Fraktur Cruris

Bayu Aji

1 April 2020

Abstrak

Fraktur Cruris atau fraktur tibia dan fibula yaitu fraktur ekstremitas bawah
sering kali terjadi akibat jatuh dengan kaki yang fleksi, pukulan langsung atau
gerakan memutar, pasien menunjukan edema, nyeri, deformitas tulang, dan
hematoma pada tingkat cedera. Sirkulasi dan sensasi dikaji untuk meniadakan
komplikasi fraktur, termasuk kerusakan pada saraf peroneal atau arteri tibia,
sindrom kompartemen, hemartrosis, dan kerusakan ligamen. Ketidakmampuan
untuk menitikkan jari kaki pada sisi yang terkena ke atas dapat mengindikasikan
kerusakan saraf peroneal. Tidak adanya nadi dorsalis pedis pada sisi yang terkena
dapat mengindikasikan kerusakan arteri tibia. Kemungkinan manifestasi sindrom
kompartemen, antara lain nyeri pada gerakan pasif dan parestisia. Edema lutut
dapat mengindikasikan pengumpulan darah pada sendi lutut. Kerusakan ligamen
dapat terjadi jika pasien tidak dapat menggerakkan lutut dan pergelangan kaki.
Asuhan keperawatan dirancang untuk meningkatkan kenyamanan, memonitor
status neurovaskular, dan mencegah komplikasi. Perawat menginstruksikan pasien
dalam perawatan gips, pada penggunaan alat bantu, cara untuk melakukan
pengkajian neurovaskular, dan waktu melakukan tindak lanjut dengan dokter.

A. Fraktur Cruris

Fraktur Cruris atau fraktur tibia dan fibula yaitu fraktur ekstremitas bawah
sering kali terjadi akibat jatuh dengan kaki yang fleksi, pukulan langsung atau
gerakan memutar, pasien menunjukan edema, nyeri, deformitas tulang, dan
hematoma pada tingkat cedera.(LeMone, Burke, and Bauldoff 2015, 1640)
Sirkulasi dan sensasi dikaji untuk meniadakan komplikasi fraktur, termasuk
kerusakan pada saraf peroneal atau arteri tibia, sindrom kompartemen,
hemartrosis, dan kerusakan ligamen. Ketidakmampuan untuk menitikkan jari kaki
pada sisi yang terkena ke atas dapat mengindikasikan kerusakan saraf peroneal.
Tidak adanya nadi dorsalis pedis pada sisi yang terkena dapat mengindikasikan
kerusakan arteri tibia. Kemungkinan manifestasi sindrom kompartemen, antara
lain nyeri pada gerakan pasif dan parestisia. Edema lutut dapat mengindikasikan
pengumpulan darah pada sendi lutut. Kerusakan ligamen dapat terjadi jika pasien
tidak dapat menggerakkan lutut dan pergelangan kaki.(LeMone, Burke, and
Bauldoff 2015, 1640)

Jika fraktur tertutup, reduksi tertutup dan gips sering kali dipasang. Gips
tungkai panjang yang memungkinkan penyanggaan beban parsial digunakan.
Penyangga beban parsial biasanya diberikan dalam 10 hari fraktur, gips tungkai
pendek akan diberikan pada 3 hingga 4 minggu. Jika fraktur terbuka, fiksasi
eksternal atau ORIF akan dilakukan. Setelah pembedahan, gips dapat terpasang
dan penyangga beban mulai berdasarkan instruksi dokter, biasanya sekitar 6
minggu.(LeMone, Burke, and Bauldoff 2015, 1640)

Asuhan keperawatan dirancang untuk meningkatkan kenyamanan,

memonitor status neurovaskular, dan mencegah komplikasi. Perawat
menginstruksikan pasien dalam perawatan gips, pada penggunaan alat bantu, cara
untuk melakukan pengkajian neurovaskular, dan waktu melakukan tindak lanjut
dengan dokter.(LeMone, Burke, and Bauldoff 2015, 1640)

B. Jenis-jenis Fraktur
1. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran
2. Fraktur tidak komplet : patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
3. Fraktur tertutup : fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
4. Fraktur terbuka : fraktur yang terjadi dibagian luka pada kulit atau
membran mukosa sampai kepatahan tulang

C. Manifestasi Klinis
1. Nyeri secara terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen
tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema
2. Deformitas musculoskeletal karena adanya pergeseran fragmen tulang
yang patah
3. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
4. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit
 DAFTAR PUSTAKA

LeMone, Priscilla, Karen M Burke, and Genere Bauldoff. 2015. Keperawatan

Medikal Bedah. Jakarta: EGC.