Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada dasarnya merupakan sebuah

upaya untuk menularkan pengalaman mengenai pola hidup sehat melalui

individu, kelompok ataupun masyarakat luas dengan jalur-jalur

komunikasi sebagai media berbagai informasi. 1 Dalam tatanan sekolah,

pembinaan PHBS dilaksanakan melalui kegiatan Usaha Kesehatan

Sekolah (UKS).2 UKS memiliki tanggung jawab dalam upaya peningkatan

(Promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan

(rehabilitatif) yang dilakukan terhadap peserta didik dan lingkungannya.3

PHBS merupakan upaya pemerintah terhadap peningkatan (promotif)

kesehatan dan pencegahan (preventif) permasalahan kesehatan .4

Kurangnya pengetauan dan penerapan PHBS di sekolah sangat

beresiko terhadap kesehatan peserta didik maupun masyarakat di

lingkungan sekolah. Masalah kesehatan yang sering timbul pada anak usia

1
Kemenkes RI. 2016. Gerakan PHBS Sebagai Langkah Awal Menuju Peningkatan
Kualitas Kesehatan Masyarakat. Diakses dari http://promkes.kemkes.go.id/phbs pada
tanggal 24 Februari 2020 pukul 17:40 WIB.
2
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
3
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. 2018. Pedoman Pembinaan dan Pelaksanaan
UKS/M . Jakarta. Kemendikbud
4
Kemenkes RI, 2016. Pemerintah Canangkan Gerakan Hidup Sehat (GERMAS).
Diakses dari : https://www.depkes.go.id/article/print/16111600003/pemerintah-
canangkan-gerakan-masyarakat-hidup-sehat-germas-.html pada tanggal 24 Februari
2020 pukul 21:55 WIB..
sekolah yaitu gangguan perilaku, penyakit infeksi, penyakit saluran

pencernaan, penyakit saluran pernafasan, penyakit kulit dan malnutrisi.5

Menurut data Riskesdas 2018 proporsi cuci tangan dengan benar pada

penduduk usia di atas 10 tahun ialah sebesar 49,8%. Prevalensi perilaku

merokok penduduk usia 10 - 18 mengalami peningkatan dari 8,8%

menjadi 9.1%. Proporsi aktivitas fisik kurang juga naik dari 26,1 menjadi

33,5%. Demikian pula proporsi konsumsi buah dan sayur kurang pada

penduduk >5 tahun, masih sangat bermasalah yaitu sebesar 95,5%. Hal

lain Proporsi pemberantasan sarang nyamuk dengan melakukan 3M Plus

ialah sebesar 31,2 %.6

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur menunjukkan pencapaian

pelaksanaan PHBS pada tahun 2018 ialah sebesar 56,13%. Rendahnya

pencapaian tersebut memberikan dampak yaitu terdapat 841.879 kasus

diare, 9.425 kasus demam berdarah, selain itu terdapat 100.528 kasus

ISPA/Pneumonia yang kebanyakan menyerang anak balita. Demikian pula

kasus obesitas mencapai yang 1.163.118 kasus. Data ini menunjukkan

masih tingginya angka kejadian penyakit menular dan tidak menular serta

ISPA yang di akibatkan oleh kualitas udara yang kurang baik dan

banyaknya perokok serta aktivitas fisik yang kurang.7

Pencapaian indikator PHBS di Kabupaten Probolinggo hanya

mencapai 24,2%. pada tahun 2017. Pencapaian terendah ialah pada

indikator mencuci tangan menggunakan sabun yaitu 22,7%, menggunakan

5
Hermin Nugraheni. Sofwan Indarjo dan Suhat. 2018. Buku Ajar Promosi Kesehatan
Berbasis Sekolah. Yogyakarta: Deepublish.
6
Riskesdas 2018
7
Dinkes Jatim. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2018. Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
air bersih sebesar 25,4% dan menggunakan jamban sebesar 15,8%. Data

penyakit menular menunjukkan terjadinya peningkatan kasus ISPA

sebanyak 658 kasus. Kondisi tersebut berhubungan dengan kondisi

lingkungan yang tidak sehat (asap rokok dan polusi). Selanjutnya, kasus

diare di Kabupaten Probolinggo terdapat 28.102 kasus diare yang

ditangani. Kasus diare tersebut berhubungan dengan perilaku manusia

yang tidak sehat, kurangnya sarana air bersih dan BAB (jamban sehat).8

Di sekolah, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penerapan

PHBS diantaranya adalah pengetahuan siswa, sikap, peran guru, peran

orang tua, keterpaparan media, ketersediaan sarana prasarana dan faktor

lainnya. Hal ini didukung oleh berbagai penelitian yang menyebutkan

bahwa PHBS di sekolah berhubungan dengan variabel-variabel tersebut.9

Tingkat pengetahuan dan sikap yang baik dapat meningkatkan PHBS.

Hasil penelitian Sulastri (2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara tingkat pengetahuan dengan perilaku anak usia sekolah tentang

perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah. 10 Hasil penelitai chandra dkk.

(2016) menunjukkan ada hubungan signifikan antara Pengetahuan dengan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (p = 0,029 < 00,05) dan juga terdapat

8
Dinkes Kabupaten Probolinggo. 2017. Profil Kesehatan Kabupaten Probolinggo tahun
2017. Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo.
9
Suryani, L. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat (PHBSP Siswa/i Sekolah Dasar Negeri 37 Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru.
STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
10
Sulastri K. Purna N. I Nyoman Gede Suyasa. 2014. Hubungan tingkat pengetahuan
dengan perilaku anak sekolah tentang hidup bersih dan sehat di sekolah dasar negeri
wilayah puskesmas selemadeg timur II. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol 4 no. 1. Mei
2014: 99 -106a
hubungan signifikan antara Sikap dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(p = 0,012 < 0,05).11

Tingkat pengetahuan siswa berdasarkan hasil penelitian Nasiatin

(2019) diketahui sebanyak 49,5% siswa mempunyai PHBS kurang baik,

36,4% pengetahuan kurang baik, 44,9% menunjukkan sikap negatif,

42,1%.12 Hasil penelitian Sanfia (2019), menunjukkan perilaku mencuci

tangan dalam kategori cukup (66,58%), jajanan sehat dalam kategori

kurang (35,35%), jamban yang sehat dan bersih dalam kategori cukup

(63,73%), olahraga dengan teratur dalam kategori cukup (58,03%),

memberantas jentik nyamuk dalam kategori kurang (49,22%), tidak

merokok masuk dalam kategori kurang (39,89%) dan membuang sampah

dalam kategori kurang (47,92%).13

Menurut Mubarok & Cahyatin dalam Andriani (2014), Sikap

merupakan kecenderungan untuk menerima atau menolak tindakan atau

suatu aktivitas.14 Hasil penelitian terkait sikap PHBS, Suhri (2014)

menyatakan bahwa sebagian besar siswa memiliki sikap PHBS dalam

kategori sedang 45%.15 Selain itu hasil penelitian terkait sikap PHBS yang

11
Chandra., Fauzan. A., Aquarista. M.F., 2016. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap
dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Siswa Sekolah Dasar (SD) di
Kecamatan Cerbon. Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa. 4(3). Banjarmasin :
Universitas Islam Kalimantan.
12
Nasiatin, T., & Hadi, I. 2019. Determinants of Clean and Healthy Behavior in Public
Elementary School Students. Faletehan Health Journal, 6(3), 118-124.
13
Sanfia Tesabela M. Sisilia Siwi P., Bagus P. 2019. Gambaran Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat Siswa Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Bancak. Jurnal Ilmu Keperawatan
dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 136-145.
14
Andiani, R. 2019. Pencegahan Kematian Ibu Saat Hamil dan Melahirkan Berbasis
Komunitas. Yogyakarta: Deepublish.
15
Suhri, Mohammad and , Agus Sudaryanto, S.Kep., Ns., M.Kes and , Sulastri , SKp.
M.Kes 2014. Gambaran Sikap Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Anak
Sekolah Dasar Negeri Di Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
dilakukan oleh Chandra (2016), menunjukkan bahwa sikap siswa tentang

PHBS negative sebesar 51,5%.16

Kondisi tersebut harus segera diantisipasi dengan meningkatkan pola

hidup sehat melalui PHBS. Upaya sosialisasi dapat dilakukan dengan

pengenalan konsep PHBS mulai dari lingkungan keluarga hingga institusi

pendidikan. Institusi pendidikan dipandang sebagai sebuah tempat yang

strategis untuk mempromosikan kesehatan. Dalam hal ini, upaya yang

dilakukan pemerintah ialah melalui program promosi kesehatan sekolah

atau Health Promotion School.17

Promosi kesehatan merupakan segala bentuk kombinasi antara

pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik,

organisasi yang di rancang untuk memudahkan perubahan perilaku di

lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Sehingga dapat di katakan

bahwa pomosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kesehatan

secara menyeluruh bukan hanya perilaku tetapi juga perubahan

lingkungan.

Dalam promosi kesehatan media merupakan sarana atau upaya

menampilkan pesan atau informasi yang ingin di sampaikan oleh

komunikator, baik melalui media cetak, elektronika, dan media luar

ruangan, seningga pengetahuan sasaran dapat meningkat dan akhirnya

dapat mengubah perilaku kearah positif terhadap kesehatan.18


16
Chandra., Fauzan. A., Aquarista. M.F., 2016. Hubungan Antara Pengetahuan dan
Sikap dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Siswa Sekolah Dasar
(SD) di Kecamatan Cerbon. Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa. 4(3).
Banjarmasin : Universitas Islam Kalimantan.
17
Kemenkes RI. 2016. Promosi Kesehatan. Diakses dari :
http://promkes.kemkes.go.id/promosi-kesehatan pada tanggal 27 Februari 2020 pukul
21.35 WIB.
18
Aat Agustini. 2014. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Deepublish
Salah satu media cetak yang dapat digunakan dalam promosi

kesehatan ialah Booklet. Booklet umumnya digunakan dengan tujuan untuk

meningkatkan pengetahuan tentang isu-isu kesehatan, kerana booklet

memberikan informasi dengan spesifik dan banyak digunakan sebagai

alternatif untuk dipelajari pada saat bila seseorang menghendakinya.19

Hasil penelitian terkait sejauh mana efektifitas media Booklet

Sukraniti, Ambartan dan Lilik Arwati (2012), menyatakan bahwa

Penyuluhan dengan menggunakan media Booklet lebih efektif dari pada

menggunakan leaflet atau tanpa media terhadap peningkatan

pengetahuan.20

Penelitian yang dilakukan Rehusisma dkk (2017) menyatakan bahwa

pengaruh media booklet sebesar 98,90% dan video sebesar 97,50%

terhadap peningkatan pengatahuan tentang perilaku hidup bersih dan

sehat.21

Berdasarkan hasil penilaian terkait pelaksanaan PHBS di SMA Nurul

Jadid. SMA Nurul Jadid masuk dalam Kategori Klasifikasi II

(melaksanakan 3-4 Indikator PHBS di sekolah). Dari 8 indikator PHBS 5

indikator yang meliputi, mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir

dan memakai sabun, menggunakan jamban bersih dan sehat, olahraga yang

teratur dan terukur, memberantas jentik nyamuk, serta menimbang berat

dan tinggi badan belum memenuhi indikator atau belum di terapkan di

19
Maulana HDJ. 2019. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC
20
Sukraniti, Ambartana, Lilik Arwati. 2012. Efektivitas Penyuluhan dengan Media
Booklet dan Leaflet terhadap Peningkatan Pengetahuan Fast Food Anak Sekolah
Dasar di Kota Denpasar. Jurnal Ilmu Gizi, Volume 3 Nomor 1, Februari 2012 : 45 - 52
21
L.A Rehusisma, Indriwati S.E, Suarsini E. 2017. Pengembangan Media Pembelajaran
Booklet Dan Video Sebagai Penguatan Karakter Hidup Bersih Dan Sehat. Jurnal
Pendidikan, Vol. 2, No. 9, Bln September, Thn 2017, Hal 1238—1243
lingkungan sekolah. Sedangkan 3 indikator yang meliputi, tidak merokok

di sekolah, mengonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah dan membuang

sampah pada tempatnya sudah memenuhi indikator atau diterapkan di

sekolah.

Hasil studi pendahuluan di SMA Nurul Jadid peneliti menemukan

beberapa masalah yaitu perilaku membuang sampah yang kurang baik, hal

ini dilihat dari banyaknya sampah yang berserakan di samping tempat

sampah. Selanjutnya tidak adanya KTR (Kawasan Tanpa Rokok) dan

guru yang merokok di lingkungan sekolah. Adanya kran untuk cuci tangan

namun tidak dilengkapi dengan sabun untuk cuci tangan. Terdapat

beberapa jamban yang tidak terawat dengan lantai yang licin. Adanya

ruang UKS berikut dengan beberapa alat kesehatan yang tidak terawat,

tidak adanya media informasi kesehatan serta tidak adanya kegiatan UKS

di SMA Nurul Jadid.

Berdasarkan uraian yang di atas maka peneliti bermaksut untuk

melakukan penelitian “Pengaruh Promosi Kesehatan dengan Media

Booklet terhadap Pengetahuan dan Sikap PHBS Pelaksana UKS di SMA

Nurul Jadid.”

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan penjelasan latar belakang di atas maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah:

Apakah ada pengaruh Promosi Kesehatan dengan Media Booklet terhadap

Pengetahuan dan Sikap PHBS pada Pelaksana UKS di SMA Nurul Jadid?
B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum.

Menganlisis pengaruh promosi kesehatan dengan media Booklet

terhadap pengetahuan dan sikap tentang PHBS pada pelaksana UKS di

SMA Nurul Jadid.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya pengetahuan pelaksana UKS tentang PHBS sebelum dan

sesudah pemberian promosi kesehatan dengan media Booklet di SMA

Nurul Jadid.

b. Diketahuinya sikap pelaksana UKS tentang PHBS sebelum dan

sesudah pemberian promosi kesehatan dengan media Booklet di SMA

Nurul Jadid.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Pelaksana UKS

Hasil penelitian ini harapannya dapat memberikan pengetahuan

serta merubah sikap pelaksana UKS tentang PHBS sehingga dalam jangka

panjang pelaksana UKS sesuai perannya mampu menjadi pelaksana serta

mengajak masyarakat sekolah untuk ber-PHBS.

2. Manfaat bagi Lahan Penelitian

Hasil penelitian ini harapannya dapat memberikan manfaat bagi

institusi Pendidikan dalam meningkatkan derajat kesehatan di sekolah

dengan ber-PHBS.
3. Manfaat bagi Profesi Keperawatan khususnya Keperawatan Komunitas

Hasil penelitian ini harapannya dapat memberikan manfaat bagi

semua tenaga kesehatan khususnya dalam keperawatan komunitas untuk

meningkatkan pengetahuan dan sikap PHBS khususnya pada pelaksana

UKS.

4. Manfaat bagi Peneliti

Hasil penelitian ini harapannya dapat menambah pegetahuan

peneliti tentang pengaruh promosi kesehatan dengan media Booklet

terhadap pengetahuan dan sikap PHBS pelaksana UKS di SMA Nurul

Jadid.

Anda mungkin juga menyukai