)
SEBAGAI KOMODITAS HORTIKULTURA
Disusun oleh:
NIM : 175040100111018
Kelas :A
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahhirahmannirahim
Segala puja puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah
memberikan limpahan karunia-Nya kepada kita semua sehingga pada hari ini
kita masih dapat membaca makalah ini, dan telah memberikan kesempatan
kepada penyusun untuk menyelesaikan tugas yang diberikan tepat pada
waktunya.
Selama menyusun makalah ini pasti ada hambatan dan keselahan
dikarenakan sedikitnya pengetahuan penyusun terhadap materi yang diangkat,
karena campur tangan dari beberapa pihak akhirnya penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini, maka dari itu dengan kerendahan hati penyusun
ucapakan banyak terima kasih kepada seluruh pembimbing yang telah
membimbing selama proses penyusunan, dan akhirnya tersusunlah makalah
yang diberi judul “Budidaya Kecipir (Psophocarpus Tetragonolobus L.) Sebagai
Komoditas Hortikultura”. Tugas ini disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Dasar
Komunikasi.
Penyusun hanyalah manusia biasa yang pastinya memiliki segala
kekurangan karena kesempurnaan hanya milik Allah swt, maka dari itu kritik
dan saran yang membangun guna penyempurnaan makalah ini sangat
penyusun harapkan, semoga makalah ini berguna bagi pembaca dan berguna
bagi generasi yang akan datang, terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan kecipir di Indonesia
2. Untuk mengatahui asal usul dari tanaman kecipir di Indonesia
3. Untuk mengetahui budidaya tanaman kecipir di Indonesia
4. Untuk mengatahui manfaat dari mengonsumsi tanaman kecipir serta efek
samping mengonsumsi kecipir secara berlebihan
5. Untuk mengetahui nilai-nilai kebudayaan kaitannya dengan tanaman kecipir
1.3 Manfaat
1. Agar dapat memberikan informasi mengenai tanaman kecipir mulai dari
sejarah, asal usul, manfaat dan mengetahui efek samping
2. Agar dapat mengetahui dalam proses pengembangan budidaya tanaman
kecipir
II. ISI
2.1 Sejarah
Para ahli berbeda pendapat mengenai asal usul kecipir, terutama karena
tidak didapati jenis liarnya, semua merupakan jenis yang telah dibudidayakan.
Keanekaragaman kecipir yang tertinggi didapati di Papua, wilayah perbukitan di
timur laut India, serta di wilayah Burma yang bertetangga, sehingga diduga
wilayah-wilayah itu merupakan pusat-pusat domestikasinya. Namun, menurut
Setijati Sastrapradja, asal kecipir adalah berasal dari Indonesia dan Papua
Nugini. Kecipir banyak didapati di Asia Tenggara dan menyukai tanah yang
baik serta sinar matahari yang cukup. Sebagian pakar menduga bahwa kecipir
diturunkan dari jenis-jenis Psophocarpus yang lain dari Afrika (misalnya P.
grandiflorus atau P. scandens) sementara pakar yang lain beranggapan bahwa
kecipir berasal dari jenis liar Asia yang kini telah punah.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tanman kecipir
(Psophocarpus tetragonolobus L.) merupakan tanaman merambat yang biasa
dimanfaatkan sebagai sayuran. Tanaman kecipir ini memiliki sejarah di tiap-tiap
daerah. Tanaman ini berasal dari Asia Tenggara dan banyak ditemukan di
daerah Papua. Untuk pembudidayaan tanaman ini bisa menggunakan biji,
benih maupun bibit dengan kondisi hujan yang banyak agar tumbuh secara
optimal. Untuk manfaatnya tanaman kecipir ini memiliki banyak sekali manfaat,
namun juga mempunyai efek samping jika dikonsumsi secara berlebihan
seperti kolesterol dan asam urat. Untuk nilai kebudayaan biasanya tanaman
kecipir ini digunakan syarat untuk berkat yang berupa urap yang harus ada saat
acara kenduren dan hari raya umat islam di daerah saya. Mereka percaya
bahwa kalau berkat mereka minimal ada urap, ayam dan nasi maka menurut
mereka berkat acara kenduren tersebut sudah lengkap dan menjadi lebih
nikmat.
3.2 SARAN
Sebaiknya kita tidak usah terlalu mengkhawatirkan untuk makan
tanaman ini, karena disisi lain tanaman kecipir ini juga mengandung senyawa
yang baik untuk kesehatan, asalakan dalam mengonsumsinya tidak berlebihan
insyaallah akan aman-aman saja.
DAFTAR PUSTAKA
Amoo, I.A., O.T. Adebayo, and A.O. Oyeleye. 2006. Chemical evaluation of winged
beans (Psophocarpus tetragonolobus), Pitanga cherries (Eugenia uniflora) and
orchid fruit (Orchid fruit myristica). Ajfand Online 6(2):112.
Hidayat, I.M., R. Kirana, R. Gaswanto dan Kusmana. 2006. Petunjuk Teknis Budidaya
dan Produksi Benih beberapa Sayuran Indigenous. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran, Puslitbanghorti, Badan Litbang Pertanian.