Anda di halaman 1dari 10

BUDIDAYA KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus L.

)
SEBAGAI KOMODITAS HORTIKULTURA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Komunikasi

Dosen Pengampu : Prof.Dr.Ir.Sugiyanto, MS.

Disusun oleh:

Nama : Lusi Intan Damayanti

NIM : 175040100111018

Kelas :A

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018
KATA PENGANTAR

Bismillahhirahmannirahim
              Segala puja puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah
memberikan limpahan karunia-Nya kepada kita semua sehingga pada hari ini
kita masih dapat membaca makalah ini, dan telah memberikan kesempatan
kepada penyusun untuk menyelesaikan tugas yang diberikan tepat pada
waktunya.
              Selama menyusun makalah ini pasti ada hambatan dan keselahan
dikarenakan sedikitnya pengetahuan penyusun terhadap materi yang diangkat,
karena campur tangan dari beberapa pihak akhirnya penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini, maka dari itu dengan kerendahan hati penyusun
ucapakan banyak terima kasih kepada seluruh pembimbing yang telah
membimbing selama proses penyusunan, dan akhirnya tersusunlah makalah
yang diberi judul “Budidaya Kecipir (Psophocarpus Tetragonolobus L.) Sebagai
Komoditas Hortikultura”. Tugas ini disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Dasar
Komunikasi.
              Penyusun hanyalah manusia biasa yang pastinya memiliki segala
kekurangan karena kesempurnaan hanya milik Allah swt, maka dari itu kritik
dan saran yang membangun guna penyempurnaan makalah ini sangat
penyusun harapkan, semoga makalah ini berguna bagi pembaca dan berguna
bagi generasi yang akan datang, terimakasih.

Malang, 19 April 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus) merupakan tanaman merambat yang
biasa dimanfaatkan sebagai sayuran. Selain merambat, tumbuhan ini juga
membelit dan membentuk semak menahun. Dalam budidaya kecipir, biasanya
tumbuhan ini diberi penyangga. Batangnya silidris, beruas-ruas, jarang mengayu,
panjangnya hingga 4 meter, berakar banyak dengan akar samping yang panjang,
menjalar datar dekat permukaan tanah dan sebagian diantaranya menebal
membentuk umbi. Di Indonesia, kecipir umumnya ditanam untuk diambil buahnya
yang muda, yang beserta pusuk dan daun-daun yang muda biasanya direbus
untuk dijadikan bahan kuliner. Para ahli berbeda pendapat mengenai asal usul
kecipir terutama karena tidak didapati jenis liarnya, semua merupakan jenis yang
telah dibudidayakan. Kecipir tergolong tumbuhan penutup tanah dan pupuk hijau
efektif karena pertumbuhannya sangat cepat dan termasuk sebagai pengikat
nitrogen dari udara yang paling baik. Biji yang tua tertutup cangkang keras,
sehingga kadang-kadang diperlukan perendaman untuk mempercepat
perkecambahan. Secara keseluruhan, polongan muda memberikan sumbangan
energi yang rendah, namun tergolong sebagai sayuran yang bermanfaat bila
ditinjau dari kandungan vitamin dan mineralnya (Amoo et al., 2006).

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan kecipir di Indonesia
2. Untuk mengatahui asal usul dari tanaman kecipir di Indonesia
3. Untuk mengetahui budidaya tanaman kecipir di Indonesia
4. Untuk mengatahui manfaat dari mengonsumsi tanaman kecipir serta efek
samping mengonsumsi kecipir secara berlebihan
5. Untuk mengetahui nilai-nilai kebudayaan kaitannya dengan tanaman kecipir

1.3 Manfaat
1. Agar dapat memberikan informasi mengenai tanaman kecipir mulai dari
sejarah, asal usul, manfaat dan mengetahui efek samping
2. Agar dapat mengetahui dalam proses pengembangan budidaya tanaman
kecipir
II. ISI
2.1 Sejarah

Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.) adalah tumbuhan merambat


anggota suku Fabaceae (Leguminosae). Pucuk dan polong mudanya
dimanfaatkan sebagai sayuran. Di Sumatera dikenal sebagai kacang botol atau
kacang belingbing (pantai barat Sumatera, dan Mnk.), dan kacang embing
(Palembang). Nama-nama lainnya adalah jaat (cipir, cicipir, kecipir ()
kělongkang (Bl.), serta biraro (Manado, Ternate), kacang botor, k. botol, dan k.
kumbotor (Ptk.). Dalam bahasa Inggris disebut sebagai Winged bean, Winged
pea, Four-angled bean (mengacu pada bentuk buahnya); namun juga dinamai
Goa bean dan Asparagus pea.
Pada tahun '60an, kecipir dipromosikan secara internasional sebagai
tanaman serbaguna. Kini jenis polong ini ditanam di berbagai wilayah tropis dan
ugahari di dunia. Pada tahun 1980, penelitian kecipir sudah mulai berkembang
terutama pada negara berkembang dan Indonesia sendiri, menurut
Sastrapradja "Indonesia merupakan salah satu dari negara-negara yang
menangani penelitian kecipir, bahkan menyediakan bibit bagi negara-negara
lain yang memerlukannya."
Pada tahun '80-an di Indonesia, kecipir dipakai sebagai tanaman sela di
antara tanaman pekarangan. Petani-petani ini sadar akan nilai tinggi kecipir,
tapi karena pemasarannya tidak seramai kubis dan kangkung, akhirnya
tumbuhan ini tidak terlalu diusahakan secara komersial.
2.2 Asal Usul

Para ahli berbeda pendapat mengenai asal usul kecipir, terutama karena
tidak didapati jenis liarnya, semua merupakan jenis yang telah dibudidayakan.
Keanekaragaman kecipir yang tertinggi didapati di Papua, wilayah perbukitan di
timur laut India, serta di wilayah Burma yang bertetangga, sehingga diduga
wilayah-wilayah itu merupakan pusat-pusat domestikasinya. Namun, menurut
Setijati Sastrapradja, asal kecipir adalah berasal dari Indonesia dan Papua
Nugini. Kecipir banyak didapati di Asia Tenggara dan menyukai tanah yang
baik serta sinar matahari yang cukup. Sebagian pakar menduga bahwa kecipir
diturunkan dari jenis-jenis Psophocarpus yang lain dari Afrika (misalnya P.
grandiflorus atau P. scandens) sementara pakar yang lain beranggapan bahwa
kecipir berasal dari jenis liar Asia yang kini telah punah.

2.3 Budidaya Tanaman Kecipir

Kecipir merupakan tanaman semusim tetapi umumnya dibiarkan


menjadi tahunan dengan cara dipangkas. Tanaman ini mampu tumbuh dari
dataran rendah sampai dataran tinggi, dan dapat beradaptasi dengan baik pada
kondisi lingkungan yang kering. Masyarakat menanam kecipir sebagai tanaman
pekarangan yang dibiarkan merambat pada pagar atau tanaman kayu lain.
Adapun petani yang menanam kecipir secara semi intensif, biasanya
menggunakan bantuan turus bambu atau teralis bambu sebagai tempat
merambat batang kecipir. Perbanyakan kecipir menggunakan biji. Karena kulit
bijinya sangat keras, maka sebelum ditanam biasanya biji direndam dalam air
hangat lalu kulitnya dipotong sedikit untuk memudahkan air meresap ke dalam
biji. Panen biji tua dilakukan sekitar umur tanaman 4 bulan, yaitu setelah polong
berwarna kecoklatan (Hidayat et al., 2006)
2.4 Manfaat dan Efek Samping Mengonsumsi Tanaman Kecipir

Di antara tanaman sayuran tropis, kecipir tergolong unik karena mempunyai


banyak manfaat (multifungsi). Polongnya merupakan sumber protein,
karbohidrat, dan vitamin A, dapat dikonsumsi sebagai lalapan, sup, dan kari.
Polong muda dapat direbus, dikeringkan atau dipanggang. Komposisi nutrisi
polong muda kecipir. sepadan dengan tanaman kacang-kacangan lainnya.
Akhir-akhir ini, biji kecipir dibuat susu dengan nutrisi yang prima. Secara
keseluruhan, polong muda memberikan sumbangan energi yang rendah,
namun tergolong sebagai sayuran yang bermanfaat bila ditinjau dari kandungan
vitamin dan mineralnya. Dengan kandungan protein yang tinggi, biji kecipir
dapat digunakan sebagai makanan alternatif bagi perbaikan gizi masyarakat.
Multifungsi lain dari tanaman kecipir adalah sebagai tumbuhan penutup tanah
dan pupuk hijau karena memiliki pertumbuhan yang cepat dan termasuk
sebagai tanaman pengikat nitrogen dari udara yang baik (Amoo et al., 2006).
Masyarakat juga memanfaatkan bagian-bagian tanaman kecipir sebagai
bahan obat tradisional, misalnya untuk penambah nafsu makan, obat radang
telinga, obat bisul, dan lain-lain. Beberapa manfaat lain dari kecipir ialah
menyuburkan tanah karena kemampuannya mengikat nitrogen bebas dari
udara, sebagai pakan ternak, tanaman penutup tanah dan dapat
ditumpangsarikan dengan tanaman kehutanan. Selain protein yang tinggi,
pucuk muda (daun muda) yang dimanfaatkan sebagai sayuran daun juga
mempunyai kandungan vitamin A sebesar 20.000 international units per 100
gram bagian. Keunggulan lain ialah kecipir adalah mengandung asam behenat
yaitu asam lemak yang tidak diserap usus sehingga tidak menyebabkan
kegemukan bila dikonsumsi dalam jumlah banyak oleh manusia. Biji kecipir
memiliki kandungan protein, minyak/lemak dan komposisi asam amino yang
sangat mirip dengan kedelai. Pada lingkungan tropik yang lembab, kedelai sulit
dibudidayakan dengan baik. Oleh sebab itu, kecipir dapat menjadi alternatif
yang potensial untuk dibudidayakan di Indonesia dibandingkan dengan kedelai
(Krisnawati, 2010).
Kecipir sangat rentan terhadap penyakit jamur, virus, bakteri dan nematoda
(cacing) sehingga harus berhati-hati jika mengkonsumsi kecipir. Bagi wanita
yang sedang hamil, mengkonsumsi kecipir juga dapat menyebabkan alergi bagi
mereka yang mudah sensitif terhadap tanaman ini, sehingga sebaiknya
berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter apabila ingin mengkonsumsi
kecipir. Selain itu kebanyakan mengonsumsi kecipir dapat menimbulkan
penyakit seperti kolesterol dan asam urat.

2.5 Nilai-Nilai Kebudayaan

Di daerah saya biasanya taman kecipir ini digunakan sebagai makanan


saat ada acara kenduren dan hari raya umat Islam. Mereka menggunakan
tanaman kecipir ini sebagai pelengkap berkat mereka, seperi urap kecipir. Pada
saat hari raya umat Islam biasanya urap kecipir ini disandingkan dengan
masakan lodho ayam kampung yang dibawahnya terdapat nasi uduk khas
daerah Trenggalek. Mereka percaya bahwa kalau berkat mereka minimal ada
urap, ayam dan nasi maka menurut mereka berkat acara kenduren tersebut
sudah lengkap dan menjadi lebih nikmat. Sebagian dari mereka juga percaya
bahwa tanamna kecipir juga mengandung senyawa-senyawa yang dapat
menurunkan sakit seperti panas. Namun dari mereka juga banyak yang
menghindari makanan ini, khususnya orang-orang yanga sudah tua karena
tanaman kecipir ini mempunyai senyawa yang dapat menyebabkan penyakit
kolesterol dan asam urat. Jadi mereka lebih berhati-hati dan bijaksana dalam
memakan tanaman ini sebagai kuliner khas.

III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tanman kecipir
(Psophocarpus tetragonolobus L.) merupakan tanaman merambat yang biasa
dimanfaatkan sebagai sayuran. Tanaman kecipir ini memiliki sejarah di tiap-tiap
daerah. Tanaman ini berasal dari Asia Tenggara dan banyak ditemukan di
daerah Papua. Untuk pembudidayaan tanaman ini bisa menggunakan biji,
benih maupun bibit dengan kondisi hujan yang banyak agar tumbuh secara
optimal. Untuk manfaatnya tanaman kecipir ini memiliki banyak sekali manfaat,
namun juga mempunyai efek samping jika dikonsumsi secara berlebihan
seperti kolesterol dan asam urat. Untuk nilai kebudayaan biasanya tanaman
kecipir ini digunakan syarat untuk berkat yang berupa urap yang harus ada saat
acara kenduren dan hari raya umat islam di daerah saya. Mereka percaya
bahwa kalau berkat mereka minimal ada urap, ayam dan nasi maka menurut
mereka berkat acara kenduren tersebut sudah lengkap dan menjadi lebih
nikmat.

3.2 SARAN
Sebaiknya kita tidak usah terlalu mengkhawatirkan untuk makan
tanaman ini, karena disisi lain tanaman kecipir ini juga mengandung senyawa
yang baik untuk kesehatan, asalakan dalam mengonsumsinya tidak berlebihan
insyaallah akan aman-aman saja.
DAFTAR PUSTAKA

Amoo, I.A., O.T. Adebayo, and A.O. Oyeleye. 2006. Chemical evaluation of winged
beans (Psophocarpus tetragonolobus), Pitanga cherries (Eugenia uniflora) and
orchid fruit (Orchid fruit myristica). Ajfand Online 6(2):112.

Hidayat, I.M. dan Handayani, T. 2009. Karakterisasi Sayuran Indigenous Koleksi


Balitsa.
Dalam Prosiding Seminar Nasional Pekan Kentang 2008. Peningkatan
Produksi Kentang dan Sayuran Lainnya dalam Mendukung Ketahanan Pangan,
Perbaikan Nutrisi, dan Kelestarian Lingkungan. Lembang 20-21 Agustus 2008.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.

Hidayat, I.M., R. Kirana, R. Gaswanto dan Kusmana. 2006. Petunjuk Teknis Budidaya
dan Produksi Benih beberapa Sayuran Indigenous. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran, Puslitbanghorti, Badan Litbang Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai