isolator tahan panas. Kelemahan fusible link tipe
kabel yaitu kalau elemen fusible link putus tidak terlihat dan kapasitas
tidak dapat diketahui dengan cepat.

41
Mengatasi kelemahan tersebut pada saat ini banyak digunakan
fuseble link tipe pipi. Kapasitas fusible link dapat dilihat dari nilai yang
tertulis pada tutup, selain itu juga dari warna rumahnya, bila elemen
sekering pada fusible link putus dapat dilihat karena tutup transparan.
Pemasangan fusible link ada yang dipasang dekat terminal positif
baterai, ada pula yang dipasang di kotak sekering.
Pada fusible link jenis pipi, pada bodi sekering terdapat tulisan
besar nilai kapasitas sekering, selain itu bodi sekering juga mempunyai
warna tertentu sesuai dengan nilai kapasitasnya
Tabel 5. Kode warna sekering
Bentuk Warna Kapasitas
Merah mudah 30 A
Hijau 40 A
Merah 50 A
Kuning 60 A
Hitam 80 A
Biru 100 A

c. Circuit Breaker (CB)


Circuit breaker berfungsi untuk memutus arus listrik bila arus yang
melewati berlebihan sehingga rangkaian aman. Kerja circuit breaker
(CB) berdasarkan panas yang disebabkan oleh besarnya arus yang
mengalir melalui CB. Terdapat 2 tipe circuit breaker yaitu:
 Tipe automatic reset
 Tipe Manual reset

42
Gambar 37. Circuit Breaker automatic reset
Pada tipe automatic reset bila arus listrik yang melewati CB
berlebihan akibat hubung singkat atau beban berlebihan maka plat
bimetal CB menjadi panas. Akibat panas maka plat bimetal menjadi
melengkung sehingga kontak terbuka dan aliran listrik putus. Setelah
komponen penyebab gangguan diperbaiki/ diganti / system dimatikan
maka plat bimetal menjadi dingin sehingga kontak berhubungan kembali.

Gambar 38. Circuit Breaker manual reset

Pada circuit breaker tipe manual reset komponen bimetal


berbentuk piringan melengkung seperti mangkok menempel pada plat
kontak. Saat arus listrik berlebihan yang melewati CB akibat hubung
singkat atau beban berlebihan maka plat bimetal CB menjadi panas.

43
Akibat panas maka plat bimetal menjadi sedikit melengkung ke atas,
sehingga kontak terbuka dan aliran listrik putus
Setelah komponen penyebab gangguan diperbaiki/ diganti / system
dimatikan maka plat bimetal tetap melengkun ke atas, tidak mau kembali
lagi ke posisi semula, untuk melakukan reset dilakukan dengan cara
masukkan batang kecil ke lubang reset. Dan mendorong batang reset
sehingga plat bimetal melengkung ke bawah dan kontak berhubungan
kembali

Beban Listrik
Beban listrik merupakan komponen utama dalam rangkaian listrik yang
ingin difungsikan dengan merubah energi listrik menjadi enegi yang di
inginkan. Macam beban pada rangkaian listrik antara lain:
a. Motor listrik merupakan beban listrik yang berfungsi untuk merubah
energi listrik menjadi energi gerak, contoh : motor starter, motor wiper,
motor power window, motor central lock, motor kipas pendingin
radiator, motor blower air conditioning dan sebagainya.
b. Selenoid merupakan beban listrik yang berfungsi untuk merubah energi
listrik menjadi energi magnet untuk menarik plunger, contoh: solenoid
starter, injector, solenoid anti dieseling, solenoid pada VSV (Vacuum
Switch Valve), dan sebagainya.
c. Lampu merupakan beban listrik yang berfungsi merubah energi listrik
menjadi energi cahaya, contoh : lampu kepala, lampu tanda belok,
lampu-lampu pada meter kombinasi, dan sebagainya.
d. Pemanas merupakan beban listrik yang merubah energi listrik menjadi
energi panas, contoh pemanas kaca (defogger) dan pematik rokok (
lighter).

44
Gambar 40. Beban rangkaian listrik
Kontrol Rangkaian
Menghidupkan dan mematikan aliran listrik pada rangkaian perlu
komponen kontrol. Saklar, tombol, relay, solenoid merupakan komponen
yang banyak digunakan sebagai kontrol aliran listrik, sedangkan kontrol
elektronik merupakan suatu rangkaian yang terdiri dari komponen resistor,
kapasitor, diode, transistor maupun intergated circuit (IC).

Saklar
Saklar merupakan komponen kontrol yang paling banyak digunakan
untuk menghidupkan dan mematikan rangkaian. Saklar dikelompokkan
menjadi 3, yaitu:
1). Saklar Single Pole Single Throw (SPST) yaitu saklar yang mempunyai
input dan output hanya satu terminal. Contoh pada kendaraan yaitu
saklar lampu ruangan, saklar lampu pintu dan sebagainya.
2). Saklar Single Pole Double Throw (SPDT) yaitu saklar yang mempunyai
input satu dan output lebih dari satu. Contoh pada kendaraan yaitu kunci
kontak, saklar tanda belok, saklar power window dan sebagainya.
3). Saklar Multi Pole Multi Throw (MPMT) yaitu saklar yang mempunyai
input dan output lebih dari satu terminal. Contoh pada kendaraan
antara lain saklar pada transmisi otomatis, saklar lampu kepala dan
sebagainya.

45
Gambar 41. Model saklar
Relay
Relay merupakan saklar yang dioperasikan secara elektrik. Aplikasi
relay pada kendaraan sangat banyak, sebab dengan relay maka arus yang
melalui saklar utama dapat direduksi. Reduksi aliran listrik pada saklar
utama memungkinkan saklar lebih awet , ukuran dan tenaga untuk
mengoperasikan dapat diperkecil, disain lebih kompak dan menarik. Secara
umum relay dapat dikelompokan menjadi 3, yaitu:
1). Relay Normaly Close (NC)
Relay NC yaitu relay yang pada kondisi normal kontaknya menutup
2). Relay Normaly Open (NO)
Ralay NO yaitu relay yang pada kondisi normal kontaknya membuka
3). Relay Kombinasi
Ralay kombinasi yaitu relay yang pada kondisi normal kontaknya ada
yang menutup dan kontak lain membuka

(a) (b) (c)


Gambar 42. Relay (a) NC, (b) NO, (c) Kombinasi

46
Prinsip kerja relay NC
Pada kondisi normal untuk relay NC terminal yang berhubungan
adalah terminal 2 dengan 4. Terminal 1 dan 3 merupakan terminal untuk
lilitan (gambar a) . Bila terminal 1 mendapat sumber listrik dan terminal 3
mendapat massa, maka lilitan relay akan dialiri listrik sehingga menjadi
magnet. Magnet yang dihasilkan akan menarik plat kontak relay sehingga
hubungan terminal 2 dengan 4 terputus (gambar b).

(a) (b)

Gambar 43. Relay NC


Contoh apalikasi relay NC pada rangkaian kipas radiator. Saat mesin
dingin maka coolant temperature switch pada posisi ON, sehingga arus
listrik dari baterai mengalir ke lilitan relay dan ke massa melalui coolant
temperature switch. Aliran listrik pada lilitan relay menghasilkan magnet
dan menarik kontak relay, sehingga kontak terbuka, tidak ada aliran listrik
ke kipas radiator (electric fan). Saat temperatur mesin melebihi temperatur
kerja, maka coolant temperature switch akan OFF, aliran listrik pada lilitan
relay terputus, kemagnetan hilang, kontak relay terhubung dan kipas
radiator dialiri arus, kipas radiator berputar. Pemanfaat relay NC pada
rangkaian kipas radiator lebih menguntungkan karena selama kendaraan
digunakan waktu kipas bekerja lebih lama dibandingkan kipas mati, berarti
lama relay OFF lebih lama dibandingkan relay ON.
Prinsip kerja relay NO
Pada kondisi normal untuk relay NO terminal 2 dengan 4 tidak
berhubungan. Terminal 1 dan 3 merupakan terminal untuk lilitan (gambar
a). Bila terminal 1 mendapat sumber listrik dan terminal 3 mendapat massa,

47
maka lilitan relay akan dialiri listrik sehingga menjadi magnet. Magnet yang
dihasilkan akan menarik plat kontak relay sehingga terminal 2 dengan 4
berhubungan (gambar b).

(a) (b)

Gambar 44. Relay NO

Prinsip kerja relay kombinasi


Pada kondisi normal untuk relay kombinasi, terminal 5 dengan 4
berhubungan dan terminal 5 dengan 3 tidak berhubungan. Terminal 1 dan
2 merupakan terminal untuk lilitan (gambar a). Bila terminal 1 mendapat
sumber listrik dan terminal 2 mendapat massa, maka lilitan relay akan dialiri
listrik sehingga menjadi magnet. Magnet yang dihasilkan akan menarik plat
kontak relay sehingga terminal 5 dengan 4 terputus, dan terminal 5 dengan
3 menjadi berhubungan (gambar b).

(a) (b)

. Gambar 45. Relay kombinasi

Tombol

48
Tombol merupakan saklar yang cara mengoperasikan dengan metode
operator menekan terus-menerus, dan bila tekanan dilepas maka saklar tidak
berfungsi. Tombol dikelompokkan menjadi 2 yaitu: tombol normal terbuka
dan tombol normal tertutup.

Gambar 46. Tombol bel pada kendaraan


Tombol kondisi normal terbuka (Normaly Open) seperti tombol bel
dimana bila tombol bel ditekan maka kontak berhubungan, arus listrik
mengalir ke lilitan relay menyebabkan lilitan menghasilkan magnet, plat
kontak relay tertarik sehingga berhubungan. Melalui kontak relai arus listrik
mengalir ke bel, sehingga bel bunyi.

(a) (b)
Gambar 47. (a). Kontruksi saklar rem, (b) rangkaian system rem
Tombol kondisi normal tertutup (Normaly Close) seperti tombol atau
saklar lampu rem, dimana saat pedal rem diinjak maka tombol tidak tertekan
pedal rem sehingga kontak berhubungan dan lampu rem hidup
Thermo Switch

49
Thermo switch yaitu saklar otomatis yang akan “ON” maupun OFF”
berdasarkan perubahan temperatur. Saat dingin saklar “ON”, saat panas
saklar “OFF”. Contoh pada kendaraan yaitu saklar motor kipas radiator.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut: Saat kontak “ON” dan mesin
hidup, kipas radiator mati, karena pada saat tersebut thermo switch “ON”
sehingga arus listrik mengalir melewati lilitan relay yaitu dari terminal 3 ke
terminal 1. Arus listrik tersebut menyebabkan lilitan relay menghasilkan
magnet dan menarik kontak terminal 4 sehingga kontak terbuka, dan arus
listrik terputus, motor kipas radiator mati.

Gambar 48. Pemasangan thermo switch pada rangkaian motor listrik kipas
radiator

Saat temperature mesin sudah panas yaitu di atas 93 ºC, maka thermo
switch “OFF”, arus listrik melewati lilitan relay putus, kemagnetan hilang
dan kontak terminal 4 berhubungan dengan terminal 2. Tertutupnya kontak
tersebut menyebabkan arus listrik mengalir ke motor kipas radiator, motor
kipas radiator berputar.
Contoh lain penggunaan thermoswicth yaitu saklar injektor saat
dingin, saklar pengatur temperature Air Conditioning (AC) dan sebagainya.

Time Delay Switch

50
Time delay switch merupakan saklar yang bekerja “ON” dan “OFF”
terus menerus pada selang waktu tertentu.

Gambar 49. Time delay switch.


Prinsip kerja komponen ini memanfaatkan kontak yang terbuat dari
bimetal. Bimetel merupakan dua bahan logam yang mempunyai koefesien
muai yang berbeda digabungkan. Bimetal bila terkena panas akan
melengkung, dengan demikian bila kontak dialiri arus listrik maka kontak
menjadi panas dan melengkung, sehingga kontak putus. Saat kontak putus
maka arus terhenti, kontak mengalami proses pendinginan, setelah dingin
kontak akan terhubung kembali, arus mengalir kembali melalui kontak. Saat
kontak terhubung lampu menyala, dan saat melengkung, konta putus maka
lampu akan mati, demikian seterusnya sehingga kontak akan “ON” dan
“OFF”, dalam selang waktu tertentu. Aplikasi time delay switch dapat
dijumpai pada flasher lampu tanda belok.

Pressure Switch
Pressure switch yaitu saklar otomatis yang akan “ON” atau “OFF”
berdasarkan perubahan tekanan.

51
Gambar 50. Pressure switch indicator tekanan oli dan AC
Contoh pada saklar tekanan oli, dimana bila tekanan oli rendah maka
saklar “ON” sehingga lampu indikator oli menyala, sedangkan saat tekanan
oli tinggi maka saklar akan “OFF” maka lampu indikator tekanan oli mati.
Pada saluran tekanan tinggi system AC, juga sering dipasang pressure
switch, yang berfungsi ntuk mematikan system AC bila tekanan pada
saluran tekanan tinggi melebihi batas yang ditentukan (21 kg/cm2) akibat
katup ekspansi tersumbat.

Kabel dan Konektor


a. Kabel
Kabel merupakan konduktor digunakan sebagai media
mengalirkan listrik. Secara umum terdapat dua jenis kabel yaitu kabel
pejal (solid wire) dan kabel serabut (stranded wires). Dari kedua jenis
tersebut kabel jenis serabut yang paling banyak digunakan untuk kabel
kendaraan. Pada kendaraan juga terdapat kabel khusus yang digunakan,
yaitu: kabel baterai dan kabel busi.

52
Gambar 51. Kabel baterai
Kabel baterai ada 2, yaitu kabel positip merupakan kabel yang
digunakan untuk menghubungkan positip baterai dengan unit motor
starter dan kabel negatip menghubungkan negatip baterai dengan body
mesin. Kabel baterai merupakan kabel yang paling besar ukurannya
karena dilewati arus listrik yang besar yaitu 150 – 300 A untuk kebutuhan
listrik motor starter. Kabel baterai juga sering disebut kabel motor starter.
Panjang kabel baterai 1-2 , tergantung jarak baterai ke motor starter
Kabel busi merupakan kabel yang digunakan untuk mengalirkan
listrik tegangan tinggi dari induksi koil pengapian ke busi. Tegangan
induksi koil pengapian sangat besar yaitu 20.000 – 30.000 V, untuk itu
kabel tegangan tinggi mempunyai isolator yang sangat tebal agar tidak
terjadi kebocoran arus. Kabel busi umumya terbuat dari karbon untuk
mereduksi gangguan gelombang radio.

53
Gambar 52. Kabel tegangan

Guna mempermudah identifikasi maupun penelusuran bila terjadi


kerusakan pada rangkaian kelistrikan maka isolator kabel dibuat
berwarna.

Tabel 6. Kode warna kabel


Warna Kode Warna Kode
Black (hitam) B Orange (oranye) O
Brown (coklat) BR Pink (merah muda) P
Green (hijau) G Red (merah) R
Gray ( abu-abu) GR Violet (ungu) V
Blue (biru) L White (putih) W
Light Blue (hijau muda) LG Yellow (kuning) Y

Pada wiring diagrams warna kabel ditunjukkan dalam kode abjad,


karena terbatasnya warna maka warna isolator kabel ada yang
menggunakan dua warna, yaitu warna utama diberi garis strip warna lain.
Pengkode kabel model ini warna kabel yang dominan diletakan depan
sedangkan strip diletakkan dibelakang. Contoh: kabel satu warna dengan

54
kode “R” berarti warna kabel adalah merah, sedangkan kode “R-G”
berarti warna kabel adalah merah strip hijau.

Gambar 53. Kabel

Kabel memiliki tahanan, semakin panjang kabel listrik semakin


besar pula tahanannya, tetapi semakin besar diameter kabel listrik
semakin kecil tahanannya. Tahanan listrik berbanding lurus dengan
panjang kabel tetapi berbanding terbalik dengan diameter kabel.
Berdasarkan pengertian diatas tahanan suatu kabel listrik dapat dihitung
dengan rumus berikut :

R =  .l/A
R = Tahanan listrik ………………. 
 = Tahanan jenis ………………. /m
l = Panjang kabel ………………. m
A = Luas penampang kabel …….. m2

Tabel 7. Tahanan jenis pada temperature 20 ºC


Bahan  /m Bahan  /m
Almunium 2,75 x 10-8 Tungsten 5,25 x 10-8
Besi 9,68 x 10-8 Mangan 48,2 x 10-8
Emas 2,44 x 10-8 Karbon 3 x 10-5
Perak 1,62 x 10-8 Germanium 5 x 10-1
Platina 10,6 x 10-8 Silikon 0,1 - 60
Tembaga 1,69 x 10-8 Kaca 109 - 1012

Dari rumus di atas dapat dilihat bahwa semakin panjang kabel


semakin besar tahanan listriknya, dan semakin kecil kabel tahanan

55
semakin besar. Guna memudahkan pemakaian maka SAE ( Society of
Automotive Engineer) mengeluarkan pedoman AWG (American Wire
Gauge) untuk menentukan ukuran kabel, dan penggunaan kabel
berdasarkan besar arus yang mengalir dan jarak kabel dari sumber ke
beban. Ukuran kabel tersebut adalah berikut ini:
Tabel 8 Ukuran Kabel
Metric (mm2) SAE AWG (gage) Ohm per 1000 feet
0,5 20 10,0
0,8 18 6,9
1,0 16 4,7
2,0 14 2,8
3,0 12 1,8
5,0 10 1,1
8,0 8 0,7
13,0 6 0,4
19,0 4 0,3
32,0 2 0,2
40,0 1 0,14
50,0 0 0,11
62,0 00 0,09

Contoh :
Tentukan besar tahanan untuk kabel 14 gage, dengan panjang 18 feet.

Dari table diatas dapat diketahui tahanan kabel 14 gage adalah 2,8 Ohm
tiap 1000 feet atau 0,0028 ohm per feet, sehingga besar tahanan = 0,0028
x 18 = 0,05 Ohm.

Pemilihan kabel yang digunakan pada sistem kelistrikan


tergantung dari besar arus yang akan mengalir atau beban. Semakin besar
arus yang mengalir atau semakin besar beban semakin kesar ukuran kabel
yang digunakan. Selain besar arus dan beban juga dipengaruhi jarak
antara sumber dengan beban. Guna mempermudah pemilihan SAE
mengeluarkan pedoman pemilihan kabel seperti table berikut ini:

56
Tabel 9 Pedoman Pemilihan Ukuran Kabel (Wire Gage)
Arus Daya Panjang Kabel (feet)
Amp Watt 3 5 7 10 15 20 25 30
1 12 20 20 20 20 20 20 20 20
1,5 18 20 20 20 20 20 20 20 20
2 24 20 20 20 20 20 20 20 20
3 36 20 20 20 20 20 20 20 20
4 48 20 20 20 20 20 20 20 18
5 60 20 20 20 20 20 20 18 18
6 72 20 20 20 20 20 18 18 18
7 84 20 20 20 20 18 18 18 16
8 96 20 20 20 18 18 18 16 16
10 120 20 20 20 18 18 16 16 16
11 132 20 20 20 18 16 16 16 14
12 144 20 20 20 18 16 16 14 14
15 180 20 20 20 18 16 14 14 12
18 216 20 20 18 16 14 14 12 12
20 240 20 20 18 16 14 12 12 10
22 264 20 18 16 14 12 12 10 10

Contoh :
Tentukan ukuran kabel untuk lampu penerangan dengan daya 200
W, bila jarak lampu sampai sumber listrik sejauh 18 feet. Tentukan pula
penurunan tegangan akibat panjang kabel!

Besar arus yang mengalir adalah I = P / V = 200 /12 = 16,6 A


Ukuran kabel untuk daya 200W dengan jarak 18 feet dari table di atas
adalah 14 gage atau luas penampang 2,0 mm2 .
Dari table di atas dapat diketahui tahanan kabel 14 gage adalah 2,8 Ohm
tiap 1000 feet atau 0,0028 ohm per feet, sehingga besar tahanan = 0,0028
x 18 = 0,05 Ohm. Dengan demikian besar voltage drop sebesar V = I x
R = 16,6 x 0,05 = 0, 83 Volt.

Bila arus listrik melewati sambungan yang kendor akan


menyebabkan sambungan menjadi panas. Panas ini akan memperbesar
tahanan dan mempercepat timbulnya korosi. Tahanan sambungan dapat
diperkecil dengan membersihkan sambungan dan mengeraskan
sambungan, menggunakan konektor dengan karet perapat untuk
menghingarai masuknya air, dan sebagainya.

57
Terminal baterai merupakan terminal yang paling sering kendor
dan kotor akibat korosi yang disebabkan asam sulfar dari uap elektrolit
baterai. Akibat terminal kendor dan kotor menyebabkan tahanan
meningkat sehingga menyebabkan gangguan suplai listrik terutama saat
mesin distarter, oleh karena itu terminal ini harus diperiksa dan
dibersikan saat perawatan berkala.
Karet, vynil, plastik dan porselin dapat digunakan untuk
menghalangi arus listrik antara konduktor. Sifat dari bahan-bahan ini
disebut kemampuan tahanan isolator dan dinyatakan dengan nilai
tahanan. Dalam kondisi tertentu isolator dapat berubah menjadi
penghantar listrik/ konduktor, misalnya karena retak, bocoran arus listrik
yang akan menimbulkan percikan bunga api dan menimbulkan kotoran,
menempelnya air atau kotoran lain pada isolator.

Gambar 54. Kerusakan isolator kabel listrik

b. Konektor
Konektor berfungsi tempat penyambungan kabel pada sistem
kelistrikan, melindungi sambungan dari karat dan kotoran, dan
memungkinkan sambungan dipisah lagi dengan mudah.
Konektor terdiri dari konektor laki-laki dan konektor perempuan,
rumah konektor terbuat dari plastic, dalam rumah tersebut terdapat
lubang untuk memasukkan terminal kabel. Jumlah terminal pada
konektor sangat beragam mulai dari satu terminal sampai puluhan
terminal. Agar penyambungan konektor lebih mudah dan tidak salah
maka pada konektor terdapat nok sehingga bila posisi tidak tepat maka

58
konektor tidak dapat masuk, sedangkan untuk menjamin agar
sambungan lebih kuat maka dipasang pengunci.

Gambar 55. Kontruksi konektor


Bentuk konektor ada bebarapa macam diantara bentuk bulat
maupun bentuk kotak. Jumlah kabel dalam satu konektor sangat
bervariasi mulai dari satu kabel sampai puluhan terminal.
Saat melepas konektor harus memperhatikan teknik penguncikan
yang digunakan, dan saat menarik konektor tidak boleh menarik
kabelnya. Bagian yang ditarik adalah bagian konektornya. Teknik
melepas penguncian terminal ada beberapa macam diantaranya:
mengangkat pengunci kemudian rumah konektor ditarik, menekan
pengunci kemudian rumah konektor ditarik, langsung menarik rumah
konektor. Lokasi pengunci ada yang di tengah atau di samping.

Gambar 56. Macam bentuk konektor dan jumlah terminalnya.

59
Wire harness merupakan sekumpulan kabel yang digunakan pada
rangkaian kelistrikan, dimana sekumpulan kabel tersebut dijadikan satu
dengan isolator, agar kabel lebih rapih. Pada ujung wire harness dipasang
konektor sehingga pemasangan sistem perkabelan lebih mudah.

Gambar 57. Wire harnes


Instrumen
a. Putaran Mesin
Putaran mesin merupakan informasi yang penting diketahui
pengemudi. Instrumen untuk mengukur putaran mesin yaitu tachometer.
Besar putaran mesin dalam satuan jumlah putaran poros engkol tiap
menit (rotation per menute/ rpm). Informasi putaran mesin dideteksi dari
jumlah induksi pada lilitan primer pada koil pengapian,

Rangkaian
elektronik
penghitung
pulsa induksi

Gambar 58. Tachometer analog

60
Pada tachometer manual, jumlah pulsa pada primer koil pengapian
dikonversi menjadi tegangan listrik pada rangkaian elektronik. Semakin
tinggi putaran mesin semakin banyak pulsa induksi di primer koil
pengapian, semakin tinggi pula tegangan yang dihasilkan rangkaian
tachometer dan jarum tachometer bergerak semakin besar. Pada gambar
4.2 menunjukan display putaran mesin dari angka 0 sampai 8. Angka
tersebut dikalikan 1000, jadi bila jarum menunjukan ke angka 5 berarti
putaran mesin sebesar 5000 rpm.

Gambar 59. Tachometer tipe Digital dengan VFD-(Vacuum Fluorescent Display)

Pada tachometer digital, signal yang dihasilkan oleh induksi


primer koil pengapian yang berupa gelombang analog dirubah menjadi
gelombang kotak (digital) oleh rangkaian analog to digital (rangkaian
A/D), selajutnya jumlah frekuensi dihitung oleh rangkaian penghitung
(counter), masuk ke rangkaian driver, selanjutnya data ditampilkan pada
display.

b. Instrumen Kecepatan Kendaraan


Kecepatan kendaraan diukur menggunakan speedometer. Sensor
untuk mendeteksi kecepatan dilakukan dengan mengitung putaran out
put transmisi, atau putaran poros propeller, atau putaran roda. Saat poros
out put transmisi berputar, mengindikasikan roda kendaraan berputar,
berarti kendaraan bergerak. Pada speedometer manual, sensor
speedometer pada out transmisi memutar kabel speedometer, selanjutnya
kabel speedo meter akan memutar kumparan putara (moving coil) yang

61
dipasang pada display speedometer. Semakin cepat kendaraan berjalan
semakin besar penyimpangan jarum speedometer.

Gambar 60. Display speedometer di panel dashboard

Pada speedometer digital, sensor speedometer juga pada out


transmisi, atau pada meter kombinasi yang digerakkan oleh kable
speedometer, dimana kabel speedometer digerakkan gigi yang dipasang
pada output transmisi. Sensor speedometer/ speed sensor ada 2 jenis
yaitu jenis induktif, dan jenis optic. Sensor jenis induktif menggunakan
lilitan sebagai sensor, dan reluctor menggunakan gigi untuk
menghasilkan listrik bolak balik dengan frekuensi sesuai putaran sensor.
Sensor jenis optic menggunakan photo transistor, LED (light emitting
diode) dan piringan berlubang (slotted wheel) untuk menghasilkan listrik
gelombang kotak, dengan frekuensi sesuai putaran.

62
Gambar 61. Rangkaian speedometer digital

Prinsip kerja dari phototransistor atau photocoupler adalah bila


kaki base mendapat cahaya, maka phototransistor akan ON, dan bila kaki
base tidak dapat cahaya maka phototransistor menjadi OFF. Dengan
membuat rangkaian seperti gambar di bawah maka saat out put transmisi
berputar atau kendaraan berjalan maka piringan pada speed sensor akan
berputar. Bila piringan berputar maka cahaya dari LED akan mengenai
phototransisistor dan terhalang secara berulang-ulang, sehingga
phototransistor akan ON-OFF, berulang-ulang. Saat phototransistor ON,
maka Tr juga ON, begitu juga saat phototransistor OFF, maka transistor
juga OFF.
Berdasarkan informasi dari speed sensor maka computer control
unit akan menghitung kecepatan kendaraan, hasil perhitungan kecepatan
dikirim ke display kecepatan yaitu pada speedometer.
c. Instrumen Volume Bahan Bakar
Jumlah bahan bakar di tangki bahan bakar perlu dipantau, untuk
menghidari bahan bakar pada tempat yang sulit/ tidak ada stasiun penjual
bahan bakar. Pada tangki bahan bakar dipasang sensor volume bahan

63
bakar yaitu fuel sander gauge. Sensor ini pada prinsipnya adalah
potensio meter atau variabel resistor yang nilai tahanannya berubah
akibat perubahan volume bahan bakar.
Pengemudi mengetahui jumlah bahan bakar dari display volume
bahan bakar (fuel receiver gauge) yang terpasang pada meter kombinasi.
Prinsip dari fuel receiver gauge adalah bimetel yang akan melengkung
bila terkena panas. Panas dihasilkan dari lilitan pemamas, besar
lengkungan tergantung tinggi rendahnya panas pada bimetel, tinggi
rendahnya panas tergantung besar kecilnya arus yang mengalir pada
lilitan.

Voltage
Regulator

1/2
E F Fuel Sander
Gauge

Fuel Receiver
Gauge
Baterai

Gambar 62. Intrument volume bahan bakar menunjukan kosong

Saat bahan bakar habis maka pelampung pada fuel sander gauge
pada posisi paling bawah. Pada posisi ini nilai tahanan fuel sander gauge
besar yaitu 119 – 121 Ohm. Arus mengalir dari baterai ke kunci kontak,
ke fuse, ke regulator, ke fuel receiver gauge, ke fuel sander gauge, ke
massa. Karena nilai resistor besar maka arus yang melewati fuel receiver
gauge. Kecilnya arus listrik belum mampu membuat bimetel memuai
sehingga melengkung, sehingga jarum fuel receiver gauge menunjukan
hurup E (Empty), sebagai indikasi bahan bakar kosong/ habis.
Bila bahan bakar diisi sampai penuh, maka pelampung fuel sander
gauge yang dipasang di tangki bahan bakar, akan bergerak naik, gerakan
ini menggeser tahanan pada fuel sander gauge mengecil sampai nilai
tahanan 4-6 Ohm. Arus mengalir dari baterai ke kunci kontak, ke fuse,

64
ke regulator, ke fuel receiver gauge, ke fuel sander gauge, ke massa.
Karena nilai resistor kecil maka arus yang melewati fuel receiver gauge
menjadi besar. Besarnya arus listrik yang mengalir mampu membuat
bimetel memuai sehingga melengkung, dan menarik jarum fuel receiver
gauge, sehingga menunjuk hurup F (Full), hal ini menunjukan bahan
bakar di tangki penuh.

Voltage
Regulator

1/2
E F Fuel Sander
Gauge

Fuel Receiver
Gauge
Baterai

Gambar 63. Instrument volume bahan bakar menunjukan penuh

Pada saat ini instrument pengukur volume bahan bakar sudah


menggunakan komponen elektronik maupun digital. Display pada
pengukur volume bahan bakar elektronik LED (light emitting diode),
sedangkan yang sudah digital menggunakan VFD ( Vacuum
Fluorescent Display ). Konsep sensor yang digunakan pada sama, yaitu
potensio meter atau variabel resistor yang nilai tahanannya berubah
akibat perubahan volume bahan bakar. Perbedaan terletak pada
rangkaian untuk memproses data dari sensor, dengan memanfaatkan
rangkaian elektronik maupun mikroprosesor.

65
Gambar 64. Display menggunakan LED

Gambar 65. Display VFD pengukur bahan bakar digital

d. Instrumen Temperatur Mesin


Pada semua kendaraan dilengkapi instrumen pengukur temperature
mesin, sebagai informasi kepada pengemudi tentang kondisi temperature
kerja mesin. Bila temperature mesin terlalu tinggi, berarti potensi terjadi
pemuaian pada piston maupun ring piston sangat tinggi, gesekan piston
dengan diding silinder besar, keausan mesin berlebihan, daya mesin
melemah dan bahan bakar boros. Bahkan banyak terjadi temperature
mesin yang terlalu tinggi menyebabkan pemuaian yang sangat tinggi dan
piston macet, mesin mati.

66
Gambar 66. Sensor temperatur mesin
Instrumen pengukur temperature mesin menggunakan thermistor
sebagai sensor. Thermistor yaitu resistor yang nilai tahanannya berubah
akibat perubahan temperature. Terdapat 2 tipe thermistor yaitu PTC dan
NTC. Positive Temperature Coeficient (PTC) yaitu jenis thermistor yang
nilai tahanan berubah tinggi sebanding dengan naiknya temperature.
Negative Temperature Coeficient (NTC) yaitu jenis thermistor yang nilai
tahanan berubah semakin rendah, bila temperature semakin tinggi, atau
tahanan berbanding terbalik dengan temperature. Thermistor jenis NTC
yang digunakan sebagai sensor pengukur temperature mesin.

Prinsip kerja saat temperature mesin rendah


Voltage
Regulator

C H
Temperature
Sander Gauge

Temperature
Receiver Gauge
Baterai

Gambar 67. Prinsip kerja saat temperature mesin rendah

Pada saat temperature mesin masih rendah maka nilai tahanan


sensor temperature mesin masih tinggi. Arus mengalir dari baterai ke
kunci kontak, ke regulator instrument, ke lilitan pada instrument bahan
bakar ke sensor temperature dan ke massa. Saat temperature dingin maka

67
tahanan sensor tinggi sehingga arus listrik yang mengalir kecil, panas
yang dihasilkan akibat aliran listrik kecil, bimetal pada instrument tidak
melengkung, jarum instrument menunjukan “C”.
Pada saat temperature mesin masih tinggi maka nilai tahanan
sensor temperature mesin masih rendah. Arus mengalir dari baterai ke
kunci kontak, ke regulator instrument, ke lilitan pada instrument bahan
bakar ke sensor temperature dan ke massa. Saat temperature tinggi/ panas
maka tahanan sensor rendah sehingga arus listrik yang mengalir besar,
sehingga panas yang dihasilkan akibat aliran listrik besar, bimetal pada
instrument akan melengkung akibat panas akibat aliran listrik, jarum
instrument akan tertarik sehingga bergerak menunjukan “H”.

Voltage
Regulator

C H
Temperature
Sander Gauge

Temperature
Receiver Gauge
Baterai

Gambar 68. Prinsip kerja saat temperature mesin rendah

Dari uraian di atas kita dapat melihat bahwa perubahan jarum


penunjuk bahan bakar sesuai dengan besarnya bimetal melengkung.
Bimetal pada instrument akan melengkung sesuai besar arus yang
mengalir akan bergerak sesuai dengan perubahan nilai tahanan pada
sensor temperature. Perubahan nilai tahanan tergantung perubahan
temperature mesin.

68

Anda mungkin juga menyukai