Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

HYDROCEPHALUS
RUANG PERAWATAN BEDAH SARAF
DI RS WAHIDIN SUDIROHUSODO

HERIANI
R014192010
Kelompok 2

CI LAHAN CI INSTITUSI

[ ] SYAHRUL NINGRAT, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Hidrosefalus merupakan akumulasi cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid-CSF)
berlebihan di dalam ruang ventricular otak dan paling sering menyerang neonatus.
Hidrosefalus juga bisa muncul pada orang dewasa akibat cedera atau penyakit. Pada bayi,
hidrosefalus menyebabkan pembesaran kepala, dan pada bayi dan orang dewasa, kompresi
yang diakibatkan hidrosefalus bisa merusak jaringan otak [ CITATION Par11 \l 1033 ].
Hidrocephalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikelserebral, ruang
subarachnoid atau ruang subdural. Yang merupakan sebuah kondisi yang disebabkan oleh
produksi yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam
sistem Ventricular. Ketika produksi CSF lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal
mengakumulasi di dalam sistem Ventricular.
Jenis Hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut:

1. Waktu Pembentukan :

a. Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak dalamkandungan

dan berlanjut setelah dilahirkan

b. Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah bayidilahirkan atau

terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan (Harsono,2006).

2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus

a. Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang

diakibatkan oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal)

b. Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairanCSS

mengalami obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007)

3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal

a. Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih biaskeluar dari

ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.


b. Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana sumbatanaliran CSS yang

terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yangmenghubungkan ventrikel-

ventrikel otak (Anonim, 2003).

4. Proses Penyakit

a. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yangmengenai otak dan

jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkusotak (meninges).

b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau cederatraumatis

yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak atauathrophy (Anonim,

2003).

B. Fisiologi Cairan Cerebro Spinalis

a. Pembentukan CSF

Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian

CSF di perbaharui setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata

berkurang + 0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA;

1.     Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar

2.     Parenchym otak

3.     Arachnoid

b. Sirkulasi CSF

Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat

pembentuknya ke tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel

lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui

aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV. Melalui satu pasang foramen Lusckha

CSF mengalir cerebello pontine dan cisterna prepontis. Cairan yang keluar dari
foramen Magindie menuju cisterna magna. Dari sini mengalir kesuperior dalam

rongga subarachnoid spinalis dan ke cranial menuju cisterna infra tentorial.Melalui

cisterna di supratentorial dan kedua hemisfere cortex cerebri. Sirkulasi berakhir di

sinus Doramatis di mana terjadi absorbsi melalui villi arachnoid.

C. Etiologi
Secara teoritis, terdapat tiga penyebab terjadinya hidrosefalus dalam (Apriyanto et al.,
2013) , yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan. Kondisi ini merupakan penyebab paling jarang dari
kasus hidrosefalus, hampir semua keadaan ini disebabkan oleh adanya tumor pleksus
koroid (papiloma atau karsinoma), namun ada pula yang terjadi akibat dari
hipervitaminosis vitamin A.
2. Gangguan aliran likuor yang merupakan awal kebanyakan kasus hidrosefalus. Kondisi ini
merupakan akibat dari obstruksi atau tersumbatnya sirkulasi cairan serebrospinalis yang
dapat terjadi di ventrikel maupun vili arakhnoid. Secara umum terdapat tiga penyebab
terjadinya keadaan patologis ini, yaitu:
a. Malformasi yang menyebabkan penyempitan saluran likuor, misalnya stenosis
akuaduktus sylvii dan malformasi Arnold Chiari.
b. Lesi massa yang menyebabkan kompresi intrnsik maupun ekstrinsik saluran likuor,
misalnya tumor intraventrikel, tumor para ventrikel, kista arakhnoid, dan hematom.
c. Proses inflamasi dan gangguan lainnya seperti mukopolisakaridosis, termasuk reaksi
ependimal, fibrosis leptomeningeal, dan obliterasi vili arakhnoid.
3. Gangguan penyerapan cairan serebrospinal. Suatu kondisi seperti sindrom vena cava dan
trombosis sinus dapat mempengaruhi penyerapan cairan serebrospinal. Kondisi jenis ini
termasuk hidrosefalus tekanan normal atau pseudotumor serebri .

Penyebab hidrosefalus pada anak secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu
penyebab prenatal dan postnatal.
1. Penyebab prenatal
Sebagian besar anak dengan hidrosefalus telah mengalami hal ini sejak lahir atau
segera setelah lahir. Beberapa penyebabnya terutama adalah stenosis akuaduktus sylvii,
malfromasi Dandy Walker, Holopresencephaly, Myelomeningokel, dan Malformasi
Arnold Chiari. Selain itu, terdapat juga jenis malformasi lain yang jarang terjadi.
Penyebab lain dapat berupa infeksi in-utero, lesi destruktif dan faktor genetik.
2. Penyebab postnatal
a. Lesi masa menyebabkan peningkatan resistensi aliran liquor serebrospinal dan
kebanyakan tumor berlokasi di fosa posterior.Tumor lain yang menyebabkan
hidrosefalus adalah tumor di daerah mesencephalon. Kista arachnoid dan kista
neuroepitalial merupakn kelompok lesi masa yang menyebabkan aliran gangguan
liquor berlokasi di daerah supraselar atau sekitar foramen magmum.
b. Perdarahan yang disebabkan oleh berbagai kejadian seperti prematur, cedera
kepala, ruptura malformasi vaskuler.
c. Meningitis. Semua meningitis bakterialis dapat menyebabkan hidrosefalus akibat
dari fibrosis leptomeningeal. Hidrosefalus yang terjadi biasanya multi okulasi, hal
ini disebabkan karena keikutsertaan adanya kerusakan jaringan otak
d. Gangguan aliran vena. Biasanya terjadi akibat sumbatan antomis dan fungsional
seperti akhondroplasia dimana terjadi gangguan drainase vena pada basis krani,
trombosis jugularis.
Adapun Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:
1. Kongenital
Merupakan hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga pada saat
lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala
dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Didapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah
penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana
pengobatannya tidak tuntas. Pada hidrosefalus didapat pertumbuhan otak sudah
sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan
intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di dapat terletak pada
pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.

Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam
dua bagian yaitu :
1. Hydrocephalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran
bebas CSF dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak terdapat
obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF terdapat
dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang
dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah
sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan
gejala-gejala peningkatan ICP). Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi
villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit
atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena
dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage
subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)
2. Hydrocephalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat di dalam sistem ventrikel sehingga menghambat
aliran bebas dari CSF. Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital
adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan.
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah bersikulasinya
CSF. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan
malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping
lesion) ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi
lesi pada sistem ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam
system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis sutura yag berfungsi atau
pada anak – anak dibawah usia 12 – 18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi
mencapai ekstrim, tanda – tanda dan gejala – gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada
anak – anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis
sutura dan pembesaran kepala.
3. Hidrocephalus Bertekan Normal ( Normal Pressure Hidrocephalus )
Ditandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan
serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala –
gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine.
Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis,
mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan
ditemukan hubungan tersebut.
D. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala hidrosefalus dalam (Paramitha, 2011), yaitu:
1. Tanda dan gejala pada bayi
a. Vena kulit kepala mengalami distensi; kulit kepala tipis, mengkilap, dan terlihat
rapuh; dan otot leher kurang berkembang.
b. Pembesar kepala yang jelas tidak proporsional dengan pertumbuhan bayi.
c. Fontanel yang benar-benar menegang saat bayi duduk.
d. Pada hidrosepalus parah, depresi akar orbit, pemindahan mata ke bawah, sklerae
prominen, tonus otot kaki abnormal, iritabilitas, anoreksia, muntah proyektil, dan
tangis bernada tinggi dan melengking.
2. Pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih tua:
a. Tingkat kesadaran (level-of consciousness-LOC) menurun, sakit kepala, mual,
muntah, dan gejala kenaikan ICP lain.
b. Kemungkinan ataksia, inkontinensia, dan gangguan kecerdasan.
E. Patofisiologi
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid,
ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek
garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita
yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun
ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses
dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung
pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan
anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa
cranial.
Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa
tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks)
menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini menyebabkan
kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan
Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di
luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi
sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan type hidrosephalus diatas akan
mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara
disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum
ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF
pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8
jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkankematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang
pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk
mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.
Pathway
F. Komplikasi
1. Keterlambatan perkembangan
2. Kerusakan fungsi motorik
3. Kehilangan penglihatan
4. Peningkatan tekanan intrakranial
5. Kerusakan otak
6. Infeksi: septikemia, endokarditis, infeksiluka, nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses
otak.
7. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
8. Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam rongga
abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
9. Kematian
G. Pemeriksaan Penunjang
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan
psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan
penunjang, yaitu :
1. Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran
sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio
digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto
rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
2. Transiluminasi
Syarat untuk transiluminasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan
dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang
dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar
halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala
melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm)
dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal
ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara
fungsional.Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka
penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat
tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel.
Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang
ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk
memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau
oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah
sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5. Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat
menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan
USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan
keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat
menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan
CT Scan.
6. CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari
ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari
occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya
penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari
semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
7. MRI Kepala
MRI kepala dapat menunjukkan gambaran anatomi kepala secara mendetail dan
bermanfaat untuk mengidentifikasi tempat obstruksi

H. Penatalaksanaan
1. Terapi medikamentosa
Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi
cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorpsinya. Dapat dicoba pada
pasien yang tidak gawat, terutama pada pusat-pusat kesehatan dimana sarana bedah sarf
tidak ada. Obat yang sering digunakan adalah:
a. Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125 mg/hari, dosis ini dapat ditingkatkan
sampai maksimal 1.200 mg/hari
b. Furosemid
Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv 0,6
mg/kgBB/hari. Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan
untuk operasi.
c. Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture)
Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan progresivitas
hidrosefalus belum diketahui secara pasti. Pada pungsi lumbal berulang akan terjadi
penurunan tekanan CSS secara intermiten yang memungkinkan absorpsi CSS oleh
vili arakhnoidalis akan lebih mudah.
2. Terapi operasi
Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada penderita
gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan : Mannitol per infus 0,5-2 g/kgBB/hari
yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.
a. “Third Ventrikulostomi”/Ventrikel III
Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma optikum, dengan
bantuan endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga CSS dari ventrikel III dapat
mengalir keluar.
b. Operasi pintas/”Shunting”
Ada 2 macam :
1) Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan
normal.
2) Internal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.
a) Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor- Kjeldsen)
b) Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.
c) Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
d) Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus
e) Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
f) Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum
Lumbo Peritoneal Shunt
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan
operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan
pupil, kontriksi penglihatan perifer.
b. Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras
atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku. Apakah pernah terjatuh dengan
kepala terbentur. Keluhan sakit perut.
2. Pemeriksaan Fisik
a.  Inspeksi
1) Penderita dapat melihat keatas atau tidak.
2) Pembesaran kepala.
3) Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
b. Palpasi
1) Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
2) Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela
tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
c. Pemeriksaan Mata
1) Akomodasi.
2) Gerakan bola mata.
3) Luas lapang pandang
4) Konvergensi.
5) Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
6) Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
3. Observasi Tanda-Tanda Vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
a. Peningkatan sistole tekanan darah.
b. Penurunan nadi / Bradicardia.
c. Peningkatan frekwensi pernapasan.
4. Diagnosa Klinis
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari
pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
a. Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “ (Mercewen’s
Sign
b. Opthalmoscopy : Edema Pupil.
c. CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi
komputer.
d. Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Hambatan mobilitas fisik
4. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
5. Resiko cidera
6. Gangguan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh
7. Deficit self care; ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
C. Rencana/Intervensi Keperawatan
N Diagnosa NOC (Tujuan & Kriteria NIC (Intervensi)
O Keperawatan Hasil)
1. Nyeri akut NOC: NIC:
 Tingkat nyeri Management nyeri
 Kontrol nyeri  Lakukan pengkajian nyeri
 Tingkat kenyamanan secara komprehensif
Setelah dilakukan tindakan termasuk lokasi,
keperawatan selama….nyeri karakteristik, durasi,
pasien teratasi dengan frekuensi, kualitas dan
Kriteria Hasil faktor presipitas
 Mampu mengontrol nyeri  Observasi reaksi nonverbal
(tahu penyebab nyeri, dari ketidaknyamanan
mampu menggunakan  Gunakan teknik komunikasi
tehnik nonfarmakologi teraupetik untuk mengetahui
untuk mengurangi nyeri, pengalaman nyeri pasien
mencari bantuan)  Kaji kultur yang
 Melaporkan bahwa nyeri mempengaruhi respon nyeri
berkurang dengan  Evaluasi pengalaman nyeri
menggunakan managemen masa lampau
nyeri  Evaluasi bersama pasien dan
 Mampu mengenali nyeri tim kesehatan lain tentang
(skala, intensitas, frekuensi ketidakefektifan kontrol
dan tanda nyeri) nyeri masa lampau
 Menyatakan rasa nyaman  Bantu pasien dan keluarga
setelah nyeri berkurang untuk mencari dan
menemukan dukungan
 Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
 Kurangi faktor prepitasi
nyeri
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
 Tingkatkan istirahat
Pemberian analgesic
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian
 Cek instruksi dokter tentang
jenis obat dan dosis serta
frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari Satu
 Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan nyerinya
2. Ketidakseimbangan NOC: NIC:
nutrisi kurang dari  Status nutrisi: asupan  Manajemen gangguan
kebutuhan tubuh nutrisi makan
 Nafsu makan 1. Monitor
Setelah dilakukan tinfakan intake/asupan cairan secara
keperawatan selama 1x24 jam: tepat
1. Asupan makanan secara oral 2. Ajarkan
menjadi sebagian besar dan dukung konsep nutrisi
adekuat yang baik dengan klien
2. Asupan cairan secara oral 3. Bangun
sepenuhnya adekuat harapan terkait dengan
3. Hasrat/keinginan untuk perilaku makan yang baik,
makan tidak terganggu intake makanan/cairan dan
4. Menyenangi makanan tidak jumlah aktivitas fisik
terganggu 4. Ajarkan
teknik makan sedikit tapi
sering
5. Kolabora
si untuk mengembangkan
rencana perawatan klien
3.. Hambatan mobilitas NOC : NIC :
fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan Imobilisasi:
keperawatan selama 3×24 jam,  Monitoring vital sign
hambatan mobilitas fisik pasien sebelm/sesudah latihan dan
berkurang dengan kriteria lihat respon pasien saat
hasil: latihan
Kemampuan berpindah  Konsultasikan dengan terapi
meningkat yang ditandai fisik tentang rencana
dengan: ambulasi sesuai dengan
 Kemampuan klien kebutuhan
meningkat dalam aktivitas  Kaji kemampuan pasien
fisik: duduk dengan dalam mobilisasi
bantuan, miring kiri-miring  Latih pasien dalam
kanan dengan bantuan pemenuhan kebutuhan
 Mengerti tujuan dari ADLs secara mandiri sesuai
peningkatan miobilitas kemampuan
 Memverbalisasikan  Dampingi dan bantu pasien
perasaan dalam saat mobilisasi dan bantu
meningkatkan kekuatan dan penuhi kebutuhan ADLs
kemampuan berpindah pasien.
 Berikan alat bantu jika klien
memerlukan.
 Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
 Monitor tingkat nyeri yang
dirasakan pasien saat
memberikan latihan atau
membantu merubah posisi
pasien
2. Pengaturan Posisi
 Dorong pasien untuk terlibat
dalam perubahan posisi
 Imobilisasi dan sokong
bagian tubuh yang terkena
dampak
 Jangan memposisikan pasien
dengan penekanan pada
bagian tubuh yang terkena
dampak
4. Risiko NOC : NIC:
ketidakefektifan  Perfusi jaringan: Serebral Monitor tekanan intracranial
perfusi jaringan otak  Bantu menyisipkan perangkat
Setelah dilakukan tindakan pemantauan TIK
keperawatan, diharapkan tidak  Berikan informasi kepada
terjadi ketidakefektifan perfusi pasien dan keluarga/orang
jaringan serebral, dengan penting lainnya
kriteria hasil:  Monitor kualitas dan
 Tekanan intrakranial tidak karakteristik gelombang TIK
terganggu  Monitor tekanan aliran darah
 Tekanan darah dalam rentang otak
normal  Monitor status neurologis
 Tingkat kesadaran tidak  Letakkan kepala dan leher
menurun pasien dalam posisi netral,
 Komunikasi yang tepat hindari fleksi pinggang yang
dengan situasi berlebihan
 Sesuaikan kepala tempat tidur
untuk mengoptimalkan perfusi
serebral
Monitor Tanda-tanda Vital
 Monitor tekanan darah, nadi,
suhu, dan status pernafasan
dengan tepat
 Monitor tekanan darah setelah
pasien minum obat jika
memungkinkan
 Monitor pola pernapasan yang
abnormal
Manajemen edema serebral
 Monitor status neurologi
dengan ketat dan bandingkan
dengan nilai normal
 Monitor karakteristik cairan
serebrospinal: warna,
kejernihan, konsistensi,
 Kurangi stimulus dalam
lingkungan pasien
 Rencanakan asuhan
keperawatan untuk
memberikan periode istirahat
 Catat perubahan pasien dalam
berespon terhadap stimulus

5. Resiko cidera Setelah dilakukan perawatan Pencegahan jatuh


diagnosa teratasi dengan  Identifikasi perilaku dan
tujuan: faktor yang dapat
meningkatkan risiko jatuh
Kejadian jatuh:  Monitor skala resiko jatuh
 Pasien tidak jatuh saat  Kaji cara berjalan
berdiri  Bantu ambulasi individu
 Pasien tidak jatuh saat  Letakkan benda dalam
berjalan jangkauan yang mudah bagi
 Pasien tidak jatuh dari pasien
tempat tidur  Instruksikan pasien
 Pasien tidak jatuh saat ke memanggil jika
kamar mandi membutuhkan bantuan

6. Resiko gangguan Setelah dilakukan kunjungan


1.    Berikan makanan lunak tinggi
nutrisi : kurang dari selama 3x diharapkan keluarga kalori tinggi protein.
kebutuhan tubuh mampu melakukan perawatan
2.    Berikan klien makan dengan
sederhana dirumah  dengan posisi semi fowler dan berikan
kriteria hasil: waktu yang cukup untuk
         Berat badan ideal menelan.
         Tidak muntah 3.    Ciptakan suasana lingkungan
         Tidak terjadi malnutrisi yang nyaman dan terhindar dari
bau – bauan yang tidak enak..
4.    Timbang berat badan bila
mungkin.
5.    Jagalah kebersihan mulut
( Oral hygiene)
6.    Berikan makanan ringan
diantara waktu makan
7.    Beri penjelasan pada keluarga
tentang makanan yang baik
dikonsumsi anak
7. Deficit self care Setelah dilakukan kunjungan1.   Kaji ketidakmampuan klien
selama 3x diharapkan keluarga dalam perawatan diri
dapat menciptakan lingkungan 2.   Kaji tingkat fungsi fisik
kondusif dengan kriteria hasil: 3.   Kaji hambatan dalam
berpartisipasi dalam perawatan
 Klien dapat melakukan diri, identifikasi untuk
perawatan diri dengan modifikasi lingkungan
mandiri atau dibantu 4.   Jelaskan pada keluarga
 Klien bersih dan tidak pentingnya kebersihan diri
bau 5.   Jelaskan dan ajarkan cara
perawatan diri meliputi:mandi,
toileting , berpakaian.
BAB III
WEB OF CATION (WOC)

 Produksi Likuor berlebih Penumpukan cairan serebrospinalis


 Peningkatan resistensi aliran Likuor (CSS) dalam ventrikel otak secara
 Penekanan tekanan sinus venosa aktif

Desakan pada jaringan otak


Sakit dan nyeri kepala Peningkatan TIK ( Tekanan Intrakranial)

Fungsi motoric Deficit perawatan


Nyeri akut diri: mandi HIDROSEFALUS
sensorik

Desakan pada medulla Hambatan Mobilitas Fisik Desakan pada otak & selaput meningen
obiongata
Kulit merenggang hingga tipis, Vasokontriksi pembuluh darah otak
Gangguan mekanisme pasien tidak dapat bergerak (arteri otak)
persarafan dimedulla atau menggerakkan kepala
oblongata

Nausea, vomitus Kepala membesar Gangguan aliran darah otak

Anoreksia Gangguan nutrisi; Hipoksia cerebral


kurang dari
Ketidakseimbangan kebutuhan tubuh
Resiko ketidakefektifan perfusi
nutrisi kurang dari
jaringan otak
kebutuhan tubuh
Resiko
jatuh
Kekurangan volume
cairan

Deficit self care;


ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanto, Agung, R. P., & Sari, F. (2013). Hidrosefalus Pada Anak. Jmj, 1, 61–67.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., & Dochterman, J. M. (2013). Nursing Interventions


Classification (NIC). United States of America: Elsevier Mosby.

Heather, H. T. (2015). Nursing Diagnoses definitions and classification 2015-2017 (10 ed.). (B.
A. Keliat, H. D. Windarwati, A. Pawirowiyono, & A. Subu, Penerj.) Jakarta: EGC.

Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 16 Februari 2020


http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-hydrocephalus.html

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC) : Measurement of Health Outcomes . United States of America:
Elsevier Mosby .

Paramita. (2011). Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta: PT Indeks .

Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses penyakit,Jakarta;EGC.

Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Saharso. 2008. Hydrocephalus. Diakses pada tanggal 17 Februari 2020


http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=061214-sykj201.htm
Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai