Anda di halaman 1dari 10

Pertemuan Ilmiah Tahunan XXXV HATHI, Medan Template Fullpaper

STUDI PENELITIAN

PERBAIKAN BANTARAN SUNGAI SECARA EKO-


HIDRAULIK UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI
SUNGAI LAE SORAYA KOTA SUBULUSSALAM

Ziana1*, Azmeri2, Lidya Fransiska3 


1,2
Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala
3
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala
*ziana@unsyiah.ac.id
Intisari
Pengendalian banjir pada umumnya menggunakan konsep hidraulik murni yaitu
menekankan pada pembangunan fisik yang berdampak pada rusaknya faktor
ekologi sungai. Sungai Lae Soraya sering dilanda banjir dengan daerah yang
paling berdampak terhadap banjir tersebut adalah Kecamatan Rundeng dan
Kecamatan Longkib. Penelitian ini membahas tentang pengendalian banjir Sungai
Lae Soraya khususnya di Kecamatan Rundeng dengan menggunakan konsep
ekohidraulik. Ekohidraulik merupakan salah satu konsep pengelolaan sungai yang
digunakan sebagai pengendalian banjir dengan memperhatikan faktor ekologi
sungai. Tujuan penelitian ini adalah memberikan desain ekohidraulik di daerah
bantaran sungai sebagai upaya pengendalian banjir Sungai Lae Soraya Kecamatan
Rundeng. Desain ekohidraulik pada hulu sungai memberikan pengaruh positif
dalam proteksi banjir karena mejadikan daerah bantaran sebagai daerah retensi,
sehingga energi banjir menuju hilir dapat diredam. Manfaat penelitian ini adalah
dapat mengetahui kondisi debit sungai dan kapasitas maksimum tampungan debit
sungai berdasarkan elevasi muka air dan dapat mengetahui desain bantaran secara
ekohidraulik yang tepat di Sungai Lae Soraya. Data yang diperlukan berupa data
curah hujan, peta topografi, dan data hidraulika sungai. Metode perhitungan debit
banjir menggunakan metode Haspers dan untuk menentukan lebar bantaran dan
diameter vegetasi digunakan metode trial and error. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kapasitas tampungan debit maksimum Sungai Lae Soraya
adalah 1090,734 m3/d. Desain ekohidraulik yang tepat untuk debit banjir 5
tahunan sampai 10 tahunan adalah dengan lebar bantaran 100 m dan penggunaan
vegetasi berdiameter 7 cm sampai 10 cm dengan jarak penanaman antar vegetasi
adalah 100 cm.
Kata kunci : Sungai, Pengendalian banjir, Ekohidraulik, Debit.

Latar Belakang
Kota Subulussalam merupakan salah satu kota di Provinsi Aceh yang sering
mengalami bencana banjir di beberapa kecamatannya. Sungai Lae Soraya sering
dilanda banjir dengan daerah yang paling berdampak terhadap banjir tersebut
adalah Kecamatan Rundeng dan Kecamatan Longkib. Berdasarkan informasi yang

1
Pertemuan Ilmiah Tahunan XXXV HATHI, Medan Template Fullpaper

diperoleh dari Harian Serambi (November 2007), ketinggian air banjir di


Kecamatan Rundeng adalah 50 cm dan berdasarkan Harian Rakyat Aceh
(November 2016), ketinggian air banjir mencapai 60 cm hingga 1 m. Bencana
banjir akan semakin terasa jika terjadi di lokasi pemukiman padat penduduk dan
menimbulkan kerugian besar bagi penduduk.
Konsep ekohidraulik merupakan salah satu bagian dari pengelolaan sumber daya
air terpadu, dimana terdapat empat konsep yaitu hydroecology, aquatic
ecohydrology, ecohydraulic dan enviromental flows. Definisi ecohydraulic
adalah konsep atau kajian yang mengintegrasikan antara proses fisik dan respon
ekologi pada sungai, estuaria dan lahan basah (Naiman et al.2007).
Pengembangan konsep ini dengan pendekatan eco-engineering ditujukan untuk
memanfaatkan komponen ekologi untuk perbaikan struktur fisik wilayah sungai.
Menurut Sari (2015), vegetasi pada bantaran sungai berpengaruh terhadap proses
pengendapan dan pencegahan terhadap erosi. Vegetasi tebing sungai berfungsi
untuk menjaga stabilitas tebing sungai dari gempuran arus air dari energi mekanik
hujan dan dari peresapan air ke pori-pori rekahan tebing sungai.
Menurut Pertiwi (2011), vegetasi yang ditanam di tepi sungai akan memperkecil
kecepatan air hingga ke tanah, dengan memperkecil kecepatan air pada sungai
maka masalah banjir pada daerah hilir dapat dikurangi serta kondisi alamiah
sungai dapat dipertahankan.
Menurut Maryono (2017), pada sungai alamiah yang bentuknya mendekati
trapesium, dimana di bagian bantarannya bervegetasi lebat, akan terjadi daerah
interaksi yang lebar dan proses kehilangan energi akibat gesekan kecepatan dari
antar tampang. Dengan adanya daerah interaksi ini maka akan terjadi reduksi
kecepatan yang lebih rendah. Sebagai konsekuensinya muka air akan naik dan
kapasitas debit aliran akan berkurang (untuk tinggi muka air yang sama).
Landasan teori pengaruh vegetasi di bantaran sungai terhadap kecepatan air dan
debit dilakukan berdasarkan persamaan yang diusulkan oleh Merten (1989).
1. Koefisien hambatan
2,03 log 12,27 .................................................................. (1)
√λ

2. Nilai Kekasaran
Ks = Cb + 1,5dp................................................................................. (2)
dimana :
C = koefisien komposisi vegetasi
b = lebar bantaran sungai (m)
dp = diameter vegetasi (m)

3. Koefisien komposisi vegetasi


C = 1,2 – 0,3 (B/1000) + 0,06 (B/1000)1,5.......................................... (3)
𝐵 1 . ............................................................................... (4)
dimana :
B = parameter vegetasi
αx = jarak antar vegetasi arah melintang (m)
αy = jarak antar vegetasi arah memanjang (m)

2
Pertemuan Ilmiah Tahunan XXXV HATHI, Medan Template Fullpaper

4. Kecepatan air menurut Darcy - Weisbach


V = ( 8 g R I)0,5................................................................................ (5)
dimana :
λ = koefesien hambatan
g = kecepatan gravitasi (m/s)
R = jari-jari hidraulis (m)
I = Kemiringan sungai

Tujuan penelitian ini adalah memberikan metode untuk mendisain daerah


bantaran sungai secara ekohidraulik untuk menanggulangi banjir di Sungai Lae
Soraya dengan mengoptimalkan lebar bantaran sungai dan pemilihan diameter
vegetasi yang tepat. Ruang lingkup penelitian ini adalah menentukan desain
bantaran secara ekohidraulik yang dapat menampung debit banjir 5 tahunan dan
10 tahunan.
Manfaat penelitian ini adalah mengetahui kondisi debit sungai dan kapasitas
maksimum tampungan sungai berdasarkan elevasi muka air. Dapat mengetahui
desain bantaran secara ekohidraulik yang tepat di Sungai Lae Soraya sehingga
dapat meredam energi banjir menuju hilir.

Metodologi Studi

Lokasi penelitian berada dalam wilayah Kecamatan Rundeng Kota Subulussalam


Provinsi Aceh dengan lokasi utama penelitian adalah kawasan Sungai Lae Soraya.
Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2017 hingga Juni 2017 yang meliputi
pengumpulan data primer dan sekunder serta analisis data. Adapun teknik
pengumpulan data primer:
a. Pengukuran kedalaman sungai
Pengukuran kedalaman sungai bertujuan untuk mendapatkan bentuk penampang
aliran sungai yang kemudian dapat dihitung luas penampang aliran sungai. Lebar
sungai di bagi menjadi beberapa pias dan diukur kedalaman masing-masing patok
menggunakan tali yang diberi pemberat. Pengukuran kedalaman sungai dilakukan
untuk setia
p jarak 2 (dua) meter.
b. Pengukuran elevasi muka air
Elevasi muka air diukur dengan menggunakan papan duga yang diletakkan di
pinggir sungai. Pengukuran dilakukan setiap hari selama 7 hari dan dihitung debit
aliran untuk setiap elevasi muka air yang berbeda.
c. Pengukuran kecepatan aliran
Kecepatan aliran diukur dengan menggunakan pelampung dari atas jembatan.
Langkah kerja yang dilakukan adalah seperti Gambar 1.
1. Pada jembatan di ukur lebar sungainya ;
2. Diukur tinggi jembatan ke permukaan air sungai ;
3. Mengikatkan pelampung pada tali sepanjang 60 m ;
4. Pelampung diletakkan di cross I dan dibiarkan hanyut sampai sepanjang tali
60 m (dianggap cross II) dan diukur t (waktu pelampung)..
5. Pekerjaan ini dilakukan berulang hingga 3 kali dan dicatat waktunya.

3
Pertemuan Ilmiah Tahunan XXXV HATHI, Medan Template Fullpaper

Lintasanpelampung
Tali A
LB

RB
Cross I Cross II
A
Gambar 1. Metode pengukuran kecepatan

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari beberapa instansi terkait yang
terdiri atas :
1. Peta topografi Kota Subulussalam dan Kabupaten Aceh Tenggara tahun 2010
dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
2. Data curah hujan harian maksimum tahun 1980-2006 stasiun BPP Simpang
Kanan, BPP Simpang Kiri dan BPP Blang Keujeran yang diperoleh dari BWS
Sumatera – I Aceh. Berfungsi untuk menentukan debit banjir rancangan.
Berdasarkan data primer yang diperoleh dari pengukuran langsung di lokasi
penelitian, selanjutnya dihitung luas penampang aliran dan kecepatan rerata
kemudian dapat dihitung debit. Debit sungai dihitung untuk beberapa ketinggian
elevasi muka air sungai yang berbeda sehingga diperoleh rating curve.
Selanjutnya dilakukan analisis data untuk mendapatkan debit banjir rencana.
Analisis debit banjir rencana adalah untuk mengetahui besarnya debit banjir yang
terjadi pada periode ulang 2, 3, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahunan. Perhitungan debit
banjir rencana menggunakan Metode Haspers.
Analisis ekohidraulik bertujuan untuk menentukan perencanaan ekohidraulik yaitu
berupa disain bantaran sungai. Adapun tahapan yang akan dilakukan adalah:
1. Merencanakan lebar bantaran
2. Mendisain penanaman vegetasi di bantaran sungai untuk arah melintang dan
memanjang 100 cm;
3. Menghitung nilai kekasaran saluran menggunakan persamaan 2, perhitungan
berdasarkan berbagai diameter vegetasi yang terdiri atas diameter 7 cm, 10
cm, 15 cm, 20 cm dan 25 cm
4. Menghitung nilai kecepatan air terhadap berbagai diameter vegetasi
menggunakan persamaan 5;
5. Menghitung debit banjir setelah adanya pengaruh penanaman vegetasi;
6. Membandingkan debit banjir sebelum dan setelah penanaman vegetasi.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Desain ekohidraulik pada Sungai Lae Soraya adalah dengan menentukan lebar
bantaran pada sisi kiri dan kanan sungai. Selanjutnya dilakukan penanaman
vegetasi pada bantaran sungai. Diameter vegetasi yang digunakan untuk uji coba
adalah berkisar dari 7 cm sampai 50 cm dengan jarak penanaman antar vegetasi

4
Pertemuan Ilmiah Tahunan XXXV HATHI, Medan Template Fullpaper

untuk arah melintang (αx) dan arah memanjang (αy) adalah 100 cm. Berikut ini
merupakan langkah perhitungan analisis ekohidraulik yang dilakukan :
1. Desain ekohidraulik untuk debit banjir 5 tahunan
- Lebar bantaran (b) = 100 m
- Vegetasi (dp) = 7 cm
- Slope sungai = 0,0095
2
 1  1
- Parameter vegetasi (B)=   1 x  2521,57
 0,07  0,07
1.5
 2521,57   2521,57 
- Koefisien vegetasi (C)= 1,2  0,3   0,06   0,684
 1000   1000 
- Kekasaran (Ks) = 0,684(100) + 1,5(0,07) = 68,483
-
- Luas tampang aliran = 825,164 m2
- Keliling basah (p) = 322,71 m

825,164
- Jari-jari hidraulis (R) =  2,557 m
322,71
1
- Koefisien hambatan(λ)= 2
 2,111
 2,557 
  2,03Log (12,27 )
 68,483 
1
- Kecepatan (v) = x8 x9,81x 2,557 x0,0095  0,952 m/d
2,111

- Debit (Q) = 0,952 x 825,164 = 785,467 m3/d

Luas tampang aliran sebesar 825,164 m2 dihitung berdasarkan desain bantaran 100
m untuk sisi kiri dan 60 m sisi kanan serta tinggi genangan 23 cm. Jumlah
vegetasi berdasarkan desain untuk arah melintang adalah 94 vegetasi dan arah
memanjang adalah 935 vegetasi. Dari perhitungan diatas diketahui bahwa desain
ekohidraulik untuk bantaran dengan lebar bantaran 100 m dan vegetasi 7 cm dapat
meredam energi banjir dari 1273,446 m3/d menjadi 785,467 m3/d menuju hilir
sungai. Hasil perhitungan untuk berbagai diameter disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Analisis Ekohidraulik yang dihasilkan untuk periode ulang 5 tahun


Diameter Kekasaran Kecepatan Debit
vegetasi (m) (Ks) (m/det) (m3/d)
0 0 1,672 1273,446
0,07 68,483 0,952 785,467
0,10 100,224 1,416 1168,668
0,15 114,397 1,578 1301,759
0,2 118,036 1,616 1333,267

5
Pertemuan Ilmiah Tahunan XXXV HATHI, Medan Template Fullpaper

0,25 119,336 1,629 1344,290


0,50 120,691 1,643 1355,647
2. Desain ekohidraulik untuk debit banjir 10 tahunan
- lebar bantaran (b) = 100 m
- vegetasi (dp) = 7 cm

- Slope sungai = 0,0095


2
 1  1
- Parameter vegetasi (B)=   1 x  2521,57
 0,07  0,07
1. 5
 2521,57   2521,57 
- Koefisien vegetasi (C)= 1,2  0,3   0,06   0,684
 1000   1000 

- Kekasaran (Ks) = 0,684(100) + 1,5(0,07) = 68,483


- Luas tampang aliran = 866,655 m2
- Keliling basah (p) = 323,014 m

866,655
- Jari-jari hidraulis (R) =  2,683 m
323,014
1
- Koefisien hambatan(λ)= 2
 2,398
 2,683 
  2,03 Log (12,27 )
 68,483 
1
- Kecepatan (v) = x8 x9,81x 2,683x0,0095  0,915 m/d
2,398

- Debit (Q) = 0,915 x 866,655 = 792,952 m3/d

Luas tampang aliran sebesar 866,655 m2 dihitung berdasarkan desain bantaran


100 m untuk sisi kiri dan 60 cm di sisi kanan serta tinggi genangan 38 cm. Dari
perhitungan diatas diketahui bahwa desain ekohidraulik untuk bantaran dengan
lebar bantaran 100 m dan vegetasi 7 cm dapat meretensi energi banjir dari
1406,946 menjadi 792,952 m3/d menuju ke hilir sungai.Hasil perhitungan
kecepatan dan debit untuk periode ulang 10 tahun dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Analisis Ekohidraulik yang dihasilkan untuk periode ulang 10 tahun


Diameter Kekasaran Kecepatan Debit
vegetasi (m) (Ks) (m/det) (m3/d)
0 0 1,672 1406,946
0,07 68,483 0,915 792,690
0,10 100,224 1,391 1293,484
0,15 114,397 1,556 1467,417
0,2 118,036 1,595 1508,593

6
Pertemuan Ilmiah Tahunan XXXV HATHI, Medan Template Fullpaper

0,25 119,336 1,609 1522,999


0,50 120,691 1,623 1522,999
Pembahasan
1. Pengaruh vegetasi di bantaran terhadap nilai kekasaran
Desain ekohidraulik yaitu berupa desain bantaran sungai dan vegetasi tanaman
adalah untuk menjadikan bantaran sungai sebagai areal banjir. Pengaruh vegetasi
di bantaran sungai dapat dilihat dari tingkat kekasarannya. Selain vegetasi, jarak
tanaman dan lebar bantaran sungai juga memberikan pengaruh pada tingkat
kekasaran daerah bantaran.
160,000
140,000
120,000
kekasaran

100,000
80,000
100 m
60,000
40,000 120 m
20,000
0,000
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
Diameter Vegetasi (m)
Gambar 2. Hubungan kekasaran dengan diameter vegetasi dengan dua alternatif
lebar bantaran

Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai kekasaran daerah bantaran semakin tinggi


dengan bertambahnya diameter vegetasi. kekasaran terjadi akibat vegetasi
berpengaruh dalam memberikan nilai koefisien hambatan terhadap aliran.
Kekasaran adalah daerah interaksi antara kecepatan di sungai utama dengan
kecepatan di bantaran sungai.

2. Hubungan vegetasi di bantaran dengan kecepatan aliran 


Hubungan Vegetasi di bantaran sungai memberikan pengaruh terhadap perubahan
kecepatan aliran dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

1,800
1,600
1,400
Kecepatan (m/d)

1,200
1,000
0,800
0,600
0,400
0,200
0,000
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
Diameter Vegetasi (m)

7
Pertemuan Ilmiah Tahunan XXXV HATHI, Medan Template Fullpaper

Gambar 3 Hubungan Vegetasi dengan Kecepatan Aliran


Gambar 3 adalah grafik yang menunjukkan bahwa kecepatan air awal sebelum
adanya penataan bantaran adalah 1,672 m/det sedang dengan adanya vegetasi 0,07
m kecepatan air di bantaran menurun menjadi 0,952 m/det atau kecepatan air
dapat direduksi sebesar 43 %. Kecepatan pada diameter vegetasi yang lebih besar
menghasilkan kecepatan yang lebih besar pula, namun dengan nilai yang lebih
rendah dibandingkan dengan kondisi tanpa vegetasi. Reduksi kecepatan terkecil
dengan adanya penataan bantaran adalah sebesar 2,57 % pada diameter vegetasi
0,5 meter.
Kecepatan yang besar di sungai utama akan memaksa menyebar menuju bantaran
dan keluar lagi dengan kecepatan yang lebih rendah.. Kecepatan aliran akan
semakin besar apabila tidak ada vegetasi di bantaran sungai. Fungsi vegetasi di
bantaran sungai adalah menjadi komponen untuk memperlambat laju aliran air
menuju hilir sehingga energi banjir menuju hilir dapat diredam.

3. Hasil analisis ekohidraulik


Berdasarkan analisa peta topografi, luas DAS Lae Soraya adalah 7765,12 km2
dengan panjang sungai adalah 255,72 km. Kemiringan Sungai Lae Soraya berbeda
untuk bagian hulu, tengah dan hilir, dimana pada bagian hulu kemiringan sungai
adalah 0,0249 sedangkan kemiringan sungai pada bagian tengah dan hilir menjadi
sangat landai yaitu 0,0026 dan 0,0012. Terjadinya perubahan kemiringan sungai
tersebut menyebabkan aliran dari hulu mengalir secepat-cepatnya ke hilir,
sehingga perlu dilakukan pengelolaan sungai untuk meretensi aliran yang terjadi.
Sungai Lae Soraya memiliki lebar sungai 116 m dan luas penampang rata-rata
761,631 m2. Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya dapat
diketahui bahwa kapasitas tampungan debit maksimum Sungai Lae Soraya adalah
1090,734 m3/d, sehingga debit yang terjadi tersebut adalah debit banjir periode
ulang 2 tahunan. Debit banjir 2 tahunan belum meluap hingga ke bantaran, maka
desain ekohidraulik bantaran sungai pada penelitian ini direncanakan dapat
meretensi debit banjir menuju hilir minimal debit banjir 5 sampai 10 tahunan.
Desain ekohidraulik memberikan pengaruh positif dalam proteksi banjir di hilir.
Proteksi tersebut terjadi karena vegetasi pada bantaran sangat memberikan
pengaruh terhadap kecepatan aliran. Dengan adanya vegetasi di bantaran, maka
akan terjadi daerah interaksi yang dapat memperkecil kecepatan aliran. Dalam
mengendalikan banjir, retensi yang baik adalah ditempatkan pada hulu sungai
sehingga energi banjir saat menuju hilir dapat diredam oleh adanya daerah
ekohidraulik yang dijadikan sebagai daerah retensi banjir.
Berdasarkan analisis ekohidraulik untuk lebar bantaran dan diameter vegetasi
yang berbeda juga menghasilkan nilai debit yang berbeda. Untuk debit banjir 5
tahunan, desain bantaran selebar 100 m, vegetasi berdiameter 7 cm dan tinggi
genangan 23 cm dapat meretensi banjir di hilir dengan debit yang dihasilkan oleh
desain ini adalah sebesar 785,467 m3/d. Debit yang dihasilkan dengan adanya
penataan bantaran lebih kecil dari debit banjir 5 tahunan yaitu 1273,45 m3/d,
sehingga bantaran selebar 100 m dan vegetasi 7 cm layak untuk desain
ekohidraulik.

8
Pertemuan Ilmiah Tahunan XXXV HATHI, Medan Template Fullpaper

Kecepatan aliran sebelum adanya penataan bantaran adalah 1,672 m/det sedang
dengan adanya vegetasi 7 cm kecepatan air di bantaran menurun menjadi 0,952
m/det atau kecepatan air dapat direduksi sebesar 43 %. Untuk lebar bantaran 100
m, diameter vegetasi 7 cm dan tinggi genangan 38 cm menghasilkan debit sebesar
792,952 m3/d. Debit tersebut lebih kecil dari debit banjir 10 tahunan yaitu
1406,946 m3/d. Kecepatan aliran adalah 0,915 m/d lebih kecil dari sebelum
penataan bantaran yaitu 1,623 m/d.
Vegetasi dengan diameter yang lebih besar yaitu 10 cm menghasilkan debit yang
lebih kecil dari debit banjir baik untuk 5 tahunan maupun sampai 10 tahunan,
sehingga penggunaan diameter vegetasi sebesar 10 cm juga layak dalam desain
ekohidraulik.
Desain bantaran dengan lebar100 m, diameter vegetasi 7 cm sampai 10 cm dengan
jarak penanaman 100 cm, tinggi genangan yang terjadi adalah 23 cm sampai 38
cm adalah layak sebagai desain ekohidraulik karena debit yang dihasilkan lebih
kecil dari debit banjir periode ulang 5 sampai 10 tahunan, dimana debit yang di
hasilkan desain ekohidraulik adalah berkisar antara 785,467 m3/d sampai
1168,668 m3/d sedangakan debit banjir 5 sampai 10 tahunan adalah 1273 m3/d
sampai 1406,946 m3/d, sehingga desain tersebut dapat menjadi alternatif sebagai
proteksi banjir di hilir karena vegetasi pada bantaran dapat memperkecil
kecepatan aliran dan debit aliran.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan

Sungai Lae Soraya yang berhulu dari Aceh Tenggara memiliki Panjang 255,72
km dengan luas DAS adalah 7765,12 km. Lebar Sungai Lae Soraya adalah 116 m
dan luas penampang 866,57 m2. Rating curve menunjukkan debit maksimum yang
dapat ditampung oleh sungai adalah 1090,734 m3/d. Penanggulangan banjir pada
Sungai Lae Soraya yang dilakukan secara ekohiraulik yaitu melalui penataan
bantaran sungai. Lebar bantaran 100 m dan ditanami vegetasi berdiameter 7-50
cm. Kecepatan air dengan adanya penataan bantaran dapat direduksi sebesar 2,57
sampai 43 %. Kecepatan pada diameter vegetasi yang lebih besar menghasilkan
kecepatan yang lebih besar pula, namun dengan nilai yang lebih rendah
dibandingkan dengan kondisi tanpa vegetasi.
Debit banjir juga dapat direduksi sebesar 38,32% dari sebelum adanya penataan
bantaran untuk vegetasi 7 cm. Diameter vegetasi yang paling tepat dilakukan di
Sungai Lae Soraya adalah 7-10 cm karena dapaat menurunkan kecepatan dan
debit banjir, berdasarkan debit banjir 5 sampai 10 tahunan di Sungai Lae Soraya.

Rekomendasi

Sebaiknya perencanaan bukan hanya diterapkan pada satu daerah atau kawasan
yang mengalami banjir saja. Melainkan sungai harus dianggap satu, dalam arti
perencanaan harus dilakukan secara menyeluruh mulai dari hulu sampai ke hilir.
Pelaksanaan ekohidraulik secara nyata di lapangan, sangat diperlukan kesadaran,

9
Pertemuan Ilmiah Tahunan XXXV HATHI, Medan Template Fullpaper

pemahaman dan partisipasi masyarakat dan pemerintah mengenai fungsi dan


tujuan eko-hidraulik ini.
Ucapan Terima Kasih
Penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Tim Peneliti yaitu Lidya
Fransiska sebagai mahasiswa yang telah melakukan penelitian dan Dr. Azmeri
yang juga telah membantu penulis dalam membimbing mahasiswa serta Instansi
yang membantu dalam pengumpulan data yang terkait dalam penelitian ini yaitu
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Subulussalam, Badan
Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) dan PU Pengairan Subulussalam.

Daftar Pustaka
Maryono, A., 2017, Eko-Hidraulik Pengelolaan Sungai Ramah Lingkungan,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Naiman, R.J. Bunn, S.E. Hiwasaki, L, Mc.Clain, E.M. Vorosmarty, C.J.
Zalewski.M. 2007. The Science of Flow Ecology Relationship. Clarifying
Key Terms and Concepts, Paper Presented at the Earth System Science
Partnership Open Science Conference, Beijing.
Pertiwi, N., 2011, Penggunaan Konsep Ekohidrolik Sebagai Upaya Pengendalian
Bencana Wilayah Pemukiman Pada Sungai Lawo Kabupaten Soppeng,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sari, J., 2015, Perancangan Ekohidrolik Untuk Pengendalian Banjir Pada
Morfologi Sungai Simetris, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

10

Anda mungkin juga menyukai