Anda di halaman 1dari 10

Nama : M.

Israk Yunanza

Nim : 131911010

Tugas : asuhan keperawatan dengan Bronkiektasis

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN BRONKIEKTASIS

A. Pengertian
Bronkiektasis adalah keadaan yang ditandai dengan dilatasi kronik bronkus dan
bronkiolus ukuran sedang (kira-kira percabangan keempat sampai ke sembilan). (Sylvia dan
Lorraine, 2006)
Bronkiektasis adalah dilatasi kronis yang abnormal serta destruksi dinding bronkus, dan
dapat terjadi diseluruh percabangan trakeobronkial. (Kowalak, Welsh, Mayer, 2011)
Bronkiektasis adalah dilatasi bronkus dan bronkhiolus kronis permanen. dilatasi bronkus
terjadi  secara setempat sampai pada jalan area bafas yang memasok bagian parenkim paru-
paru. (Irman Soemantri, 2008)
B. Anatomi Fisiologi

Pernapasan atau respirasi adalah suatu peristiwa tubuh kekurangan oksigen, kemudian
oksigen yang berada diluar tubuh dihirup (inspirasi) melalui organ-organ peernapasan, dan pada
keadaan tertentu bila tubuh kelebihan karbondioksida maka tubuh berusaha untuk
mengeluarkannya dengan cara menghembuskan napas, sehingga terjadi keseimbangan antara
oksigen dan karbondioksida dalam tubuh.

Sistem pernapasan terdiri dari : Hidung, Faring, Laring, Trakea, Bronkus, Alveoli,
Alveolus, paru-paru,pleura. Paru-paru terdiri dari 5 lobus, kanan 3 lobus dan kiri2 lobus.

Paru-paru dan dinding dada dalam keadaan normal memiliki struktur yang elastic dan
terdapat cairan tipis  yang memisah paru-paru dan dinding dada. Posisi paru-paru dengan
mudah bergesar pada dinding dada. Paru-paru merupakan strukrur yang elastic yang dapat
mengempis seperti balon bila tidak ada kekuatan untuk mempertahankan pengembangannya
sewaktu mengeluarkan semua udaranya.

C. Etiologi
Bronkiektasis terjadi karna keadaan yang berkaitan dengan kerusakan dinding bronkus berulang
sehingga terjadi kerusakan pada jaringan penyanggah di dekat jalan nafas.
Infeksi paru

Tekanan akibat tumor

Obstruksi bronkus

Aspirasi benda asing

Muntahan

Pembuluh darah yang berdilatasi

D. Patofisiologi
Infeksi yang masuk ke tubuh merusak dinding bronchial, menyebabkan kehilangan
struktur pendukungnya dan menghasilkan sputum yang kental yang akhirnya dapat menyumbat
bronki dinding bronchial menjadi teregang secara permanen akibat batuk hebat.
Infeksi meluas kejaringan peribronkial sehingga dalam kasus bronkiaktasis sakular,
setiap tuba yang berdilatasi sebenarnya adalah abses paru, yang eksudatnya mengalir bebas
melalui bronkus. Bronkiektasis biasanya setempat, menyerang lobus atau segmen paru. Lobus
yang paling bawah lebih sering terkena. Penumpukan secret dan timbulnya obstruksi pada
akhirnya menyebabkan alveoli distal menjadi terobstruksi dan kolaps (atelektasis). Jaringan
parut akibat peradangan atau fibrosis akan menggantikan fungsi dari jaringan paru-paru.
Pada saat ini kondisi pasien berkembang kea rah insufisensi pernapasan dengan tanda
menurunya kapasitas vital, penururnan ventilasi, dan peningkatan rasioresidual volume
terhadap kapasitas total paru-paru.
Adanya kerusakan akan menyebabkan bercampurnya gas inspirasi (ventilasi-perfusi
imbalance) dan terjadi hipoksemia.

E. Tanda dan Gejala


Batuk kronik yang berkepanjangan
Batuk dengan sputum dengan jumlah yang banyak
Sebagian besar pasien mengalami hemoptysis
Pasien megalami infeksi paru berulang
Nyeri pleura
Sputum lapisan atas berbusa,sputum lapisan tengah berlapis bening, lapisan terakhir berpartikel
tebal
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan sputum meliputi volume sputum, warna sputum sel – sel dan bakteri dalam
sputum. bila terdapat infeksi volume sputum akan meningkat, dan menjadi purulen dan
mengandung lebih banyak leukosit dan bakteri. Apabila di temukan sputum berbau busuk
menunjukkan adanya infeksi kuman anaerob.
2. Pemeriksaan darah tepi
Biasanya di temukan dalam batas normal. Kadang di temukan adanya leukositosis
menunjukkan adanya supurasi yang aktif dan anemia menunjukkan adanya infeksi yang
menahun.
3. Pemeriksaan urin
Di temukan dalam batas normal, kadang di temukan adanya proteinuria yang bermakna
yang di sebabkan oleh amiloidosis, namun immunoglobulin serum biasanya dalam batas
normal kadang bisa meningkat atau menurun.
4. Biopsi bronkus dan mukosanasal (bronkopulmonal berulang)
5. Pemeriksaan Radiologi
6. Foto dada PA dan Lateral
Biasanya ditemukan corakan paru menjadi lebih kasar dan batas – batas corakan menjadi
kabur, mengelompok, paling banyak mengenai lobus paru kiri, karena mempunyai diameter
yang lebih kecil kanan dan letaknya menyilang mediastinum, segmen lingual lobus atas kiri
dan lobus medius paru kanan.
7. Pemeriksaan Bronkografi
bronkografi tidak rutin dikerjakan namun bila ada indikasi di mana untuk mengevaluasi
penderita yang akan di operasi Bronkografi dilakukan stelah keadaan stabil stelah
pemberian antibiotic dan postural drainage yang adekuat sehingga bronkus bersih dari
secret.
G. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainage secret dan mengobati infeksi. pemberian
antibiotic dengan spekrum luas (Ampisilin, Kotrimoksasol atau amoksilin) selama 5-7 hari
pemberian. drainage postural dan latihan fisioterapi untuk pernafasan serta batuk yang efektif
untuk mengeluarkan secret secara maksimal. daerah paru-paru yang mengalami sekresi
berlebihan. Meningkatkan drainase bronkial untuk membersihkan bagian paru. Bronkodilator
dapat diberikan bagi pasien yg mengalami obstruksi jalan nafas. Pasien dengan bronkiektasis
selalu berkaitan dengan bronchitis. Reseksi segmental yaitu pengangkatan subdivisi anantomi
dari lobus paru. Megangkat bagian jaringan paru yang sakit.
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian data dasar

Riwayat atau adanya factor – factor penunjang

Merokok produk tembakau sebagai factor penyebab utama

Tinggal atau bekerja daerah dengan polusi udara berat

Riwayat alergi pada keluarga

Ada riwayat asam pada masa anak – anak

Riwayat atau adanya factor – factor pencetus eksaserbasi seperti

Stress emosional

Aktifitas fisik yang berlebihan

Polusi udara

2. Pemeriksaan fisik berdasarkan focus pada system pernapasan yang meliputi


Kaji frekuensi dan irama pernafasan

Auskultasi bunyi nafas

Kaji bila nyeri dada pada pernafasan

Kaji batuk (apakah produktif atau nonproduktif) bila produktif tentukan warna sputum

Kaji tingkat kesadaran

3. Pemeriksaan diagnostic meliputi

Gas darah arteri (GDA) menunjukkan PaO2 rendah dan PaCO2 tinggi.

Sinar X dada menunjukkan peningkatan kapasitas paru dan volume cadangan.

klutur sputum posistif bila ada infeksi

Tes fungsi paru untuk mengetahui penyebab dispneu dan menentukan apakah fungsi
abnormal paru (obstruksi atau restriksi)

4.  Diagnosa Keperawatan

a. Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret atau
sekresi kental
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen dan kerusakan
alveoli
c. Perubahna nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah,
produksi sputum, dispneu
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis, malnutrisi
e. Intoleransi aktivitas berhubungan kerusakan pertukaran gas

5. Intervensi

A.    Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret, secret
kental

·         Tujuan : mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas.


·         Kriteria hasil : menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas (batuk yang
efektif, dan mengeluarkan secret)

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji/ pantau frekuensi pernafasan. Tachipneu biasanya dapat ditemukan


Catat rasio inspirasi dan ekspirasi pada proses infeksi akut. Pernafasan
melambat dan frekuensi ekspirasi
memanjang disbanding inspirasi.

2.Auskultasi bunyi nafas dan catat Derajat spasme bronkus terjadi dengan
adanya bunyi nafas obstruksi jalan napas.

3.kaji pasien untuk posisi yang nyaman, Mempermudah funsi pernfasan,


tinggi kepala tempat tidur dan menurunkan kelemahan otot-otot dan
duduk sandaran tempat tidur. dapat sebagai alat ekspansi dada.

4.bantu latihan nafas abdomen atau Untuk mengatasi dan mengontrol


bibir dispneu.

5.observasi karakteristik batuk dan Mengetahui keefektifan batuk.


bantu tindakan untuk batuk efektif

6.tingkatkan intake cairan air hangat Membantu menurunkan kekekantalan


secret, memermudah pengeluaran.

7.berikan obat sesuai indikasi Mempercepat proses penyembuhan B.    Gangguan


pertukaran gas
berhubungan
dengan gangguan
suplai oksigen dan kerusakan alveoli

·         Tujuan : menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam
rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan.
·         Kriteria : GDA dalam batas normal, warna kulit membaik, frekuensi nafas 12-24x/mnt, tidak
dispneu

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan untuk mengevaluasi derajat distress


serta catat penggunaan otot aksesori. pernafasan/kronisnya suatu penyakiT

2.Tinggikan kepala tempat tidur dan Suplai oksigen dapat diperbaiki dengan
bantu untuk memilihb posisi yang posisi duduk tinggi
mudah untuk bernafas

3.Dorong untuk pengeluaran sputum mengganggu proses pertukaran


sputum/penghisapan bila ada indikasi. gas serta penghisapan dilakukan bila
batuk tidak efektif

4. Awasi tingkat kesadaran/status mental Manifestasi umum dari hipoksia

5.Berikan oksigen tambahan dan dapat memperbaiki atau mencegah


pertahankan ventilasi mekanik dan terjadinya hipoksia dan kegagalan nafas
bantu intubasi. serta tindakan untuk penyelamatan
hidup.

C.   Resiko
tinggi terhadap
infeksi
berhubungan dengan proses penyakit kronis, malnutrisi

Tujuan : tidak terjadi atau adanya gejala – gejala infeksi

·         Kriteria hasil : tidak terjadi infeksi suhu tubuh berkisar 36-37 C, sel darah putih 5000-10000/mm,
batuk produktif tidak ada.
rencana intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

1.Pantau suhu pasien tiap 4 jam, hasil Untuk mengidentifikasi kemajuan yang
kultur sputum dan hasil pemeriksaan dapat dicapai
leokosit serta warna dan konsistensi
sputum

2.Lakukan pemeriksaan sputum membantu menegakkan diagnose


untukpemeriksaan kultur infeksi saluran nafas dan
mengidentifikasi kuman penyebabnya.

3.Berikan nutrisi yang adekuat Malnutrisi dapat memepengaruhi


kesehatan umum dan menurunkan
tahan terhadap infeksi.

4.Berikan antibiotic sesuai anjuran dan sebagai pencegahan dan pengobatan


evaluasi keefektifannya. infeksi dan mempercepat proses
penyembuhan.
D. Ansietas berhubungan dengan takut kesulitan bernafas selama fase eksaserbasi, kurang
pengetahuan tentang pengobatan yang akan di laksanakan.
- Tujuan : hilangnya ansietas
- Kriteria hasil : ekspresi wajah rileks,frekuensi nafas antar 12-24x/mnt, frekuensi nadi 60-
100x/mnt

Intervensi keperawatan :

INTERVENSI RASIONAL

1.-Batasi jumlah dan frekuensi pengunjung membantu pasien untuk mengontrol


keadaannya dengan meningkatkan relaksasi E.     In
 -Mulai berikan oksigen kanula sebanyak
dan meningkatkan jumlah udara yang masuk tolera
2ltr/mnt
paru paru. nsi
 -Pertahankan posisi fowler dengan posisi
lengan menopang

2.berikan informasi sesederhana mungkin,  Membantu pasien agar menurunkan ansietas


lakukan pendekatan pada pasien

3.Gunakan obat sedatif  sesuai dengan yang obat penenang dapat mengontrol tingkat
diresepkan ansietasnya

aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas

·         Tujuan : klien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas

·         Kriteria hasil : menurunnya keluhan tentang nafas pendek dan lemah dalam melaksanakan
akyivitas.
INTERVENSI RASIONAL

1.Pantau nadi dan frekuensi nafas mengidentifikasi kembali tujuan


sbelum dan sesudah aktivitas. yang diharapkan.

2.Berikan bantuan dalam melaksankan dapat mengurangi penggunaan


aktivitas sesuai yang diperlukan dan energi  yang berlebihan.
dilakukan secara bertahap.

3.Anjurkan makanan dalam porsi kecil makanan dalam porsi besar susah
tapi sering dengan mkanan yang di kunyah dan memelukan bnayak
mudah di kunyah. energi.

Anda mungkin juga menyukai