Anda di halaman 1dari 26

1.

Konsep Anatomi dan fisiologi Sistem


A. Anatomi Sistem
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100 - 200 milyar sel aktif yang
saling berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan
intelektual kita. Otak terdiri dari sel - sel otak yang disebut neuron. Otak
merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi meskipun neuron - neuron
di otak mati tidak mengalami regenerasi kemampuan adaptif atau plastisitas.
Pada otak dalam situasi tertentu bagian bagian otak dapat mengambil alih
fungsi dari bagian-bagian yang rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan
baru. Ini merupakan mekanisme paling penting yang berperan dalam
pemulihan stroke.
Secara garis besar sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf
pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan
medulla spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi (SST).
Fungsi dari SST adalah menghantarkan informasi bolak balik antara SSP
dengan bagian tubuh lainnya.
Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf dengan komponen bagiannya
adalah :
1. Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari
sepasang hemisfer kanan dan kiri serta tersusun dari korteks. Korteks
ditandai dengan sulkus (celah) dan girus.
Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
a. Lobus Frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih
tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area
broca di hermisfer kiri), pusat penghidit dan emosi. Bagian ini
mengandung pusat pengontrolan gerakan volunter di gyrus
presentralis (area motorik primer) dan terdapat area asosiasi motorik
(area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah broca yang mengatur
ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku
sosial, berbicara, motivasi dan inisiatif.
b. Lobus Temporalis
Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan
ke bawah dari fisura lateral dan sebelah posterior dari fisura parieto-
oksipitalis. Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat verbal,
visual, pendengaran dan berperan dalam pembentukan dan
perkembangan emosi.

c. Lobus Parietalis
Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus
post sentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan
pendengaran.

d. Lobus Oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi
penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan
dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan
informasi saraf lain dan memori (Bulechek, dkk .2013).

e. Lobus Limbik
Lobus limbik untuk mengatur emosi manusia, memori emosi dan
bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui pengendalian
atas susunan endokrin dan susunan autonom (Bulechek, dkk .2013).
Gambar 2.1 Lobus dan cerebrum, dilihat dari atas dan samping.

2. Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak
neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran koordinasi
yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada informasi
somatosensori yang diterima inputnya 40 kali lebih banyak dibandingkan
output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional yang berbeda yang
menerima dan menyampaikan informasi ke bagian lain dari sistem saraf
pusat.
Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk keseimbangan dan
tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot - otot volunter secara optimal.
Bagian - bagian dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis dan
lobus fluccolonodularis.

Gambar 2.2 Cerebellum, dilihat dari belakang atas


3. Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh
proses kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon
diatasnya dan medulla spinalis dibawahnya. Struktur - struktur fungsional
batang otak yang penting adalah jaras asenden dan desenden traktus
longitudinalis antara medulla spinalis dan bagian - bagian otak, anyaman sel
saraf dan 12 pasang saraf cranial. Secara garis besar brainstem terdiri dari
tiga segmen, yaitu mesensefalon, pons dan medulla oblongata.

Gambar 2.3 Brainstem.

B. Fisiologi Sistem
Otak Diselimuti oleh selaput otak yang disebut selaput meninges. Selaput
meninges terdiri dari 3 lapisan :

a. Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari otak dan
bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan tulang tengkorak.
Berfungsi untuk melindungi jaringan-jaringan yang halus dari otak dan medula
spinalis.

b. Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan terdiri dari
lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam lapisan ini disebut
dengan ruang subaraknoid dan memiliki cairan yang disebut cairan
serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan medulla
spinalis dari guncangan.

c. Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak dan
melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki pembuluh darah.
Berfungsi untuk melindungi otak secara langsung.

Otak dibagi menjadi beberapa bagian :

1. Cerebrum

Merupakan bagian otak yang memenuhi sebagian besar dari otak kita yaitu
7/8 dari otak. Mempunyai 2 bagian belahan otak yaitu otak besar belahan
kiri yang berfungsi mengatur kegaiatan organ tubuh bagian kanan.
Kemudian otak besar belahan kanan yang berfungsi mengatur kegiatan
organ tubuh bagian kiri.

Bagian kortex cerebrum berwarna kelabu yang banyak mengandung badan


sel saraf. Sedangkan bagian medulla berwarna putih yang bayak
mengandung dendrite dan neurit. Bagian kortex dibagi menjadi 3 area yaitu
area sensorik yang menerjemahkan impuls menjadi sensasi. Kedua adalah
area motorik yang berfungsi mengendalikan koordinasi kegiatan otot rangka.
Ketiga adalah area asosiasi yang berkaitasn dengan ingatan, memori,
kecedasan, nalar/logika, kemauan.

Mempunyai 4 macam lobus yaitu :

a. Lobus frontal berfungsi sebagai pusat penciuman, indera peraba.

b. Lobus temporal berungsi sebagai pusat pendengaran

c. Lobus oksipetal berfungsi sebagai pusat pengliihatan.

d. Lobus parietal berfungsi sebagai pusat ingatan, kecerdasan, memori,


kemauan, nalar, sikap.

2. Mesencephalon
a. Merupakan bagian otak yang terletak di depan cerebellum dan
jembatan varol.
b. Berfungsi sebagai pusat pengaturanan refleks mata, refleks
penyempitan pupil mata dan pendengaran.

3. Diencephalaon
a. Merupakan bagia otak yang terletak dibagian atas dari batang otak dan
di depan mesencephalon.
b. Terdiri dari talamus yang berfungsi untuk stasiun pemancar bagi impuls
yang sampai di otak dan medulla spinalis.
c. Bagian yang kedua adalah hipotalamus yang berfungsi sebagai pusat
pengaturan suhu tubuh, selera makan dan keseimbangan cairan
tubuh, rasalapar, sexualitas, watak, emosi.

4. Cerebellum

a. Merupakan bagian otak yang terletak di bagian belakang otak besar.


Berfungsi sebagai pusat pengaturan koordinasi gerakan yang disadari
dan keseimbangan tubuh serta posisi tubuh.

b. Terdapat 2 bagian belahan yaitu belahan cerebellum bagian kiri dan


belahan cerebellum bagian kanan yang dihubungkan dengan jembatan
varoli yang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari otot-otot
belahan kiri dan kanan.

5. Medula
a. Medulla oblongata

1) Disebut juga dengan sumsum lanjutan atau penghubung atau


batang otak.

2) Terletak langsung setelah otak dan menghubungkana dengan


medulla spinalis, di depan cerebellum.

3) Susunan kortexmya terdiri dari neeurit dan dendrite dengan warna


putih dan bagian medulla terdiri dari bdan sel saraf dengan warna
kelabu.

4) Berfungsi sebagai pusat pengaturan ritme respirasi, denyut jantung,


penyempitan dan pelebaran pembuluh darah, tekanan darah, gerak
alat pencernaan, menelan, batuk, bersin,sendawa.
b. Medulla spinalis

1) Disebut denga sumsum tulang belakang dan terletak di dalam ruas-


ruas tulang belakang yaitu ruas tulang leher sampaia dengan
tulang pinggang yang kedua.

2) Berfungsi sebagai pusat gerak refleks dan menghantarkan impuls


dari organ ke otak dan dari otak ke organ tubuh.

c. Susunan Saraf Tepi/Perifer

Merupakan system saraf yang menghubungkan semua bagian tubuh


dengan system saraf pusat.

d. Sistem saraf sadar/somatik

Merupakan system saraf yang kerjanya berlangsung secara


sadar/diperintah oleh otak. Bedakan menjadi dua yaitu :

e. . Sistem saraf pada otak

Merupakan sistem saraf yang berpusat pada otak dan dibedakan


menjadi 12 pasang saraf yaitu :

No Nama saraf Jenis saraf Menuju Fungsi

I OLFAKTORI Sensorik Pusat pembau Berkaitan dengan


penciuman

II OPTIK Sensorik Retina mata Berkaitan dengan


penglihatan

III OKULOMOTOR Motorik Otot bola Menggerakan bola


mata dan otot mata (kiri dan
kelopak mata kanan)

Untuk akomodasi
dan kontraksi iris
IV TROKLEAR Motorik Oto bola mata Untuk memutar
bola mata

V TRIGEMINUS Motorik Kelopak mata Membawa impuls


atsa, bola yang berkaitan
1. OFTAL mata, kelenjar dengan sensai
MIK lakrimal rasa, nyeri, raba
dan suhu.
1. MAKSIL Mukosa
AR hidung, langit-
langit rongga
1. MASND mulut, taring,
IBULAR gigi atas, pipi
dan kelopak
mata bawah.

Lidah bagian
atas (bukan
pengecap),
gigi bawah
dan rahang
bawah.

VI Abdusen Motorik Otot Pergerakan rektus


penggerak lateral
bolamata

VII Facial Motorik Lidah bagian Mempengaruhi


oengecap pergerakan otot-
anterior otot rahang,
wajah, kepala
serta ekskresi
kelenjar ludah dan
air mata

VIII Vestibulo Sensorik Koklea Berkaitana dengan


koklear telinga, pendengaran dan
vestibula dan keseimbangan.
kanal
semisirkularis

IX Glosofaring Motorik Lidah Mempengaruhi


pengecap, pergerakan otot
tonsil langit- faring dan lidah.
langit mulut,
kulit telinga
X Vagus Motorik Faring, laring, Mempengaruhi
trakea, pergerakan
bronkus, menelan, stimulasi
pulmo, kelenjar lambung,
lengkung usus, hati dan
aorta pankreas.

XI Asesori spinal Motorik Otot Mengkoordinasi


sternokleidom gerakan bahu dan
astoid dan leher.
otot trapezius

XII Hipoglosus Motorik Otot lidah Berkaitan dengan


kegiatan menelan
dan ber

C. Kebutuhan Dasar Manusia


1. Kebutuhan fisik (physiological needs)
Kebutuhan fisik adalah yang paling mendasar dan paling mendominasi
kebutuhan manusia. kebutuhan ini lebih bersifat biologis seperti oksigen,
makanan, air dan sebagainya. Pemikiran Maslow akan kebutuhan fisik ini
sangat dipengaruhi oleh kondisi pasca Perang Dunia II. Saat itu, manusia
berada dalam kondisi yang begitu memilukan. Salah satunya adalah
dilandanya kelaparan. Oleh karena itu, Maslow menganggap kebutuhan fisik
adalah yang utama melebihi apapun.
2. Kebutuhan akan rasa aman ( Safety needs)
Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, manusia akan cenderung mencari
rasa aman, bisa berupa kebutuhan akan perlindungan, kebebasan dari rasa
takut, kekacauan dan sebagainya. Kebutuhan ini bertujuan untuk
mengembangkan hidup manusia supaya menjadi lebih baik.
3. Kebutuhan akan kepemilikan dan cinta (The belongingness and love Needs)
Setelah kebutuhan fisik dan rasa aman terpenuhi, manusia akan cenderung
mencari cinta orang lain supaya bisa dimengerti dan dipahami oleh orang
lain. Jadi, Kebutuhan akan cinta tidak sama dengan kebutuhan akan seks.
Sebaliknya, Maslow menegaskan, kebutuhan akan seks justru dikategorikan
sebagai kebutuhan fisik. Kebutuhan akan cinta ini menguatkan bahwa dalam
hidup, manusia tidak bisa terlepas dari sesama.
4. Kebutuhan untuk dihargai (The esteem Needs), Setelah ketiga kebutuhan di
atas terpenuhi, maka sudah menjadi naluri manusia untuk bisa dihargai oleh
sesama bahkan masyarakat. Maslow mengklasifikasikan kebutuhan ini
menjadi dua bagian yaitu, Pertama lebih mengarah pada harga diri.
Kebutuhan ini dianggap kuat, mampu mencapai sesuatu yang memadai,
memiliki keahlian tertentu menghadapi dunia, bebas dan mandiri. Sedangkan
kebutuhan yang lainnya lebih pada sebuah penghargaan. Yaitu keinginan
untuk memiliki reputasi dan pretise tertentu (penghormatan atau
penghargaan dari orang lain). Kebutuhan ini akan memiliki dampak secara
psikologis berupa rasa percaya diri, bernilai, kuat dan sebagainya.
5. Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization).
Kebutuhan inilah yang menjadi puncak tertinggi pencapaian manusia setalah
kebutuhan-kebutuhan di atas terpenuhi. Pencapaian aktualisasi diri ini
berdampak pada kondisi psikologi yang meninggi pula seperti perubahan
persepsi, dan motivasi untuk selalu tumbuh dan berkembang. Dengan kelima
hierarki kebutuhan itulah yang menjadi struktur kunci Maslow dalam
menjelaskan manusia. Konsep fundamental dari pendirian teori Maslow
adalah: Manusia dimotivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat
sama untuk seluruh spesies, tidak berubah, dan berasal dari sumber genetis
atau naluriah. Menurutnya, kebutuhan juga bersifat psikologis, bukan
sematamata fisiologis. Sebab, kebutuhan inilah yang menjadi inti dari kodrat
manusia. Sedangkan sesuatu itu disebut sebagai kebutuhan dasar apabila
memenuhi beberapa syarat berikut yaitu:
1. Bila tidak terpenuhi dapat menimbulkan penyakit,
2. Memenuhinya dapat mencegah timbulnya penyakit,
3. Pemulihannya dapat menyembuhkan penyakit,
4. Dalam situasi-situasi tertentu yang sangat kompleks, orang bebas memilih
(seseorang yang sedang kekurangan, akan cenderung memilih kebutuhan
dibanding kepuasan lainnya),
5. Kebutuhan itu tidak aktif, lemah atau secara fungsional tidak terdapat pada
orang yang sehat.
2. Konsep Dasar Penyakit
A. Definisi
Stroke non-hemoragik adalah jenis stroke yang terjadi akibat penyumbatan
pada pembuluh darah otak. Stroke yang juga disebut stroke infark atau stroke
iskemik ini merupakan jenis stroke yang paling sering terjadi. Diperkirakan
sekitar lebih dari 80% kasus stroke di seluruh dunia disebabkan oleh stroke non-
hemoragik.
Stroke, atau cedera serebrovaskular (CVA), adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak. Sebagian besar
(80%) disebabkan oleh stroke non hemoragik. Stroke non hemoragik merupakan
stroke yang dapat disebabkan oleh trombus dan emboli. Stroke non hemoragik
akibat trombus terjadi karena penurunan aliran darah pada tempat tertentu di
otak melalui proses stenosis.
Stroke non hemoragik merupakan sindroma klinis sebagai akibat dari
gangguan vaskuler menurut. Pada waktu stroke, aliran darah ke otak terganggu
sehingga terjadinya iskemia yang berakibat kurangnya aliran glukosa, oksigen
dan bahan makanan lainnya ke sel otak.

B. Etiologi
Stroke non hemoragik biasanya diakibatkan oleh trombosis dan emboli cerebral.
1. Trombosis cerebral
Thrombosit ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti disekitarnya. Keadaan yang dapat menyebabkan
thrombosit cerebral:
a. Atherosklerosis/arterioskerosis adalah mengerasnya pembuluh darah
serta berkurangnya ketentuan atau elastisitas pembuluh darah.

b. Hypercoagulasi pada polysitemia merupakan darah bertambah kental,


peningkatan viskositas hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran
darah serebral

c. Arteritis (radang pada arteri)


d. Emboli

Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh


darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus
di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli
tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
Penyebab stroke non hemoragik adalah sebagi berikut :
1) Vaskuler, arterosklerosis, displasi fibromuskuler, inflamasi (giant
cell arteritis, SLE, poloarteritis nodosa, angiitis granuloma,
arteritis sifilitika, AIDS), diseksi arteri, penyalahgunaan obat,
sindroma moyamoya, trombosis sinus, atau vena.
2) Kelainan jantung, trombus mural, aritmia jantung, endokarditis
infeksiosa dan noninfeksiosa, penyakit jantung rematik,
penggunaan katup jantung prostetik, miskoma atrial, dan fibrilasi
atrium.
3) Tanda dan gejala stroke non hemoragik
Gejala dan tanda stroke sering muncul secara tiba-tiba dan cepat.
Oleh karena itu penting mengenali tanda-tanda atau gejala stroke.
Beberapa gejala stroke antara lain sebagai berikut.
a) Nyeri kepala hebat secara tiba-tiba
b) Pusing, yakni merasa benda-benda disekitarnya berputar atau
merasa goyang bila bergerak atau biasanya disertai mual dan
muntah
c) Bingung, terjadi gangguan orientasi ruang, waktu atau personal
d) Pengelihatan kabur atau ketajamanpengelihatan menurun, bisa
pada salah satu mata ataupun kedua mata
e) Kesulitan bicara secara tiba-tiba, mulut terlihat tertarik ke satu
sisi atau “perot”
f) Kehilangan keseimbangan, limbung, atau jatuh
g) Rasa kebas, yakni mati rasa, atau kesemutan pada satu sisi
tubuh
h) Kelemahan otot-otot pada satu sisi tubuh.

Berdasarkan gejala dan tanda serta waktu terjadinya serangan,


dapat diperkirakan letak kerusakan jaringan otak serta jenis stroke
yang menyerang yakni :
a. Kesemutan atau kelemahan otot pada sisi kanan tubuh
menunjukkan terjadinya gangguan pada otak belahan kiri
b. Kehilangan keseimbangan menunjukkan gangguan terjadi di
pusat keseimbangan, yakni antara lain daerah otak kecil
(cerrebellum). Serangan stroke yang terjadi saat penderita
sedang istirahat atau tidur umumnya adalah stroke iskemik.
Gejala munculnya secara bertahap dan kesadaran umum baik,
kecuali iskemiknya terjadi karena sumbatan embolus yang
berasal dari jantung maka gejala muncul mendadak dan sering
disertai nyeri kepala.

C. Patofisiologi
Lesi ekstrakranial paling sering adalah plak aterosklerotik pada percabangan
karotis. Agregasi platelet dan selanjutnya embollisasi platelet menyebabkan
gejala kular atau serebral. Gejala akibat berkurangnya aliran jarang terjadi pada
daerah karotis, namun gejala vertebrobasilar biasanya berhubungan dengan
aliran. Aalirn balik pada arteri vertebralis pada keadaan oklusi arteri subklavia
ipsilateral menyebabkan gejala serebral seperti tangan ‘mencuri’ darah dari
serebelum – sindrom mencuri subklavia (subclavian stea syndrome).
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior).7 Tempat terjadinya trombosis yang paling sering
adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari
arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya
turbulensi aliran darah. Energi yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan
neuronal berasal dari metabolisme glukosa dan disimpan di otak dalam bentuk
glukosa atau glikogen untuk persediaan pemakaian selama 1 menit. Bila tidak
ada aliran darah lebih dari 30 detik gambaran EEG akan mendatar, bila lebih
dari 2 menit aktifitas jaringan otak berhenti, bila lebih dari 5 menit maka
kerusakan jaringan otak dimulai, dan bila lebih dari 9 menit manusia dapat
meninggal.
Bila aliran darah jaringan otak berhenti maka oksigen dan glukosa yang
diperlukan untuk pembentukan ATP akan menurun, akan terjadi penurunan Na+
K + ATP-ase, sehingga membran potensial akan menurun. K + berpindah ke
ruang ekstraselular, sementara ion Na dan Ca berkumpul di dalam sel. Hal ini
menyebabkan permukaan sel menjadi lebih negatif sehingga terjadi membran
depolarisasi.7 Saat awal depolarisasi membran sel masih reversibel, tetapi bila
menetap terjadi perubahan struktural ruang menyebabkan kematian jaringan
otak. Keadaan ini terjadi segera apabila perfusi menurun dibawah ambang batas
kematian jaringan, yaitu bila aliran darah berkurang hingga dibawah 10 ml / 100
gram / menit.
Akibat kekurangan oksigen terjadi asidosis yang menyebabkan gangguan fungsi
enzim-enzim, karena tingginya ion H. Selanjutnya asidosis menimbulkan edema
serebral yang ditandai pembengkakan sel, terutama jaringan glia, dan berakibat
terhadap mikrosirkulasi. Oleh karena itu terjadi peningkatan resistensi vaskuler
dan kemudian penurunan dari tekanan perfusi sehingga terjadi perluasan daerah
iskemik.
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Adapun gambaran klinis pasien stroke non hemoragik adalah sebagai berikut. :
1. Gejala serebral (kontralateral) : motorik (kelemahan, kecanggungan, atau
paralisis ekstremitas). Sedangkan sensorik (baal, parastesia) berhubungan
dengan kemampuan bicara (disfasia reseptif atau ekspresif ).
2. Gejala okular (ipsilateral) : amaurosis fugaks (kehilangan pengelihatan
sementara yang digambarkan sebagai selubung yang menutupi lapang
pandang)
3. Gejala serebral (atau okular) dapat sementara (serangan iskemik sementara
(transient ischaemic attack, TIA) merupakan defisit neurologis fokal atau
okular yang berlangsung tidak lebih dari 24 jam) atau permanen (serangan
stroke)
4. Gejala vertebrobasilar, vertigo, ataksia, sakit kepala, sinkop, parestesia
bilateral, halusinasi visual.
Suatu bruit dapat didengar di sekitar arteri karotis, namun bukan merupakan
indikator kelainan yang dapat dipercaya.

F. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh pasien stroke non hemoragik
yaitu :
1. Scan dupleks merupakan scan mode-B dan velositometer ultrasonik Doppler
yaitu metode pilihan untuk menilai derajar stenosis karotis.

2. Angiografi karotis, saat ini sering dilakukan MRA, yang lebih aman dari
aniografi strandar.

3. CT scan atau MRI otak menampilkan adanya infark serebral.

G. Pengkajian Fokus Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua 40 -70 tahun
(Smeltzer & Bare 2013). Jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.

b. Keluhan utama

Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan


adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak
dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.

c. Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke non hemoragik sering kali berlangsung sangat


mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya
terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,
selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak
yang lain. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran
disebabkan perubahan di dalam intrakranial. Kekeliruhan, perubahan
perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat
terjadi letargi, tidak responsif, dan koma.

d. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus,


penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang
lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-
obat adiktif, dan kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang
sering digunakan klien, seperti pemakaian obat antihipertensi,
antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya. Adanya riwayat merokok,
penggunaan alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian
riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang
dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk
memberikan tindakan selanjutnya.

e. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes


melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.

f. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas
mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian
mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai
respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat.

g. Pemeriksaan Fisik

Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan


klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari
pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara
per sistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan
B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari
klien.

1) B1 (Breathing)

Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi


sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan
peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas
tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi
sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering
didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran
koma. Pada klien dengan tingkat kesadaran compos metris,
pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi
toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.

2) B2 (Blood)

Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan (syok


hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif
(tekanan darah >200 mmHg).
a. B3 (Brain)

Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada


lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area
yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder
atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik
sepenuhnya. Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus
dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.

b. B4 (Bladder)

Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine


sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung
kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang
kontrol sfingter urine eksternal hilang atau berkurang. Selama
periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.
Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis luas

5) B5 (Bowel)

Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan


menurun, mual muntah pada fase akut. Mual sampai muntah
disebabkan oleh peningkatan produksi asam lambung sehingga
menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Adanya
inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis luas.

6) B6 (Bone)

Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan


kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron
motor atas menyilang, gangguan kontrol motor volunter pada salah
satu sisi tubuhh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor
atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling
umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi
pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan
salah satu sisi tubuhh, adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika klien
kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan
maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga dikaji tanda-
tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien
stroke mengalami masalah mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk
beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/
hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan istirahat.

h. Pengkajian Tingkat Kesadaran

Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar


dan parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian.
Tingkat keterjagaan klien dan respons terhadap lingkungan adalah
indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa
sistem digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam
kewaspadaan dan keterjagaan. Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran
klien stroke biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan
semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS
sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan
evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.

i. Pengkajian Fungsi Serebral

Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan


bahasa, lobus frontal, dan hemisfer.

j. Status Mental

Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah,


dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya
status mental klien mengalami perubahan.

k. Fungsi Intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan
kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage yaitu
kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu
nyata.

l. Kemampuan Bahasa

Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang


memengaruhi fungsi dari serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang
dominan pada bagian posterior dari girus temporalis superior (area
Wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien tidak dapat
memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis. Sedangkan lesi pada
bagian posterior dari girus frontalis inferior (area Broca) didapatkan
disfagia ekspresif, yaitu klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat
menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak lancar. Disartria (kesulitan
berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang
disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan bicara. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan
tindakan yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika klien
mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.

m. Pengkajian Saraf Kranial

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf kranial I - XII.

1) Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.

2) Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori


primer di antara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan
visual-spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih objek
dalam area spasial) sering terlihat pada Mien dengan hemiplegia
kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan
karena ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian
tubuhh.
3) Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis
pada tubuhh.

4) Satu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan


gerakan konjugat unilateral di sisi yang sakit.

5) Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis


saraf trigenimus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan
mengunyah, penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta
kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus dan eksternus.

6) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah


asimetris, dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.

7) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.

8) Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan


membuka mulut.

9) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan


trapezius.

10) Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
fasikulasi, serta indra pengecapan normal.

n. Pengkajian Sistem Motorik

Stroke adalah penyakit saraf motorik atas (UMN) dan mengakibatkan


kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena
UMN bersilangan, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi
tubuhh dapat menunjukkan kerusakan pada UMN di sisi berlawanan
dari otak.

o. Inspeksi Umum.

Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada
sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi
tubuhh adalah tanda yang lain.
p. Fasikulasi.

Didapatkan pada otot-otot ekstremitas.

q. Tonus Otot.

Didapatkan meningkat.

J. Diagnosa Keperawatan

1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan suplai O2 ke


Otak menurun

2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuhh berhubungan


dengan ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi, kelemahan otot
menelan.

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan ganggua kerusakan


neurovaskular & neuromuskular

4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan


neuromuscular, kerusakan sentral bicara.

.
K. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Noc Nic

1 Perfusi jaringan Tujuan (NOC) : Intervensi (NIC)


cerebral tidak Gangguan perfusi jaringan 1. Pantau TTV tiap
efektif dapat tercapai secara optimal jam dan
berhubungan Kriteria hasil : catat hasilnya.
dengan suplai O2 Mampu 2. Kaji respon
ke Otak menurun mempertahankan motorik
tingkat kesadaran terhadap perintah
Fungsi sensori dan sederhana
motorik membaik 3. Pantau status
neurologis
secara teratur
4. Kolaborasi
pemberian
obat sesuai
indikasi
5. Kolaborasi
pemberian O2
sesuai anjuran

2 Ketidakseimbangan Tujuan (NOC) : Intevensi (NIC) :


nutrisi : kurang dari 1. Status gizi 1. Pengelolaan
kebutuhan tubuhh 2. Asupan makanan gangguan
berhubungan dengan 3. Cairan dan zat gizi makanan
ketidakmampuan Kritria evaluasi: 2. Pengelulaan
untuk mengabsorpsi 1. Menjelaskan komponen nutrisi
Nutrisi kedekatan diet 3. Bantuan
2. Nilai laboratorium menaikkan
(mis,trnsferin,albumin,dan BB
eletrolit) Aktivitas
keperawatan :
1. Tentukan
motivasi klien
untuk mengubah
kebiasaan
makan

3 Kerusakan mobilitas Tujuan (NOC): Gerak sendi Intevensi (NIC) :


fisik b/d kerusakan : aktif. Terapi aktivitas,
neuromuskuler Setelah di lakukan tindakan ambulasi
keperawatan selama 1 x 24 Terapi aktivitas,
jam diharapkan pasien mobilitas
terhindar dari kerusakan sendi.
mobilitas fisik dengan Perubahan
Kriteria Evaluasi : posisi
1. Menunjukkan Aktivitas
penggunaan alat bantu Keperawatan :
secara benar dengan 1. melakukan Rom
pengawasan. pasif
2. Meminta bantuan untuk 2. mobilisasi
beraktivitas mobilisasi pasien tiap 2 jam
jika diperlukan. 3. Oleskan lotion
3. Klien meningkat dalam atau
aktivitas fisik minyak/baby oil
4. Mengerti tujuan dari pada derah
peningkatan mobilitas yang tertekan.
4. kolsultasi
dengan alih
fisioterapi.

4 Tujuan (NOC): Intevensi (NIC)


Gangguan Komunikasi dapat berjalan 1. Lakukan
komunikasi verbal dengan baik komunikasi
berhubungan dengan Kriteria hasil : dengan wajar,
kerusakan 1. Klien dapat bahasa jelas,
neuromuscular, mengekspresikan sederhana dan bila
kerusakan sentral perasaan perlu
bicara 2. Memahami maksud dan diulang
pembicaraan orang lain 2. Dengarkan
3. Pembicaraan pasien dengan tekun
dapat dipahami jika pasien mulai
berbicara
3. Berdiri di dalam
lapang
pandang pasien
pada saat
bicara
4. Latih otot bicara
secara
optimal
5. Libatkan
keluarga dalam
melatih komunikasi

Anda mungkin juga menyukai