Anda di halaman 1dari 8

Kasus 1

Tn. I.S, 50 tahun, dengan diagnosis medis Stroke Iskemik.

Hasil pengkajian yang didapat adalah Mode Adaptasi Fisiologis. 1) Oksigenasi : batuk (-) TD
110/70 mmHg, RR 18 x/m, N:84 x/m, S:36,00C, CRT <2dtk. ronchi (-). Riwayat HT sejak 10
tahun yang lalu, CT Scan: multiple infark cerebral dibasal ganglia sinistra, kapsula interna
sinistra. 2) Nutrisi : Pelo, sulit mengunyah dan menelan, intake nutrisi adekuat perNGT, diit
cair 6 x 250 cc. 3) Eliminasi : eliminasi BAB (-) 4 hari, BAK (+) via kateter, produksi (+). 4)
Aktifitas dan istirahat : klien mengalami hemiparese dextra, mobilisasi pasien aktif mika miki,
Pergerakan klien lemah dan terbatas, ADL dibantu, hemiparese dextra, kekuatan otot ekstremitas
dextra 4444/4444 , kekuatan otot ekstremitas sinista 5555/5555) Proteksi : dalam batas normal 6)
Sensasi tidak ada nyeri. 7). Cairan dan elektrolit & keseimbangan asam basa : Cairan masuk:
lewat NGT : 6 X 250 cc. Cairan keluar: urine: + 1700/24 jam. 8) Neurologis GCS : E4M6V5,
pupil isokor 3mm/3mm, kaku kuduk negatif, laseg sign >70/>70, kernik sign >135/>135,
Reflex fisiologis kanan (+2/+2), kiri (+2+2). Hasil pemeriksaan reflex patologis (-). Parese N
VII, dan XII. 9) Endokrin : GDS: 170 mg/dL, riwayat DM sejak 5 tahun yang lalu
Kasus 2

Tn.A, 21 tahun, Mahasiswa, dengan diagnosa medis yakni penurunan kesadaran ec CKS, SAH,
Post debridement tibia + ORIF + skeletal traksi distal femur ai open fracture of tibia ai closed
segmental fracture at right femoral shaft, Closed fracture jari kelingking dextra. Pengkajian
dilakukan tanggal 31 Oktober 2016. Hasil pengkajian mode adaptasi fisikologis, oksigenasi :
Pasien terpasang ETT no.7 dengan batas 22, slem per ETT banyak kental warna putih
kekuningan, saliva banyak. Diberikan inhalasi ventolin dan bisolvon per 6 jam, suction. Tekanan
darah 134/78 mmhg (97), HR: 92x/mnt, pulsasi teraba kuat dan penuh, terpasang CVC di
subclavia dextra, connect to Ringerfundin 20cc/jam. CRT<3detik, akral hangat, konjungtiva
anemis. (30/10) Input: 2099.8cc,Output: 1890cc, Balance: +209.8cc, CVP: +12cmH2O.
Diberikan manitol 4x125 ml, dobutamin 250 mg/24 jam. Nutrisi : terpasang NGT diet
blenderized 6x250 ml Eliminasi : terpasang kateter, produksi 700 ml Aktifitas dan istirahat :
barthel indext (, fall morse scale (resiko tinggi jatuh) Proteksi : suhu 36,5 0C, Terpasang traksi
skeletal dengan beban 10 Kg (02/11 beban dilepas untuk kepentingan pemeriksaan diagnostic
MRI dan MRA), terdapat VL di bagian tangan dan kaki, ulkus dekubitus (-), terdapat luka jahitan
di tibia medial anterior dengan ukuran ±7cm tertutup gips. Sensasi pasien masih merasakan
sensasi nyeri, suhu, gerakan.

Cairan dan elektrolit & keseimbangan asam basa : Hasil AGD: (30/10) kesan asidosis
respiratorik terkompensasi penuh dengan PO2 rendah (43.0). (31/10) kesan asidosis respiratorik
terkompensasi penuh dengan PO2 160.6. Lab (30/10) Hb: 9.93-post transfusi PRC 1 bag, Ht:
29.5, Leu: 11.8, Tr: 170, GDS: 167, PT: 11.0 (1 kali control), APTT: 38.7 (1.17 kali control),
fibrinogen 440.6, D-Dimer 0.5, Ur: 29.3, Cr: 0.884, OT/PT: 55/33, albumin: 3.68, bilirubin
total: 2.68, bilirubin direk: 0.46, bilirubin indirek: 2.22, lactate: 2.3, Ca darah: 8.1, Ca ion:
1.03, Mg darah: 1.59, Procalcitonin: 1.25 (31/10) Na: 125, K: 3.3, CL: 96, lactate: 0.8

Neurologis : Tingkat kesadaran pasien tidak dapat dikaji dikarenakan pasien berada di bawah
pengaruh obat dengan propofol 50mg/jam, midazolam 3mg/jam, kekuatan otot belum dapat
dikaji, pupil bulat isokhor 3mm/3mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung +/+, battle
sign (-), fr column cervical (-), refleks fisiologis +2/+2, kesan lateraliasi ekstremitas sinistra,
sensasi dam otonom belum dapat dinilai. Endokrin : GDS stik 97 mg/dl.
Kasus 3

Tn. IST (66 th), Agama Islam, Dx medis : DM dengan selulitis


Di rawat karena kedua kaki (dorsal) mengalami bengkak, merah dan ada bula di beberapa
bagian. Terjadi karena kaki diuap dengan air panas untuk mengurangi rasa dingin dan baal di
kedua kakinya. Gula darah terkontrol < 180 mg/dL dengan insulin basal 1 x 12ui dan rapid
3x6 ui digunakan selama 1 th. Riwayat DM 5 th dan hipertensi 3 th, pengobatan teratur
HbA1C; 6,6%. Riwayat ulkus kaki 3 th yang lalu, amputasi digiti 4. Leukosit : 13.450/µL
Pengkajian perilaku dan stimulus pada kasus ini pasien menunjukkan perilaku ketidakefektifan
pada:Mode fisiologis : pada mode sense, neurologi didapatnya nyeri pada area luka dengan
skala sedang, luka kemerahan pada ke dua kaki seluruh area dorsal. Perabaan hangat pada ke
dua kaki, denyut nadi popliteal kuat, pemeriksaan monofilament (-) pada area prantar.
Stimulus fokal : neuropathy sensori & otonom, usia lanjut. Stimulus kontekstual: pengetahuan
yang kurang untuk perawatan luka,
Mode konsep diri : Stimulus fokal :mengungkapkan kecemasan dan penyesalan telah
melakukan tindakan yang salah. Stimulus kontekstual : pengalaman ulkus & amputasi 3 th
yang lalu. Residual : pengetahuan yang kurang untuk pearawatan kaki
Kasus 4

Ny DS (54 th) Dx Medis CKD riwayat DM & Hipertensi


wat hari ke 3, keluhan sesak terusmenerus, odema anasarka, Riwayat DM & HT 3 tahun
pengobatan dengan herbal. Hb 7.9 g/dL, Urium. 196 mg/dl, Creatinin 5,0mg/dl, CCT 8,78
ml/24jam urine 700 cc/24 jam GDS saat masuk 435 mg/dl, TD 180/100 mmHg, Nd : 92 x/mnt,
RR 28x/mnt AGD : pH/pCO2/pO2/HCO3/O2sat : 7.35/29.5/80.7/16.4/96
Pengkajian perilaku dan stimulus pada kasus ini pasien menunjukkan perilaku ketidakefektifan
pada: Mode fisiologis : Mode oksigenasi : keluhan sesak, TD 180/100 mmHg, Nd : 92 x/mnt,
RR 28x/mnt AGD : pH/pCO2/pO2/HCO3/O2sat : 7.35/29.5/80.7/16.4/96, pucat, Hb 7.9 gr/dL.
Stimulus fokal : edemapulmonal, gangguan eritropoisis, gangguan pompa jantung.
Kontekstual. Riwayat DM & HT tidak terkontrol, nefropati. Mode cairan elektrolit & asam
basa : odema anasarka, urine 700cc/24 jam, CCT 8,78 ml/ 24 jam Fokal : penurunan filtrasi
ginjal, nefropathy
Mode Nutrisi : mengalami mual, mulut terasa kering, makan tidak pernah habis. Fokal :
sindrom uremia
Mode konsep diri : ketakutan akan kematian : fokal : kondisi penyakit,kontekstual : koping
tidak efektif
Kasus 5

Pasien Ny. S, usia 44 tahun, datang ke UGD RSJHK dengan sesak nafas, yang dirasakan makin
berat 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan sesak saat aktifitas, jalan kaki tidak
bisa jauh madi harus dibantu. Pasien tidur dengan minimal 2 bantal dan kadang terbangun saat
tidur malam karena timbul sesak nafas. Pasien mengatakan tidak ada keluhan nyeri dada, mual
dan muntah Keluhan muncul setelah dilakukan echocardiografi di poliklinik untuk persiapan
operasi, yang dirasakan makin berat dibanding sebelumnya. Selanjutnya pasien dibawa ke UGD
untuk tatalaksana lebih lanjut

Pasien merupakan pasien lama RSJHK, dengan ACS CCS II, CAD 3 VD pro CABG. Pasien
memiliki riwayat hipertensi dan dengan faktor risiko menopause. DM dan riwayat keluarga
dengan sakit
jantung disangkal oleh pasien dan keluarga. Pasien tidak ada riwayat merokok. Pasien
merupakan rumah tangga, ikut dan tinggal dengan suami. Pasien masih aktif bekerja, interaksi
dan kegiatan sosial keagamaan dilakukan di sekitar lingkungan tempat tinggal pasien. Pasien
menikah dan memiliki 5 anak, selama ini tinggal bersama suami. Anak – anak pasien bergantian
mengunjungi pasien dan suami, karena tidak tinggal serumah tetapi berdekatan Pasien dengan
jaminan JKN PNS dan menggunakan fasilitas tersebut selama dirawat

Hasil EKG RSJHK : SR, 84 bpm, Axis LAD, P normal, PR < 0,2 mm, QRS complex 0,10
mm, Q patologis di II, III,aVF.
Lab RSJHK : Hb 12,2 ; Ht 39,4 ; Leukosit 7.690, trombosit 227.000 ;
Ureum 43,0 ; creatinin 1,19 ; eGFR 46 ; GDS 136 ; hS Troponi T 35 è 50, Na 136 ; K 4,6 ; Cl
101, Calcium total 2,08, Magnesium 2,3
Rontgen dada : CTR 70%, segmen aorta menonjol, segmen pulmonal normal, pinggang
jantung mendatar apeks download, tidak ada kongesti, terdapat infiltrate.
Echo UGD : EDD 51, ESD 47, Ao 23, LA 42, EF 20%, TAPSE 1,9, RWMA positif, TR
severe, MR mild moderate, PR mild.

Koroangiografi RSJHK 8 Januari 2019 :


LM normal. LAD CTO di proksimal, dital mendapat aliran dari kolateral RV branch, terdapat
kalsifikasi. LCx total oklusi di mid percabangan OM 2, OM1. RCA total oklusi di mid. Pasien
direncanakan CABG. Terapi yang didapat simvastatin tab 1 x 20 mg, ISDN tab 3 x 5 mg,
laxadin syr 1 x C1, Diazepam tab 1 x 5 mg, miniaspi tab 1 x 80 mg, amlodipin tab 1 x 5 mg,
bisoprolol tab 1 x 2,5 mg, ramipril tab 1 x 5 mg. Pasien memahami kondisinya yang mengalami
serangan jantung dan sedang persiapan untuk CABG, akan dilakukan tata laksana perawatan
pasien dengan serangan jantung. Saat ini kondisi pasien stabil, hemodinamik dalam batas
normal dan tidak ada keluhan nyeri dada.
Kasus 6
Tn. N, usia 73 tahun, Pasien rujukan dari RSUD Kota Tangerang, dengan diagnose STEMI
anterior. Pasien masuk RSUD Kota Tangerang dengan keluhan nyeri dada sejak 10 jam
SMRS, skala 8/10, menjalar ke leher dan lengan kiri disertai dengan keringat dingin, tanpa
mual muntah. Nyeri dada tidak hilang dengan istirahat, durasi lebih dari 20 menit dan
intensitas makin berat. Keluhan nyeri dada muncul saat pasien tidur malam, terbangun karena
nyeri dan kemudian membangunkan semua anaknya, diantarkan berobat ke klinik terdekat dan
selanjutnya dirujuk ke RSUD Kota karena curiga serangan jantung. Pemeriksaan dilakukan,
pasien dinyatakan serangan jantung dan dirujuk ke RSJHK. Pasien dan keluarga setuju dirujuk
untuk dilakukan tata laksana lebih lanjut (PCI). Saat di UGD RSJHK, nyeri dada sklala 3/10.

Riwayat DM dan serangan jantung disangkal oleh pasien, pasien dengan riwayat hipertensi
tidak terkontrol dan merokok kretek aktif sejak remaja dengan 1 bungkus / hari.
Selama ini pasien sudah pensiun, tidak bekerja lagi dan kebutuhan ekonomi dicukupi oleh
anak dan kontrakan yang dimiliki.

Pemeriksaan penunjang :
Hasil EKG RSJHK : SR, rate 68 x/menit, axis normal, P wave normal, PR interval 0,16, QRS
complex 0,08 mm, ST elevasi di V2 – V4 , II, III, aVF, T inverted di V2 – V6.
Lab RSJHK : Hb 14,6 ; Ht 46,6 ; Leukosit 9100 ; trombosit 241.000 ; Hs Trop T 9.406,
Ureum 27 ; creatinin 0,79 ; eGFR 89 ; GDS 100 ; Na 142 ; K 3,7 ; Ca Tot 2,03 ; Mg 2,1 ; Cl
104, Laktat 2,1
Pasien didiagnosa STEMI Anterolateral onset 10 jam killip, hipertensi emergency, AHF ec
ACS.
Pasien dan keluarga memahami dan setuju untuk dilakukan tatalaksana lebih lanjut untuk
kondisi serangan jantung yang dialami oleh pasien
Kasus 7
Ny. MA Diagnosa medis: Acute on CKD dd/ AKI mengeluh sesak disertai badan terasa
berdebar sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Sesak makin lama semakin berat dan jika
terlentang pasien tetap sesak. Ny. MA juga mengeluhkan adanya mual dan muntah sudah lebih
dari 5 kali dalam sehari, muntah dalam bentuk makanan. Ny. MA mengeluhkan kepala terasa
pusing, badan lemas, mulai gatal – gatal pada anggota tubuh, kakai mulai bengkak.Ny. MA
riwayat merokok dan minum alkohol tidak ada, riwayat hipertensi (+), diabetes mellitus (-),
penyakit jantung (-). Keadaan umum agak lemah, kesadaran compos mentis, TD 150/90
mmHg, N 100x/menit, RR 24x/menit, T 36oC, SpO2 99%. Ny. MA tampak terbaring dan
pucat, konjungtiva anemis (+), suara napas vesikuler, ronchi (+), wheezing (-), JVP 5+2
cmH2O, edema (+) pada kaki derajat 3, asites (-). Pemeriksaan laboratorium (11/11/16):
hemoglobin 8,5 g/dL, hematokrit 25 %, lekosit 20,2 ribu/ul, trombosit 325 ribu/ul, eritrosit
2,87 juta/ul, ureum 226 mg/dl, kreatinin12,3 mg/dl. Hasil AGD: pH 7,128 // PCO2 13,9 // PO2
150 // BP 557,0 // HCO3 5,6 // O2 Saturasi 99 // Base Excess (BE) -7,8 // Total CO2 17,7.
Ny. MA ingin cepat sembuh dari sakitnya, Ny. MA mengatakan nyaman dengan kondisi ruangan
tempat dirawat, Ny. MA mengatakan keluarga sangat besar perannya untuk menjaga dirinya
selama sakit dan menjalani proses pengobatan

Anda mungkin juga menyukai