Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah kendaraan terdiri dari beberapa komponen, diantaranya:

mesin, drive train, chasiss, kelistrikan mesin, kelistrikan bodi, dan bodi. Suatu

komponen yang tidak kalah pentingnya dalam sistem suatu kendaraan yaitu

sistem kelistrikan bodi. Sistem kelistrikan bodi adalah instalasi dari berbagai

rangkaian penerangan pada kendaraan.

Sistem kelistrikan bodi terdiri dari penerangan luar dan penerangan

dalam, yang termasuk sistem penerangan luar yaitu lampu besar, lampu

belakang, lampu rem, lampu jarak, dan lampu sein. Sedangkan penerangan dalam

yaitu lampu meter.

Sistem kelistrikan bodi dapat menjamin keamanan pengendara

terutama pada malam hari serta memberi isyarat pada kendaraan lainnya,

sehingga melalui isyarat tersebut kendaraan di bagian depan dan belakang akan

mengerti aktifitas yang akan dilakukan. Cukup banyak pengendara yang kurang

memperhatikan kelengkapan sistem kelistrikan bodi terutama fungsi pada lampu

sein kendaraannya, entah tidak tahu fungsinya atau memang terjadi

kerusakan/gangguan pada lampu sein tersebut, sehingga membingungkan

4
pengendara lain yang ada di depan atau di belakngnya. Dengan kejadian ini bisa

menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mencoba untuk membuat


karya tulis yang berjudul ALUR KELISTRIKAN SISTEM LAMPU

SEIN PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA FIT DAN


ANALISA KERUSAKANNYA.

1.2 Batasan Masalah


Agar dalam penulisan karya tulis ini lebih jelas dan terarah, maka

diperlukan adanya pembatasan masalah. Oleh karena itu, karya tulis ini bersifat

deskriptif/penjelasan mengenai komponen yang terdapat pada sistem lampu sein,

cara kerja tiap komponen sistem lampu sein, bagaimana terjadinya kerusakan

pada komponen sistem lampu sein, dan bagaimana cara untuk mengatasi

permasalahan pada sistem lampu sein.

1.3 Rumusan Masalah


Sistem lampu sein adalah sistem penerangan luar pada motor yang

berfungsi untuk memberikan isyarat pada kendaraan yang ada di depan atau

belakang bahwa kendaraan akan belok ke kiri atau kanan dengan memberikan

isyarat kedipan pada lampu sein. Adapun pokok permasalahan yang akan penulis

bahas dalam tugas akhir ini adalah:


1. Bagaimana cara kerja sistem lampu sein?
2. Apa komponen yang terdapat pada sistem lampu sein?
3. Permasalahan apa yang dihadapi dalam sistem lampu sein?
1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan tugas akhir alur

kelistrikan sistem lampu sein ini adalah :

5
1. Untuk mempermudah dalam memahami cara kerja sistem lampu sein.
2. Untuk mengetahui beberapa gangguan yang ada pada sistem lampu sein dan

cara untuk mengatasinya.

1.5 Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diperoleh selama membuat karya tulis ini yaitu :
1. Sebagai syarat kelulusan ujian akhir di Politeknik Dharma Patria Kebumen.
2. Dapat mempermudah memahami cara kerja sistem lampu sein.
3. Dapat mengetahui kerusakan-kerusakan yang sering terjadi pada komponen-

komponen sistem lampu sein, dan


4. Bagaimana cara mengatasinya kerusakan-kerusakan tersebut.

1.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data


Dalam menyusun laporan ini penulis menggunakan metode deskripsi

dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut :


1. Observasi
Teknik observasi merupakan suatu teknik mengumpulkan data dengan cara

langsung, yaitu melakukan pengamatan pada sepeda motor.

2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan suatu bentuk pengumpulan data yang

dilakukan oleh penulis dengan cara mempelajari buku-buku, khususnya

buku-buku yang ada kaitannya dengan materi penulisan karya tulis ini dan

melalui internet.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan penjelasan penyusunan karya tulis

yang menjelaskan isi pada setiap bab. Sistem penulisan karya tulis ini adalah

sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan

6
Pada bab ini berisi tentang latar belakang, pokok pembahasan, batasan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode teknik pengumpulan

data, dan sistematika penulisan.


2. Bab II Sistem Lampu Sein Sepeda Motor
Pada bab ini berisi tentang landasan teori, nama komponen pada lampu sein,

dan cara kerja lampu sein.


3. Bab III Analisa Kerusakan Sistem Lampu Sein
Pada bab ini berisi tentang analisa kerusakan sistem lampu sein dan cara

memperbaikinya.
4. Bab IV Kesimpulan Dan Saran
Bab ini merupakan bab terakhir dari sistematika penulisan laporan ini yang

berisi
tentang kesimpulan dan saran-saran dari penulis.
BAB II
SISTEM LAMPU SEIN SEPEDA MOTOR

2.1 Teori Dasar Tentang Sirkuit Kelistrikan

Sirkuit kelistrikan adalah rangkaian dimana arus listrik dapat mengalir.

Pada gambar di bawah arus listrik mengalir dari terminal positif battery → kabel

→ fuse → switch → kabel → lampu → kabel → terminal negatif battery.

7
Gambar 2.1 Sirkuit Listrik

2.1.1 Beban

Beban adalah perlengkapan-perlengkapan kendaraan yang

menggunakan listrik (lampu, klakson, motor wiper, dll) yang menggunakan

kelistrikan. Dalam sirkuit kelistrikan semua beban dikategorikan sebagai

tahanan.

8
Gambar 2.2 Tahanan Dalam Sirkuit Kelistrikan

2.1.2 Sirkuit Listrik Pada Kendaraan

Dalam sirkuit kelistrikan motor, salah satu ujung kabel dari setiap

beban dihubungkan dengan bodi atau rangka motor yang berfungsi

sebagai massa dari sirkuit (mengembalikan arus ke negatif battery).

Gambar 2.3 Sirkuit Kelistrikan Pada Kendaraan

2.1.3 Hukum Ohm

Bila tegangan diberikan pada sirkuit kelistrikan, maka arus akan

mengalir ke sirkuit. Berikut ini hubungan khusus antara tegangan

9
(voltage), arus, dan tahanan dalam sirkuit. Ukuran arus yang mengalir

berbanding lurus dengan tegangan yang diberikan dan berbanding terbalik

dengan tahanan.

Hubungan ini disebut dengan hukum ohm, dapat ditunjukan dengan rumus

I= V : R ; atau Arus listrik = Tegangan : Tahanan

Dimana, I = arus listrik yang mengalir (A).


V = tegangan yang diberikan pada sirkuit (V).
R = tahanan pada sirkuit (Ω).

2.1.4 Penggunaan Hukum Ohm


Hukum ohm dapat digunakan untuk menentukan suatu tegangan V, arus I,

atau tahanan R pada sirkuit kelistrikan, dapat ditentukan tanpa pengukuran

yang aktual, bila diketahui nilai dari dua faktor yang lain.
a. Hukum ini dapat digunakan untuk menentukan besar arus yang

mengalir pada sirkuit bila tegangan V diberikan pada tahanan R.


Sebagai contoh:
Hitunglah arus yang mengalir pada sirkuit kelistrikan apabila tegangan

yang diberikan 12 V dan tahanannya 2 Ω.

I= V:R

= 12V : 2Ω

=6A

b. Hukum ini dapat digunakan untuk menghitung tegangan V yang

diperlukan agar arus I mengalir melalui tahanan R.


Sebagai contoh:

10
Hitunglah tegangan yang diperlukan apabila arus yang mengalir

sebesar 3 A dan tahanannya 4 Ω.

V =IxR

= 3A x 4Ω

=12V

c. Hukum ini juga dapat digunakan untuk menghitung tahanan listrik R

bila tegangan V yang diberikan dan arus listrik I yang mengalir pada

sirkuit diketahui.

Sebagai contoh:

Hitunglah tahanan listrik apabila tegangannya 12 V dan arus yang

mengalir 4 A.

R=V:I

= 12 : 4A

= 3Ω

2.1.5 Rangkaian Listrik


Pada suatu rangkaian listrik berlaku hukum Kirchoff I, yaitu:

“Jumlah kuat arus yang masuk ke suatu titik percabangan sama dengan

jumlah kuat arus yang meninggalkan titik percabangan itu.”

11
1. Rangkaian Seri

Gambar 2.4 Rangkaian Seri


Rangkaian seri adalah susunan hambatan-hambatan yang tersusun

secara berurutan atau sejajar.


R1, R2, R3 menunjukan hambatan kawat 1,2, dan 3, dan dari ke tiga

hambatan tersebut dapat diwbateraili oleh hambatan pengganti (Rtot)

yaitu : Rt = R1 + R2 + ... + Rn.


2. Rangkaian Pararel

Gambar 2.5 Rangkaian Pararel


Rangkaian pararel adalah susunan hambatan yang tersusun sedemikian

rupa sehingga mempunyai dua ujung yang sama atau hubungan secara

bertingkat.

3. Rangkaian Seri Pararel


Rangkaian seri pararel adalah suatu kombinasi dari rangkaian seri dan

pararel.

12
Gambar 2.6 Rangkaian Seri Pararel
Rtot1 = (R2 x R3) : (R2 + R3)
Rtot2 = R1 + Rtot1
I = V : Rtot2
V1 = Rtot1 x I

2.1.6 Penurunan Tegangan ( Voltage Drop)


Bila arus listrik mengalir di dalam sirkuit, dengan adanya tahanan listrik di

dalam sirkuit akan menyebabkan tegangan turun setelah melewati tahanan.

Besarnya perubahan tegangan dengan adanya tahanan disebut dengan

penurunan tegangan (voltage drop).


Bila arus I mengalir pada sirkuit, penurunan tegangan V1 dan V2 setelah

melewati R1 dan R2 dapat dihitung dengan menggunakan hukum ohm

(besar arus I adalah sama pada R1 dan R2, kerena dirangkai secara seri).

Gambar 2.7 Penurunan Tegangan


V 1 = R1 x I
V 2 = R2 x I

2.1.7 Beban Dalam Kelistrikan Sepeda Motor

13
Beban adalah perlengkapan-perlengkapan kendaraan yang

menggunakan listrik (lampu, klakson, motor wiper, dll). Dalam sirkuit

kelistrikan semua beban dikategorikan sebagai tahanan. Dalam sirkuit

kelistrikan mobil/motor, salah satu ujung kabel dari setiap beban

dihubungkan dengan bodi atau rangka mobil/motor yang berfungsi

sebagai massa dari sirkuit (mengembalikan arus ke negatif baterai).

