KAJIAN PUSTAKA
3
4
6.488 A dan arus hubung singkat 2 phasa pada tegangan 150/20 kV dengan
nilai 749,148 A dan 1,329 A. Sedangkan nilai setting waktu di OCR pada sisi
sekunder mendapatkan nilai 0,786 detik, pada sisi penyulang didapatkan hasil
hubung singkat 1 phasa pada pengaman GFR 288,275 A dan nilai setting
waktu pada sisi sekunder 2,083 detik dan pada sisi kopel sebesar 1,601 detik.
Hasil grafik pada transformator 30 MVA dan 60 MVA mempunyai koordinasi
setting pengaman yang baik karena tidak ada persilangan antara penyulang,
kopel, sekunder, primer 150 kV. Pada grafik koordinasi setting Relay OCR
tersebut, yang menyebabkan koordinasi berjalan sempurna dengan nilai arus
gangguan pada sisi sekunder 20 kV sebesar 5.650 A dan 6.720 A yang
membutuhkan waktu untuk menangani gangguan 1,3 detik dan 1,2 detik dan
nilai arus gangguan 2.980 A dan 2.310 A memburtuhkan waktu untuk
mengamankan gangguan 1,3 detik dan 1,7 detik.
a. Inti besi
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, magnetik yang
ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-
lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi
besi) yang ditimbulkan oleh Eddy Current.
b. Kumparan transformator
Kumparan transformator adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang
membentuk suatu kumparan atau gulungan. Kumparan tersebut terdiri dari
kumparan primer dan kumparan sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi
maupun terhadap antar kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak dan
lain-lain. Kumparan tersebut sebagai alat transformasi tegangan dan arus.
c. Minyak transformator
Minyak transformator merupakan salah satu bahan isolasi cair yang
dipergunakan sebagai isolasi dan pendingin pada transformator. Sebagai bagian
dari bahan isolasi, minyak harus memiliki kemampuan untuk menahan tegangan
tembus, sedangkan sebagai pendingin minyak transformator harus mampu
meredam panas yang ditimbulkan, sehingga dengan kedua kemampuan ini maka
minyak diharapkan akan mampu melindungi transformator dari gangguan.
d. Bushing
Bushing yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator merupakan
alat penghubung antara kumparan transformator dengan jaringan luar. Bushing
sekaligus berfungsi sebagai penyekat/isolator antara konduktor tersebut dengan
tangki transformator.
e. Tangki konservator
Tangki konservator berfungsi untuk menampung minyak cadangan dan
uap/udara akibat pemanasan trafo karena arus beban. Diantara tangki dan trafo
dipasangkan relai bucholzt yang akan meyerap gas produksi akibat kerusakan
minyak. Untuk menjaga agar minyak tidak terkontaminasi dengan air, ujung
masuk saluran udara melalui saluran pelepasan/venting dilengkapi media
penyerap uap air pada udara, sering disebut dengan silica gel dan dia tidak keluar
mencemari udara disekitarnya.
7
g. Tap Changer
Tap changer berfungsi untuk menjaga tegangan keluaran yang diinginkan
dengan input tegangan yang berubah-ubah. Kualitas operasi tenaga listrik jika
tegangan nominalnya sesuai ketentuan, tapi pada saat operasi dapat saja terjadi
penurunan tegangan sehingga kualitasnya menurun, untuk itu perlu alat pengatur
tegangan agar tegangan selalu pada kondisi terbaik, konstan dan berkelanjutan.
Ditinjau dari cara pengoperasiannya, tap changer terdiri dari dua tipe yaitu on-
load yang bekerja secara otomatis jika merasakan tegangan kurang/lebih dan off-
load yang dapat dipindah tap hanya jika trafo tidak berbeban/bertegangan.
(PMT) sedemikian rupa sehingga setiap bagian dari sistem dapat dipisah-
pisahkan. Maka tugas dari relay pengaman adalah mendeteksi adanya gangguan
yang terjadi pada daerah pengamanannya, dan dengan segera memberi perintah
untuk memisahkan rangkaian dari sistem dengan membuka/mentripkan pemutus
tenaga ( PMT ) yang paling dekat dengan titik gangguan tersebut sehingga sistem
yang lain yang tidak terganggu dapat beroperasi dengan normal. Jika hal ini dapat
direalisir, maka pengaman yang demikian disebut pengaman yang selektif.
Dengan kata lain, pengaman dikatakan selektif, bila relay pengaman yang bekerja
hanyalah pada daerah yang terganggu saja.
3. Reliable (dapat diandalkan)
Bila sistem dalam kondisi normal, relay tidak akan merasakan adanya
kondisi abnormal maka relay tidak bekerja, mungkin berbulan - bulan, atau
bertahun - tahun. Tetapi bila pada suatu saat ada gangguan maka relay harus
bekerja dengan segera memberi perintah membuka/mentripkan PMT untuk
menghindari pemadaman yang meluas. Dalam hal ini, yang harus dapat
diandalkan bukan hanya relay saja, tetapi harus didukung oleh komponen -
komponen sistem pengaman yang lain. Keandalan relay pengaman itu ditentukan
mulai dari rancangan, pengerjaan, bahan yang digunakan dengan perawatannya.
Oleh karena itu diperlukan perawatan yang dalam hal ini perlu adanya pengujian
secara periodik.
4. Sensitif (peka)
Relay pengaman harus dapat mendeteksi gangguan sekecil mungkin
sehingga gangguan tersebut dapat segera terlokalisir. Sensitifitas relay pengaman
dalam hal merespon berbagai jenis hubung singkat (tiga fasa, fasa ke fasa, fasa ke
tanah, dll) ditentukan tergantung dari arus hubung singkat minimum yang terjadi.
5. Ekonomis
Dalam menentukan peralatan pengaman yang akan digunakan harus
ditinjau dari segi ekonomi-teknisnya. Untuk mendapatkan penyetelan yang
memenuhi semua kriteria diatas adakalanya sulit dicapai, yaitu terutama antara
selektif dan cepat, sehingga adakalanya harus diadakan kompromi. Kita sadari
pula bahwa sistem pengaman tidak dapat sempurna walaupun sudah diusahakan
11
pemilihan jenis relay yang baik dan penyetelan yang baik, tetapi adakalanya
masih gagal bekerja. Hal - hal yang dapat menimbulkan kegagalan sistem
pengaman adalah sebagai berikut:
a) Kegagalan pada relaynya sendiri.
b) Kegagalan suplai arus atau tegangan dari transformator ke relay terbuka atau
terhubung singkat.
c) Kegagalan sistem suplai arus searah untuk triping pemutus tenaga. Hal ini
disebabkan baterai lemah karena kurang perawatan, terbukanya atau
terhubung singkat rangkaian arus searah.
d) Kegagalan pada pemutus tenaga. Kegagalan ini dapat disebabkan karena
kumparan trip tidak menerima suplai, kerusakan mekanis, ataupun kegagalan
pemutusan arus karena besarnya arus hubung singkat melampaui kemampuan
dari pemutus tenaganya.
Keterangan :
---- Batas zona pengaman ditentukan oleh lokasi CT
2.2.6.1 Relay
Relay pengaman merupakan skema atau rangkaian yang mampu merespon
terhadap adanya suatu gangguan atau kesalahan dalam sistem tenaga listrik dan
secara otomatis memutuskan hubungan peralatan yang terganggu atau
memberikan sinyal (alaram). Sebagaimana telah dijelaskan bahwa terjadinya
hubung singkat dapat mengakibatkan gangguan yang besar terhadap operasi
sistem yang normal (kerusakan peralatan, drop tegangan dan lain - lain), untuk itu
semua relay pengaman dirancang untuk memutuskan elemen sistem yang
mengalami gangguan.
Secara sederhana pengertian relay adalah sebuah komponen elektronika
berupa saklar elektronik yang digerakkan oleh arus listrik. Secara prinsip relay
merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang besi. Relay ini sangat
bervariasi jenisnya tergantung dari pemakaian atau fungsi relay itu sendiri. Dalam
pembahasan ini penulis lebih banyak membahas relay pengaman pada
14
breaker (CB) atau dikirim sinyal impuls kepada alarm, atau menunjukan telah
mengalir arus yang besar dalam rangkaian. Agar operasi rangkaian diatas
berlangsung demikian, suatu peralatan khusus yang disebut relay harus dilibatkan
dalam rangkaian.
4. Klasifikasi relay
Relay dapat diklasifikasikan berdasarkan besaran fisik yang diukur oleh
sensing elemen menjadi electrical, optical relay dan relay - relay bentuk lain.
Electrical relay dapat dibagi dalam berbagai cara yaitu: (Titarenko and
Dukelsky,1977).
a) Berdasarkan prinsip kerjanya, relay dapat dibedakan menjadi
elektromagnetik, moving coil, induction, electrodinamic, polarised electronic,
dan terminal relay.
b) Berdasarkan besaran - besaran listrik yang diukur oleh Relay seperti arus,
tegangan, daya, reaktansi, impedansi, frekwensi, sudut fasa . Relay - relay
tersebut dapat dibedakan menjadi beberapa jenis misalnya over voltage relay
(bekerja jika tegangan yang diukur melewati harga yang ditentukan). Under
frequency relay (bekerja jika frequency yang diukur turun sampai dibawah
harga yang diset sebelumnya), dan directional power relay (relay memberi
respon terhadap arah aliran daya listrik ). SeringkalirRelay dipasang seri
dalam rangkaian (series relay), sedangkan yang dipasang paralel disebut
shunt relay, misalkan saja over current relay, seperti definisi diatas bahwa
relay ini bekerja jika besaran arus yang diukur melebihi harga yang diijinkan.
c) Berdasarkan metode pemasangan sensing elemen dibedakan menjadi relay
primer (elemen perasa dari relay terhubung secara langsung pada bagian yang
dipengaman), dan relay sekunder (elemen perasa terhubung melalui
transformator arus atau transformator tegangan).
d) Berdasarkan cara kontrol elemen bekerja dalam memutuskan peralatan -
peralatan yang terganggu dari sistem. Direct Acting Relay (elemen kontrol
bekerja secara langsung melepaskan peralatan) dan Indirect Acting Relay
18
2.2.6.2 Transduser
Arus dan tegangan pada peralatan daya yang harus dilindungi biasanya
diubah oleh transformator arus dan tegangan ke tingkat yang lebih rendah ini
diperlukan untuk pengoperasian relay. Tingkat – tingkat yang lebih rendah ini
diperlukan karena dua alasan:
1. tingkat masukan yang lebih rendah ke relay tadi memastikan bahwa
komponen yang digunakan untuk konstruksi relay tersebut secara fisik akan
menjadi cukup kecil dan karenanya menjadi lebih murah.
2. operator yang bekerja dengan relay dapat bekerja dalam lingkungan yang
aman. Pada dasarnya, transduser tidak berbeda dengan transformator ini
memang agak khusus. Misalnya, suatu transformator arus perlu
menghasilkan kembali (reproduce) arus yang meniru bentuk gelombang arus
primer setepat mungkin pada kumparan sekundernya. Transformator harus
19
dapat menjalankan fungsi ini dengan baik. Persyaratan yang serupa berlaku
juga untuk transformator tegangan. Daya yang diberikan oleh transformator
ini tidak seberapa besar, karena beban yang dihubungkan padanya hanya
terdiri dari beberapa relay dan meter yang mungkin digunakan pada waktu
tertentu. Beban pada transformator arus dan transformator tegangan
umumnya dikenal sebagai muatan (burden) transformator tersebut. Istilah
muatan biasanya melukiskan impedansi yang dihubungkan pada kumparan
sekunder transformator tetapi dapat juga menetapkan voltampere yang
diberikan pada beban. Misalnya, suatu transformator yang memberikan 5
ampere pada muatan resistif sebesar 0,1 ohm dapat juga dikatakan
mempunyai muatan sebesar 2,5 voltampere pada 5 ampere.
a. Transformator Arus (CT)
Transformator ini pada dasarnya sama dengan transformator daya satu
fasa. Arus primernya tidak diatur oleh beban pada rangkaian primer, tetapi
ditentukan oleh sistem suplai pada belitan primer. (Dinas Proteksi, 2000 ) Karena
transformator arus hanya digunakan untuk pengukuran dan pengaman, maka
rating daya dari transformator arus kecil yaitu umumnya antara 15 sampai 200
VA. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa sisi sekunder dari transformator arus
harus ditanahkan dan jangan sampai sisi sekunder ini terbuka, alasannya adalah
tegangan tinggi yang berbahaya akan lewat pada sisi sekunder dan presisi dari
transformator arus dapat berubah. Untuk tegangan yang lebih rendah dan arus
dari saluran melampaui 100 amper, sering digunakan transformator arus toroida.
Transformator arus toroida adalah sederhana dan tidak mahal harganya dan
banyak digunakan untuk instalasi dalam (indoor), tegangan rendah (low voltage)
dan tegangan menengah (medium voltage) dan juga digunakan pada bagian dalam
CB untuk monitor arus yang mengalir padanya.
Untuk transformator arus berlaku persamaan:
I1 N1 = I2 N2…………………..............………………………… ( 2.2 )
Dimana:
N1 = jumlah lilitan primer
N2 = jumlah lilitan sekunder
20
I1 = arus primer
I2 = arus sekunder
Ratio arus adalah perbandingan arus sisi primer dengan arus sisi sekunder,
misalkan tertera CT = 200/1 A, maka artinya transformator arus tersebut dipasang
pada sisi primer 200 amper dan sisi sekunder 1 amper.
b. Transformator Tegangan ( VT )
Prinsip kerja transformator tegangan sama dengan transformator daya,
hanya dalam VT mempunyai arus dan daya rendah. Transformator tegangan
dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe yaitu tipe magnetik dan tipe kapasitif.
Salah satu terminal dari sisi sekunder selalu dihubungkan dengan tanah (ground)
untuk mereduksi kejutan listrik yang berbahaya ketika menyentuh salah satu dari
saluran sekunder. Walaupun sisi sekunder secara nyata diisolasi dengan sisi
primer, kapasitansi distribusi antara dua belitan membuat koneksi yang semu
namun dapat memproduksi tegangan tinggi yang berbahaya antara sisi sekunder
dengan tanah (Dinas Proteksi, 2000).
Dengan mentanahkan salah satu sisi sekunder, tegangan tinggi dimana sisi
sekunder dengan tanah dapat mendekati harga 115 V. Perbandingan tegangan
transformator sisi primer dengan sisi sekunder dan biasanya ditulis
perbandingan: 150000/110 V artinya transformator tegangan tersebut dipasang
pada tegangan sisi primer 150 kV dan tegangan sekundernya 110 V.
sehingga kedua arus sekundernya sama, karakteristik kedua trafo arusnya sama,
dan polaritas kedua trafo arusnya betul.
trafo arus besarnya tidak sama oleh karena itu, akan ada arus yang mengalir pada
relay, selanjutnya relay bekerja.
2.2.9.2 Analisis Gangguan Satu Phasa ke Tanah pada Kumparan Trafo
Fungsi REF adalah untuk mengamankan gangguan satu phasa ke tanah
yang terjadi di internal trafo akibat sensitifitas dari relay diferensial yang terbatas
maka dalam analisis gangguan pada “X%” kumparan trafo perlu diketahui agar
manfaat pemasangan relai REF menjadi nyata untuk meningkatkan keandalan
proteksi trafo.
Misalkan perbandingan ratio kumparan primer dengan sekunder trafo
adalah n1 : n2 = k (n1 = ratio kumparan primer, n2 = ratio kumparan
sekunder)
Jika terjadi pada gangguan 100% kumparan trafo sisi sekunder ke tanah
maka besarnya arus gangguan satu phasa ke tanah adalah If
Maka pada gangguan di titik “X%” sisi sekunder ke tanah besar arus
gangguan adalah
Setelan kecuraman relai REF juga dapat dihitung dengan mengacu pada buku
pedoman (instruction manual) relai :
√ ...........................................................................(2.3)
............................................................(2.4)
Keterangan :
g = 10% : basic setting
Imean : Besar arus rata – rata pada kumparan primer
: Besar arus pada kumparan primer saat tap trafo terendah
: Besar arus pada kumparan primer saat tap trafo tertinggi
.2.9.3 Perhitungan Setting Relai REF
Perhitungan setiing relai ini mengacu pada buku petunjuk setting
(instruction manual book) yang memang diperuntukan relai REF dalam
perhitungan nantinya menggunakan data dari besarnya arus hubung singkat satu
phasa ketanah pada trafo dengan titik netral yang ditanahkan melalui pentanahan
28
titik netral. Selanjutnya hasil perhitungan akan dibandingkan dengan setting relai
yang ada sehingga lebih jelas fungsi dari relai REF tersebut untuk mengamankan
gangguan hubung singkat satu phasa ketanah pada internal trafo. Dalam
pelaksanaan perhitungan setting relai REF diperlukan beberapa persamaan
mengacu pada buku pedomannya :
IR (setting arus relai) = g % (basic setting) ..........................................(2.5)
Sensitifitas arus primer (Ip) :
Ip = N x {IR + (n+IE)} ..........................................................................(2.6)
N = Ratio trafo arus yang terpasang
n = jumlah trafo arus yang diparalel
IE = arus magnetisasi trafo arus
VS = .....................................................(2.7)
........................................................................ (2.12)
√
........................................................................... (2.13)
....................................................................(2.17)
Keterangan:
I3Ø(150) : Arus hubung singkat tiga fasa di sisi 150 kV
I3Ø(20) : Arus hubung singkat tiga fasa di sisi 20 kV
I2Ø(150) : Arus hubung singkat dua fasa di sisi 150 kV
I2Ø(20) : Arus hubung singkat dua fasa di sisi 20 kV
I1Ø(20) : Arus hubung singkat satu ke tanah fasa di sisi 20 kV
Ihs : Arus hubung singkat
Vp : Tegangan pada sisi primer
Vs : Tegangan pada sisi sekunder
Zhs: Impedansi sumber
30
ZS = ............................................................................................(2.19)
Zhs = .............................................................................................(2.20)
√
Keternagan :
Zs : Impedansi sumber
Zhs : Impedansi hubung singkat
Perlu diingat bahwa impedansi sumber ini adalah nilai ohm pada sisi 150
kV, karena arus gagguan hubung singkat yang akan dihitung adalah gangguan
hubung singkat di sisi 20 kV, maka impedansi sumber tersebut harus
dikonversikan dulu ke sisi 20 kV, sehingga pada perhitungan arus gangguan nanti
sudah menggunakan sumber 20 kV.
31
Keterangan :
Ztr = Impedansi transformator
Vp = Tegangan pada transformator
Zt = Impedansi
S = daya transformator
Keterangan:
Zhs = Impedansi sumber
Vp = Tegangan pada transformator
32
Zd = ……………………….….............……...................... (2.24)
Keterangan :
Zd : Impedansi dasar Trafo (Ω)
kV2 dasar : tegangan sisi sekunder trafo (kV)
MVAdasar : kapasitas daya trafo (MVA)
X0 = 3x Xt .......……………….….............……............................................ (2.27)
Keterangan :
Z1eki : Impedansi ekivalen urutan positif
Z2eki : Impedansi ekivalen urutan negative
33
TMS(SI) = ……………………………………………………(2.31)
TMS(VI) = ……………………………………………………...(2.32)
( )
TMS(EI) = ……………………………………………………...(2.33)
TMS(LTI) = ……………………………………………………..(2.34)
( )
Dimana :
TMS(SI) = TMS Standard Invers
TMS(VI) = TMS Very Invers
TMS(EI) = TMS Extremely Invers
TMS(LTI) = TMS Long Time Invers
t = Waktu setting OCR (detik)
If = Arus gangguan hubung singkat
Is = Arus setting trafo tenaga
Nilai TMS yang telah ditentukan dapat digunakan untuk mencari nilai
waktu tunda (td) rele pada saat terjadi gangguan berikut adalah persamaan
untuk mencari nilai waktu tunda kerja (td) yaitu :
t= ………………………………………………(2.35)
(( ) )