c. Lobus Parietalis
Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus
post sentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan
pendengaran.
d. Lobus Oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi
penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan
dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan
informasi saraf lain dan memori (Bulechek, dkk .2013).
e. Lobus Limbik
Lobus limbik untuk mengatur emosi manusia, memori emosi dan
bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui pengendalian
atas susunan endokrin dan susunan autonom (Bulechek, dkk .2013).
Gambar 2.1 Lobus dan cerebrum, dilihat dari atas dan samping.
2. Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak
neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran koordinasi
yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada informasi
somatosensori yang diterima inputnya 40 kali lebih banyak dibandingkan
output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional yang berbeda yang
menerima dan menyampaikan informasi ke bagian lain dari sistem saraf
pusat.
Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk keseimbangan dan
tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot - otot volunter secara optimal.
Bagian - bagian dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis dan
lobus fluccolonodularis.
B. Fisiologi Sistem
Otak Diselimuti oleh selaput otak yang disebut selaput meninges. Selaput
meninges terdiri dari 3 lapisan :
a. Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari otak dan
bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan tulang tengkorak.
Berfungsi untuk melindungi jaringan-jaringan yang halus dari otak dan medula
spinalis.
b. Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan terdiri dari
lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam lapisan ini disebut
dengan ruang subaraknoid dan memiliki cairan yang disebut cairan
serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan medulla
spinalis dari guncangan.
c. Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak dan
melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki pembuluh darah.
Berfungsi untuk melindungi otak secara langsung.
1. Cerebrum
Merupakan bagian otak yang memenuhi sebagian besar dari otak kita yaitu
7/8 dari otak. Mempunyai 2 bagian belahan otak yaitu otak besar belahan
kiri yang berfungsi mengatur kegaiatan organ tubuh bagian kanan.
Kemudian otak besar belahan kanan yang berfungsi mengatur kegiatan
organ tubuh bagian kiri.
2. Mesencephalon
a. Merupakan bagian otak yang terletak di depan cerebellum dan
jembatan varol.
b. Berfungsi sebagai pusat pengaturanan refleks mata, refleks
penyempitan pupil mata dan pendengaran.
3. Diencephalaon
a. Merupakan bagia otak yang terletak dibagian atas dari batang otak dan
di depan mesencephalon.
b. Terdiri dari talamus yang berfungsi untuk stasiun pemancar bagi impuls
yang sampai di otak dan medulla spinalis.
c. Bagian yang kedua adalah hipotalamus yang berfungsi sebagai pusat
pengaturan suhu tubuh, selera makan dan keseimbangan cairan
tubuh, rasalapar, sexualitas, watak, emosi.
4. Cerebellum
5. Medula
a. Medulla oblongata
Untuk akomodasi
dan kontraksi iris
IV TROKLEAR Motorik Oto bola mata Untuk memutar
bola mata
Lidah bagian
atas (bukan
pengecap),
gigi bawah
dan rahang
bawah.
B. Etiologi
Stroke non hemoragik biasanya diakibatkan oleh trombosis dan emboli cerebral.
1. Trombosis cerebral
Thrombosit ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti disekitarnya. Keadaan yang dapat menyebabkan
thrombosit cerebral:
a. Atherosklerosis/arterioskerosis adalah mengerasnya pembuluh darah
serta berkurangnya ketentuan atau elastisitas pembuluh darah.
C. Patofisiologi
Lesi ekstrakranial paling sering adalah plak aterosklerotik pada percabangan
karotis. Agregasi platelet dan selanjutnya embollisasi platelet menyebabkan
gejala kular atau serebral. Gejala akibat berkurangnya aliran jarang terjadi pada
daerah karotis, namun gejala vertebrobasilar biasanya berhubungan dengan
aliran. Aalirn balik pada arteri vertebralis pada keadaan oklusi arteri subklavia
ipsilateral menyebabkan gejala serebral seperti tangan ‘mencuri’ darah dari
serebelum – sindrom mencuri subklavia (subclavian stea syndrome).
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior).7 Tempat terjadinya trombosis yang paling sering
adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari
arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya
turbulensi aliran darah. Energi yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan
neuronal berasal dari metabolisme glukosa dan disimpan di otak dalam bentuk
glukosa atau glikogen untuk persediaan pemakaian selama 1 menit. Bila tidak
ada aliran darah lebih dari 30 detik gambaran EEG akan mendatar, bila lebih
dari 2 menit aktifitas jaringan otak berhenti, bila lebih dari 5 menit maka
kerusakan jaringan otak dimulai, dan bila lebih dari 9 menit manusia dapat
meninggal.
Bila aliran darah jaringan otak berhenti maka oksigen dan glukosa yang
diperlukan untuk pembentukan ATP akan menurun, akan terjadi penurunan Na+
K + ATP-ase, sehingga membran potensial akan menurun. K + berpindah ke
ruang ekstraselular, sementara ion Na dan Ca berkumpul di dalam sel. Hal ini
menyebabkan permukaan sel menjadi lebih negatif sehingga terjadi membran
depolarisasi.7 Saat awal depolarisasi membran sel masih reversibel, tetapi bila
menetap terjadi perubahan struktural ruang menyebabkan kematian jaringan
otak. Keadaan ini terjadi segera apabila perfusi menurun dibawah ambang batas
kematian jaringan, yaitu bila aliran darah berkurang hingga dibawah 10 ml / 100
gram / menit.
Akibat kekurangan oksigen terjadi asidosis yang menyebabkan gangguan fungsi
enzim-enzim, karena tingginya ion H. Selanjutnya asidosis menimbulkan edema
serebral yang ditandai pembengkakan sel, terutama jaringan glia, dan berakibat
terhadap mikrosirkulasi. Oleh karena itu terjadi peningkatan resistensi vaskuler
dan kemudian penurunan dari tekanan perfusi sehingga terjadi perluasan daerah
iskemik.
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Adapun gambaran klinis pasien stroke non hemoragik adalah sebagai berikut. :
1. Gejala serebral (kontralateral) : motorik (kelemahan, kecanggungan, atau
paralisis ekstremitas). Sedangkan sensorik (baal, parastesia) berhubungan
dengan kemampuan bicara (disfasia reseptif atau ekspresif ).
2. Gejala okular (ipsilateral) : amaurosis fugaks (kehilangan pengelihatan
sementara yang digambarkan sebagai selubung yang menutupi lapang
pandang)
3. Gejala serebral (atau okular) dapat sementara (serangan iskemik sementara
(transient ischaemic attack, TIA) merupakan defisit neurologis fokal atau
okular yang berlangsung tidak lebih dari 24 jam) atau permanen (serangan
stroke)
4. Gejala vertebrobasilar, vertigo, ataksia, sakit kepala, sinkop, parestesia
bilateral, halusinasi visual.
Suatu bruit dapat didengar di sekitar arteri karotis, namun bukan merupakan
indikator kelainan yang dapat dipercaya.
F. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh pasien stroke non hemoragik
yaitu :
1. Scan dupleks merupakan scan mode-B dan velositometer ultrasonik Doppler
yaitu metode pilihan untuk menilai derajar stenosis karotis.
2. Angiografi karotis, saat ini sering dilakukan MRA, yang lebih aman dari
aniografi strandar.
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua 40 -70 tahun
(Smeltzer & Bare 2013). Jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.
b. Keluhan utama
f. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas
mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian
mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai
respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat.
g. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breathing)
2) B2 (Blood)
b. B4 (Bladder)
5) B5 (Bowel)
6) B6 (Bone)
j. Status Mental
k. Fungsi Intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan
kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage yaitu
kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu
nyata.
l. Kemampuan Bahasa
1) Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.
7) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
10) Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
fasikulasi, serta indra pengecapan normal.
o. Inspeksi Umum.
Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada
sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi
tubuhh adalah tanda yang lain.
p. Fasikulasi.
q. Tonus Otot.
Didapatkan meningkat.
J. Diagnosa Keperawatan
.
K. Intervensi Keperawatan