Gambar 2.8 Beban Dalam Kelistrikan Motor

2.1.8 Daya Dan Kerja Listrik

Bila arus listrik mengalir ke dalam suatu sirkuit, energi listrik

dirubah dalam bentuk panas, energi radiasi (sinar), energi mekanis dan

sebagainya. Bila tegangan dihubungkan dengan lampu, maka lampu

tersebut akan menyala. Hal ini disebabkan energi listrik dirubah ke dalam

bentuk energi radiasi. Rumus yang menyatakan daya listrik adalah P = V x

I.
P = daya (W)
V = tegangan (V)
I = arus listrik yang mengalir (I)

14
Sedangkan jumlah kerja yang dilakukan oleh listrik disebut sebagai

kerja listrik dengan simbol W (jangan diartikan sama dengan “W”

singkatan dari “watt”). Jumlah energi listrik yang digunakan dapat

ditentukan sebagai berikut bila tenaga listrik P dipergunakan untuk

beberapa waktu t.
W=Pxt
= (V x I) x t
W = kerja listrik (Ws)
P = daya (W)
t = waktu (sekon)

2.2 Sejarah Lampu Sein

Pada abad ke-18, kendaraan pada umumnya masih berbentuk gerobak

yang dilengkapi tempat duduk. Gerobak tersebut menggunakan tenaga kuda

sebagai penariknya. Baru menjelang peralihan abad ke-18, Nicholas Cugnot

dari Inggris menemukan alternatif lain sebagai pengganti tenaga kuda, yaitu

bahan bakar uap. Kemudian dia menciptakan sebuah kendaraan dengan bahan

bakar uap. Temuan ini menginspirasi para ahli lainnya untuk menciptakan

kendaraan yang lebih canggih. Henry Ford dan Gottlieb Daimler misalnya,

berhasil menciptakan kendaraan yang disertai mesin penggerak dan mobil

dengan bahan bakar bensin. Seiring dengan penemuan-penemuan tersebut,

penggunaan mobil pun sembaterain merajalela karena dianggap lebih cepat dan

efisien. Namun terlepas dari itu semua, penggunaan mobil menjadi masalah

karena sering menimbulkan kecelakaan.

15
Kecelakaan yang sering terjadi yaitu tabrakan antar kendaraan ketika

berada di tikungan. Hal ini dikarenakan belum adanya alat yang diciptakan

sebagai tanda ketika mobil akan belok ke kanan atau ke kiri. Oleh karena itu,

pada tahun 1920-an pabrik kendaraan di Jerman mulai menciptakan lonceng

dan peluit uap, kemudian memasangnya di kendaraan produksi mereka.

Lonceng tersebut berfungsi sebagai tanda ketika mobil akan berbelok. Jika

lonceng berbunyi sekali, tandanya mobil akan berbelok ke kanan. Jika lonceng

berbunyi dua kali, berarti mobil akan berbelok ke kiri. Namun ternyata

penggunaan lonceng sebagai tanda belok ini pun tidak efektif karena terlalu

ramainya aktivitas lalu lintas, bunyi lonceng justru membingungkan pengguna

mobil lainnya karena bersahut-sahutan sehingga tidak jelas apakah lonceng

berbunyi sekali atau dua kali. Kemudian pada tahun 1930, dibuatlah sebuah alat

indikator berupa lampu tambahan kanan-kiri yang dipasang di bagian depan dan

belakang mobil. Pengguna kendaraan hanya perlu menekan tombol kontak yang

telah tersambung dengan lampu indikator. Alat inilah yang dinamakan lampu

sein atau lampu riting yang masih digunakan hingga saat ini pada mobil dan

kendaraan lainnya.

2.3 Komponen Lampu Sein


Sistem lampu sein berfungsi untuk memberikan isyarat pada kendaraan

yang ada di depan atau belakang bahwa kendaraan akan belok ke kiri atau

16
kanan dengan memberikan isyarat kedipan pada lampu sein. Adapun

komponen-komponen sistem lampu sein adalah:

2.3.1 Baterai
Baterai adalah alat elektrokimia yang dibuat untuk mensuplai

arus listrik ke sistem starter, sistem pengapian, lampu-lampu dan

sistem kelistrikan lainnya. Alat ini menyimpan arus listrik dalam

bentuk energi kimia yang dikeluarkan bila diperlukan dan

mensuplainya ke masing-masing sistem kelistrikan atau alat yang

memerlukannya. Dalam baterai terdapat terminal positif dan negatif

dalam bentuk plat. Plat-plat tersebut biasanya terbuat dari timbal dan

timah. Karena itu baterai sering disebut baterai timah. Ruang dalamnya

dibagi menjadi beberapa sel (biasanya untuk baterai motor 6 sel) dan

dalam masing masing sel terdapat beberapa elemen yang terendam di

dalam larutan elektrolit. Baterai menyediakan arus listrik tegangan

rendah (12 Volt). Kutub negatif baterai dihubungkan dengan masa,

sedangkan kutub positif baterai dengan koil pengapian (ignition coil)

melalui kunci kontak.

17
Gambar 2.9 Baterai

a. Elemen Baterai
Antara plat-plat positif dan p1at-plat negatif masing-masing

dihubungkan oleh plat-plat strap (pengikat plat) terpisah. ikatan

plat-plat positif dan negatif ini dipasangkan secara berselang-

seling yang dibatasi separator atau fiberglass. Jadi kesatuan plat,

separator dan fiberglass inilah yang disebut elemen baterai.

Penyusunan plat-plat ini tujuannya memperbesar luas singgung

antara bahan aktif dan elektrolit, agar listrik yang dihasilkan

menjadi besar.
Gaya elektromotif (EMP) yang dihasilkan satu sel kira-kira 2,1

volt pada segala ukuran plat. Karena baterai motor mempunyai 6

18
sel yang dihubungkan seri, maka EMP output yang dihasilkan

kira-kira 12 volt.
b. Elektrolit

Berat jenis elektrolit pada baterai dalam keadaan terisi penuh

adalah 1,260 kg/m3 atau 1,280 kg/m3 (pada temperatur 20°).

Perbedaan ini disebabkan oleh perbandingan air sulingan dan

asam sulfat yang berbeda-beda pada tiap tipe. Elektrolit yang berat

jenisnya 1,260 kg/m3 mengandung 65% air sulingan dan 35 %

asam sulfat, sedangkan elektrolit yang berat jenisnya 1,280 kg/m 3

mengandung 63 % air sulingan dan 37 % asam sulfat.

Gambar 2.10 Elektrolit Baterai

Wadah yang menampung elektrolit dari elemen baterai disebut

kotak baterai. Ruang dalamnya dibagi menjadi beberapa ruangan

atau sel. Pada kotak baterai terdapat garis tanda permukaan atas

dan bawah (upper dan lower ). Plat-plat positifnya ditinggikan

dari dasar dan diberi penyekat, tujuannya agar tidak terjadi

19
hubungan singkat apabila ada bahan aktif (timah dan lain-lain)

terjatuh dan plat.

Gambar 2.11 Kotak Baterai

c. Lubang Ventilasi Baterai

Lubang ventilasi adalah tutup untuk lubang pengisian elektrolit.

Disamping itu untuk memisahkan gas hidrogen (yang terbentuk

saat pengisian) dan uap asam sulfat dalam baterai dengan cara

membiarkan gas hidrogen keluar lewat ventilasi sedangkan uap

asam sulfat mengembun pada tepian ventilasi dan menetes

kembali ke bawah.

20
Gambar 2.12 Lubang Ventilasi Baterai

d. Reaksi Kimia Pada Baterai


Pengosongan (discharge) dan pengisian (charge) pada baterai

merupakan satu siklus seperti reaksi kimia di bawah ini.

 Reaksi kimia pada waktu baterai mengeluarkan arus

Gambar 2.13 Proses Reaksi Kimia Baterai (discharge)


Reaksi kimia
PbO2 + 2H2SO4 + Pb PbSO4 + 2H2O + PbSO4
(kutub +) (elektrolit) (plat-) (plat +) (air) (kutub -)

Pada waktu baterai mengeluarkan arus listrik (disccharge) plat

positif maupun plat negatif bereaksi dengan SO4, sehingga

membentuk PbSO4, dengan adanya reaksi tersebut H2SO4 sedikit

21
demi sedikit berubah menjadi H2O. Bateraibatnya berat

jenisnya akan turun karena konsentrasi elektrolit berkurang.


 Reaksi kimia pada waktu baterai diisi (charge)

Gambar 2.14 Proses Reaksi Kimia Baterai


Reaksi kimia
PbSO4 + 2H2O + PbSO4 PbO2 + 2H2SO4 + Pb
(kutub +) (elektrolit) (plat-) (plat +) (air) (kutub -)
Selama pengisian arah arus listrik ke dalam baterai arahnya

berlawanan, sehingga mengbateraibatkan kebalikan reaksi.


H2SO4 terpisah dari PbSO4 pada tiap-tiap plat, sehingga plat

positif akan terdapat PbO2 dan plat negatif terdapat Pb. Dalam

reaksi ini H2SO4 akan terbentuk kembali di dalam elektrolit,

sehingga berat jenisnya naik lagi.


e. Kapasitas Baterai
Kapasitas baterai menunjukan jumlah listrik yang disimpan baterai

yang dapat dilepaskan sebagai sumber listrik. Dinyatakan dalam

amper jam (Ah) sebagai berikut:


Ah = A (ampere) x h (hour)
Sepeda motor Honda Supra Fit menggunakan baterai berkapasitas

12 V 5 Ah.
Kapasitas baterai berubah tergantung kondisi pengeluarannya. JIS

(Japanese Industrial Standards) mendifinisikan kapasitas, yaitu

jumlah listrik yang dilepaskan sampai tegangan pengeluaran akhir

menjadi 10,5 V dalam lima jam. Sebagai contoh, baterai dalam

keadaan terisi penuh dikeluarkan muatannya secara terus menerus

22
sebesar 1 A selama lima jam sampai mencapai tegangan

pengeluaran akhir 10,5 V. Maka kapasitas baterai adalah 5 Ah (1 A

x 5 jam).
f. Perawatan Baterai
Baterai merupakan sumber listrik pada kendaraan bermotor, baik

mobil maupun sepeda motor. Baterai terdiri dari 2 tipe, tipe basah

dan tipe kering. Pada umumnya baterai yang digunakan pada

mobil dan sepeda motor adalah tipe baterai basah. Setiap baterai

memiliki 2 level indikator yakni level upper (tertinggi) dan level

lower (terendah) yang tertulis pada salah satu sisi baterai. pemilik

baterai dianjurkan melakukan pengecekan air baterai setiap 1

bulan sekali dengan melihat indikator level tersebut.berikut tips

Perawatan Baterai Basah :

 Mengecek level air baterai (untuk baterai basah) setiap 2

minggu sekali. Jika kurang tambahkan dengan Aquades atau air

bebas mineral. Jangan gunakan Air baterai zuur atau H2 SO4.

