Anda di halaman 1dari 9

TUGAS HOLISTIK

RANGKUMAN MATERI KEPERAWATAN HOLISTIK

NI WAYAN DEWI CHIMA LAKSMITA

16C11666

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

DENPASAR

2020
RANGKUMAN MATERI HOLISTIK

Pendekatan Holistik dalam Keperawatan.

Menurut American Association of Holistic Nurses, keperawatan holistik


didefinisikan sebagai semua praktik keperawatan yang telah menyembuhkan
keseluruhan sebagai miliknya tujuan serta keadaan harmoni antara pikiran, tubuh,
emosi dan roh dalam selamanya lingkungan yang berubah (American Holistic
Asosiasi Keperawatan, 2012). Keperawatan holistik sebagai perawatan yang berpusat
pada pasien memperhitungkan fisik, psikologis, kebutuhan sosial dan spiritual pasien
McGeorge, 2010). Perawat holistik memelihara keutuhan, kedamaian dan
penyembuhan dengan menghargai masing-masing fisik, mental seseorang, emosional,
spiritual dan kekuatan lingkungan dan menantang dan menghormati masing-masing
nilai-nilai seseorang, kepercayaan kesehatan danpengalaman kesehatan. Peran
Perawat Holistik meliputi, mengidentifikasi setiap pasien sebagai individu, mengakui
seluruh pasien, berinteraksi dengan semua pasien dan kolega penuh perhatian dan
hormat, dan menilai pasien secara holistik melalui komunikasi terbuka.

Aspek Biologis dalam Pendekatan Holistik.

Holistik adalah penyembuhan yang mempertimbangkan keseluruhan aspek


dan cope dengan sumber-sumber masalah, tidak hanya symptoms (gejala). Tujuan
holistik nursing untuk meningkatkan penyembuhan pasien secara utuh (menyeluruh)
yang berfokus pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan, membantu
penyembuhan dan mencegah atau mengurangi penderitaan. Seorang perawat holistik
adalah seorang perawat berlisensi yang mengambil pendekatan "pikiran-tubuh-roh-
emosi- lingkungan" untuk praktik keperawatan tradisional (Dossey et al. 2013 dan
Klebanoff dan Hess, 2014). Falsafah keperawatan memandang individu secara
holistik yang memiliki dimensi biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual.

Perawat holistik juga berfokus pada menjadi mitra dalam proses penyembuhan
pasien dan dapat menggunakan pengetahuan keperawatan, teori, keahlian dan intuisi
untuk memberikan perawatan bagi orang tersebut secara keseluruhan (Ackley dan
Ladwig, 2011). Hippocrates pertama kali menyebutkan ide holisme dalam teori
interferensi, di mana ia mengusulkan bahwa pikiran dan tubuh saling mempengaruhi,
kemudian diuraikan oleh Florence Nightingale, yang mempromosikan asuhan
keperawatan yang berfokus pada persatuan, kesejahteraan, dan hubungan timbal balik
antara manusia, peristiwa, dan lingkungan.

Pendekatan holistik memiliki dua aspek penting, yaitu pertama, memperlakukan


setiap individu sebagai entitas yang terpisah, baik secara biologis maupun sosial.
Kedua, multidimensi yaitu memperkenalkan pandangan yang kurang sederhana
tentang kesehatan dan penyakit. Dua aspek ini mempengaruhi interaksi perawat-
pasien, (Papathanasiou et al. 2013). aspek terpenting dari perawatan holistik adalah
keterlibatan pasien dalam membuat keputusan sendiri, selalu diizinkan untuk
menyetujui atau menolak rute perawatan, dan fokus pada perawatan diri di mana pun
dimungkinkan (American Holistic Nurses Association, 2012 ).

Pada prinsip pendekatan holistik, yaitu Semua orang memiliki kekuatan


penyembuhan bawaan termasuk aspek biologisnya, Pasien adalah manusia, bukan
penyakitnya, seluruh aspek (termasuk biologis) harus diperhatikan, Penyembuhan
membutuhkan pendekatan tim, melibatkan pasien dan menangani semua aspek
kehidupan menggunakan berbagai praktek perawatan kesehatan, Penanganan dengan
mencari penyebab penyakit dan tidak hanya berfokus pada gejala.

a. Aspek biologi pada kebutuhan dasar A Maslow merupakan kebutuhan paling


dasar yaitu kebutuhan fisiologi.
b. Teori Hierarki Maslow mengatakan bahwa seseorang akan selalu berusaha
memenuhi kebutuhannya dari tingkatan paling dasar sebagai kebutuhan
utama untuk bertahan hidup (bersifat wajib).
c. Beberapa teori keperawatan holistik yang mencangkup aspek biologis dalam
pengkajian diantaranya:
1) Model adaptasi Callista Roy’s
Mode Fisiologis-Fisik/Aspek biologis model adaptasi roy’s diantaranya:
a) Oksigen
Hasil pengkajian : keluhan pasien dan riwayat sebelumnya yang
berkaitan dengan permasalahan oksigenasi mencangkup ventilasi
pertukaran gas dan transportasi gas.
Analisa data : Keluhan sesak nafas, usaha pernafasan pasien, batuk
disertai dahak, batuk tidak efektif, perasaan berdebar-debar dan
perubahan sirkulasi perifer yang dirasakan pasien.
b) Nutrisi
Pengkajian : riwayat diet pasien, pola makan, kebiasaan makan, profil
nutrisi pasien, pemahaman atau tingkat pengetahuan pasien
mengenaikebutuhan nutrisinya, pantangan terhadap makanan, alergi
makanan, mual, muntah, nafsu makan dan hausm serta kesulitan
menelan.
c) Eliminasi
Pengkajian: Keluhan pasien mengenai eliminasinya baik BAK
maupun BAB , riwayat hemoroid dan penyakit terkait,tingkat
pengetahuan pasien mengenai eliminasi, kebiasaan dan pola BAB
BAK, inkontinensi, urgensi dan kesulitan untuk memulai dan
menghentikan berkemi.
d) Aktivitas dan Istirahat
Pengkajian: aktivitas klien, kebiasaan olah raga, keluhan terkait
activity daily living (mandi, makan, toileting, berpakaian dan
berpindah), pola tidur, kebiasaan sebelum tidur, permasalahan tidur
yang dialami, kualitas dan kuantitas tidur pasien dan stress atau
kecemasan yang dialami pasien.
e) Proteksi
Pengkajian: Riwayat pasien yang berkaitan dengan innate immune
system seperti riwayat medik, riwayat keluarga dan psikososial.
f) Sensasi
Pengkajian : Keluhan terkait kemampuan pengelihatan, pendengaran
dan nyeri.
g) Keseimbangan cairan, elektrolit dan Asam basa
Pengkajian : Riwayat pasien yang berkaitan dengan cairan, elektrolit
dan asam basa
h) Fungsi neurologi
Pengkajian: Pengumpulan data tentang riwayat penyakit, riwayat
keluarga dengan penyakit yang sama, pengetahuan pasien terkait
pengelolaan penyakit, keluhan pasien, orientasi pasien, tingkat
kesadaran, emori dan kemampuan bahasa pasien.
i) Fungsi Endokrin
Pengkajian : masalah diabetes millitus, terkomplikasi ketoasidosis
dapat mengeluh sesak nafas, mual, fatigue sampai perubahan tingkat
kesadaran.
2) Teori Keperawatan Virginia Henderson
Aspek biologias Virginia Henderson tergabung dalam 14 kebutuhan dasar
pasien yang terdiri dari:
a) Bernafas secara normal
b) Makan minum yang cukup
c) Eliminasi
d) Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan
e) Tidur dan istirahat
f) Menjaga suhu tubuh

Aspek Sosial dan Spiritual dalam Pendekatan Holistik

1. Aspek Spiritual
Spiritual merupakan hubungan diri sendiri, alam dan Tuhan (Ghaderi et al., 2018).
Spiritualitas dimulai dari anak-anak sampai dengan lansia (berbanding lurus).
Masalah keperawatan yang sering muncul yaitu distress spiritual, Penyakit akut
(serangan jantung, kecelakaan, dan diagnosa kanker) yang mana dipandang
sebagai hukuman atas perbuatan yang dijalani, Penyakit kronik (perbaikan
keadaan dari penyakit kronis meningkatkan spiritualitas seseorang), Penyakit
terminal (menghadapi kematian). Untuk mengatasi hal tersebut perlu diberikan
intervensi secara aspek spiritual yang meliputi, sistem dukungan (keluarga dan
sosial), berdoa, terapi diet (pantangan), dan mendukung ritual (cara berdoa
masing-masing).
2. Aspek Sosial.
Sosial merupakan hubungan antara satu orang dengan orang lain / hubungan antara
pasien dengan dirinya sendiri, keluarga dan orang lain termasuk perawat. Masalah
sosial yang sering dihadapi diantaranya, stigma, bullying, violence in worplace,
menarik diri. Permberian intervensi dalam aspek sosial merujuk pada prinsip etik
keperawatan meliputi, autonomy, beneficiency / nonmaleficiency, fidelity, justice.

Aspek Psikologis dalam Pendekatan Holistik.

Pendekatan holistik dalam artian psikologi merupakan suatu pendekatan


filosofi yang berfokus pada organisme hidup secara keseluruhan atau merupakan
pandangan manusia sebagai suatu organisme utuh dan padu. Jadi, psikologi holistik
mempunyai keterkaitan satu sama lain sebagai sistem yang menyeluruh, bukan hanya
satu aspek tertentu saja, tapi utuh baik secara biologi, psikologis, social dan spiritual.
Adapun salah satu pendekatan holistik adalah konseling atau konsultasi. Melalui
konseling atau konsultasi, pasien/klien dapat menceritakan kisah atau penyebab
dibalik penyakit yang dialami oleh pasien/klien tersebut.

Adapun beberapa pertanyaan yang biasa digunakan dalam konseling :


Mengapa pasien/ klien memilih untuk datang konsultasi/konseling?, Masalah apa yg
pasien/klien alami?, Apakah yang dirasakan oleh pasien/klien dalam menghadapi
situasi atau kondisinya saat ini?, Apa harapan pasien/klien setelah
konsultasi/konseling?.
Psikoterapi Holistik Merupakan konseling atau psikoterapi yang bebeas
mengenal manusia, dimensi sosial, komunikasi, dan tingkah laku manusia. Aspek
psikologis yang perlu dilakukan sebagai pendeketan holistic pada klien atau pasien
yaitu tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam psikoterapi holistic
seorang ahli yaitu Rogers, menyebutkan 3 hal yang harus dimiliki oleh terapis agar
dapat membantu pasien/klien lebih terbuka saat konseling, antara lain : Terapis harus
mengenal dirinya sendiri, penerimaan positif tidak bersyarat, dan memiliki rasa
empati.

Tujuan melakukan konseling adalah sebagai bentuk pendekatan holistik


dalam aspek psikologis yaitu membebaskan klien untuk mengeluarkan dirinya dari
hal atau sifat yang mengekang, sehingga mampu menciptakan kondisi klien agar
dapat menemukan dirinya yang sesungguhnya atau ke arah yang lebih baik, baik
secara biologis, psikologis, dan sosial spiritual.

Aspek Kultural dalam Pendekatan Holistik

Holistic nursing merupakan sebuah konsep dalam integritas pendidikan


keperawatan. Holistik dan kesehatan menyembuhkan manusia secara utuh baik bio,
psiko, spiritual dan cultural. Perawat memiliki latar belakang etnik, budaya dan
agama yg berbeda dengan pasien. Dan pasien memiliki pandangan mengenai penyakit
dan kesehatan yang berbeda didasarkan pada keyakinan, sosial budaya dan agama.
Kultur merupakan kumpulan dari keyakinan, praktik, kebiasaan, kesukaan,
ketidaksukaan, norma, adat-istiadat, dan ritual yang dipelajari dari keluarga selama
sosialisasi bertahun-tahun. Seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
harus memahami kultural klien dan mempertimbangkan faktor-faktor budaya dalam
proses askep. Terdapat 6 fenomena kultural yang bervariasi di antara kelompok
kultural antara lain kontrol lingkungan, variasi biologis, organisasi sosial,
komunikasi, ruang dan waktu. Contoh pengobatan praktik tradisional mengatasi
penyakit yaitu ramuan tradisonal dari tumbuh-tumbuhan, penggunaan makanan,
penggunaan benda pelindung (jimat), praktik religius (ritual penebusan, sembahyang)
dan penyembuh (dukun).

Faktor Kultural dan Proses Keperawatan.

Budaya didefinisikan sebagai pola kompleks dari makna, kepercayaan, dan


tingkah laku bersama yang dipelajari dan diperoleh oleh kelompok orang selama
perjalanan sejarah. Pengkajian keperawatan pada aspek budaya diantaranya, perawat
harus mengkaji dan mendengarkan dengan cermat terhadap praktik dan keyakinan
tentang kesehatan dan penyakit pasien, perawat harus memulai pengkajian dengan
menentukan budaya klien, latar belakang organisasi pasien, serta perawat harus
menanyakan penyebab penyakit pasien. Pengkajian memberdayakan perawat untuk
mengelompokkan data yg relevan dan mengembangkan diagnosa keperawatan
potensial dan aktual yang berhubungan dengan kebutuhan etnik dan kultural klien.
Contoh diagnosis keperawatan terkait aspek kultural yaitu gangguan komunikasi
verbal yang berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial yang
berhubungan dengan disorientasi sosiokultural, dan ketidakpatuhan dalam
pengobatan yang berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini. Pemahaman yang
benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu, keluarga, kelompok,
maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock maupun culture
imposition.

Perawatan yang Kompeten secara Budaya dan Promosi Keanekaragaman


dalam Tenaga Kerja Keperawatan

Kultural kompetensi adalah kemampuan untuk memberikan perawatan yang


efektif untuk pasien yang berasal dari budaya yang berbeda. Hal tersebut
membutuhkan kepekaan dan komunikasi yang efektif, baik secara verbal maupun
non-verbal. Perawat klinis yang kompeten secara budaya yaitu perawat mampu
mengembangkan kesadaran / kepekaan terhadap warisan budaya mereka sendiri,
mengenali nilai-nilai dan bias sendiri dan bagaimana mereka bisa mempengaruhi
pasien, menunjukkan kenyamanan dengan perbedaan budaya, mengetahui secara
spesifik tentang kelompok budaya tempat mereka bekerja, menghormati dan
menyadari kebutuhan unik spesifik wanita, pria dan anak-anak, memahami bahwa
keragaman ada di dalam dan di antara budaya, berusaha memahami sudut pandang
orang lain, menunjukkan fleksibilitas dan toleransi, tidak menghakimi, menunjukkan
kesediaan untuk melepaskan kendali, mempromosikan praktik budaya yang
berpotensi membantu. Leininger menemukan bahwa, asuhan keperawatan yang
menggabungkan nilai-nilai dan praktik budaya akan terkait secara positif dengan
kepuasan pasien dengan asuhan keperawatan, kepatuhan pasien untuk perawatan akan
lebih besar ketika rencana perawatan menggabungkan nilai-nilai budaya dan
kepercayaan pasien, dan konflik akan terjadi jika asuhan keperawatan bertentangan
dengan keyakinan pasien. Perawatan keperawatan transkultural dapat membantu
meningkatkan kepatuhan dengan rencana perawatan, mengurangi kekambuhan, dan
mengurangi biaya keseluruhan untuk perawatan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai