Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Diputar Diaduk
Interaksi
Obat Bercamp Mengend Menggum Bercamp Mengend Menggum
ur ap pal ur ap pal
Obat
Batuk
Hitam
dengan
Ephedrin +  -  - +  -  -
e dan
Gliseril
Guiakola
t
Asam
buah-
buahan
 - +  -  -  +  -
dengan
Eritromis
in

Susu
dengan
 -  -  +  +  -  -
Tetrcicli
ne

4.2 Pembahasan
Interaksi obat merupakan efek suatu obat yang disebabkan bila dua obat atau
lebih berinteraksi dan dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan.
Hasilnya berupa peningkatan atau penurunan efek yang dapat mempengaruhi
outcome terapi pasien (Yasin et al, 2005)
Pada pembahasan ini dilakukan percobaan untuk melihat interaksi obat yang
terdapat pada tetrasiklin dan susu, asam buah dan eritromisin, serta obat batuk hitam
dengan gliserin guaikolat (GG).
Interaksi pertama yang dilakukan adalah mencampurkan tetrasiklin dengan
susu. Tetrasiklin dimasukan kedalam susu putih yang telah dituangkan kedalam gelas
kimia kemudian diaduk dengan menggunakan batang pengaduk dan dilihat apakah
tetrasiklin dapat bercampur, mengendap, atau menggumpal, didalam susu. hasil yang
didapatkan saat tetrasiklin dan susu diputar dan diaduk hasilnya yaitu menggumpal
dan dapat bercampur. Menurut (Setiabudy, 2012) tetrasiklin termasuk obat antibiotik
yang terutama bersifat bakeriostatik yang hanya mikroba cepat membelah yang
dipengaruhi obat ini. Tetrasiklin dapat memperlihatkan spektrum awal yang meliputi
gram positif dan gram negatif, tetrasiklin juga digunakan untuk mengobati gangguan
penyerapan di lambung maupun usus.
Interaksi susu dan tetrasiklin termasuk dalam interaksi farmakokinetik pada
fase absorbsi karena kalsium yang terdapat pada susu akan membentuk senyawa
kompleks molekul besar dengan golongan obat tetrasiklin, sehingga sama sekali tidak
bisa diabsorbsi dan tidak akan menimbulkan efek (Papai, 2010).
Interaksi kedua yaitu interaksi antara asam buah dan eritromisin.Eritromisin
dimasukan kedalam asam buah yang telah dimasukan kedalam gelas kimia kemudian
diaduk menggunakan batang pengaduk dan diamati apakah eritromisin dan asam
buah dapat bercampur, mengendap, dan menggumpal. Hasil yang didapatkan saat
eritromisin duputar didalam gelas kimia hasilnya mengendap dan tidak dapat
bercampur dengan asam buah, pada gelas kimia kedua juga mengendap saat setelah
diaduk.Menurut (Katzung et al,2012), eritromisin boleh dikonsumsi bersama dengan
jus buah-buahan yang dapat menurunkan efektifitas obat.
Interaksi antara asam buah dan eritromisin termasuk kedalam interaksi
farmakokinetik, dimana eritromisin merupakan antibiotik yang aktif secara oral
memiliki mekanisme aksi dengan cara menghambat sintesis protein bakteri dengan
jalan berikatan secara reversible dengan ribosom subunit 50 S, dan diuraikan oleh
asam lambung sehingga diberikan dalam sediaan enteric coated (dengan selaput
tahan asam) (Katzung et al, 2012)
Interaksi ketiga yaitu interaksi antara obat GG atau gliseril guaikolat dengan
OBH.gliseril guaikolat dimasukan kedalam OBH yang telah dimasukan kedalam
gelas kimia, kemudian ada yang diputar dan ada yang diaduk. Diamati apakah gliseril
guaikolat dan OBH dapat bercampur, mengendap, atau menggumpal. Dan hasil yang
didapat gliseril guaikolat dan OBH pada gelas pertama diputar dihasilkan gliseril
guaikolat dapat bercampur sedangkan gelas yang diaduk juga menghasilkan gliseril
dan OBH tercampur. Gliseril guaikolat adalah derivet guaikolat yang banyak
digunakan sebagai spektron dalam sediaan batuk popular. Sedangkan OBH adalah
obat obat yang digunakan untuk meredakan batuk yang disertai gejala flu seperti
demam, sakit kepala dan hidung tersumbat.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
ada beberapa obat yang kinerja obat dalam tubuh akan terjadi interaksi baik itu
interaksi farmasetik, interaksi farmakokinetik atau interaksi Farmakodinamik, jika
mengkonsumsi obat dengan makanan ataupun obat lain walaupun ada juga beberapa
obat yang bercampur atau tidak terjadi efek pada saat di konsumsi secara bersamaan
Daftar pustaka
Yasin, N.M, Widyastuti, H.T, dan Dewi, E.K, 2005, Kajian interaksi obat pada
pasien jantung kongesif di RS Dr. sardjito. Yogyakarta tahun 2005.
Katzung, Bertram G. 2012. Farmakologi dasar dan klinik edisi 10. EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai