Anda di halaman 1dari 6

KONSEP DIRI ANAK JALANAN USIA REMAJA

Yudit Oktaria Kristiani Pardede

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma


Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat

Abstrak

Fenomena anak jalanan sebetulnya sudah berkembang lama, tetapi saat ini semakin
menjadi perhatian dunia, seiring dengan meningkatnya jumlah anak jalanan di berbagai
kota besar di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana gambaran konsep
diri anak jalanan usia remaja dan mengapa konsep diri tersebut dapat terbentuk. Konsep
diri adalah gambaran deskriptif dan evaluatif individu mengenai diri sendiri; penelitian
atau penaksiran mengenai diri sendiri, ataupun cara seseorang memandang dirinya
sendiri. Menurut Baldwin dan Holmes (dalam Calhoun dan Acocella 1995), faktor
pembentuk konsep diri remaja adalah orangtua, kawan sebaya, masyarakat, dan belajar.
Sampel dalam penelitian ini adalah seorang anak jalanan yang sudah putus hubungan
dengan keluarganya, dan berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun
ekonomi. Dari hasil analisis data, diketahui bahwa secara umum, konsep diri yang
terbentuk pada diri subyek adalah konsep diri yang negatif. Hal ini terlihat dari
beberapa bagian diri subyek yang sebagian besar memandang dirinya secara negatif.
Hal tersebut juga dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yang membentuk konsep diri
subyek ke arah yang negatif, yakni orangtua, kawan sebaya, dan masyarakat.

Kata Kunci: konsep diri, anak jalanan, remaja

SELF-CONCEPT ADOLESCENT WHO LIVE IN THE STREET

Abstract

Street children phenomenon has grown old, but at this time into the world's attention,
along with the increasing number of street children in many big cities in the world. This
study aims to examine how the concept description Up the Streets Age Child and
Adolescent why the concept of self can be created. The concept itself is a picture and
descriptive evaluatif individuals about themselves, or research on self-assessment, or
how someone looked himself. According to Baldwin dan Holmes (cited in Calhoun and
Acocella 1995), the concept of self-forming factors is teenage parents, his contemporary,
the community, and learning. The sample in this research is a street child who dropped
out of contact from his families, and participates fully in the streets, either social or
economic. The results of the analysis of data, it is known that in general, the concept of
self that the self is the subject of a negative self-concept. It can be seen from some of the
subjects themselves who most look himself in the negative side. And it also can also be
caused by several factors that shape self-concept to the negative direction, such as
parents, friends of the, and the community.

Key Words: self-consept, street children, adolescent

146 Jurnal Psikologi Volume 1, No. 2, Juni 2008


PENDAHULUAN sejak lahir, melainkan faktor yang dipe-
lajari dan terbentuk dari pengalaman
Fenomena anak jalanan sebetulnya individu dalam berhubungan dengan indi-
sudah berkembang lama, tetapi saat ini vidu lain.
semakin menjadi perhatian dunia, seiring Menurut Baldwin dan Holmes (da-
dengan meningkatnya jumlah anak ja- lam Calhoun dan Acocella 1995), ter-
lanan di berbagai kota besar di dunia. Di dapat beberapa faktor pembentuk konsep
Indonesia, saat ini diperkirakan terdapat diri, khususnya konsep diri remaja, yakni
50.000 anak, bahkan mungkin lebih, yang (1) orangtua sebagai kontak sosial yang
menghabiskan waktu yang produktif di paling awal yang kita alami, dan yang
jalanan. paling kuat, apa yang dikomunikasikan
Menurut de Moura (2002), anak – oleh orangtua pada anak lebih menancap
anak jalanan dapat dibedakan menjadi daripada informasi lain yang diterima
dua kelompok, yakni anak yang bekerja anak sepanjang hidupnya, (2) kawan se-
di jalanan dan anak yang hidup di jalanan. baya yang menempati kedudukan kedua
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh setelah orangtuanya dalam mempenga-
Kementerian Pemberdayaan Perempuan, ruhi konsep diri, apalagi perihal peneri-
alasan anak bekerja adalah karena mem- maan atau penolakan, peran yang diukir
bantu pekerjaan orangtua (71%), dipak- anak dalam kelompok teman sebayanya
sa membantu orangtua (6%), menambah mungkin mempunyai pengaruh yang
biaya sekolah (15%), dan karena ingin hi- dalam pada pandangan tentang dirinya
dup bebas, untuk uang jajan, mendapat- sendiri, (3) masyarakat yang menganggap
kan teman, dan lainnya (33%). penting fakta-fakta kelahiran di mana
Secara umum, pendapat yang ber- akhirnya penilaian ini sampai kepada
kembang di masyarakat mengenai anak anak dan masuk ke dalam konsep diri,
jalanan adalah anak-anak yang berada di dan (4) belajar di mana muncul konsep
jalanan untuk mencari nafkah dan meng- bahwa konsep diri kita adalah hasil
habiskan waktu untuk bermain, tidak belajar, dan belajar dapat didefinisikan
bersekolah, dan kadang kala ada pula sebagai perubahan psikologis yang relatif
yang menambahkan bahwa anak-anak ja- permanen yang terjadi dalam diri kita
lanan mengganggu ketertiban umum dan sebagai akibat dari pengalaman (Calhoun
melakukan tindak kriminal (Martini dan dan Acocella 1995).
Agustian dalam Terloit 2001). Adanya Sullivan (dalam Subadi dkk. 1986)
pandangan seperti ini akan berpengaruh menjelaskan bahwa jika individu diterima
terhadap terbentuknya konsep diri yang orang lain, diterima dan disenangi karena
negatif pada diri anak jalanan sendiri. keadaannya, maka individu akan bersikap
Chaplin (2000) mengemukakan bah- menghormati dan menerima diri sendiri.
wa konsep diri adalah evaluasi individu Sebaliknya, jika orang lain selalu mere-
mengenai diri sendiri; penilaian atau pe- mehkan, menyalahkan, dan menolak, ma-
naksiran mengenai diri sendiri oleh ka kita tidak akan menyayangi diri sendiri
individu yang bersangkutan. Konsep diri (Candless dalam Sobur 2003). Walaupun
terbentuk karena adanya interaksi dengan anak merasa telah berusaha menampilkan
orang-orang sekitarnya. Apa yang diper- tingkah laku yang baik, namun stigma
sepsikan individu lain mengenai diri indi- tersebut tetap melekat pada diri mereka,
vidu, tidak terlepas dari struktur, peran, dan mempengaruhi pandangan mereka
dan status sosial yang disandang seorang terhadap dirinya sendiri dan cenderung
individu (Papalia, Olds, dan Feldman, negatif.
2004). Menurut Subadi dkk. (1986), Sementara itu, Departemen Sosial
konsep diri bukanlah faktor yang dibawa (dalam Terloit 2001) membuat suatu

Pardede, Konsep Diri … 147


definisi operasional dari anak jalanan, luarga, sekolah, dan teman-teman, serta
yaitu anak yang menghabiskan sebagian status sebagai anak jalanan.
besar waktunya untuk mencari nafkah Keluarga. Subjek merasa bahwa
dan berkeliaran di jalanan dan tempat- kedua orangtuanya dan juga neneknya
tempat umum lainnya. Mereka biasanya tidak menyukai akan dirinya. Ketika
berusia 6 – 18 tahun, masih sekolah atau kedua orangtuanya belum bercerai, mere-
sudah putus sekolah, tinggal dengan ka sering bertengkar dan menyebut-
orangtua maupun tidak, atau tinggal di nyebut nama subjek sebagai penyebab
jalanan sendiri maupun dengan teman- permasalahan. Jika nenek subjek sedang
temannya, dan mempunyai aktivitas di ja- marah kepada dirinya, mereka sering me-
lanan, baik terus-menerus maupun tidak. ngatakan bahwa subjek adalah pembawa
Beberapa faktor utama, yang diakui masalah dan biang kerok.
oleh masyarakat dan beberapa tokoh, Subjek menganggap dirinya sebagai
yang menyebabkan timbulnya anak ja- anak pembawa masalah dan biang kerok,
lanan, antara lain kemiskinan, disfungsi subjek juga merasa bahwa kedua orang-
keluarga, dan kekerasan dalam keluarga. tuanya tidak menyayangi dirinya karena
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti telah meninggalkan ia dan kedua adiknya.
tertarik untuk meneliti bagaimana gam- Hal ini menunjukkan konsep diri yang
baran konsep diri anak jalanan usia re- negatif pada diri subjek. Menurut Burns
maja dan mengapa konsep diri tersebut (1993), merasa tidak disenangi oleh orang
dapat terbentuk. Adapun tujuan dari lain adalah salah satu ciri-ciri orang yang
penelitian ini adalah untuk memberi memiliki konsep diri negatif.
gambaran konsep diri pada anak jalanan Sekolah. Sewaktu kelas 2 SD,
usia remaja serta bagaimana konsep diri subjek tidak naik kelas. Subjek merasa
tersebut terbentuk. kecewa dan sangat malu. Subjek merasa
semua orang beranggapan bahwa dirinya
METODE PENELITIAN bodoh. Hal ini menunjukkan bahwa sub-
jek cenderung memiliki konsep diri yang
Pendekatan penelitian yang diguna- ke arah negatif.
kan dalam penelitian ini adalah pende- Teman-teman. Subjek memiliki te-
katan kualitatif. Pendekatan kualitatif di man dari berbagai kalangan, ada yang
sini berupa studi kasus. Subjek dalam sebagai pengamen, preman, anak ku-
penelitian ini adalah seorang anak jalanan liahan, bahkan juga yang bekerja dikan-
yang sudah putus hubungan dengan ke- toran. Hubungan pertemanan diantara
luarganya, dan berpartisipasi penuh dija- subjek dengan teman-temannya yang
lanan, baik secara sosial maupun eko- anak kuliahan dan yang bekerja di kantor
nomi, serta berusia 15 – 17 tahun (remaja cukup erat. Hal ini menunjukkan bahwa
tengah). subjek memiliki hal yang dapat meme-
ngaruhi konsep dirinya menuju ke arah
HASIL DAN PEMBAHASAN yang positif.
Namun di sisi lain, subjek mengakui
Menurut Calhoun dan Acocella bahwa ia merasa bahwa dirinya tidak ada
(1995), terdapat tiga dimensi konsep diri, apa-apanya dan ia juga merasa minder
yakni pengetahuan, harapan, dan peni- jika dibandingkan dengan temannya yang
laian atau evaluasi. Dimensi yang per- anak kuliahan dan yang bekerja di kantor.
tama adalah dimensi pengetahuan. Pe- Subjek berpikiran bahwa tidak mungkin
ngetahuan tentang diri yang dimiliki oleh seorang anak jalanan seperti dirinya dapat
subjek dapat digambarkan melalui ke- berkenalan bahkan sampai berteman de-
ngan orang-orang yang bekerja di kan-

148 Jurnal Psikologi Volume 1, No. 2, Juni 2008


toran dan yang kuliahan. Hal ini me- Dimensi yang ketiga adalah peni-
nunjukkan bahwa subjek memiliki konsep aian atau evaluasi. Evaluasi terhadap diri
diri yang cenderung mengarah kepada sendiri disebut harga diri (self-esteem),
konsep diri yang negatif. yang mana akan menentukan seberapa
Status sebagai anak jalanan. Subjek jauh seseorang akan menyukai dirinya.
adalah seorang anak jalanan, yang di- Semakin jauh perbedaan antara gambaran
sebabkan karena tidak diurus oleh ke- tentang siapa dirinya dengan gambaran
luarganya, hingga lebih memilih untuk seseorang tentang seharusnya ia menjadi,
tinggal di jalan. Selama di jalan, ter- maka akan menyebabkan harga diri yang
kadang subjek tidur di emperan mall atau rendah. Evaluasi tentang diri sendiri
menumpang di tempat temannya. merupakan komponen konsep diri yang
Aktivitasnya sehari–hari adalah berjualan sangat penting.
koran. Hingga dapat dikatakan bahwa Subjek menilai bahwa dirinya yang
subjek termasuk dalam kategori anak sebagai anak yang sehari-harinya hidup
yang hidup di jalanan (children of the jalanan, tidaklah mungkin untuk mewu-
street). judkan harapan yang selama ini diim-
Pada saat sedang menjual koran, pikan. Hal ini membuat subjek merasa
subjek pernah dikejar – kejar oleh tantib, kecewa akan keadaannya. Subjek me-
peristiwa tersebut sangat membekas pada nunjukkan bahwa dirinya memiliki per-
dirinya, hingga subjek merasa bahwa di- bedaan antara gambaran tentang siapa
rinya adalah seseorang yang tidak dirinya dengan gambaran seseorang ten-
dikehendaki. Hal ini menunjukkan bahwa tang seharusnya ia menjadi. Hal ini
subjek cenderung memiliki konsep diri menunjukkan bahwa subjek cenderung
yang ke arah negatif. Namun subjek memiliki harga diri yang rendah, hingga
selalu berusaha untuk mensyukuri semua mengakibatkan timbulnya konsep diri
yang ia rasakan selama hidup di jalan, yang mengarah ke arah negatif.
baik itu senang atau susah. Subjek juga Berdasarkan atas tiga dimensi kon-
merasa bahwa apa yang telah subjek le- sep diri, yakni pengetahuan, harapan, dan
wati adalah hal yang berarti bagi dirinya. penilaian atau evaluasi, terlihat bahwa
Hal ini menunjukan bahwa subjek subjek menyadari bahwa ia adalah se-
memiliki konsep diri yang cenderung me- orang anak jalanan yang tidak mungkin
ngarah ke arah konsep diri yang positif. dapat mewujudkan harapan-harapannya
Dimensi yang kedua adalah ha- seperti sekolah kembali, bekerja di
rapan. Pengharapan ini merupakan diri- kantoran, dan bukan menjadi seorang
ideal. Apapun harapan atau tujuan ter- anak jalanan. Hal ini dapat menimbulkan
sebut, mereka membangkitkan kekuatan konsep diri yang mengarah ke konsep diri
yang mendorong seseorang menuju masa yang negatif pada diri subjek.
depan dan memandu kegiatan dalam per- Adapun beberapa faktor pembentuk
jalanan hidup. Subjek mengatakan bahwa konsep diri yang dapat dianalisa adalah
dirinya memiliki beberapa harapan, yakni faktor orangtua, kawan sebaya, dan
suatu saat nanti subjek dapat sekolah masyarakat (Papalia, Olds, dan Feldman,
kembali, nantinya subjek akan dapat be- 2004). Faktor pertama adalah orangtua.
kerja di kantoran, dan bukan menjadi Hubungan subjek dengan keluarganya
seorang anak jalanan. Subjek juga me- tidak begitu erat. Sebelum kedua orang-
miliki keinginan akan kehidupan yang tuanya bercerai, subjek sering mendengar
lebih baik dari sekarang. Keinginan atau- mereka bertengkar dan saling menya-
pun harapannya tersebut memotivasi lahkan satu sama yang lainnya, dan
dirinya untuk menjadi lebih maju. mendengar bahwa namanya disebut-sebut
sebagai pembawa masalah. Subjek me-

Pardede, Konsep Diri … 149


rasa bahwa kedua orangtuanya tidak me- teman subjek dapat menerima dengan
nyayangi dirinya karena telah mening- baik keberadaan subjek yang hanya se-
galkan subjek dan kedua adiknya. orang anak jalanan, hal ini dapat
Ditinjau dengan teori Baldwin dan membentuk konsep diri yang positif
Holmes (dalam Calhoun dan Acocella dalam diri subjek.
1995), orangtua adalah kontak sosial yang Namun di sisi lain, subjek merasa
paling awal dan yang paling kuat. Akibat- bahwa dirinya tidak ada apa-apanya dan
nya, orangtua menjadi sangat penting di merasa minder jika dibandingkan dengan
mata anak. Apa yang dikomunikasikan teman-temannya yang anak kuliahan dan
oleh orangtua pada anak lebih menancap yang bekerja di kantor. Subjek berpikiran
daripada informasi lain yang diterima bahwa tidak mungkin seorang anak
anak sepanjang hidupnya. Bagaimanapun jalanan seperti dirinya dapat berkenalan
perlakuan orangtua terhadap anak, anak bahkan sampai berteman dengan orang-
menduga bahwa dirinya memang pantas orang yang bekerja di kantoran dan yang
diperlakukan begitu (Le Roux dan Smith, kuliahan.
1998). Di samping masalah penerimaan
Perasaan nilai dirinya sebagai orang atau penolakan, peran yang diukir anak
berasal dari nilai yang diberikan orangtua dalam kelompok teman sebayanya mung-
kepada mereka (Coopersmith dalam kin mempunyai pengaruh yang dalam
Calhoun dan Acocella, 1995). Dalam pada pandangan tentang dirinya sendiri
kasus ini, subjek mengatakan bahwa (Burns, 1993). Di dalam kasus ini, subjek,
dirinya sering disebut sebagai pembawa yang menyadari bahwa dirinya hanya
masalah oleh kedua orangtuanya, hal ter- seorang anak jalanan, merasa inferior
sebut dapat membentuk konsep diri yang dengan teman-temannya yang bekerja di-
negatif pada diri subjek. Begitu pula kantor dan yang kuliah. Hal ini menun-
dengan perasaan subjek bahwa kedua jukkan bahwa subjek memiliki konsep
orangtuanya tidak menyayangi dirinya, diri yang cenderung mengarah kepada
hal ini menimbulkan konsep diri yang konsep diri yang negatif.
negatif . Faktor berikutnya adalah masya-
Faktor kedua adalah kawan sebaya. rakat. Subjek mengatakan bahwa dirinya
Subjek memiliki teman dari berbagai pernah dikejar-kejar oleh petugas tantib.
kalangan, ada yang sebagai pengamen, Subjek merasa kesal pada para petugas
preman, anak kuliahan, bahkan juga yang tantib tersebut karena subjek merasa apa
bekerja dikantoran. Selama ini subjek yang subjek lakukan adalah semata untuk
merasa bahwa teman-temannya, baik mencari uang dengan halal dan subjek
yang anak jalanan maupun yang orang sempat merasa dirinya dan orang-orang
kantoran dan anak kuliahan, dapat mene- miskin yang hidup di jalanan adalah
rima akan keberadaan dirinya, hal itu orang-orang yang tidak diharapkan.
ditunjukkan dengan sikap mereka yang Perasaan berbeda dengan orang kebanya-
tidak malu bila sedang berkumpul dengan kan menyebabkan banyak anak jalanan
dirinya yang hanya seorang anak jalanan, mengembangkan konsep diri yang nega-
bahkan tak jarang subjek dirangkul oleh tive (de Moura, 2002).
teman-temannya tersebut. Di dalam kasus subjek, walaupun
Kelompok kawan sebaya anak me- subjek pernah mengalami kejadian yang
nempati kedudukan kedua setelah orang- membuatnya merasa dihargai dan diang-
tuanya dalam mempengaruhi konsep diri gap sebagai seorang manusia, yakni keti-
(D’Abreu, Mullis, dan Cook, 1999). Di ka ada seorang bapak-bapak yang mem-
dalam kasus ini, subjek memiliki banyak berikan semua uang kembalian kepa-
teman dari berbagai kalangan, teman- danya. Namun, kejadian atau peristiwa

150 Jurnal Psikologi Volume 1, No. 2, Juni 2008


sehari-hari yang ia alami lebih membekas perilaku Alih Bahasa: Eddy Arcan
pada dirinya, yakni kejadian saat petugas Yakarta.
tantib yang selalu mengejar subjek yang Calhoun, J.F., dan Acocella, J.R. 1995
seorang anak jalanan, menimbulkan Psikologi tentang penyesuaian dan
perasaan kesal pada diri subjek dan juga hubungan kemanusiaan Alih Bahasa:
menimbulkan anggapan dalam dirinya R.S. Satmoko IKIP Semarang Press
bahwa dirinya tidaklah diinginkan dalam Semarang.
masyarakat. Hal ini dapat membentuk Chaplin, J.P. 2000 Kamus lengkap
konsep diri subjek kearah yang negatif. psikologi. Alih Bahasa: Kartini
Kartono Raja Grafindo Persada
SIMPULAN Jakarta.
D’Abreu, R.C., Mullis, A.K., and Cook,
Berdasarkan hasil penelitian yang L.R. 1999 “The resiliency of street
telah diperoleh, maka didapatkan bebe- children in Brazil” Adolescence vol
rapa simpulan yaitu secara umum, konsep 34 pp 745-751.
diri yang terbentuk pada diri subjek de Moura, S.L. 2002 “The social
adalah konsep diri yang negatif. construction of the street children:
Hal ini terlihat dari beberapa bagian Configuration and implications”
diri subjek yang sebagian besar meman- British Journal of Social Work vol 32
dang dirinya secara negatif, seperti pnge- pp 253-367.
tahuan subjek tentang dirinya sendiri, Le Roux, J., and Smith, C.S. 1998
baik itu dalam keluarga, sekolah, teman- “Causes and characteristics of the
teman, maupun status sebagai anak street child phenomenon: A global
jalanan, menunjukkan bahwa sebagian perspective” Adolescence vol 33 pp
besar cenderung ke arah yang negatif, dan 683-688.
mengakibatkan subjek memandang diri- Papalia, D.E., Olds, S.W., and Feldman,
nya negatif dan pnilaian atau evaluasi R.D. 2004 Human development (ninth
subjek terhadap diri sendiri memperli- edition) McGraw-Hill New York.
hatkan bahwa subjek merasa dirinya tidak Subadi, S., Yatim, D., Irwanto, dan
disenangi oleh orang lain, yang akan Hassan, F. 1986 Kepribadian,
mengakibatkan subjek memandang diri- keluarga, dan narkotika tinjauan
nya negatif. Beberapa factor yang mem- sosial – psikologis Arcan Jakarta.
bentuk konsep diri negatif subjek adalah Terloit, A.J. 2001 Konsep diri anak
orangtua, kawan sebaya dan masyarakat. jalanan usia remaja yang mengalami
abuse dan tidak mengalami abuse
DAFTAR PUSTAKA Skripsi (Tidak Diterbitkan) Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia
Burns, R.B. 1993 Konsep diri: Teori Depok.
pengukuran perkembangan dan

Pardede, Konsep Diri … 151

Anda mungkin juga menyukai