Anda di halaman 1dari 18

BIDANG LOMBA

ILMU PENGATAHUAN HAYATI

Pemanfaatan Porphyridium sp Sebagai Altenatif Sumber Vitamin A

Peneliti:
Maulidia Yuniarti SMKN Ngadirojo
Tri Viandani SMKN Ngadirojo

2017
LOMBA KARYA ILMIAH REMAJA KE-49
TAHUN 2017
JUDUL : Pemanfaatan Fitoplankton Jenis Porphyridium sp Sebagai
1. Objek penelitian berupa
Altenatif Sumber Vitamin A o Manusia
o Hewan
KATEGORI : Ilmu Pengetahuan Hayati o Tumbuhan
o Pembuatan Alat
NAMA : 1. Maulidia Yuniarti √o Lain-lain
2. Tri Viandani
2. Apa penelitian ini
SEKOLAH : SMKN Ngadirojo lanjutan dari penelitian
sebelumnya
o Ya, dari tahun….
√o Tidak
3. Metodologi penelitian
yang digunakan
o Kualitatif
√o Kuantitatif
Abstrak o Analisis Wacana
o ……

Porphyridium sp. merupakan salah satu jenis 4. Metode Penelitian


fitoplankton yang merupakan mikroalaga air laut yang masuk o Wawancara
o Kuisoner
ke dalam divisi Rhodophyta (alga merah). Mikroalga ini √o Studi
termasuk pakan alami ikan yang memiliki kandungan Laboratorium
o Observasi
karotenoid yang tinggi. Penilitian ini bertujuan untuk o Studi literature
mengetahui bahwa mikroalga yang mengandung karotenoid ini
Catatan:
dapat dimanfaatkan sebagai alternatif sumber vitamin A. Hapus yang tidak perlu
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
eksperimen. Porphyridium sp dilakukan ekstraksi
menggunakan dua perlakuan yaitu dengan zat pelarut aseton
dan larutan aseton Pemanfaatan
: metanol (7:10). Parameter ujisp.
Porphyridium dalam
penelitian ini adalah berat rendamen dan kadar Beta karoten.
sebagai Altenatif Sumber Vitamin A

i
PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian
yang berjudul Pemanfaatan Porphyridium sp. sebagai Altenatif Sumber Vitamin A.
Dalam pembuatan proposal penelitian ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Redy Yuniarto S.Pi., M.Pd yang telah membimbing kami untuk melaksanakan
penulisan proposal penelitian.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal penelitian ini masih
banyak kekurangan, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan dalam mengerjakan penelitian yang akan datang.

Pacitan, 29 April 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


ABSTRAK ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Biologi Porphyridium sp. ......................................................... 3
2.2 Budidaya Porphyridium sp ....................................................... 3
2.3 Kandungan Porphyridium sp ................................................... 5
2.4 Vitamin A ................................................................................ 5

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Jenis dan pendekatan penelitian................................................ 8
3.2 Waktu dan tempat penelitian .................................................... 8
3.3 Tahap Penulisan ...................................................................... 8
3.4 Metodologi Penelitian .............................................................. 9
3.5 Perlakuan Penelitian ................................................................. 10
3.6 Parameter Uji............................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Mikroalga mempunyai kandungan protein yang sangat tinggi, sehingga dikenal
juga dengan nama single cell protein. Mikroalga mempunyai potensi besar untuk
menghasilkan berbagai senyawa biokimia penting untuk keperluan bahan makanan,
pengobatan medis, penelitian, dan lain-lain. Sehingga ketertarikan terhadap budidaya

mikroalga cukup besar (Milledge, 2010).

Porphyridium sp. adalah mikroalga merah bersel tunggal atau satu dan hidup

bebas atau berkoloni yang terikat dalam Mucilago. Mucilago merupakan polisakarida

sulfat yang bersifat larut dalam air. Porphyridium sp. banyak mengandung

karotenoid yang bermanfaat bagi berbagai sektor kehidupan.


Karotenoid merupakan pigmen yang terdapat di alam dan disintesis oleh semua
organisme fotosintetik. Karotenoid biasanya ditemukan dalam kloroplas dan

kromoplas tumbuhan dan kelompok organisme lainnya. Karotenoid bermanfaat


memberikan kontribusi bagi berbagai sektor kehidupan terutama sebagai sumber
vitamin A yang bermanfaat bagi organ visual, pewarna makanan, bahan adiktif pada
makanan, penambah sel darah merah, antioksidan, antibakteria, meningkatkan
imunitas, serta sebagai pengganti sel-sel yang rusak.

Porphyridium sp. termasuk dalam jenis alga merah sehingga memiliki

kandungan beta karoten yang tinggi. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hapsari, dkk (2012). Kandungan beta karoten dalam 100 gram

Porphyridium sp. berkisar antara 21,306% - 25,834%. Sedangkan kandungan beta


karoten dalam mikroalga lainnya seperti chlorella dan sprirulina berkisar antara
0,3% - 1%.

Berbudidaya mikroalga jenis Porphyridium sp. pada dasarnya tidaklah begitu

rumit, sama halnya seperti berbudidaya mikroalga jenis lainnya.

Perkembangbiakannya juga sangat cepat. Hanya saja kurangnya perhatian pada

Porphyridium sp. menyebabkan jarang ditemukannya orang yang berbudidaya

mikroalga ini, padahal banyak sekali manfaat yang terkandung di dalamnya.

1
2

Di sisi lain, manusia membutuhkan sumber vitamin A untuk berbagai sektor


kehidupan, dan mikroalga jenis Porphyridium sp. dapat dibudidayakan untuk
dimanfaatkan kandungan karotenoid dan beta karotennya sebagai alternatif penghasil
vitamin A. Oleh karena itu melalui proposal ini penulis ingin mengajukan penelitian

tentang pemanfaatan Porphyridium sp. sebagai bahan pembutan vitamin A.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, didapatkan rumusan masalah


sebagai berikut :
1. Apakah Porphyridium sp. dapat dimanfaatkan karotenoidnya sebagai
alternatif sumber vitamin A ?
2. Bagaimana cara terbaik memanfaatkan Porphyridium sp. sebagai alternatif
sumber vitamin A?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pemanfaatan mikroalga Porphyridium sp.
sebagai alternatif sumber vitamin A
2. Untuk mengetahui cara terbaik mengekstrasi Porphyridium sp. sebagai
alternatif sumber vitamin A

1.4. Manfaat
1. Penelitian ini dapat menambah khasanah wawasan dan pengetahuan
mengenai pemanfaatan mikroalga untuk pembuatan vitamin A khususnya
Porphorydium sp., sehingga dapat dimanfaatkan sebagai acuan penelitian
selanjutnya
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk industri pembuatan vitamin
dengan bahan alami alternatif Porphorydium sp.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi Porphyridium sp.


Klasifikasi Porphyridium sp. menurut Vonshak (1988) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Protista
Filum : Rhodophyta
Kelas : Bangiophycidae
Ordo : Porphyridiales
Family : Porphyridiaceae
Genus : Porphyridium
Species : Porphyridium sp.
Sel Porphyridium sp. berbentuk bulat dengan diameter 4-9 m. Struktur selnya
terdiri dari sebuah nukleus, kloroplas, badan golgi, mitokondria, pati, dan vesikel.
Setiap sel memiliki kloroplas dengan pirenoid di tengahnya. Porphyridium dapat
hidup di berbagai habitat alam seperti air laut, air tawar, maupun pada permukaan
tanah yang lembab dan membentuk lapisan kemerah-merahan yang sangat menarik.
Struktur sel Porphyridium sp. merupakan tipe struktur sel eukariotik. Sel
eukariotik adalah sel yang memiliki membran inti. Pada Porphyridium sp. setiap sel
dikelilingi oleh dinding sel yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan bagian luar terdiri
dari bahan pectic dan lapisan bagian dalam terbuat dari cellulosic microfibrils (sel
halus selulosa). Biomassa kering sel Porphyridium mengandung 28-39% protein, 40-
50% karbohidrat, lipid 9-14% (Spolaore et al, 2006).

2.2 Proses Budidaya Porphyridium sp.


Dalam berbudidaya mikroalga porphyridium sp. Memiliki 2 sistem budidaya
yaitu open ponds (sistem budidaya kolam terbuka) dan photobioreactor (sistem
budidaya material tembus pandang). kedua sistem budidaya tersebut tidak jauh
berbeda dan memiliki kesamaan ditempatkan di lapangan terbuka hanya saja sistem
open ponds lebih rendah biaya operasionalnya dibanding photobioreactor. Sistem
open ponds mempunyai beberapa kelemahan seperti mengalami evaporasi akut,
penggunaan karbon dioksida (CO2) tidak efisien dan produktifitas mikroalga dibatasi
oleh kontaminasi dari alga jenis lain atau organisme yang tidak diinginkan.

3
4

Gambar 1. sistem open ponds

Sistem photobioreactor ddapat digunakan untuk mengatasi kontaminasi dan


evaporasi yang sering terjadi dalam sistem open ponds. Sistem photobioreactor

sendiri memiliki 2 jenis yaitu plate dan tubular. Jenis plate sering digunakan karena
dapat meratakan intensitas penyinaran sehingga sel yang dihasilkan memiliki
densitas yang lebih tinggi.

Gambar 2. photobioreactor flat

Namun, jenis tubular lebih cocok untuk aplikasi di luar ruangan karena
luasnya permukaan untuk proses iluminasi. Iluminasi artinya adalah menerangi.
Sedangkan keunggulan photobioreactor memiliki rasio luas permukaan dan volume
yang besar. Produktifitas mikroalga photobioreactor dapat mencapai 13 kali dari

total produksi sistem open ponds.

Gambar 3. photobioreactor tubulur


5

Media kultur porphyridium sp. menggunakan flash container ukuran 250 ml


dengan benih mikroalgae 100 ml medium dan 50 ml, diaerasi dengan saringan udara
0,2 m filter at 25 oC dan 30 W/m2 irradiance. Pupuk Conway adalah media dari
kultur porphyridium dengan konsentrasi 1 ml pupuk untuk 1 liter media kultur .
mikroalgae dipanen setelah memasuki fase stasioner dan telah siap untuk dilakukan
analisa Total Lipid.

2.2 Kandungan Porphyridium sp.


Mikroalga biasanya digunakan sebagai bahan makanan karena potensi gizinya,
serta dimanfaatkan oleh industri sebagai obat-obatan untuk berbagai tujuan (Abd El-
Bakyet al., 2008). Porphyridium sp. adalah salah satu jenis mikroalga yang berwarna
merah.
Kandungan yang ada pada Porphyridium sp. salah satunya adalah karotenoid.
Karotenoid banyak mengandung vitamin A sehingga sering dikatakan sebagai
sumber vitamin A pada alga. Karotenoid merupakan pigmen yang terdapat di alam
dan disintesis oleh semua organisme fotosintetik. Karotenoid mengandung vitamin
A, biasanya ditemukan dalam kloroplas dan kromoplas tumbuhan dan kelompok
organisme lainnya.
Karotenoid menunjukan aktivitas biologis sebagai antioksidan, memengaruhi
regulasi pertumbuhan sel, dan memodulasi eksresi gen dan respon kekebalan tubuh.
Oleh karenanya, karotenoid dari golongan alga biasanya dimanfaatkan oleh manusia
untuk mencegah penyakit degeneratif, kanker, dan kardivaskuler.
Karotenoid yang dikandung baik pada makro maupun mikroalga dapat
diperoleh melalui proses ekstraksi. Ekstraksi adalah pemisahan suatu bahan dari
campurannya, biasanya menggunakan pelarut.

2.3 Vitamin A
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan tubuh
yang berfungsi membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Sedangkan
menurut World Health Organization (WHO), vitamin A adalah salah satu jenis
vitamin yang larut dalam lemak yang berperan penting dalam pembentukan sistem
penglihatan yang baik.
6

Vitamin A dalam tumbuhan terdapat dalam bentuk prekursor (provitamin).


Provitamin A terdiri dari α, β, dan γ- karoten. β – karoten merupakan pigmen kuning
dan salah satu jenis antioksidan yang memegang peran penting dalam mengurangi
reaksi berantai radikal bebas dalam jaringan.

Gambar 4. struktur kimia beta karoten

Sehingga baik provitamin A merupakan hasil pembentukan dari beta karoten.


Sehingga saling terkait antara satu dengan yang lain. Vitamin A terdiri dari 3
biomolekul aktif, yaitu retinol, retinal (retinaldehyde) dan retinoic acid.

Gambar 5. Tiga molekul aktif vitamin A

` Struktur kimia inilah yang dibutuhkan dalam tubuh untuk dapat memenuhi
kebutuhan vitamin A baik berupa suplemen ataupun makanan alami dari sayuran.
makanan dari alam (nabati) tidaklah langsung mengandung vitamin A, tapi masih
berupa provitamin A. Sehingga harus masuk dan dicerna dalam usus yang mana
mukosa usus dapat merubah provitamin A ini menjadi vitamin A. Retinol dan retinal
mudah dirusak oleh oksidasi terutama dalam keadaan panas dan lembab dan bila
berhubungan dengan mineral mikro.
Manfaat vitamin A antara lain sebagai berikut:
1. Vitamin A bermanfaat untuk pertumbuhan
7

2. Vitamin A sebagai pembantu sistem imun atau kekebalan tubuh. Vitamin A


dapat membantu limposit, salah satu jenis sel darah putih, untuk lebih aktif
terhadap berbagai hal asing yang masuk ke dalam tubuh.
3. Vitamin A bermanfaat dalam menangkal radikal bebas
4. Vitamin A bermanfaat membentuk tulang dan gigi.
5. Vitamin A juga mendukung proses reproduksi pada manusia
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis dan pendekatan penelitian yang kami lakukan yaitu terhadap
Porphyridium sp. untuk membuktikan bahwa mikroalga tersebut dapat dijadikan
sebagai sumber vitamin A.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 07 Mei 2017 – 04 Juli 2017 di
Laboratorium Hatchery dan Laboratorium pengolahan hasil perikanan SMK Negeri
Ngadirojo.

3.3. Tahapan Penulisan


Penyusunan proposal ini memiliki tahapan - tahapan dalam proses
penulisannya yang dilakukan sebagai landasan untuk pengembangan konsep dasar
dalam perumusan permasalahan yang diangkat. Tahapan - tahapan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
A. Tahap perumusan tema dan permasalahan
Tahapan ini merupakan suatu awal bagi perumusan keseluruhan isi proposal.
Penentuan tema dan penjabaran masalah - masalah yang diangkat merupakan tujuan
dalam tahap ini yang dapat dianalogikan sebagai suatu pijakan pertama bagi
keselanjutan proses dalam penyelesaian proposal.
2. Tahap pengumpulan landasan teori dan data
Tahap pengumpulan teori merupakan tahap lanjutan dari penjabaran
permasalahan. Tahap ini secara makro memiliki tujuan mencari beberapa teori dan
data atau informasi yang memiliki relevansi dengan penjabaran permasalahan dan
studi kasus yang diangkat dalam penyusunan proposal.
3. Tahap analisis
Tahap penganalisisan data dan teori yang digunakan dalam penulisan,
dirumuskan dalam tahapan ini. Keduanya akan disintesis dan dihubungkan dengan
permasalahan yang diangkat sehingga hubungan keduanya jelas dan dapat ditemukan
beberapa alternatif solusinya. Tujuan utama dalam tahap ini adalah mencapai tujuan
yang telah dijabarkan dalam tahapan pendahuluan yang dikemukakan pada bagian
awal penulisan.
4. Tahapan kesimpulan dan rekomendasi

8
9

Tahap ini bertujuan untuk menyimpulkan keseluruhan isi penulisan menjadi


satu pemahaman yang utuh dan bersifat komprehensif. Berdasarkan kesimpulan yang
diambil dari keseluruhan isi penulisan nantinya akan ditemukan beberapa alternatif
solusi yang dapat ditawarkan untuk mengatasi permasalahan yang dibahas.

3.4. Metodologi Penelitian


Proposal ini diajukan untuk memanfaatkan porphyridium sp. sebagai bahan
pembuatan vitamin A. Metode yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu
acuan dalam melakukan urutan-urutan kerja atau langkah-langkah analitis yang
disusun secara benar dan teratur agar topik permasalahan bisa diselesaikan dengan
baik. Metodologi merupakan acuan dalam melakukan urutan-urutan kerja atau
langkah yang benar sehingga analisis yang didapat nantinya dapat
dipertanggungjawabkan. Penelitian ini direncanakan akan dilakukan melalui tahap
sebagai berikut.
A. Studi Literatur
Penulis telah melakukan studi literatur terlebih dahulu sebelum dilakukannya
pembuatan proposal ini dan akan terus berlanjut hingga tercapainya tujuan dari
pembuatan proposal ini. Dalam studi literatur ini, data - data diambil oleh penulis
dari beberapa situs internet dan beberapa judul buku yang dapat dilihat di daftar
pustaka.

B. Eksperimen
Selain melakukan studi literatur dan studi lapangan, penulis juga akan
melakukan eksperimen pemanfaatan mikroalga khususnya porphyridium sp. sebagai
bahan pembuatan vitamin A melalui proses ekstraksi yang rencananya akan
dilakukan di laboratorium Hatchery dan laboratorium pengolahan hasil perikanan
SMK Negeri Ngadirojo Pacitan.
3.5 Perlakuan Penelitian
Berikut ini adalah gambaran umum tahapan proses ekstraksi porphyridium
sp. yang kami lakukan dengan menggunakan dua perlakuan yaitu :
A. Perlakuan A
Ekstraksi Porphyridium sp. dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut;
Pertama, hal yang harus dilakukan adalah menyiapkan sempel air yang mengandung
mikroalga Porphyridium sp. Air mikroalga ditempatkan pada tabung sentrifuse
dengan volume 10 ml dan disentrifuse pada 4500 rpm selama 10 menit. Supernatan
10

berupa air bening yang terpisah dari endapan biomassa dipisahkan sehingga
didapatkan endapan (biomassa) sebagai bahan ekstraksi. Biomassa Porphyridium sp.
di setiap tabung ditimbang dengan sama. Setiap tabung yang sudah terdapat
biomassa porphyridium ditambah dengan 5 ml aseton P.A hingga terendam
sempurna. Maserasi dilakukan selama 3 jam atau hingga terjadi perubahan warna
pelarut dari bening menjadi warna tertentu bergantung pada suhu ruangan (Hapsari
dkk, 2012). Skema perlakuan sebagai berikut.

Porphyridium sp.

Disentrifuse

Filtrat

Ditimbang

Ditambah aseton 5 ml

Diaerasi 3 jam

Ekstrak Karotenoid

Gambar 7. Skema Perlakuan A

B. Perlakuan B

Ekstraksi Porphyridium sp. dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut;


Pertama, hal yang harus dilakukan adalah menyiapkan sempel air yang mengandung
mikroalga Porphyridium sp. Air mikroalga ditempatkan pada tabung sentrifuse
dengan volume 10 ml dan disentrifuse pada 4500 rpm selama 10 menit. Supernatan
berupa air bening yang terpisah dari endapan biomassa dipisahkan sehingga
11

didapatkan endapan (biomassa) sebagai bahan ekstraksi. Biomassa Porphyridium sp.


di setiap tabung ditimbang dengan sama. Setiap tabung yang sudah terdapat
biomassa porphyridium ditambah dengan 5 ml aseton dan metanol dengan
perbandingan (7:10) hingga terendam sempurna. Maserasi dilakukan selama 3 jam
atau hingga terjadi perubahan warna pelarut dari bening menjadi warna tertentu
bergantung pada suhu ruangan.

Porphyridium sp.

Disentrifuse

Filtrat

Ditimbang

Ditambah 5 ml aseton dan metanol


(perbandingan7;10)

Diaerasi 3 jam

Ekstrak Karotenoid

Gambar 8. Skema Perlakuan B

3.6 Parameter Uji


A. Rendemen
Ekstrak karotenoid dilakukan pengeringan untuk mengetahui rendemen
karotenoid yang dihasilkan. Selanjutnya ekstrak karotenoid kering ditimbang
menggunakan timbangan analitik untuk mengetahui berat rendemennya.
B. Analisis Beta Karoten
Kadar betakaroten dalam penelitian ini dianalisis menggunakan metode
spektofotometri. Analisis spektofotometri dilaksanakan di Laboratorium
Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA

El-Baky. Abd B. H., K. Farouk, and S. Gamal. 2007. Production of carotenoids From
Marine Microalgae and its Evolution As Food Colorant and Lowering Cholesterol
Agent. Am-Euras Journal Of Agricult.. Environ. Sci,2,792-800
Hapsari, D.T , Tri Winarni Agustini, Bambang Cahyono. 2012. Analisis Kimia Dan Fisik
Komponen Karoten dalam Mikroalga Porphyridium cruentum.Prosiding Seminar
Nasional Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Tahunan. Semarang
Kabinawa, Nyoman, K. 2014. Pangan dan herbal hayati menyehatkan dari mikroalga
spirulina. Jurnal aplikasi teknologi pangan 3(3). Puslit Bioteknologi LIPI. Bogor.
Milledge, J.J. 2010. The challenge of algal fuel: economic processing of the entire algal
biomass. Condensed matter-materials engineering newsletter, Hamilton, McMaster
University, Departement of Material Science and Engineering, 1(6): 4-6.
Spolaore, P., Joannis-Cassan, C., Duran, E., dan Isambert, A. 2006. Commercial
Applications of Microalgae. Journal of Bioscience and Bioengineering, 101, hal
87-96
Vonshak. 1988. Porphyridium. In Macro-Algae Biotechnology. Ed. Borowitzka MA
and Borowitzka LJ. Cambridge : University Press. 477 hlm.

12
13
14

BIODATA PESERTA

Ketua Tim
Nama : Maulidia Yuniarti
Sekolah : SMKN Ngadirojo
Alamat Sekolah : Jl. Raya Pacitan Trenggalek Km. 40 Desa Hadiwarno,
Kecamatan Ngadirojo, Pacitan
Alamat Rumah : RT.01 RW.01 Dsn.Krajan Ds/Kec.Ngadirojo, Kab. Pacitan F
Tempat Lahir : Tuban OTO
Tanggal Lahir : 29 Juni 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : X AP
Nomor HP : 083832447996
Email : maulidia8yuniarti@gmail.com

Anggota Tim (bila tidak ada dapat dihapus)


Nama : Tri Viandani
Sekolah : SMKN Ngadirojo
Alamat Sekolah : Jl. Raya Pacitan Trenggalek Km. 40 Desa Hadiwarno,
Kecamatan Ngadirojo, Pacitan
Alamat Rumah : RT.4 RW.10 Dsn.Tawang Kulon Ds.Sidomulyo - Ngadirojo F
Tempat Lahir : Pacitan OTO
Tanggal Lahir : 19 Januari 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : XI AP
Nomor HP : 081259669568
Email : triviandani19@gmail.com

Data Guru Pembimbing


Nama : Redy Yuniarto, S.Pi, M.Pd
Sekolah : SMKN Ngadirojo
Mata Pelajaran : Agribisnis Perikanan
Alamat Rumah : Jl. Kutilang 46 Kelurahan Ploso, Kecamatan/Kabupaten Pacitan
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Nomor HP : 081335129614
Email : redy.yuniarto@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai