Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering di


jumpai dengan keadaan ringan sampai berat dan menduduki peringkat
pertama pada pola penyakit pasien rawat inap dan rawat jalan di Rumah
Sakit dan Puskesmas. Indonesia sebagai negara Tropis berpotensi menjadi
daerah endemik dari beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat
menjadi acaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh geografis dapat
mendorong terjadinya peningkatan kasus maupun kematian penderita akibat
ISPA, misalnya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh asap karena
kebakaran hutan, gas buangan yang berasal dari sarana transpotasi dan
polusi udara dalam rumah karena asap dapur, asap rokok, perubahan iklim
global antara lain perubahan suhu udara, kelembaban, dan curah hujan
merupakan ancaman kesehatan terutama pada penyakit ISPA (Darohman,
NP. dan Mutiatikum, 2009)

Berdasarkan data Riskesdas 2007, prevalence ISPA di Indonesia (25,50%).


Riskesdas 2013, prevalence ISPA di Indonesia (25,0%). Period prevalence
ISPA di Indonesia menurut Riskesdas 2007 (25,50%) tidak jauh berbeda
dengan tahun 2013 (25,0%). Period prevalence ISPA penduduk DKI Jakarta
yang ter diagnosis ISPA oleh tenaga kesehatan adalah sebesar 12,5% dan
yang mengalami gejala ISPA seperti tenggorokan sakit atau nyeri telan,
pilek, batuk kering, dan batuk berdahak adalah sebesar 25,2%.

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi akut yang


melibatkan organ saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah
yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, jamur dan
bakteri maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru

1
2

yang dapat menimbulkan gejala penyakit sampai 14 hari (Kartika Sari


Wijayaningsih, 2013). Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) menyerang
salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung hingga
kantong paru (alveoli), termasuk jaringan ”aneksannya”, seperti
sinus/rongga disekitar hidung (sinus para nasal), rongga telinga tengah, dan
pleura (Depkes RI, 2011).

Infeksi saluran pernapasan akut dapat terjadi dengan berbagai gejala klinis.
Tanda Gejala ISPA menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh,
misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa
rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin
terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri
kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi
lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung
bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang
sesudah 3-5 hari.

Infeksi saluran pernapasan akut menular secara umum dan ISPA dapat
menimbulkan epidemi atau pandemi. ISPA ini dapat menyebar dengan cepat
dan menimbulkan dampak besar terhadap kesehatan masyarakat. Menurut
Peraturan Kesehatan Internasional, IHR (2005), kejadian penyakit
pernapasan yang dapat menimbulkan keadaan darurat kesehatan masyarakat
yang menjadi perhatian internasional meliputi: SARS, Influenza manusia
yang disebabkan oleh sub tipe baru, termasuk episode flu burung pada
manusia, Pes paru, Agen ISPA baru yang dapat menyebabkan wabah skala
besar atau wabah dengan morbiditas dan mortalitas tinggi (WHO, 2007).

Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga


tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia
(radang paru). Secara umum gejala ISPA meliputi demam, batuk, dan sering
juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi atau kesulitan
bernapas) WHO (2007).
3

Jika masalah ISPA tidak segera ditangani, maka infeksi dapat menyebar
keseluruh sistem pernapasan sehingga menyebabkan tubuh tidak tercukupi
oleh oksigen dan menyebabkan fungsi pernapasan menjadi terganggu.
Dalam kasus fatal, ISPA dapat menyebabkan kematian (Buku Medis 2017).
Menurut WHO (2007), penyakit ISPA adalah penyebab utama morbiditas
dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang
meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi
saluran pernapasan akut. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-
anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan
per kapita rendah dan menengah. Sehingga ISPA berdampak pada gangguan
pemenuhan oksigen.

Manusia membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup. Tanpa oksigen dalam


sirkulasi aliran darah, individu akan meninggal dalam hitungan menit.
Oksigen diberikan ke sel dengan mempertahankan jalan napas tetap terbuka
dan sirkulasi yang adekuat. Pemenuhan kebutuhan oksigen pada klien yang
mengalami ISPA akan mengalami hambatan, karena terjadi perubahan
dalam pemenuhan kebutuhan oksigen atau fungsi pernapasan yang
dipengaruhi oleh kondisi seperti: pergerakan udara masuk atau keluar dari
paru, difusi oksigen dan karbon dioksida, dan transport oksigen dan karbon
dioksida melalui darah keseluruh jaringan. Menurut Eni & Yupi (2015),
oksigen dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : Hiperventilasi, Hipoventilasi,
dan Hipoksia. Untuk itu dibutuhkan tindakan cepat dan tepat dalam
menangani penyakit ISPA sehingga pemenuhan kebutuhan oksigen dapat
terpenuhi.

Walaupun pemerintah telah melakukan upaya P2 ISPA yang secara khusus


telah dimulai sejak tahun 1984, dengan strategi yang dijabarkan dalam 7
kegiatan pokok, yaitu : Promosi penanggulangan pnemonia balita,
Kemitraan, Peningkatan penemuan kasus dan kualitas tatalaksana kasus
ISPA, peningkatan kualitas sumber daya, surveilans ISPA, pemantauan dan
evaluasi, pengembangan program ISPA, namun kelihatannya angka
4

kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi. Oleh karena itu peran
serta keluarga juga dibutuhkan dalam menghadapi penyakit ISPA. Keluarga
harus mampu mengenal masalah ISPA (pengertian, penyebab, dan dampak).
Keluarga harus bisa mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang
tepat bagi anggota keluarga yang sedang mengalami penyakit ISPA.
Keluarga harus bisa merawat anggota keluarga yang sedang sakit ISPA.
Kemudian, keluarga harus menyediakan lingkungan rumah yang sehat
sehingga anggota keluarga tidak terserang penyakit ISPA atau memperparah
penyakit. Keluarga juga harus dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada disekitar lingkungan. Apabila setiap keluarga dapat
melaksanakan peran tersebut, diharapkan dapat mempertahankan atau
meningkatkan keadaan kesehatan anggota keluarga yang produktifitas tinggi
yang sesuai dengan fungsi keluarga yaitu fungsi perawatan/pemeliharaan
kesehatan (Friedman, 1998), sehingga dapat terwujudnya kesehatan yang
optimal.

Dengan memperhatikan data-data perkembangan ISPA di atas, penanganan


penyakit ISPA tidak lepas dari peran perawat keluarga. Beberapa peran
perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga yang menderita
ISPA adalah perawat sebagai pendidik (promotif) dengan memberikan
pengetahuan kepada keluarga tentang pengertian, penyebab, dampak dan
cara merawat penderita ISPA. Perawat sebagai pelaksana (kuratif)
memberikan asuhan keperawatan secara profesional kepada keluarga yang
mengalami penyakit ISPA. Perawat sebagai konsultan (preventif) dapat
menjadi tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawan yang
tepat untuk diberikan kepada seseorang yang menderita ISPA. Kemudian
perawat sebagai advokat (rehabilitatif) dapat membantu keluarga
mengambil keputusan dalam menangani penyakit ISPA.
5

Berdasarkan gambaran dan uraian diatas, maka penulis memandang


penting untuk mengetahui lebih dalam tentang ”Asuhan Keperawatan
pada Keluarga Tn.H Khususnya An.N Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan “ISPA” di Jalan Dr. Saharjo gang sawo IV Rt 10 Rw 09
Jakarta Selatan”

B. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Penulis mampu mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan
Asuhan Keperawatan pada Keluarga Tn.H Khususnya An.N Dengan
Gangguan Sistem pernapasan “ISPA” dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan yang meliputi : pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, evaluasi.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada asuhan keperawatan pada
keluarga Tn. H khususunya An. N Dengan Gangguan Sistem
pernapasan “ISPA” di Jalan Dr. Saharjo gang Sawo IV Rt 10 Rw 09
Jakarta Selatan.
b. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan pada Asuhan
Keperawatan pada Keluarga Tn.H Khususnya An.N Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan “ISPA” di Jalan Dr. Saharjo gang sawo
IV Rt 10 Rw 09 Jakarta Selatan.
c. Mampu merumuskan rencana tindakan keperawatan pada Asuhan
Keperawatan pada Keluarga Tn.H Khususnya An.N Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan “ISPA” di Jalan Dr. Saharjo gang sawo
IV Rt 10 Rw 09 Jakarta Selatan.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada Asuhan Keperawatan
pada Keluarga Tn.H Khususnya An.N Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan “ISPA” di Jalan Dr. Saharjo gang sawo IV Rt 10 Rw 09
Jakarta Selatan.
6

e. Mampu melakukan evaluasi pada Asuhan Keperawatan pada Keluarga


Tn.H Khususnya An.N Dengan Gangguan Sistem Pernapasan “ISPA”
di Jalan Dr. Saharjo gang sawo IV Rt 10 Rw 09 Jakarta Selatan.
f. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan Asuhan Keperawatan
pada Keluarga Tn.H Khususnya An.N Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan “ISPA” di Jalan Dr. Saharjo gang sawo IV Rt 10 Rw 09
Jakarta Selatan.

C. Ruang Lingkup
Mengingat banyaknya masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat
terutama pada sistem pernafasan, maka penulis membatasi makalah ini pada
pembahasan Asuhan Keperawatan pada Keluarga Tn.H Khususnya An.N
Dengan Gangguan Sistem Pernapasan “ISPA” di Jalan Dr. Saharjo gang
sawo IV Rt 10 Rw 09 Jakarta Selatan.

D. Metode Penelitian
Metode yang penulis gunakan dalam makalah ilmiah adalah metode
deskriptif yaitu suatu metode yang mempelajari, menganalisa, dan menarik
kesimpulan dari pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan keluarga dan membandingkan dengan hasil studi
keperpustakaan.
Adapun data diperoleh dengan menggunakan teknik :
1. Studi kepustakaan
Suatu kegiatan untuk memperoleh dengan cara mempelajari buku-buku
dan literature yang berhubungan dengan asuhan keperawatan keluarga
dan keperawatan sistem pernafasan: infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA).
2. Studi kasus
a. Observasi
Obeservasi kasus melalui partisipasi aktif terhadap klien yang
bersangkutan mengenai penyakit, pengobatan, dan keperawatan serta
hasil tindakan yang dilakukan.
7

b. Wawancara
Yaitu dengan melakukan wawancara dengan keluarga memperoleh
data-data khususnya yang terkait dengan ISPA dan tugas-tugas
kesehatan serta faktor keseharan dalam keluarga sesuai dengan
masalah yang dihadapi.
c. Pemeriksaan fisik
Yaitu dilakukan pada seluruh anggota keluarga, akan tetapi
difokuskan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan.

E. Sistematis Penulis
Makalah ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab
yaitu:
BAB I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, tujuan penelitian, metode
penulisan, ruang lingkup, dan sistem penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis


a. Konsep dasar terdiri dari : pengertian, etiologi, tanda
gejala, patofisiologi, klasifikasi, komplikasi,
penatalaksanaan, pemeriksaan penunjang.
b. Pemenuhan Kebutuhan Oksigen terdiri dari :
Pengaturan pernafasan, faktor yang mempengaruhi
fungsi pernapasan, dan perubahan dalam perkembangan
keluarga.
c. Asuhan keperawatan keluarga terdiri dari :
1) Konsep keluarga terdiri dari : pengertian, jenis/tipe
keluarga, struktur keluarga, peran keluarga, fungsi
keluarga, tahap perkembangan dan tugas
perkembangan keluarga.
8

2) Konsep keperawatan keluarga terdiri dari :


pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan
evaluasi.

BAB III : Tinjauan Kasus


Merupakan laporan hasil asuhan keperawatan pada
keluarga Tn.H khususnya An.N Dengan Gangguan
Sistem pernapasan “ISPA” di Jalan dr. Saharjo gang sawo
IV Rt 10 Rw 09 Jakarta Selatan, yang meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi,
evaluasi.

BAB IV : Pembahasan
Membahas kesenjangan yang terjadi antara Bab II dan
Bab III meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan
evaluasi keperawatan.

BAB IV : Penutup
a. Kesimpulan
Berisi uraian singkat mengenai Asuhan Keperawatan
pada Keluarga Tn.H khususnya An.N Dengan
Gangguan Sistem pernapasan “ISPA” di Jalan dr.
Saharjo gang sawo IV Rt 10 Rw 09 Jakarta Selatan,
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang meliputi : pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, evaluasi.
9

b. Saran
Berisi tentang usulan-usulan mengenai hal-hal yang
harus diperbaiki dalam melaksanakan Asuhan
Keperawatan pada keluarga Tn.H khususnya An.N
Dengan Gangguan Sistem pernapasan “ISPA” di Jalan
dr. Saharjo Gang Sawo IV Rt 10 Rw 09 Jakarta
Selatan, dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi : pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi, evaluasi).

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Anda mungkin juga menyukai