Anda di halaman 1dari 13

IDENTIFIKASI DAYA TARIK WISATA

PURA GOA GAJAH

Disusun Oleh:

Nama : Ni Kadek Suryastini

Nim : P07125016 055

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

POLTEKKES KESEHATAN DENPASAR

TAHUN AJARAN 2018/2019


PENDAHULUAN

Di Indonesia khususnya di pulau Bali terdapat banyak objek wisata yang


indah dan menarik. Objek wisata yang ada di Bali merupakan salah satu dari
kekayaan alam yang patut untuk dibanggakan. Setiap daerah di Indonesia
memiliki keunikan baik dari segi keindahnnya maupun adat istiadat yang ada
sehingga minat wisatawan untuk mengunjunginya. Sektor pariwisata sebagai
kegiatan perekonomian telah menjadi andalan dan prioritas pengembangan bagi
sejumlah negara, terlebih bagi negara berkembang seperti Indonesia yang
memiliki potensi wilayah yang luas dengan adanya daya tarik wisata yang cukup
kuat dan besar, banyaknya keindahan alam, aneka warisan sejarah budaya dan
kehidupan masyarakat. Untuk meningkatkan peran kepariwisataan, sangat terkait
antara barang berupa onjek wisata sendiri yang dapat dijual dengan sarana dan
prasarana yang mendukungnya yang terkait dalam industri pariwisata. Usaha
mengembangkan suatu daerah tujuan wisata harus memperhatikan berbagai faktor
yang berpengaruh terhadap keberadaan suatu daerah tujuan wisata.

Kabupaten Gianyar merupakan salah satu dari 9 Kabupaten yang ada di


Provinsi Bali yang kaya akan keanekaragaman seni, adat dan budaya yang masih
tetap berkembang dan lestari sampai saat ini, sehingga dikenal sebagai Kabupaten
Seni. Gianyar memiliki 61 obyek wisata, sampai saat ini 17 yang telah
berkembang dan sisanya sangat potensial untuk dapat di kembangkan. Obyek-
obyek wisata yang ada diantaranya 19 obyek peninggalan purbakala. Berdasarkan
bukti-bukti arkeologi di wilayah Gianyar sekarang dapat memberikan jalan dan
pengetahuan bagi kita untuk mengetahui tentang masa lampau Gianyar sekitar
2000 tahun yang lalu dengan ditemukan situs purbakala.

Salah satu Desa di Gianyar yaitu Desa Bedulu Kecamatan Blahbatu


terdapat peninggalan purbakala yang dulunya merupakan pusat Kerajaan Bali
Kuno dan sekarang menjadi salah satu situs peninggalan sejarah di nusantara.
Oleh karena itu, penulis memilih salah satu daya tarik wisata yang terdapat
di Desa Bedulu Blahbatuh yakni Pura Goa Gajah sebagai bahan dalam tugas
essay untuk mata kuliah Sosiologi Pariwisata. Desa Bedulu adalah nama sebuah
desa di Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar, Bali. Pura Goa Gajah
merupakan salah satu peninggalan sejarah yang mendapat pengakuan dari
organisasi badan dunia PBB (UNESCO). Menjadi salah satu warisan dunia, Objek
wisata Pura Goa Gajah populer di kalangan para wisatawan domestik maupun
asing. Pura Goa Gajah dapat dijadikan sebagai tempat wisata sekaligus tempat
belajar sejarah. Dengan mengunjungi Pura Goa Gajah wisatawan mendapatkan
nilai spiritual dan belajar melalui peninggalan-peninggalan sejarah. Letaknya yang
sangat strategis karena berada di jalur pariwisata, yaitu di sebelah timur ada salah
satu pura yang besar di bali yaitu pura Samuan Tiga. Di sebelah utara ada pasar
senggol Pejeng yang senantiasa ramai dikunjungi masyarakat dan wisatawan dan
jalur barat Pura Goa Gajah adalah jalur ke tempat pariwisata di Ubud yang
tentunya terkenal dengan keindahan alamnya dan banyaaknya wisatawan yang
berkunjung disana.

Manfaat dari adanya kajian untuk menambah wawasan pembaca dalam hal
mengenai daya tarik wisata yang ada di desa Bedulu, Blahbatuh. Kemudian dapat
membantu sebagai referensi ketika hendak memilih daya tarik wisata di Desa
Bedulu ini, selain itu juga dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam
melakukan inovasi pengembangan agar desa Bedulu dapat menjadi sebuah
destinasi wisata yang atraktif di Blahbatuh.

PEMBAHASAN

Pura Goa gajah adalah tempat wisata yang indah dan menarik dengan nilai
sejarah dan spritualnya. Kata “Goa Gajah” dipercaya berasal dari sebuah kata
yang muncul di dalam kitab Negarakertagama, “Lwa Gajah”. Goa ini dibangun
sekitar abad 11 masehi saat Raja Sri Astasura Ratna Bumi Banten sedang bertahta.
Tempat ini dulunya digunakan oleh beliau untuk bertapa. Selain itu ada pula tujuh
kolah suci dengan tujuh patung bidadari yang memancarkan air di sekitar goa.
Patung-patung ini adalah simbol dari tujuh sungai suci tempat lahirnya agama
Hindu dan Buddha yang ada di India. Memang banyak benda-benda peninggalan
sejarah yang dapat di temukan di Goa Gajah.

                Di Goa Gajah atau di kawasan ini dibagi menjadi tiga bagian. Pertama,
sebuah kompleks bangunan suci Hindu yang dibangun sekitar abad ke 10 masehi.
Selanjutnya, bangunan suci Hindu berbentuk pura-pura kecil atau disebut juga
“pelinggih” yang dibangun setelahnya. Lalu bagian terakhir adalah bangunan
peninggalan Budha yang kira-kira dibangun sekitar abada ke 8 atau bersamaan
dengan waktu dibangunnya Candi Borobudur di Jawa Tengah.

                Di dalam gua bagian timur, terdapat tiga Lingga Besar yang bediri di
dalam ceruk. Sedangkan di bagian barat terdapat arca Ganesha. Kemudian di
bagian tengah akhir atau “keluwan” dari goa terdapat tiga Lingga lagi sebagai
lambang Siwa, atau Sang Hyang Tri Purusa. Sementara itu di bagian depan goa
atau “teben” terdapat sebuah patung Ganesha yang merupakan anak dari Siwa.
Ganesha adalah dewa dengan tubuh manusia dan kepala gajah yang merupakan
anak dari Siwa dan Parwati. Keberadaan patung inilah yang diperkirakan asal
mula nama “Goa Gajah.”
Di depan Goa Gajah ini, terdapat pancuran kuno yang terletak di atas
kolam suci. Mulanya patung ini tidak nampak karena tertutup tanah. Namun pada
tahun 1954 patung ini ditemukan setelah sebelumnya dilakukan penggalian.
Hasilnya, ditemukan enam patung “Widyadhari” atau bidadari yang tiga
diantaranya berada di bagian utara dan tiga lainnya di bagian selatan. Patung-
patung Widyadhari ini berdiri di atas sebuah pijakan berbentuk “Padma” atau
teratai. Bunga teratai dalam agama Hindu merupakan simbol alam semesta. Selain
itu, di tengah-tengah kolam ini terdapat sebuah patung “Widyadhara” atau
bidadara, sehingga patung ini seperti dikelilingi oleh enam bidadari. Keenam yang
memancarkan air ke dalam kolam tesebut dipercaya merupakan perlambangan
kesuburan.

                Selain pura Goa Gajah, ada juga bangunan suci Hindu yang merupakan
peninggalan dari era Hindu Siwa Pasupata. Dipercaya bahwa bangunan suci ini
kemudian difungsikan sebagai Pura di era Hindu Siwa Siddhanta. Oleh karena itu,
di bagian tenggara dari Goa Gajah, dapat ditemukan beberapa pura seperti Limas
Catu dan Limas Mujung yang merupakan pura untuk pesimpangan untuk Dewa
Gunung Agung dan Gunung Batur. Terdapat pula Pura Gedong yang
diperuntukkan untuk para leluhur dari Raja-raja Bedahulu dan Pura Ratu Taman
untuk memuja Dewa Wisnu sebagai Dewa air.
                Selain bangunan-bangunan Hindu di Goa Gajah yang disebutkan di atas,
di kompleks bangunan ini juga terdapat peninggalan-peninggalan Budha yang
umurnya bahkan lebih tua dari bangunan-bangunan Hindu tersebut. Di bagian luar
gua, tepatnya di sebelah barat, terdapat sebuah patung bernuansa Budha bernama
Dewi Hariti atau yang di Bali dikenal sebagai Patung “Men Brayut”. Patung dewi
ini terlihat unik karena memangku banyak sekali anak kecil. Dalam mitologi
Budha, Hariti dulunya adalah seorang kanibal yang suka memangsa daging anak-
anak atau bayi. Namun, setelah mendapatkan pencerahan dari sang Budha, sosok
yang sebelumnya sangat menakutkan itu kemudian berubah menjadi seorang yang
taat beragama dan mencintai anak-anak. Melewati parit di bagian selatan dari Goa
Gajah, terdapat juga sebuah patung Budha dengan sikap Dhyani Buddha Amitaba.
Dalam sistem pantheon Buddha Mahayana, sikap Budha ini dapat diartikan
sebagai Budha yang menjadi penjaga bagian barat dari alam semesta.
                Berdasarkan sejarah, penemuan Goa Gajah berawal dari laporan pejabat
Hindia Belanda, LC. Heyting pada tahun 1923 yang menemukan arca Ganesha,
Trilingga serta arca Hariti kepada pemerintah Hindia Belanda. Hal tersebut di
tindak lanjuti oleh Dr. WF. Stuterhiem untuk mengadakan penelitian lanjut pada
tahun 1925.pada tahun 1950 Dinas Purbakala RI melalui seksi-seksi bangunan
purbakala di Bali yang dipimpin oleh J.L Krijgman melakukan penelitian dan
penggalian pada tahun 1954 sampai tahun 1979 dan ditemukanlah tempat
petirtaan kuno dengan 6 buah patung wanita dengan pancuran air di dad dan
sampai sekarang keberadaannya bisa dipercaya bisa memberikan vibrasi
penyucian aura bagi pengunjung.
                Pada tahun 193 Mr. Conrat Spies menemukan pula peninggalan yang
cukup penting di complex “tukad pangkung” berupa stupa bercabang tiga yang
terpahat pada dinding batu yang telah runtuh tergeletak di dasartukad pangkung.
                Sejak tahun 1950 setelah Badan Purbakala Republik Indoonesia
membuka kantor seksi bangunan cabang Bali yang berkedudukan di Gianyar di
bawah pimpinan J.C. Krijgsman, penelitian terhadap peninggalan purbakala di
Goa Gajah mendapat perhatian secara khusus. Hal ini dibuktikan pada tahun
1951/1952 dengan diadakan penggalian di pelataran depan mulut goa.
                Dari data yang ada di lapangan dapat di kemukakan situs Goa Gajah
merupakan tempat suci sebagai pusat kegiatan agama Hindu dan Buddha pada
masa pemerintahan Dinasti Warmadewa dari abad X-XIV masehi (400 tahun)
masehi. Status situs Goa Gajah sekarang merupakan “living monument” berfungsi
sebagai tempat kegiatan keagamaan (pura) dan masyarakat menyebutkan sebagai
Pura Goa.
                Berdasarkan atas temuan data arkeologi yang ada di situs Goa Gajah
dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut; Dari beberapa prasati yang telah
di kemukakan di Bali tidak satupun yang menyebutkan secara langsung nama Goa
Gajah, namun prasasti Songan Tambahan yang dikeluarkan oleh Raja Marakata
berangka tahun1022 masehi dan prasasti Cempaga yang dikeluarkan olehg Raja
Sri Mahaguru berangka tahun 1324 masehi, keduanya menyebutkan nama Er
Gajah. Kemudian prasasti dawan tahun 1053 masehi dan prasasti Pandak Badung
tahun 1071 masehi menyebutkan tempat suci Antakunjarapadda (Kunjara=gajah).
Sedangkan dalam kitab Negarakertagama tahun 1365 masehi tercantum nama
Bedahulu dan Lwa Gajah yaitu dua tempat di Bali yang termasuk dalam daftar
daerah yang dikuasai oleh Kerajaan Majapahit.
Apapun hal-hal yang akan penulis identifikasi pada daya tarik wisata Goa
Gajah ini meliputi aspek 4A, yakni attractions, acecaibility, amenities, dan
anciliarry service. Berikut merupakan paparan dari aspek 4A yang telah
disebutkan.
A. Daya Tarik Wisata ( Attraction)
Atraksi adalah segala sesuatu yang dapat menarik wisatawan datang
kedaerah tujuan wisata tersebut. Dalam hal ini atraksi merupakan produk
utama dari sebauah destinasi. Atraksi berkaitan dengan what to see dan
what to do. Atraksi bisa berupa keindahan dan keunikan alam, budaya
masyakat setempat, peninggalam sejarah, serta atraksi buatan seperti
sarana permainan dan hiburan.
Daya tarik wisata yang mampu menarik kunjungan wisatawan di pura
Goa Gajah ialah Dari areal parkir menuju lokasi pertapaan, wisatawan
harus menuruni anak tangga. Tempat ini dikelilingi pepohonan hijau yang
rindang, sehingga suasananya sangat sejuk dan asri. Menurut petugas yang
menjaga obyek wisata ini, pepohonan tersebut sudah berusia ratusan
tahun.
Komplek objek wisata Goa Gajah Bedulu secara keseluruhan dapat
dilihat dari tangga. Pada saat anda sampai di area bawah setelah menuruni
anak tangga, akan terdengar gemericik suara air yang mengalir dari
pancuran arca. Bebatuan bekas bangunan yang dulunya hancur akibat
gempa, juga ditemukan di sekitar pancuran. Sedangkan Goa Gajah
Giayar sendiri, letaknya tidak jauh dari pancuran arca tersebut.
Pintu masuk melalui mulut goa hanya cukup untuk 1 orang. Diluarnya
terdapat ukiran dan 2 patung penjaga. Bagian dalam goa berbentuk huruf
T, dengan tinggi sekitar 2 meter dan lebar 2 meter. Bagian kiri dan kanan
lorong juga terdapat ceruk yang  mungkin pada jaman dahulu adalah
tempat bertapa. Namun sekarang wisatawan dapat duduk maupun
berbaring disana. Pada ujung barat lorong terdapat Arca Ganesha dan
ujung timur lorong terdapat 3 lingga.
Selain itu di sekitar areal goa, juga terdapat patung petirtaan
dengan tujuh patung widyadara–widyadari yang sedang memegang air
suci. Total patungnya ada tujuh, yang merupakan symbol dari tujuh sungai
di India, tempat kelahiran agama Hindu dan Budha. Di bawah ini
merupakan salah satu contoh gambar daripada daya tarik wisata di Goa
Gajah, yang akan disajikan sebagai berikut.

Gambar A 1 Daya tarik tangga yang ada di Goa gajah

Gambar A 2 Daya tarik pancoran enam bidadari.


Gambar A 3 Daya tarik pintu masuk pura Goa gajah.

B. Aksesibilitas ( Accesibility )
Aksesbilitas adalah sarana dan infrastruktur yang menunjang
kegiatan perjalanan wisata menuju daerah tujuan wisata tersebut. Akses
yang dimaksud ialah akses jalan raya, ketersediaan sarana transportasi dan
rambu-rambu penunjuk jalan merupakan aspek penting bagi sebuah
destinasi. Perlu juga diperhatikan bahwa akses jalan yang baik saja tidak
cukup tanpa diiringi dengan ketersediaan sarana transportasi. Bagi
individual tourist, transportasi umum sangat penting karena kebanyakan
mereka mengatur perjalanannya sendiri tanpa bantuan travel agent,
sehingga sangat bergantung kepada sarana dan fasilitas publik. Selain itu
juga, Akses infomasi dan telekomunikasi merupakan strategi pemasaran
pariwisata yang efektif seperti publikasi destinasi pariwisata melalui
internet untuk mempromosikan pariwisata Indonesia yang berhubungan
dengan objek wisata, hotel, akomodasi, rumah makan, agent travel dan
biro perjalanan.
Pura Goa Gajah lokasinya berada di sebelah barat Desa Bedulu,
Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Lokasi tepatnya adalah di tepi
jurang dan merupakan pertemuan dari sungai kecil di desa tersebut. Jika
anda berangkat dari kota Denpasar, jaraknya sekitar 26 km dari kota
Denpasar dengan perkiraan waktu tempuh 1 jam. Wisatawan juga bisa
mengaksesnya lewat google maps.
Apabila ingin liburan ke tempat wisata pura Goa Gajah Gianyar,
anda pasti memerlukan sarana transfortasi. Pilihan transportasi terbaik
untuk liburan di Bali adalah mengunakan kendaraan pribadi, baik motor
ataupun mobil. Untuk mencari jasa sewa motor dan rental mobil di Bali
sangatlah mudah.
C. Fasilitas ( Aminities )
Amenitas adalah segala fasilitas pendukung yang bisa memenuhi
kebutuhan dan keinginan wisatawan selama berada di destinasi. Amenitas
berkaitan dengan ketersediaan sarana akomodasi untuk menginap serta
restoran atau warung untuk makan dan minum. Kebutuhan lain yang
mungkin juga diinginkan dan diperlukan oleh wisatawan, seperti toilet
umum, rest area, tempat parkir, klinik kesehatan, dan sarana ibadah
sebaiknya juga tersedia di sebuah destinasi.
Sebagai salah satu objek wisata terkenal di Bali, komplek objek
wisata pura Goa Gajah juga di lengkapi dengan fasilitas atau kuliner
wisata, seperti:
1. Restoran, yang menyediakan berbagai makanan Indonesia maupun
Internasional. Harganya pun bervariasi dalam setiap makanan yang dijual.
2. Toko souvenir dan pakaian, yang menyediakan berbagai macam
produk-produk kerajinan dan pakaian.
3. Warung makanan, yang menyediakan Berbagai macam makanan
trdisional dan makanan ringan.
4. Area Parkir yang luas yang tentunya akan membuat para wisatawan
menjadi nyaman dalam memarkirkan kendaraannya, dan tentunya juga ada
toilet di objek wisata pura Goa Gajah.
D. Kelembagaan ( Ancilliary service )
Ancilliary adalah ketersediaan sebuah organisasi atau orang-orang
yang mengurus destinasi tersebut. Ini menjadi penting karena walaupun
destinasi sudah mempunyai atraksi, aksesibilitas dan amenitas yang baik,
tapi jika tidak ada yang mengatur dan mengurus maka ke depannya pasti
akan terbengkalai. Organisasi sebuah destinasi akan melakukan tugasnya
seperti sebuah perusahaan. Mengelola destinasi sehingga bisa memberikan
keuntungan kepada pihak terkait seperti pemerintah, masyarakat sekitar,
wisatawan, lingkungan dan para stakeholder lainnya.
Pengelolaan daya tarik wisata pura Goa gajah di kelola Pemerintah.
Dalam mengunjungi suatu objek wisata pastinya kita perlu membayar tiket
untuk memasuki objek wisata tersebut. Seperti halnya di Goa Gajah ini,
wisatawan juga harus membayar tiket masuk terlebih dahulu. Di objek
wisata Goa Gajah ini, wisatawan harus menggunakan selendang atau
kamen dalam memasuki objek wisata Goa Gajah.  Wisatawan lokal
maupun wisatawan asing cukup membayar 15 ribu rupiah. Namun jika
kita berpakaian adat dengan alasan tertentu ke Goa Gajah seperti membuat
tugas sekolah, sembahyang dan sebagainya, kita tidak perlu untuk
membayar tiket masuk. Adapun jam operasional buka setiap hari pukul
08.00-17.00 WITA.
PENUTUP
A. Simpulan
Dengan ini saya dapat menyimpulkan bahwa objek wisata pura Goa Gajah
adalah objek wisata yang bukan hanya objek wisata yang indah dan menarik,
tetapi juga memiliki sejarah yang patut kita ketahui dan lestarikan. Objek
wisata Goa Gajah juga merupakan objek wisata yang sakral karena di dalam
nya juga ada pura sebagai tempat sembahyang dan dalam memasuki pura Goa
Gajah harus menggunakan selendang atau kamen. Objek wisata pura Goa
Gajah juga memiliki bebagai peninggalan Hindu dan Buddha yang patut
dijaga dan kita tidak boleh merusaknya.
Selain itu, objek wisata pura Goa Gajah juga menyediakan berbagai
macam fasilitas yang tentunya akan memberikan kenyamanan dan kesan yang
baik untuk para wisatawan. Namun ada juga kekurangan yang dimiliki oleh
objek wisata Goa Gajah ini yaitu hanya jaraknya yang cukup jauh dari
bandara  dimana dalam perjalanan akan memakan waktu yang lama.
Secara keseluruhan berdasarkan identifikasi aspek 4A untuk
pengembangan daya tarik ini pengelolaan daya tarik wisata ini dikelola oleh
Pemerintah. Sehingga, untuk dapat masuk ke dalam pengunjung dikenakan
tarif biaya masuk.

B. Saran
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi tentang objek
wisata Goa Gajah. Agar suatu objek wisata itu tetap lestari dan indah, kita
harus menjaga dan tidak merusaknya. Tentunya masih banyak kekurangan
mengenai paper yang saya buat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Sejarah Goa Gajah. Tersedia di: http://balitour.net/id/view/goa-gajah-


peninggalan-sejarah-hindu-dan-budha
Objek Wisata Goa Gajah. Tersedia di: https://id.wikipedia.org/wiki/Goa_Gajah

Anda mungkin juga menyukai