 Membersihkan klem baterai dengan cara menyiramnya dengan

air panas dan di sikat dengan sikat kawat atau sikat gigi. Jika

perlu buka terminal baterai dari baterai dan bersihkan dengan

sikat atau amplas.

23
 Setiap 6 bulan sekali lakukan pengechargan dengan

menggunakan charger di luar mobil. Lakukan fast charging

selama 1-2 jam. Hal ini untuk menormalisasi sel-sel baterai.

 Ganti baterai anda bila perlu.

2.3.2 Kunci Kontak


Kelistrikan otomotif pada motor menggunakan kunci kontak

sebagai sakelar utama yang menghubungkan semua sistem kelistrikan

dengan sumber tenaga (baterai).


Secara umum kunci kontak mempunyai 3 posisi, posisi LOCK

menunjukan penguncian kunci stang, posisi OFF memutuskan arus

dari baterai, dan posisi ON menghubungkan arus dari baterai ke sirkuit

kelistrikan.

Gambar 2.15 Kunci kontak

2.3.3 Sekering
Sekering adalah suatu komponen kelistrikan yang berfungsi

untuk membatasi beban arus yang berlebihan. Selain itu, untuk

menghindari terjadinya kerusakan pada rangkaian saat terjadi

kornsleting atau hubungan singkat. Dengan adanya sekering (fuse)

24
rangkaian kelistrikan, bola lampu, kabel-kabel, relay, flasher, dan yang

lainnya tidak akan rusak bila terjadi kelebihan arus atau terjadi

hubungan singkat karena sekering akan putus terlebih dahulu. Jenis

sekring ada bermacam-macam, yaitu jenis blade, dan cartridge

(tabung).
Sekering mempunyai ukuran amperenya, untuk motor biasanya

menggunakan 10 A dan letaknya dipasang dekat baterai, sepeda motor

Honda Supra Fit menggunakan sakering jenis cartridge (tabung). Jika

ukuran sakering melebihi standar dikhawatirkan sekering tidak dapat

memutus arus yang berlebihan, bateraibatnya kabel-kabel terbakar dan

merusak komponen kelistrikan yang lain.

Gambar 2.16 Sekering

2.3.4 Flasher
Pengedip (flaser) digunakan untuk memutus dan

menghubungkan arus secara otomatis pada rangkaian lampu sein

sehingga lampu akan berkedip. Flasher mempunyai 2 terminal yaitu

terminal B dan Terminal L.

25
Jenis pengedip (flasher) ada dua, yaitu jenis bimetal dan

magnet. Pada motor supra fit, letak flasher berada di sebelah kiri bodi

motor.

Gambar 2.17 Flasher

2.3.5 Sakelar
Sakelar adalah alat untuk memutus dan menghubungkan arus

yang masuk ke lampu sein. Letak sakelar pada motor supra fit berada

di stang kiri.
Secara umum sakelar sein terdiri dari 3 terminal, 1 terminal

input dari terminal flasher L berada di tengah, kemudian 2 terminal

pembagi di kiri dan kanan.


Ketika sakelar digeser ke kanan maka terminal tengah akan

meneruskan arus ke terminal kanan dan meneruskannya ke lampu

sebelah kanan maka lampu menyala, dan sebaliknya.

26
Gambar 2.18 Sakelar Lampu Sein

2.3.6 Kabel Penghubung


Kabel adalah suatu komponen yang digunakan untuk

menghubungkan komponen satu dengan komponen yang lainnya

terbuat dari tembaga dan diberi isolasi supaya tidak terjadi kornsleting.

Diameter kabel terdiri atas berbagai ukuran. Penggunaan kabel

berbeda-beda ukurannya, bergantung pada berapa besar arus yang

mengalir. Bila arus yang mengalir besar, berarti harus menggunakan

kabel yang berdiameter besar, tetapi bila arus yang mengalir kecil,

cukup menggunakan kabel yang berdiameter kecil.

Gambar 2.19 Jenis kabel

27
Warna kabel tiap merek motor berbeda-beda. Pada dasarnya

warna kabel itu hanya mewbateraili muatan positif (+) dan negatif (-).

Berikut penjelasannya arti warna kabel kelistrikan sepeda motor

Honda : Hijau : (-) masa, berlaku untuk semua negative


Merah : (+) baterai (accu)
Hitam : (+) kunci kontak
Putih : (+) alternator pengisian, (+) lampu dekat
Kuning : (+) arus beban ke saklar lampu
Biru : (+) lampu jauh
Abu-abu : (+) flasher
Biru Laut : (+) sein/reting kanan
Oranye : (+) sein/reting kiri
Coklat : (+) lampu kota
Hitam-Merah : (+) spool CDI
Hitam-Putih : (+) kunci kontak
Hitam-Kuning: (+) coil
Biru-Kuning : (+) pulser CDI
Hijau-Kuning : (+) lampu rem

2.3.7 Lampu Sein


Lampu sein digunakan untuk memberikan isyarat pada

kendaraan lain yang berada di depan atau di belakang dengan

memberikan kedipan pada lampu sein. Bola lampu sein sepeda motor

menggunakan tipe widge base (soket gepeng), tipe bola lampu ini

mempunyai satu filamen, dan filamennya berhubungan langsung

dengan soket terminal.

28
Gambar 2.20 Lampu Sein
Bola lampu sein pada sepeda motor Honda Supra Fit mempunyai 6 buah

bola lampu, 2 buah di depan (kanan dan kiri), 2 buah di belakang (kanan

dan kiri) dan 2 buah untuk indikator panel speedometer. Ukuran bola

lampu sein menggunakan 12V 10W x 2 + 3,4W.


Menghitung besar arus menggunakan rumus I = P / V. Berikut contoh

perhitungan pada lampu sein dengan daya 12V 10W x 2 + 3,4, sehingga

besar arus secara teoritis adalah:


I = P / V,
= 23,4 / 12
= 1,95 A

2.4 Cara Kerja Sistem Lampu Sein

Fungsi lampu sein adalah untuk memberikan isyarat pada kendaraan

yang ada di depan, di belakang, atau di sisinya yang menandakan bahwa

kendaraan tersebut akan berbelok ke kiri atau ke kanan, atau pindah alur.

Flasher sein merupakan suatu alat yang yang menyebabkan lampu sein

mengedip secara interval/jarak waktu tertentu yaitu antara 60 dan 120 kali setiap

menitnya. Berikut adalah cara kerja lampu sein dengan flasher kapasitor:

29
Gambar 2.21 Rangkaian sistem sein dengan flasher tipe kapasitor

Pada saat kunci kontak dihubungkan dan sakelar lampu sein masih

dalam keadaan off, arus mengalir ke L2 melalui plat kontak P kemudian mengisi

kapasitor. Setelah sakelar lampu sein diarahkan ke salah satu lampu, arus

kemudian juga mengalir ke L1 terus ke lampu sein sehingga lampu menyala. Saat

ini L1 menjadi magnet.

30
Gambar 2.22 Rangkaian sistem sein dengan flasher tipe kapasitor (1)

Sesaat setelah kumparan L1 menjadi magnet, plat kontak P terbuka,

sehingga arus yang mengalir ke lampu kecil karena melewati tahanan R. Plat

kontak tetap dalam kondisi terbuka selama kumparan L2 masih menjadi magnet

yang diberikan oleh kapasitor sampai muatan dalam kapasitor habis.

Gambar 2.23 Rangkaian sistem sein dengan flasher tipe kapasitor (2)

Setelah muatan kapasitor habis, kemagnetan pada kumparan hilang

dan plat kontak akan menutup kembali. Arus yang besar mengalir kembali ke

lampu sehingga lampu akan menyala dan juga terjadi pengisian ke dalam

kapasitor. Begitu seterusnya proses ini berulang sehingga lampu sein berkedip.

31
BAB III

ANALISA KERUSAKAN SISTEM LAMPU SEIN

Dalam kerjanya, sistem lampu sein dapat mengalami berbagai gangguan yang

disebabkan oleh beberapa hal yaitu:

a. Adanya kerusakan pada bagian-bagian sistem tersebut, misalnya: sekering

putus, flasher rusak, sakelar rusak, bohlam lampu putus dan sebagainya.
b. Adanya tahanan yang terlalu tinggi, misalnya sambungan berkarat, longgar dan

sebagainya.
c. Tegangan listrik yang terlalu rendah.

Hal-hal tersebut di atas, akan menyebabkan gangguan yang langsung dapat kita amati

secara visual, seperti:

 Lampu tidak menyala.


 Lampu tidak berkedip.

Untuk dapat mengatasi gangguan tersebut dapat ditinjau dari penyebabnya, yang

antara lain :

3.1 Gangguan Pada Bagian-Bagian Sistem Lampu Sein

32
3.1.1 Gangguan Pada Kunci Kontak

Dalam hal ini, kunci kontak berfungsi sebagai penghubung antara

baterai dengan sekering untuk alat-alat bantu listrik. Kunci kontak yang

telah lama dipakai, bidang-bidang kontaknya telah mengalami keausan.

Periksalah kunci kontak dengan menggunakan multitester pada skala ohm

(x1). Hubungkan kabel tester positif dengan kabel kunci kontak warna

merah dan hubungkan kabel tester negatif dengan kabel kunci kontak

warna hitam. Tempatkan kunci kontak pada posisi ON, apabila jarum

tester bergerak ke kanan penuh berarti dalam keadaan baik. Tetapi apabila

jarum tester tidak bergerak atau hanya bergerak sedikit berarti ada

gangguan dalam kunci kontak.

HITAM
WARNA MERAH HITAM HIJAU
PUTIH
TERMINAL
ON
OFF
LOCK

33
Gambar 3.1 memeriksa kunci kontak

3.1.2 Gangguan Pada Sekering

Hal-hal pada sekering yang dapat mengakibatkan gangguan ialah:

sekering putus, dudukan sekering kurang kuat, dan dudukan yang

berkarat. Keadaan ini dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:

a. Tidak mengalirnya arus listrik dari baterai ke sistem lampu sein.


b. Tegangan listrik yang bekerja pada sistem lampu sein menjadi terlalu

rendah.

Apabila terjadi hal yang demikian, berarti sistem lampu sein tidak

bekerja dengan sempurna. Untuk itu, maka sekering yang putus harus

segera diganti, dudukan yang longgar dan berkarat harus segera

dikokohkan dan dibersihkan.

3.1.3 Gangguan Pada Flasher

Kerusakan yang biasa terjadi pada flasher ialah kumparan

terbakar, maka medan magnet yang terjadi adalah kecil, sehingga tidak

kuat untuk menarik kontak platina membuka. Akibatnya cahaya bohlam

bisa cuma diam, lambat atau tempo kedipannya cepat, bahkan bisa mati

total pada waktu sakelar sein diaktifkan. Sebagai contoh bila kedipan

lampu sein temponya lebih cepat dari biasannya, jika terjadi gejala seperti

itu penyebabnya adalah beban arus yang dikeluarkan terlalu besar seperti,

34
ukuran bohlam sein lebih besar dari standarnya membuat kerja flasher

yang didukung kumparan magnet di dalamnya ikutan bergerak cepat saat

menerima beban arus berlebihan dan mengalirkannya ke bohlam sein.

Sebaliknya jika kedipan lampu sein bekerja sangat lambat hal ini

disebabkan setrum dari aki kurang atau masa bohlam lampu tidak

bagus. Untuk hal tersebut, maka flasher harus diganti.

Periksalah terminal flasher B dan L dengan menggunakan

multitester pada skala ohm (x1). Hubungkan kabel tester positif dengan

terminal B flasher dan kabel tester negatif dengan terminal L flasher,

apabila jarum bergerak menandakan flasher masih baik, tetapi jika jarum

tidak bergerak menandakan flasher rusak/terbakar.

Gambar 3.2 Memeriksaan Flasher

3.1.4 Gangguan Pada Sakelar Lampu Sein

Kadang-kadang lampu sein tidak dapat bekerja karena kerusakan

pada sakelarnya. Hal ini dapat terjadi karena plat-plat kontak di dalam

sakelar sudah aus, sehingga tidak dapat menempel dengan baik dan tidak

35
dapat menghantarkan arus. Atau kadang-kadang disebabkan oleh

karat/kotoran yang menempel pada plat kontak. Untuk hal tersebut, maka

sakelar harus diganti atau dibersihkan.

Periksalah sakelar dengan menggunakan multitester pada skala

ohm (x1). Hubungkan kabel tester positif dengan kabel warna biru muda

dan hubungkan kabel tester negatif dengan kabel warna abu-abu.

Tempatkan sakelar pada posisi R (right), maka jarum multitester

bergerak, apabila jarum tidak bergerak bisa disimpulkan sakelar rusak.

Dan Hubungkan kabel tester positif dengan kabel warna abu-abu,

lalu kabel tester negatif dengan kabel warna orange. Tempatkan sakelar

pada posisi L(left), maka jarum multitester bergerak, apabila jarum tidak

bergerak bisa disimpulkan sakelar rusak.

BIRU
WARNA ABU-ABU ORANGE
MUDA
TERMINAL

N
L

36
Gambar 3.3 Memeriksa Sakelar

3.1.5 Gangguan Pada Lampu

Hal-hal pada lampu sein yang merupakan gangguan ialah:

a. Putusnya filamen lampu.


b. Hubungan lampu yang kurang baik.

Apabila filamen lampu putus, maka selain lampu itu sendiri tidak

menyala, juga menyebabkan pasangan lampu yang searah tidak berkedip,

karena arus yang mengalir pada flasher menjadi kecil.

Sedangkan hubungan masa yang kurang baik, akan menyebabkan

kecilnya aliran arus, sehingga lampu menyala tidak terang dan tidak

berkedip. Adanya hubungan masa yang tidak baik dapat disebabkan oleh

adanya karat atau dudukan lampu yang kurang kuat.

3.1.6 Gangguan Pada Arus

Apabila tegangan listrik yang bekerja pada sistem lampu sein rendah,

akibatnya lampu tidak dapat bekerja dengan baik karena arus yang

37
mengalir rendah. Lampu-lampu menyala tidak terang dan tidak berkedip.

Penyebab gangguan pada arus, antara lain :

a. Tegangan baterai yang rendah, hal ini bisa disebabkan jumlah

elektrolit baterai berkurang atau berada di bawah garis low dan

terminal baterai yang berkarat, terminal yang berkarat menyebabkan

tahanan pada terminal bertambah dan terjadi penurunan tegangan

pada beban sehingga beban tidak berfungsi secara optimal.. Apabila

tegangan baterai rendah sebaiknya terminal yang berkarat

dibersihkan, caiaran elektrolit yang kurang ditambahkan dengan air

suling dan dicharge kembali sampai tegangannya normal.


b. Adanya tahanan yang besar pada sistem.
Adanya tahanan yang besar dapat disebabkan oleh 3 faktor, yaitu:
1) Sambungan yang berkarat atau kotor. Apabila ada sambungan

yang berkarat atau kotor harus dibersihkan.


2) Sambungan yang kurang sempurna. Apabila sambungan yang

kurang sempurna harus dikokohkan.


3) Kabel yang hampir putus. Apabila kabel yang hampir putus

harus segera diganti.

Apabila pada sambungan-sambungan terdapat 3 hal yang demikian,

maka harus segera diperbaiki, karena dapat menimbulkan kerugian

tegangan yang besar, sehingga tegangan yang bekerja pada sistem

lampu sein menjadi kecil.

3.2 Cara Menentukan Gangguan

38
3.2.1 Semua Lampu Tidak Menyala

Kejadiaan yang menyebabkan semua lampu tidak menyala ialah:

a. Kunci kontak rusak.


b. Sekering putus atau kendor.
c. Flasher rusak.

3.2.2 Lampu Sebelah Tidak Menyala


Apabila semua lampu sebelah (depan-belakang) tidak menyala, maka

gangguan pada sakelarnya, dan gangguan pada lampu itu sendiri.


3.2.3 Sebuah Lampu Tidak Menyala
Kejadian ini biasanya disebabkan oleh gangguan di dalam lampu itu sendiri.

Untuk itu, maka periksa bohlam lampu dari kemungkinan putus dan

hubungan masa yang yang tidak baik.


3.2.4 Semua Lampu Menyala Tetapi Tidak Berkedip
Kejadian ini dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu:
a. Tegangan masuk flasher rendah.
b. Kerusakan di dalam flasher.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

39
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada Bab II dan Bab III, maka penulis dapat

memberi kesimpulan kepada para pembaca tentang alur kelistrikan lampu sein

dan analisa kerusakannya.

Sistem lampu sein adalah sistem penerangan luar pada motor yang

berfungsi untuk memberikan isyarat atau tanda pada kendaraan yang ada di

depan atau di belakang bahwa kendaraan akan belok ke kiri atau kanan dengan

memberikan isyarat kedipan pada lampu sein.

Sistem lampu sein terdiri dari beberapa komponen yang terdiri dari:

 Baterai sebagai sumber arus.


 Kunci Kontak sebagai pemutus dan penghubung arus dari baterai.
 Sekering sebagai pengaman sirkuit kelistrikan.
 Kabel sebagai penghantar arus listrik.
 Sakelar sebagai pemutus dan penghubung arus listrik yang masuk ke

lampu.
 Flasher sebagai pemutus dan penghubung arus secara otomatis.
 Lampu Sein sebagai isyarat atau pemberi tanda dengan memberikan

kedipan lampu pada kendaraan lain yang berada di depan atau di

belakang.

Sistem lampu sein dapat mengalami berbagai gangguan yang

disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

d. Adanya kerusakan pada bagian-bagian sistem tersebut, misalnya: sakering

putus, flasher rusak, sakelar rusak, bola lampu putus dan sebagainya.

40
e. Adanya tahanan yang terlalu tinggi, misalnya sambungan berkarat, longgar

dan sebagainya.
f. Tegangan listrik yang terlalu rendah.

Hal-hal tersebut di atas, akan menimbulkan kejadian-kejadian yang langsung

dapat kita saksikan dengan panca indra seperti lampu tidak menyala dan lampu

tidak berkedip.

4.2 Saran

Penulis ingin memberikan sedikit saran kepada para pembaca agar pada

sistem lampu sein tetap bekerja dengan baik.

1. Rawatlah baterai secara teratur, dengan memperhatikan tinggi air elektrolit

baterai.

2. Periksa fungsi dari lampu sein sebelum kendaraan digunakan.

Penulis juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

kesempurnaan laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU ILMIAH

41
1. AHM__Buku Pedoman Reparasi Honda Supra. Jakarta: PT. Astra Honda

Motor
2. Boentarto. 1997.Tanya Jawab Reparasi Sepeda Motor. Solo: CV. Aneka
3. Jama, Jalius. dkk, 2008. Teknik Sepeda Motor Jilid I. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

4. Soemadi & Soejono. 1979. Sistem Kelistrikan dan Bahan Bakar Otomotif jilid
1 dan 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
5. Solihin, Iin & Mulyadi. 2000. Perbaikan Sistem Kelistrikan Otomotif. Bandung:

Armico.
6. Toyota. 1995. New Step I Training Manual. Jakarta: PT. Toyota Astra Motor.
7. Widodo, Edi. 2011. Otomotif Sepeda Motor. Bandung: Yrama Widya.

42
LAMPIRAN

LAMPIRAN DIAGRAM KELISTRIKAN HONDA SUPRA FIT

43
44
LAMPIRAN SIMBOL-SIMBOL KELISTRIKAN

No Nama Simbol Keterangan


Meter analog

1 Baterai Sumber arus

2 Kapasitor/kondensor Menyimpan muatan listrik

3 Horn Klakson

4 Circuit breaker Pengaman rangkaian

5 Dioda Penyearah arus


Penstabil tegangan,
pendeteksi kelebihan

6 Dioda zener tegangan pada sistem


pengisian dengan regulator
Kumparan Dapat menghasilkan medan

7 magnet ketika dialiri arus listrik

8 Sekering Pengaman rangkaian

9 Fusible link Pengaman rangkaian

10 Massa Negatif baterai atau ground


Mengubah energi listrik
11 Motor listrik menjadi energi gerak (putar)

Relai dengan kondisi kontak


12 Relai
tertutup saat tidak bekerja
Mengubah energi listrik
13 Lampu menjadi energi cahaya

Relai dengan gerak kontak


14 Relai
ganda

45
15 Tahanan Resistor yang nilainya tetap
Resistor dengan beberapa
16 Tahanan tapped terminal
Resistor yang nilainya dapat
17 Tahanan geser berubah-ubah dengan cara
digeser yang nilainya dapat
Resistor
18 Termistor berubah akibat pengaruh
suhu pengahantar yang
Kawat
19 Kumparan digulung untuk keperluan
yang berhubungan dengan
elektromagnet

Saklar manual dengan


20 Saklar kondisi selalu terbuka saat
tidak bekerja
Saklar manual dengan
21 Saklar kondisi selalu tertutup saat
tidak bekerja
Saklar manual dengan
22 Saklar
kontak ganda

46
Saklar pada wiper untuk
memposisikan wiper selalu
23 Saklar parkir wiper
berada pada posisi bawah
saat dimatikan
24 Transistor NPN Transistor jenis NPN

25 Transistor PNP Transistor jenis PNP


Perpotongan dalam
26 Tidak bersambung rangkaian listrik tetapi tidak
saling berhubungan
Perpotongan dalam
27 Bersambung rangkaian listrik saling
berhubungan

47
xlviii

Anda mungkin juga menyukai