Anda di halaman 1dari 4

ETIKA PROFESI KESEHATAN

BAB IV
ETIKA PROFESI DAN LEGALITAS TENAGA KESEHATAN
Helmi Nurlaili, SST., M.K.M

Topik 1. Etika profesi


A. Profesi bidang kesehatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), profesi berarti bidang pekerjaan yang
dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu. UU No 36
tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga di bidang kesehatan terdiri
atas tenaga kesehatan dan asisten tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga
kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum diploma tiga, kecuali tenaga medis harus
melalui pendidikan profesi.
Asisten tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan bidang
kesehatan di bawah jenjang diploma tiga. Asisten tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi
minimum pendidikan menengah di bidang kesehatan dan hanya dapat bekerja di bawah
supervisi tenaga kesehatan.
Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam:
1. tenaga medis, terdiri atas dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis;
2. tenaga psikologi klinis;
3. tenaga keperawatan;
4. tenaga kebidanan;
5. tenaga kefarmasian, terdiri atas terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian;
6. tenaga kesehatan masyarakat, terdiri atas epidemiolog kesehatan, tenaga promosi
kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga administrasi dan
kebijakan kesehatan, tenaga biostatistik dan kependudukan, serta tenaga kesehatan
reproduksi dan keluarga;
7. tenaga kesehatan lingkungan, terdiri atas tenaga sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan,
dan mikrobiolog kesehatan;
8. tenaga gizi, terdiri atas nutrisionis dan dietisien;
9. tenaga keterapian fisik, terdiri atas fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara, dan
akupunktur;
10. tenaga keteknisian medis, terdiri atas perekam medis dan informasi kesehatan, teknik
kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis optisien/optometris, teknisi gigi,
penata anestesi, terapis gigi dan mulut, dan audiologis;
11. tenaga teknik biomedika, terdiri atas radiografer, elektromedis, ahli teknologi laboratorium
medik, fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik prostetik;
12. tenaga kesehatan tradisional, terdiri atas tenaga kesehatan tradisional ramuan dan tenaga
kesehatan tradisional keterampilan; dan
13. tenaga kesehatan lain yang ditetapkan oleh menteri kesehatan

B. Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia (KTKI)


KTKI adalah lembaga yang melaksanakan tugas secara independen yang terdiri atas konsil
masing-masing tenaga kesehatan. Susunan organisasi KTKI terdiri atas ketua, wakil ketua
merangkap anggota, dan anggota yang berasal dari pimpinan konsil masing-masing tenaga
kesehatan. Anggota konsil meliputi:
1. kementerian penyelenggara urusan pemerintahan di bidang kesehatan
2. kementerian penyelenggara urusan pemerintahan di bidang Pendidikan tinggi
3. organisasi profesi
4. kolegium masing-masing tenaga kesehatan
5. asosiasi institusi pendidikan masing-masing tenaga kesehatan
6. asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan
7. tokoh masyarakat.
KTKI mempunyai fungsi sebagai koordinator konsil masing-masing tenaga kesehatan.
Dalam melaksanakan fungsinya, KTKI mempunyai tugas:
1. memfasilitasi dukungan pelaksanaan tugas konsil masing-masing tenaga kesehatan;
2. melakukan evaluasi tugas konsil masing-masing tenaga kesehatan; dan
3. membina dan mengawasi konsil masing-masing tenaga kesehatan
KTKI memiliki wewenang untuk menetapkan perencanaan kegiatan untuk konsil
masing-masing tenaga kesehatan.
Konsil masing-masing tenaga kesehatan mempunyai fungsi pengaturan, penetapan dan
pembinaan tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik tenaga kesehatan untuk meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya. Dalam menjalankan fungsinya,
konsil masing-masing tenaga kesehatan memiliki tugas:
1. melakukan registrasi tenaga kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya
2. melakukan pembinaan tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik tenaga kesehatan
3. menyusun Standar Nasional Pendidikan tenaga kesehatan
4. menyusun standar praktik dan standar kompetensi tenaga kesehatan
5. menegakkan disiplin praktik tenaga kesehatan
Sedangkan wewenang konsil masing-masing tenaga kesehatan yaitu :
1. menyetujui atau menolak permohonan registrasi tenaga kesehatan
2. menerbitkan atau mencabut Surat Tanda Registrasi (STR)
3. menyelidiki dan menangani masalah yang berkaitan dengan pelanggaran disiplin profesi
tenaga kesehatan
4. menetapkan dan memberikan sanksi disiplin profesi tenaga kesehatan
5. memberikan pertimbangan pendirian atau penutupan institusi pendidikan tenaga kesehatan.

C. Kode etik profesi


Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian/ keterampilan dari
pelakunya. Tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut
keahlian para pemangkunya. Hal ini berarti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut
profesi tidak dapat dipegang sembarang orang, akan tetapi memerlukan suatu persiapan melalui
pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus.
Kode etik profesi adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara
tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang
harus dilakukan dan perbuatan apa yang harus dihindari.
1. Tujuan kode etik profesi
a. menunjung tinggi martabat profesi
b. menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota profesi
c. meningkatkan pengabdian para anggota profesi
d. meningkatkan mutu profesi
e. meningkatkan mutu organisasi profesi
f. meningkatkan pelayanan di atas kepentingan pribadi
2. Sifat kode etik
Kode etik harus memiliki sifat-sifat antara lain:
a. rasional
b. konsisten
c. bersifat universal
3. Rumusan kode etik
Suatu rumusan kode etik seharusnya merefleksikan standar moral universal. Menurut
Scwhartz, standar moral universal meliputi:
a. trustworthiness atau kepercayaan, meliputi honesty/ kejujuran, integrity/ integritas,
reliability/ dapat dipercaya, dan loyality/ kesetiaan).
b. respect atau menghormati, meliputi perlindungan dan perhatian atas hak azasi manusia
c. responsibility atau tanggung jawab
d. fairness atau keadilan, meliputi tidak memihak dan mempromosikan persamaan
e. caring atau peduli, meliputi menghindari hal-hal yang merugikan dan tidak perlu
f. citizenship atau kewarganegaraan, meliputi menghormati hukum dan perlindungan
lingkungan
4. Pelanggaran kode etik
Kode etik menjembatani etika dan moralitas dengan hukum. Kode etik berupa kaidah moral
bagi professional di bidangnya yang dimunculkan dalam aturan tertulis. Meskipun kaidah
moral, kode etik dilengkapi adanya sanksi agar berlaku lebih pasti seperti hukum pada
umumnya. Pelanggaran kode etik terjadi karena beberapa penyebab, diantaranya:
a. organisasi profesi tidak dilengkapi dengan sarana dan mekanisme bagi profesi/
masyarakat untuk menyampaikan keluhan dalam suatu kode etik
b. minimnya sosialisasi tentang kode etik kepada profesi/ masyarakat sehingga terbatasnya
pengetahuan tentang substansi kode etik profesi
c. belum terbentuknya budaya dan kesadaran para pengemban profesi untuk menjaga
martabat luhur masing-masing profesi
5. Sanksi pelanggaran kode etik
Umumnya kode etik berisi sanksi-sanksi yang dikenakan bagi pelanggar kode etik berupa:
a. Sanksi moral
Seorang professional yang menyalahi kode etik profesinya akan merasa gelisah dan hati
nuraninya menghukum dan menuduh dirinya. Selain itu, pelanggar akan merasa malu
jika bertemu dengan teman yang mengetahui pelanggaran dalam profesi tersebut.
b. Sanksi dari organisasi
Kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu dewan kehormatan atau
komisi yang telah dibentuk khusus. Tujuan dibentuknya kode etik adalah mencegah
terjadinya perilaku tidak etis sehingga kode etik juga berisi ketentuan-ketentuan
profesional, seperti kewajiban melapor jika mengetahui teman sejawat melanggar kode
etik. Akan tetapi, dalam praktiknya hal ini tidak berjalan mulus karena rasa solidaritas
antar anggota profesi.

Sumber:

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2017 tentang Konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia.
Susanto E dan Sugiharto (2017). Bahan ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK)
manajemen informasi kesehatan IV: etika profesi dan hukum kesehatan. Jakarta: Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai