Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH GANGGUAN TUMBUH KEMBANG

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DISUSUN OLEH :

NAMA : SHEEMA AULIA PRAHARANI


NIM : PO.62.24.2.19.192
KELAS : DIII KEBIDANAN REGULER XXI-A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKARAYA


TAHUN AJARAN 2020/2021
DAFTAR ISI

Cover

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Cerebral Palsy


B. Etiologi Cerebral Palsy
C. Type Cerebral Palsy
D. Penggolongan Cerebral Palsy
E. Tanda dan Gejala Cerebral Palsy
F. Diagnosis Cerebral Palsy
G. Penanganan Cerebral Palsy
H. Pencegahan Cerebral Palsy
I. Pengertian Autisme
J. Etiologi Autisme
K. Jenis-Jenis Autisme
L. Gejala Autisme
M. Kriteria Autisme
N. Penanganan Autisme

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Perkembangan
adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan
gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini yaitu
dari 0 sampai 5 tahun atau sering disebut golden age. Golden age merupakan masa yang
sangat penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak agar dapat mendeteksi
secara dini saat terjadi kelainan.
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas normal dan
gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat badan menggunakan KMS
(Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara mudah untuk mengetahui pola
pertumbuhan anak. Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa
hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot
atau penyakit neuromuskular. Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system
perkembangan anak. Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis,
emosional, dan perilaku (Widyastuti, 2008). Gangguan perkembangan bahasa pada anak
dapat diakibatkan berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran,
intelegensia rendah, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang
terlambat, dan faktor keluarga. Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami
berbagai gangguan yang terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu gangguan
yang muncul pada anak dan memerlukan suatu intervensi khusus apabila mempengaruh
interaksi sosial dan perkembangan anak.

B. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian cerebral palsy.
b. Untuk mengetahui etiologic cerebral.
c. Untuk mengetahui type cerebral palsy.
d. Untuk mengetahui penggolongan cerebral palsy.
e. Untuk mengetahui tanda dan gejala cerebral palsy.
f. Untuk mengetahui diagnosis cerebral palsy.
g. Untuk mengetahui penanganan cerebral palsy.
h. Untuk mengetahui pencegahan cerebral palsy.
i. Untuk mengetahui pengertian autisme.
j. Untuk mengetahui etiologi autisme.
k. Untuk mengetahui jenis-jenis autisme.
l. Untuk mengetahui gejala autisme.
m. Untuk mengetahui kriteria autisme.
n. Untuk mengetahui penanganan autisme.
C. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini dapat digunakan menambah wawasan tentang gangguan
tumbuh kembang khususnya anak berkebutuhan khusus cerebral palsy dan autisme.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Cerebral Palsy


Secara harfiah, cerebral dapat diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan
otak. sementara palsy diartikan sebagai kesulitan menggunakan otot.
Cerebral palsy adalah sebutan yang diberikan para medis pada mereka yang
terkena kerusakan otak. Karena adanya kerusakan otak gerakan tubuh seseorang akan
terpengaruh kontrol dan koordinasinya pada otot, gerak refleks serta tonusnya,
berpengaruh besar pada postur dan bentuk tubuhnya. Kerusakan otak akan
mempengaruhi keseimbangan tubuh juga pada keterampilan motoric halus atau kasarnya
dan bahkan fungsi motoric oralnya.
Cerebral palsy adalah kelainan gerakan, tonus otot, ataupun postur yang
disebabkan oleh kerusakan yang terjadi pada otak yang belum matang dan berkembang,
paling sering sebelum kelahiran. 
B. Etiologi Cerebral Palsy
Penyebab cerebral palsy dapat dilihat dari 3 proses yaitu proses prenatal (saat bayi dalam
kandungan), proses perinatal (saat bayi dilahirkan) dan proses pascanatal (sesudah bayi
dilahirkan). Penyebab cerebral palsy yaitu:

1. Masalah kelahiran premature.


2. Asfiksia neonatorum, atau kurangnya oksigen ke otak selama persalinan.
3. Kuning pada bayi yang parah.
4. Infeksi masa kehamilan seperti campak jerman dan herpes simplex.
5. Infeksi di otak seperti radang otak (encephalitis) dan meningitis.
6. Intrakranial hemorrhage atau pendarahan di otak.
7. Cedera otak yang disebabkan oleh kecelakaan saat berkendara, jatuh, atau kekerasan
pada anak.
8. Tidak cukup darah, oksigen, atau nutrisi lain sebelum atau selama kelahiran.
9. Beberapa masalah menurun dari orangtua ke anak (kondisi genetik) yang
memengaruhi perkembangan otak.
C. Type Cerebral Palsy
Cerebral Palsy memiliki beberapa type, yaitu:
1. Cerebral palsy spastik
Tipe ini merupakan yang paling umum, karena terjadi pada rata-rata 80% penderita
cerebral palsy. Ini mengakibatkan otot kaku dan refleks yang berlebihan, membuat
penderitanya kesulitan berjalan. Itu sebabnya banyak orang dengan tipe cerebral palsy
ini memiliki kelainan berjalan, seperti menyilangkan lutut atau membuat gerakan
seperti gunting dengan kaki mereka saat berjalan. Kelemahan dan kelumpuhan otot
juga bisa terjadi. Gejala yang terjadi bisa memengaruhi seluruh atau hanya satu sisi
tubuh.
2. Cerebral palsy diskinetik
Tipe ini memiliki kesulitan untuk mengontrol pergerakan tubuh. Kelainan yang
diderita menyebabkan gerakan yang tidak normal dan tidak sadar di lengan, kaki dan
tangan. Di beberapa kasus, kelainan ini juga memengaruhi bagian wajah serta lidah.
Pergerakannya bisa sangat pelan dan menggeliat atau bahkan cepat dan menyentak.
Kelainan ini membuat seseorang kesulitan untuk berjalan, duduk, menelan atau
bahkan berbicara.
3. Cerebral palsy hipotonus
Tipe ini mengakibatkan kesehatan otot yang berkurang serta otot yang terlalu lemah.
Pergerakan tangan dan kaki terlalu mudah dan terlihat terkulai seperti boneka kain.
Bayi dengan tipe penyakit ini memiliki kendali yang lemah di bagian kepala mereka
dan membuat mereka sulit bernapas. Saat mereka menua, mereka mungkin akan sulit
untuk duduk tegak karena kelemahan ototnya. Mereka juga bisa sulit untuk berbicara,
memiliki refleks yang buruk dan berjalan dengan tidak normal.
4. Cerebral palsy ataksia
Tipe ini merupakan yang sangat jarang terjadi. Cerebral palsy ataksia ini ditandai
dengan gerakan otot yang sengaja tapi terkadang justru terlihat tidak teratur, janggal
bahkan agak kejang. Mereka yang mengidap tipe ini biasanya memiliki kendala
dengan keseimbangan dan koordinasi. Mereka bisa sulit untuk berjalan dan
menunjukkan fungsi gerak yang baik, seperti menggenggam benda atau menulis.
5. Cerebral palsy campuran
Beberapa orang memiliki kombinasi gejala dari tipe cerebral palsy yang berbeda. Ini
yang disebut dengan cerebral palsy campuran. Pada kasus tipe ini, pengidap biasanya
mengalami campuran antara cerebral palsy spastik dan diskinetik.
D. Penggolongan Cerebral Palsy
Penggolongan penyakit ini dilakukan berdasarkan sistem yang bernama Gross Motor
Function Classification System (GMFCS). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama
dengan Surveillance of Cerebral Palsy in Europe mengembangkan GMFCS sebagai
standar baku global untuk menentukan kemampuan fisik pengidap penyakit ini. GMFCS
berfokus pada kemampuan untuk duduk, kemampuan untuk bergerak dan mobilitas,
memetakan independensi dan penggunaan teknologi adaptif. Ada 5 level GMFCS yang kini
sudah diketahui. Semakin meningkat levelnya maka semakin turun mobilitasnya:
1. Level 1: Pada tingkat ini penyakit ini masih bisa membuat orang melangkah tanpa
ada batasan.
2. Level 2: Pada tingkat ini orang yang menderita cerebral palsy dapat melangkah jauh
tanpa batasan, tapi mereka tidak bisa lari atau lompat. Mereka mungkin
membutuhkan perangkat bantuan seperti alat bantu jalan atau tongkat untuk gerak di
dalam ruangan. Untuk di luar ruangan, mereka juga butuh alat bantu seperti kursi
roda.
3. Level 3: Pada tingkat ini orang yang menderita penyakit ini masih bisa duduk dengan
sedikit bantuan dan berdiri tanpa bantuan sama sekali. Mereka butuh alat bantu yang
bisa digenggam seperti alat bantu jalan atau tongkat untuk gerak di dalam ruangan.
Untuk di luar ruangan, mereka juga butuh alat bantu seperti kursi roda.
4. Level 4: Pada tingkat ini dapat berjalan dengan menggunakan alat bantu. Mereka
dapat bergerak sendiri di kursi roda dan mereka butuh sedikit bantuan saat duduk.
5. Level 5: Mereka yang berada di tingkat ini butuh bantuan untuk mempertahankan
posisi kepala dan leher mereka. Seringkali mereka juga butuh bantuan untuk duduk
dan berdiri, dan masih dapat mengontrol kursi roda dengan mesin
E. Tanda dan Gejala Cerebral Palsy
Cerebral palsy memiliki gejala seperti:
1. Cenderung menggunakan satu sisi tubuh. Misalnya, menyeret salah satu tungkai
saat merangkak atau menggapai sesuatu hanya dengan satu tangan.
2. Terlambatnya perkembangan kemampuan gerak (motorik), seperti merangkak
atau duduk.
3. Kesulitan melakukan gerakan yang tepat, misalnya saat mengambil suatu benda.
4. Gangguan penglihatan dan pendengaran.
5. Gaya berjalan yang tidak normal, seperti berjinjit, menyilang, misalnya gunting,
atau dengan tungkai terbuka lebar.
6. Otot kaku atau malah sangat lunglai.
7. Tremor atau gemetaran atau bergerak tanpa sadar.
8. Gerakan menggeliat yang tidak terkontrol (athetosis).
9. Kurang merespons terhadap sentuhan atau rasa nyeri.
10. Masih mengompol walaupun usianya sudah lebih besar, akibat tidak bisa
menahan kencing (inkontinensia urine).
11. Gangguan kecerdasan (intellectual disability).
12. Gangguan berbicara (disartria).
13. Kesulitan dalam menelan (disfagia).
14. Terus-menerus mengeluarkan air liur atau ngiler.
15. Kejang.
F. Diagnosis Cerebral Palsy
Dokter akan menduga seorang anak mengalami cerebral palsy, apabila terdapat
sejumlah gejala yang telah dijelaskan. Namun untuk memastikannya, dokter akan
menyarankan pemeriksaan lanjutan, seperti:
1. Elektroensefalografi (EEG)
EEG bertujuan untuk melihat aktivitas listrik otak, dengan menggunakan
bantuan alat khusus yang disambungkan ke kulit kepala.
2. Uji pencitraan
Uji pencitraan dilakukan untuk melihat area otak yang rusak atau
berkembang tidak normal. Sejumlah uji pencitraan yang dapat dilakukan
adalah MRI, CT scan, dan USG.
3. Dokter saraf juga dapat menjalankan pemeriksaan fungsi luhur untuk
menemukan adanya gangguan kecerdasan, serta gangguan dalam bicara,
mendengar, melihat, dan bergerak.
G. Penanganan Cerebral Palsy
Cerebral palsy adalah kondisi yang tidak dapat disembuhkan, tapi gejala
dan cacat dapat dibantu dengan terapi fisik, terapi okupasi, konseling psikologi,
dan operasi. Beberapa alat yang bisa jadi bantuan yang berguna bagi penderita penyakit
ini yaitu kacamata, alat bantu dengar, alat bantu berjalan, penyangga tubuh dan kursi roda.
Pengobatan pada penderita cerebral palsy dengan pemberian obat, yaitu obat
antikonvulsan dan relaksan otot biasanya dipakai sebagai garis depan untuk merawat
cerebral palsy. Kemungkinan jenis obat yang diresepkan adalah diazepam, dantrolen,
baclofen, tizanidine. Dokter juga bisa mengusulkan pengobatan suntik botulinum toxin
tipe A (botox) atau terapi intrathecal baclofen.
Dengan melakukan operasi, operasi ortopedi bisa dilakukan untuk meringankan
sakit dan meningkatkan mobilitas. Operasi juga bisa dibutuhkan untuk mengendurkan
otot yang kencang atau memperbaiki kelainan tulang. Selective dorsal rhizotomy
(SDR) bisa direkomendasikan sebagai cara terakhir untuk mengurangi nyeri yang kronis.
Tindakan ini termasuk memotong saraf di sekitar kolum vertebra.
Terapi fisik membantu anak mengembangkan otot yang lebih kuat dan
bekerja dengan keahlian, seperti berjalan, duduk, dan keseimbangan. Alat
tertentu, misalnya penyangga logam untuk kaki, atau pembebat, mungkin juga
bermanfaat bagi anak. Terapi okupasi, anak mengembangkan kemampuan
motorik yang baik, misalnya untuk memakai baju, makan, dan menulis. Dan
Terapi bicara dan bahasa membantu anak dengan kemampuan berbicara. Anak
dan keluarga dibantu dengan pendukung, pendidikan khusus, dan servis yang
terkait.
H. Pencegahan Cerebral Palsy
Cerebral palsy dapat dicegah dengan beberapa langkah. Berikut beberapa langkah yang
dapat membantu pencegahan cerebral palsy atau terjadinya kelainan perkembangan otak
ini pada anak-anak untuk meminimalkan risiko mendapatkan cedera otak, yaitu :
1. Mengambil langkah-langkah untuk mencegah kecelakaan.
2. Pastikan orang tua sudah familiar dengan tanda-tanda penyakit kuning pada bayi
baru lahir.
3. Mengetahui cara mencegah keracunan timah.
4. Menjauhkan anak dari orang-orang yang memiliki penyakit menular yang serius,
seperti meningitis.
5. Melakukan imunisasi anak lengkap dan tepat waktu.
I. Pengertian Autisme
Gangguan autis adalah ketidak mampuan untuk berinteraksi dengan orang lain,
gangguan berbahasa ditunjukkan dengan penguasaan tertunda echolalia (meniru),
pembalikan kalimat, adanya aktifitas bermain yang repetitive dan stereotif, rute ingatan
yang kuat dan keinginan obsesif mempertahankan keteraturan dalam lingkungannya (Leo
Kanner).
Depdiknas menjelaskan autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang
dialami seseorang dan bersifat kompleks menyangkut komunikasi, aktifitas imajinasi,
interaksi sosial. Anak autistik adalah anak yang mempunyai gangguan, hal itu
mempengaruhi berbagai bidang seperti bidang komunikasi, interaksi sosial, gangguan
sensoris, pola bermain, perilaku dan emosi. Ranuh mengatakan merupakan gangguan
kognitif (kemampuan untuk mengerti), gangguan tingkah laku sosial dan gangguan
verbal.
Autisme merupakan gangguan otak yang membatasi kemampuan seseorang untuk
berkomunikasi khususnya dalam berhubungan dengan orang lain. Autisme pada anak
biasanya dapat terdeteksi pada usia 1-3 tahun ke atas dalam spektrum ringan atau pun
parah.
Autism spectrum disorder (ASD) atau yang lebih sering disebut autisme
merupakan gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi perkembangan bahasa dan
kemampuan seorang anak untuk berkomunikasi, berinteraksi, serta berperilaku. Bukan
hanya autisme, ASD juga mencakup sindrom Asperger, sindrom Heller, dan gangguan
perkembangan pervasif (PPD-NOS).
J. Etiologi Autisme
Penyebab pasti autisme pada anak belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko
yang menjadi penyebab autisme apada anak, yaitu:
1. Faktor genetic
Ada beberapa kelainan genetik yang dapat memengaruhi seseorang terhadap
autisme. Selain itu, mungkin ada faktor metabolik atau biokimia yang dapat
menyebabkan gangguan spektrum autisme. Tidak hanya itu saja, faktor
lingkungan juga diperkirakan berperan sebagai penyebab autisme.
2. Pestisida
Beberapa riset menemukan, pestisida akan mengganggu fungsi gen di sistem saraf
pusat. Hal ini dikarenakan bahan kimia dalam pestisida dapat berdampak buruk
secara genetis dan cenderung akan mengalami autisme.
3. Obat-obatan
Ibu hamil yang mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya obat antikejang, obat
jenis asam valproat (depakene) atau thalidomide (thalomid), dan mengonsumsi
alkohol. Thalidomide merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi gejala
mual dan muntah selama kehamilan, kecemasan, serta insomnia.
4. Usia orang tua saat hamil
Risiko autisme pada anak dapat disebabkan oleh usia dari orang tua. Semakin tua
usia orangtua saat memiliki anak, makin tinggi risiko sang anak menderita
autisme. Namun, hal ini belum diketahui secara pasti penyebab autisme, diduga
hal ini bisa terjadi dikarenakan adanya faktor mutasi gen. 
5. Komplikasi saat kehamilan
Risiko autism lebih tinggi pada ibu hamil yang menderita diabetes dan obesitas,
misalnya kelainan metabolism yang disebut phenylketonuria (PKU) dan rubella
alias campak Jerman, serta bayi yang lahir prematur atau berat lahir yang rendah.
6. Perkembangan otak
Perkembangan otak juga menjadi penyebab autism pada anak pasalnya diare a
tertentu otak termasuk serebral korteks dan cerebellum yang bertanggung jawab
pada konsentrasi, pergerakan dan pengaturan mood berkaitan dengan autisme.
Selain itu, ketidakseimbangan neurotransmitter seperti dopamin dan serotonin
diotak juga dihubungkan dengan autisme.
K. Jenis-Jenis Autis
Pada anak yang mengidap autisme sangat membutuhkan perhatian dan perlakuan khusus.
Untuk itu, berikut ini jenis autisme pada anak yang harus orang tua ketahui, antara lain:
1. Sindrom Asperger
Jenis austime ini sering dianggap autisme “high functioning” yang berarti autisme
dengan kemampuan yang cukup multifungsi. Pada dasarnya autisme pada anak
jenis ini tetap mampu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahkan pengidapnya
juga mampu untuk memahami hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Selain itu,
kemampuan bahasa pengidap autisme yang satu ini pun baik dan memiliki rasa
empati yang cukup tinggi. Namun, ada beberapa kasus yang menunjukkan bahwa
anak dengan asperger syndrome bisa saja tidak memberi respons seperti orang
lain. Kelainan ini muncul sejak masih dalam kandungan dan faktor genetik.
Sebagai contoh salah satu anggotanya memiliki sindrom autisme bisa saja
memiliki anak dengan jenis-jenis autisme pada anak yang serupa walau dalam
spektrum yang berbeda.
2. Autis mindblindness
Jenis autisme ini biasanya seringkali disebut dengan mindblindness yang artinya
tidak memiliki kemampuan untuk menafsirkan emosi serta tidak memiliki
kemampuan untuk memahami permasalahan dari sudut pandang orang lain. Hal
ini dikarenakan pengidapnya merasa seolah-olah memiliki dunianya sendiri dan
tidak paham dengan kejadian yang ada di sekitarnya. Di sisi lain, autisme pada
anak jenis ini memiliki kemampuan istimewa di berbagai bidang seperti halnya
musik, seni, berhitung yang baik, dan memiliki memori yang lebih tajam
dibandingkan anak normal lainnya.
3. Childhood disintegrative cisorder (CDD)
Autisme jenis ini sering disebut dengan sindrom Heller, biasanya perkembangan
anak normal hingga usia mencapai di atas 3 tahun mengalami penurunan
kemampuan sosial, komunikasi dan keterampilan lain. Gangguan ini terjadi
karena adanya kesalahan pada sistem saraf otak anak dan paparan lingkungan
seperti racun atau infeksi dan juga respons autoimun. Biasanya ditandai dengan
keterlambatan perkembangan motorik, bahasa, dan fungsi sosial. Namun, pada
awalnya anak dengan jenis autisme ini memiliki kemampuan motorik, bahasa,
maupun interaksi sosial yang baik, tetapi lambat laun kemampuan tersebut akan
merosot.
4. Pervasive developmental disorder not otherwise specified (PDD-NOS)
Jenis autisme ini merupakan jenis autisme yang paling rumit, kompleks, dan perlu
diagonosa lebih lanjut. Gangguan ini sering disebut Autism Spectrum Disorder
(ASD). Gangguan ini terjadi dengan kondisi dimana ketrampilan sosial,
perkembangan bahasa, dan perilaku yang diharapkan tidak berkembang sesuai
atau hilang pada masa anak-anak. Biasanya ditandai dengan ketidakmampuan
menanggapi perilaku orang lain, cenderung kaku pada rutinitas, dan kesulitan
dalam mengingat sesuatu. Selain itu, yang tampak menonjol dari autisme jenis ini
adalah adanya interaksi dengan teman imajinatif.
L. Gejala Autisme
Gejala autisme digolongkan dalam dua kategori yaitu:
1. Kategori Pertama: Katergori ini merujuk pada penyandang autisme dengan
gangguan dalam melakukan interaksi sosial dan berkomunikasi. Gejala ini dapat
meliputi masalah kepekaan terhadap lingkungan sosial dan gangguan penggunaan
bahasa verbal maupun nonverbal.
2. Kategori Kedua: Penyandang austime dengan gangguan yang meliputi pola pikir,
minat, dan perilaku berulang yang kaku. Contoh gerakan berulang, misalnya
mengetuk-ngetuk atau meremas tangan, serta merasa kesal saat rutinitas tersebut
terganggu.

Umumnya, penyandang autisme cenderung memiliki masalah dalam belajar dan


kondisi kejiwaan lainnya, seperti gangguan hiperaktif atau disebut juga Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), gangguan kecemasan, dan depresi.

M. Kriteria Autis
Menurut Handojo, beberapa karakteristik dari perilaku autism pada anak-anak antara lain:
1. Bahasa/komunikasi meliputi ekspresi wajah yang datar, bicara sedikit atau tidak
ada, jarang memulai dengan komunikasi, tidak menggunakan bahasa atau isyarat
tubuh, tidak meniru aksi atau suara, tampak tidak mengerti arti kata, mengerti dan
menggunakan kata secara terbatas, intonasi atau ritme vocal yang aneh.
2. Hubungan dengan orang meliputi tidak responsive, tidak ada senyum social, tidak
berkomunikasi dengan mata, kontak mata terbatas, tampak asik bila dibiarkan
sendiri, tidak melakukan permainan giliran, menggunakan tangan orang dewasa
sebagai alat.
3. Hubungan dengan lingkungan meliputi bermain refetitif diulang-ulang, marah,
atau tidak menghendaki perubahan, berkembangnya rutinitas yang kaku,
memperlihatkan ketertarikan yang sangat tak fleksibel.
4. Respon terhadap indera/ sensoris meliputi kadang panic terhadap suara-suara
tertentu, sangat sensitive terhadap suara, bermain-main dengan cahaya dan
pantulan, memainkan jari-jari didepan mata, menarik diri ketika disentuh, tertarik
pada pola dan testur tertentu, sangat aktif atau hyperaktif, sering kaliterlihat
memutar-mutar, membentur-bentur kepala, menggigit pergelangan melompat-
lompat atau mengepak-ngepakan tangan, merespon aneh terhadap nyeri.
5. Kesenjangan perkembangan perilku-perilaku meliputi kemampuan mungkin
sangat baik atau sangat terlambat, mempelajari keterampilan diluar urutan
normal.misalnya membaca tapi tak mengerti arti, menggambar secara rinci tapi
tidak dapat mengancing baju, pintar mengerjakan puzzle, tapi amat sukar
mengikuti perintah, berjalan pada usia normal tetapi tidak berkomunikasi, lancar
membeo suara tetapi sulit berbicara dari diri sendiri, suatu waktu dapat melakukan
sesuatu, tapi tidak dilain waktu.
N. Penganganan Autisme
Pengidap austisme tidak dapat disembuhkan. Oleh karena itu, orang tua harus mewaspadai
gejalanya sedini mungkin. Meski demikian, ada banyak jenis penanganan yang bisa dilakukan
untuk membantu penyandang autisme agar dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari
dan mengembangkan potensi dalam diri mereka secara maksimal. Tindakan penanganan yang
dilakukan pada tiap pengidap bisa berbeda-beda. Namun, penanganan yang diberikan pada
pengidap autisme umumnya berupa terapi. Berikut beberapa pilihan metode terapi untuk
pengidap autisme:
1. Terapi Perilaku dan Komunikasi
Terapi ini dilakukan dengan memberikan sejumlah pengajaran pada pengidap, termasuk
kemampuan dasar sehari-hari, baik verbal maupun nonverbal.
2. Terapi Keluarga
Terapi ini ditujukan untuk orang tua dan keluarga pengidap autisme. Tujuannya adalah
agar keluarga bisa belajar bagaimana cara berinteraksi dengan pengidap dan juga
mengajarkan pengidap berbicara dan berperilaku normal.
3. Pemberian Obat-obatan
Pemberian obat-obatan tidak bisa menyembuhkan autisme, melainkan dapat
mengendalikan gejalanya. Contohnya obat untuk mengatasi kejang, obat untuk mengatasi
masalah perilaku, obat untuk mengatasi depresi, dan obat untuk mengatasi gangguan
tidur.
4. Analisis perilaku terapan (ABA)
Ini merupakan terapi terstruktur yang fokusnya mengajarkan berbagai
keterampilan khusus dan berperilaku positif untuk anak autis. Biasanya terapi ini
dilakukan dengan memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan
hadiah dan pujian. Selain itu, terapi ini juga mengajarkan anak soal komunikasi,
keterampilan sosial, perawatan pribadi, pekerjaan sekolah, merespons orang,
hingga mendeskripsikan sesuatu.
5. Kelas keterampilan sosial
Terapi ini dilakukan dalam bentuk kelompok atau perindividu seperti di rumah,
sekolah, maupun komunitas. Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan cara anak
berinteraksi secara sosial dan membentuk ikatan dengan orang lain. Caranya
dilakukan dengan belajar melalui permainan peran atau latihan. Tidak hanya itu
saja, peran orang tua juga penting, karena pelatihan orang tua adalah kunci untuk
membantu anak meningkatkan keterampilan sosial.
6. Terapi menunggang kuda
Terapi jenis ini seringkali disebut dengan hippotheraphy karena dilakukan dengan
menunggangi kuda yang didampingi dengan terapis. Berkuda merupakan bentuk
terapi fisik karena pengendara perlu bereaksi dan menyesuaikan diri dengan
pergerakan hewan.Selain itu, terapi ini juga membantu anak-anak dari usia 5
hingga 16 meningkatkan keterampilan sosial dan berbicara mereka. Bahkan dapat
membantu mereka menjadi tidak mudah marah dan hiperaktif.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas normal dan
gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat badan menggunakan KMS
(Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara mudah untuk mengetahui pola
pertumbuhan anak. Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa
hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot
atau penyakit neuromuskular. Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system
perkembangan anak. Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis,
emosional, dan perilaku (Widyastuti, 2008).
Cerebral palsy adalah kelainan gerakan, tonus otot, ataupun postur yang disebabkan oleh
kerusakan yang terjadi pada otak yang belum matang dan berkembang, paling sering
sebelum kelahiran. Penyebab cerebral palsy dapat dilihat dari 3 proses yaitu proses
prenatal (saat bayi dalam kandungan), proses perinatal (saat bayi dilahirkan) dan proses
pascanatal (sesudah bayi dilahirkan). Cerebral Palsy memiliki beberapa type, yaitu
cerebral palsy spastik, cerebral palsy diskinetik, cerebral palsy hipotonus, cerebral palsy
campuran. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama dengan Surveillance of Cerebral
Palsy in Europe mengembangkan GMFCS sebagai standar baku global untuk
menentukan kemampuan fisik pengidap penyakit ini. Ada 5 level GMFCS yang kini
sudah diketahui. Semakin meningkat levelnya maka semakin turun mobilitasnya.
Cerebral palsy adalah kondisi yang tidak dapat disembuhkan, tapi gejala dan cacat dapat
dibantu dengan terapi fisik, terapi okupasi, konseling psikologi, dan operasi. Beberapa
alat yang bisa jadi bantuan yang berguna bagi penderita penyakit ini yaitu kacamata, alat
bantu dengar, alat bantu berjalan, penyangga tubuh dan kursi roda.
Autism spectrum disorder (ASD) atau yang lebih sering disebut autisme merupakan
gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi perkembangan bahasa dan
kemampuan seorang anak untuk berkomunikasi, berinteraksi, serta berperilaku. Penyebab
pasti autisme pada anak belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang
menjadi penyebab autisme apada anak, yaitu faktor genetic, pestisida, obat-obatan , usia
orang tua saat hamil, komplikasi saat kehamilan dan perkembangan otak. Jenis autisme
pada anak yang harus orang tua ketahui Sindrom Asperger, Autis mindblindness,
Childhood disintegrative cisorder (CDD) dan Pervasive developmental disorder not
otherwise specified (PDD-NOS). Gejala autisme digolongkan dalam dua kategori yaitu
kategori pertama ini merujuk pada penyandang autisme dengan gangguan dalam
melakukan interaksi sosial dan berkomunikasi. Gejala ini dapat meliputi masalah
kepekaan terhadap lingkungan sosial dan gangguan penggunaan bahasa verbal maupun
nonverbal dan kategori kedua ini dengan gangguan yang meliputi pola pikir, minat, dan
perilaku berulang yang kaku. Pengidap austisme tidak dapat disembuhkan. penanganan
yang diberikan pada pengidap autisme umumnya berupa terapi. Berikut beberapa pilihan
metode terapi untuk pengidap autism yaitu terapi perilaku dan komunikasi, terapi
keluarga, pemberian obat-obatan, analisis perilaku terapan (ABA), kelas keterampilan
sosial dan terapi menunggang kuda.
B. Saran
Saran dari penulis adalah orang tua dan masyarakat lebih memperhatikan pertumbuhna dan
perkembangan anak terutama pada masa golden age. Agar bila diketahui gangguan pertumbuhan
dan perkembangan pada dapat segera ditangani utuk membantu anak melakaukan kegiatannya.
Daftar Pustaka

https://www.halodoc.com/kesehatan/autisme

https://www.gooddoctor.co.id/tips-kesehatan/parenting/kesehatan-anak/autisme-pada-anak-
kenali-ciri-cirinya/

https://www.halodoc.com/kesehatan/cerebral-palsy

https://www.gooddoctor.co.id/tips-kesehatan/penyakit/cerebral-palsy/

https://core.ac.uk/download/pdf/11062365.pdf

Asrori. 2020. Psikologi Pendidikan Pendekatan Multidisipliner. Jawa Tengah: Pena Persada

Lisinus, Rafael., dan Pastiria Sembiring. 2020. Sebuah Perpekstif Bimbingan Dan Konseling
Pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus. Sumatera Utara: Yayasan Kita Menulis

Anda mungkin juga menyukai