Anda di halaman 1dari 32

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Mutakhir


Penelitian tentang koordinasi sistem pengaman trafo saat ini telah banyak
dilakukan. Tetapi dari penelitian tersebut, belum ada yang melakukan penelitian
tentang pengamanan transformator jika terjadi kegagalan pada NGR (Neutral
Ground Resistor). Beberapa penelitian yang telah di lakukan sebelumnya terkait
koordinasi rele tersebut, maka ada beberapa referensi yang bisa dijadikan acuan
mengenai penelitian ini. Referensi yang di gunakan dalam penelitian ini
merupakan penelitian serupa dan penelitian yang terkait. Adapun beberapa
tinjauan mutakhir dari referensi penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Zulkarnaini, Eko Saputra H ; 2010.
Berjudul Evaluasi Koordinasi Relay Proteksi pada Feeder Distribusi tenaga
listrik (GH Tanjung Ampalu Sijunjung). Metode yang digunakan adalah
metode analisa data dengan menggunakan data-data pada Gardu Induk Salak
dan penyulang, dengan kajian: menghitung impedansi, menghitung reaktansi
dan melakukan kooardinasi setting relay gangguan tanah. Hasil akhir dari
penelitian ini adalah koordinasi setting relay di harapkan dapat mencegah
tripnya incoming karena adanya arus capasitif pada masing-masing penyulang.
2. Penelitian yang pernah dilakukan oleh I P.G. Eko Putra, Jurusan Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Bali ; 2015. Berjudul Analisis
Koordinasi Setting relay Pengaman Akibat Uprating Transformator Di Gardu
Induk Gianyar. Seiring dengan pertumbuhan beban yang semakin meningkat di
GI Gianyar , maka transformator tenaga dengan kapasitas 30 MVA akan
diganti dengan trafo yang berkapasitas 60 MVA untuk meningkatkan
kontinyunitas aliran daya kepada konsumen melalui penyulang-penyulang.
Pada uprating transformator yang sudah dilakukan terjadi perubahan arus
nominal pada sisi primer dengan nilai 230,94 A dan sisi sekunder 1.732 A, arus
hubung singkat 3 phasa pada tegangan 150/20 kV dengan nilai 1.535 A dan

3
4

6.488 A dan arus hubung singkat 2 phasa pada tegangan 150/20 kV dengan
nilai 749,148 A dan 1,329 A. Sedangkan nilai setting waktu di OCR pada sisi
sekunder mendapatkan nilai 0,786 detik, pada sisi penyulang didapatkan hasil
hubung singkat 1 phasa pada pengaman GFR 288,275 A dan nilai setting
waktu pada sisi sekunder 2,083 detik dan pada sisi kopel sebesar 1,601 detik.
Hasil grafik pada transformator 30 MVA dan 60 MVA mempunyai koordinasi
setting pengaman yang baik karena tidak ada persilangan antara penyulang,
kopel, sekunder, primer 150 kV. Pada grafik koordinasi setting Relay OCR
tersebut, yang menyebabkan koordinasi berjalan sempurna dengan nilai arus
gangguan pada sisi sekunder 20 kV sebesar 5.650 A dan 6.720 A yang
membutuhkan waktu untuk menangani gangguan 1,3 detik dan 1,2 detik dan
nilai arus gangguan 2.980 A dan 2.310 A memburtuhkan waktu untuk
mengamankan gangguan 1,3 detik dan 1,7 detik.

2.2 Tinjauan Pustaka


2.2.1 Transformator Tenaga
Trafo tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk
mentransformasikan daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau
sebaliknya dengan menggunakan prinsip induksi. Berdasarkan tegangan
operasinya dapat dibedakan menjadi transformator 500/150 kV dan 150/70 kV
biasa disebut Interbus Transformator (IBT). Transformator 150/20 kV dan 70/20
kV disebut juga trafo distribusi. Titik netral transformator ditanahkan sesuai
dengan kebutuhan untuk sistem pengamanan / proteksi, sebagai contoh
transformator 150/70 kV ditanahkan secara langsung di sisi netral 150 kV dan
transformator 70/20 kV ditanahkan dengan tahanan rendah atau tahanan tinggi
atau langsung di sisi netral 20 kV nya.

2.2.1.1 Komponen utama transformator tenaga


Komponen utama transformator tenaga terdiri dari bagian-bagian
diantaranya inti besi, kumparan transformator, minyak transformator, bushing,
5

tangki konservator, peralatan Bantu pendinginan transformator, tap changer dan


alat pernapasan (dehydrating breather).

a. Inti besi
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, magnetik yang
ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-
lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi
besi) yang ditimbulkan oleh Eddy Current.

Gambar 2.1 Inti Besi Transformator


Sumber: (Solikhudin. 2010)

b. Kumparan transformator
Kumparan transformator adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang
membentuk suatu kumparan atau gulungan. Kumparan tersebut terdiri dari
kumparan primer dan kumparan sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi
maupun terhadap antar kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak dan
lain-lain. Kumparan tersebut sebagai alat transformasi tegangan dan arus.

Gambar 2.2 Konstruksi belitan transformator


Sumber: (Solikhudin. 2010)
6

Gambar 2.3 Gambaran fisik belitan transformator tenaga


Sumber : (Solikhudin. 2010)

c. Minyak transformator
Minyak transformator merupakan salah satu bahan isolasi cair yang
dipergunakan sebagai isolasi dan pendingin pada transformator. Sebagai bagian
dari bahan isolasi, minyak harus memiliki kemampuan untuk menahan tegangan
tembus, sedangkan sebagai pendingin minyak transformator harus mampu
meredam panas yang ditimbulkan, sehingga dengan kedua kemampuan ini maka
minyak diharapkan akan mampu melindungi transformator dari gangguan.

d. Bushing
Bushing yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator merupakan
alat penghubung antara kumparan transformator dengan jaringan luar. Bushing
sekaligus berfungsi sebagai penyekat/isolator antara konduktor tersebut dengan
tangki transformator.

e. Tangki konservator
Tangki konservator berfungsi untuk menampung minyak cadangan dan
uap/udara akibat pemanasan trafo karena arus beban. Diantara tangki dan trafo
dipasangkan relai bucholzt yang akan meyerap gas produksi akibat kerusakan
minyak. Untuk menjaga agar minyak tidak terkontaminasi dengan air, ujung
masuk saluran udara melalui saluran pelepasan/venting dilengkapi media
penyerap uap air pada udara, sering disebut dengan silica gel dan dia tidak keluar
mencemari udara disekitarnya.
7

f. Peralatan Bantu Pendinginan Transformator


Peralatan bantu pendinginan transformator berfungsi untuk menjaga agar
transformator bekerja pada suhu rendah. Pada inti besi dan kumparan – kumparan
akan\ timbul panas akibat rugi-rugi tembaga. Maka panas tersebut mengakibatkan
kenaikan suhu yang berlebihan, ini akan merusak isolasi, maka untuk mengurangi
kenaikan suhu yang berlebihan tersebut transformator perlu dilengkapi dengan
alat atau system pendingin untuk menyalurkan panas keluar transformator. Secara
alamiah media pendingin (minyak isolasi) mengalir karena perbedaan suhu tangki
minyak dan sirip-sirip transformator (Radiator). Untuk mempercepat pendinginan
transformator dilengkapi dengan kipas yang dipasang di radiator transformator
dan pompa minyak agar sirkulasi minyak lebih cepat dan pendinginan lebih
optimal.

g. Tap Changer
Tap changer berfungsi untuk menjaga tegangan keluaran yang diinginkan
dengan input tegangan yang berubah-ubah. Kualitas operasi tenaga listrik jika
tegangan nominalnya sesuai ketentuan, tapi pada saat operasi dapat saja terjadi
penurunan tegangan sehingga kualitasnya menurun, untuk itu perlu alat pengatur
tegangan agar tegangan selalu pada kondisi terbaik, konstan dan berkelanjutan.
Ditinjau dari cara pengoperasiannya, tap changer terdiri dari dua tipe yaitu on-
load yang bekerja secara otomatis jika merasakan tegangan kurang/lebih dan off-
load yang dapat dipindah tap hanya jika trafo tidak berbeban/bertegangan.

h. Alat pernapasan (Dehydrating Breather)


Alat pernapasan (Dehydrating Breather) Sebagai tempat penampungan
pemuaian minyak isolasi akibat panas yang timbul, maka minyak ditampung pada
tangki yang sering disebut sebagai konservator. Pada konservator ini permukaan
minyak diusahakan tidak boleh bersinggungan dengan udara, karena kelembaban
udara yang mengandung uap air akan mengkontaminasi minyak walaupun proses
pengkontaminasinya berlangsung cukup lama. Untuk mengatasi hal tersebut,
udara yang masuk kedalam tangki konservator pada saat minyak menjadi dingin
8

memerlukan suatu media penghisap kelembaban, yang digunakan biasanya adalah


silica gel. Kebalikan jika trafo panas maka pada saat menyusut maka akan
menghisap udara dari luar masuk kedalam tangki dan untuk menghindari
terkontaminasi oleh kelembaban udara maka diperlukan suatu media penghisap
kelembaban yang digunakan biasanya adalah silica gell, yang secara khusus
dirancang untuk maksud tersebut diatas.

2.2.2 Dasar - Dasar Sistem Pengaman


Secara umum relay pengaman harus bekerja sesuai dengan yang
diharapkan dengan waktu yang cepat sehingga tidak akan mengakibatkan
kerusakan, dan mencegah meluasnya pemadaman bagi konsumen. Relay
pengaman adalah susunan peralatan yang direncanakan untuk dapat merasakan
atau mengukur adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidaknormalan
pada perlatan atau bagian sistem tenaga listrik dan segera secara otomatis
memberi perintah untuk membuka pemutus tenaga untuk memisahkan peralatan
atau bagian dari sistem yang terganggu dan memberi isyarat berupa lampu dan
bel. Relay pengaman dapat merasakan atau melihat adanya gangguan pada
peralatan yang diamankan dengan mengukur atau membandingkan besaran -
besaran yang diterimanya, misalnya arus, tegangan, daya, sudut fase, frekuensi,
impedansi dan sebagainya dengan besaran yang telah ditentukan, dan selanjutnya
mengambil keputusan untuk seketika ataupun dengan perlambatan waktu
membuka pemutus tenaga. Pemutus tenaga umumnya dipasang pada generator,
transformator daya, saluran transmisi, saluran distribusi dan sebagainya supaya
masing - masing bagian sistem dapat dipisahkan sedemikian rupa sehingga sistem
lainnya tetap dapat beroperasi secara normal, (Kurnain, Felienty, 2001).

2.2.3 Fungsi Relay Pengaman


Dari uraian diatas maka relay pengaman pada sistem tenaga listrik
berfungsi untuk:
9

a) Merasakan, mengukur dan menentukan bagian sistem yang terganggu serta


memisahkan secepatnya sistem lainnya yang tidak terganggu dapat beroperasi
secara normal.
b) Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang terganggu.
c) Mengurangi pengaruh gangguan terhadap bagian sistem yang lain yang tidak
terganggu didalam sistem tersebut serta mencegah meluasnya gangguan,
(Kurnain, Felienty, 2001).

2.2.4 Syarat - Syarat Relay Pengaman


Untuk melaksanakan fungsi - fungsi diatas maka relay pengaman harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Waktu kerja relay cepat
Relay pengaman harus dapat bekerja dengan cepat memisahkan/
mengisolir pada saat terjadi gangguan sehingga dapat mengurangi atau mencegah
jumlah kerusakan yang lebih fatal dari suatu sistem maupun peralatan, membantu
menjaga stabilitas dari mesin - mesin yang sedang bekerja paralel dan mengurangi
total energi listrik yang tidak tersalurkan. Gangguan tiga fasa lebih berpengaruh
pada kemampuan sistem untuk mempertahankan kestabilan sehingga waktu
penyelesaian gangguan harus secepat mungkin.
Interval waktu kerja sistem pengaman dengan memisahkan seksi yang
terganggu dari sistem yang tidak terganggu adalah merupakan jumlah antara
waktu kerja relay pengaman dengan waktu kerja mekanik penggerak dari circuit
breaker.
toper = tp + tcb ……………………………................... ( 2.1 )
Keterangan:
toper = waktu kerja sistem pengaman
tp = waktu kerja Relay pengaman
tcb = waktu kerja mekanik penggerak dari circuit breaker
2. Selektif
Suatu relay pengaman bertugas mengamankan suatu alat atau bagian dari
sistem tenaga listrik dalam jangkauan pengamanannya. Letak Pemutus Tenaga
10

(PMT) sedemikian rupa sehingga setiap bagian dari sistem dapat dipisah-
pisahkan. Maka tugas dari relay pengaman adalah mendeteksi adanya gangguan
yang terjadi pada daerah pengamanannya, dan dengan segera memberi perintah
untuk memisahkan rangkaian dari sistem dengan membuka/mentripkan pemutus
tenaga ( PMT ) yang paling dekat dengan titik gangguan tersebut sehingga sistem
yang lain yang tidak terganggu dapat beroperasi dengan normal. Jika hal ini dapat
direalisir, maka pengaman yang demikian disebut pengaman yang selektif.
Dengan kata lain, pengaman dikatakan selektif, bila relay pengaman yang bekerja
hanyalah pada daerah yang terganggu saja.
3. Reliable (dapat diandalkan)
Bila sistem dalam kondisi normal, relay tidak akan merasakan adanya
kondisi abnormal maka relay tidak bekerja, mungkin berbulan - bulan, atau
bertahun - tahun. Tetapi bila pada suatu saat ada gangguan maka relay harus
bekerja dengan segera memberi perintah membuka/mentripkan PMT untuk
menghindari pemadaman yang meluas. Dalam hal ini, yang harus dapat
diandalkan bukan hanya relay saja, tetapi harus didukung oleh komponen -
komponen sistem pengaman yang lain. Keandalan relay pengaman itu ditentukan
mulai dari rancangan, pengerjaan, bahan yang digunakan dengan perawatannya.
Oleh karena itu diperlukan perawatan yang dalam hal ini perlu adanya pengujian
secara periodik.
4. Sensitif (peka)
Relay pengaman harus dapat mendeteksi gangguan sekecil mungkin
sehingga gangguan tersebut dapat segera terlokalisir. Sensitifitas relay pengaman
dalam hal merespon berbagai jenis hubung singkat (tiga fasa, fasa ke fasa, fasa ke
tanah, dll) ditentukan tergantung dari arus hubung singkat minimum yang terjadi.
5. Ekonomis
Dalam menentukan peralatan pengaman yang akan digunakan harus
ditinjau dari segi ekonomi-teknisnya. Untuk mendapatkan penyetelan yang
memenuhi semua kriteria diatas adakalanya sulit dicapai, yaitu terutama antara
selektif dan cepat, sehingga adakalanya harus diadakan kompromi. Kita sadari
pula bahwa sistem pengaman tidak dapat sempurna walaupun sudah diusahakan
11

pemilihan jenis relay yang baik dan penyetelan yang baik, tetapi adakalanya
masih gagal bekerja. Hal - hal yang dapat menimbulkan kegagalan sistem
pengaman adalah sebagai berikut:
a) Kegagalan pada relaynya sendiri.
b) Kegagalan suplai arus atau tegangan dari transformator ke relay terbuka atau
terhubung singkat.
c) Kegagalan sistem suplai arus searah untuk triping pemutus tenaga. Hal ini
disebabkan baterai lemah karena kurang perawatan, terbukanya atau
terhubung singkat rangkaian arus searah.
d) Kegagalan pada pemutus tenaga. Kegagalan ini dapat disebabkan karena
kumparan trip tidak menerima suplai, kerusakan mekanis, ataupun kegagalan
pemutusan arus karena besarnya arus hubung singkat melampaui kemampuan
dari pemutus tenaganya.

2.2.5. Daerah Pengaman ( Protective Zone )


Relay pengaman dari suatu sistem daya direncanakan bersama - sama
dengan desain sistem. Pemutus tenaga ( PMT ) ditempatkan pada titik yang tepat
sehingga setiap komponen sistem daya dapat dipisahkan untuk kebutuhan operasi
yang normal dan pemeliharaan serta juga dalam kondisi abnormal seperti hubung
singkat. Setiap komponen sistem daya (generator, transformator, jaringan
transmisi, busbar, dst) dicakup oleh suatu zona pengaman. Suatu bagian dari
sistem dilindungi oleh suatu skema pengaman tertentu yang disebut zona
pengaman. Keseluruhan sistem daya dicakup oleh bebrapa zona pengaman dan
tidak ada bagian sistem yang tidak terpengaman. Setiap zona mencakup satu atau
dua komponen sistem daya. Zona yang berdekatan saling overlap, sehingga tidak
ada daerah yang dibiarkan tidak terlindungi (dead spot). Batas zona pengaman
ditentukan oleh lokasi transformator arus. Dengan demikian transformator arus
ditempatkan sedemikian sehingga pemutus tenaga dicakup didalam zona
pengaman, (Kurnain, Felienty, 2001).
12

Zona pengaman dapat dibagi atas 2 sistem:


1. Sistem unit adalah suatu sistem dimana zona dapat ditentukan secara pasti.
Pengaman hanya bereaksi terhadap gangguan didalam zona yang
dilindunginya, dan tidak bereaksi terhadap gangguan lewat (gangguan diluar
zona pengamannya).
2. Non sistem unit seperti pengaman gangguan hubung singkat tidak
mempunyai batas yang pasti. Setiap zona mempunyai skema pengaman
tertentu dan setiap skema pengaman mempunyai sistem pengaman.

Gambar 2.4 Zona Pengaman


Sumber: ( Ramadon,dkk, 2000)

Keterangan :
---- Batas zona pengaman ditentukan oleh lokasi CT

Pemutus tenaga ( PMT )


1 Zona pengaman Transmisi
2 Zona pengaman Transformator unit
3 Zona pengaman busbar
4 Zona pengaman jaringan distribusi
5 Zona pengaman PBO

2.2.6. Bagian - Bagian Sistem Pengaman


Sistem pengaman pada sistem tenaga listrik umumnya dapat dibagi
menjadi tiga sub sistem, yaitu: (Titarenko and Dukelsky,1977).
1. Relay.
2. Transduser (current transformer dan voltage transformer).
13

3. Pemutus tenaga (circuit breaker).


Konfigurasi suatu sistem pengaman yang sederhana ditunjukan oleh
gambar 2.5.

Gambar 2.5 Sistem pengaman sederhana


Sumber: (Titarenko and Dukelsky,1977)

2.2.6.1 Relay
Relay pengaman merupakan skema atau rangkaian yang mampu merespon
terhadap adanya suatu gangguan atau kesalahan dalam sistem tenaga listrik dan
secara otomatis memutuskan hubungan peralatan yang terganggu atau
memberikan sinyal (alaram). Sebagaimana telah dijelaskan bahwa terjadinya
hubung singkat dapat mengakibatkan gangguan yang besar terhadap operasi
sistem yang normal (kerusakan peralatan, drop tegangan dan lain - lain), untuk itu
semua relay pengaman dirancang untuk memutuskan elemen sistem yang
mengalami gangguan.
Secara sederhana pengertian relay adalah sebuah komponen elektronika
berupa saklar elektronik yang digerakkan oleh arus listrik. Secara prinsip relay
merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang besi. Relay ini sangat
bervariasi jenisnya tergantung dari pemakaian atau fungsi relay itu sendiri. Dalam
pembahasan ini penulis lebih banyak membahas relay pengaman pada
14

transformator tenaga yang berfungsi sebagai pelindung atau pengaman


transformator tenaga dari gangguan internal dan eksternal.
Cara kerja dari relay ini khususnya jenis elektromagnetis adalah ketika
dialiri arus listrik melalui koil (energized), lalu menimbulkan medan magnet
disekitarnya sehingga menarik armature yang berpegas dan kontak akan menutup
sehingga posisi saklar yang ada dalam relay tersebut berubah jadi tertutup dan
menghasilkan arus listrik yang besar. Disinilah keuntungan dari relay tersebut.
Relay juga didesain untuk memberikan sinyal atau alarm apabila terjadi
over load atau hubung singkat yang tidak terlalu membahayakan elemen sistem
yang terganggu maupun sistem secara keseluruhan, sehingga mencegah
pemutusan suplai tenaga listrik kepada konsumen.
Karakteristik operasi dari suatu relay tergantung dari besaran - besaran
yang diberikan padanya, misalnya arus atau tegangan atau berbagai kombinasi
dari kedua besaran ini dan juga dengan cara bagaimana relay tersebut didesain
untuk memberi respon terhadap informasi - informasi ini, (Komari,dkk, 1995).
Secara umum fungsi dari relay ini antara lain sebagai:
1. Remote control yaitu dapat menyalakan atau mematikan peralatan dari jarak
jauh
2. Penguatan daya
3. Pengatur logika kontrol suatu sistem
4. Metering atau pengukuran
5. Serta sebagai pengaman atau pengaman

Beberapa keuntungan pemakaian relay antara lain:


1. Dapat mengontrol sendiri arus serta tegangan listrik yang diinginkan
2. Dapat memaksimalkan besarnya tegangan listrik sehingga mencapai batas
maksimalnya
3. Dapat menggunakan saklar atau koil lebih dari 1 sesuai kebutuhan
Relay terdiri dari koil dan kontak. Coil adalah gulungan kawat yang
mendapat arus listrik sedangkan kontak adalah sejenis saklar yang pergerakannya
tergantung dari ada tidaknya arus listrik yang mengalir pada koil.
15

Kontak secara umum ada 2 jenis:


a) Normally open (kondisi awal terbuka)
b) Normally close (kondisi awal tertutup)
Hal yang dijelaskan diatas hanya berlaku pada relay elektromagnetik yang
menggunakan medan magnet sebagai penggeraknya yang terlebih dahulu teraliri
arus listrik. Sekarang telah banyak relay yang canggih yang bukan hanya
memakai medan elektromagnetik tetapi rangkaian yang lebih rumit serta fungsi
yang kompleks juga.
1. Jenis – jenis relay
Relay dapat dibedakan berdasarkan pole dan throw yang dimilikinya. Pole
adalah banyak kontak yang dimiliki oleh relay sedangkan Throw adalah
banyaknya kondisi (state) yang mungkin dimiliki kontak.
Berikut ini penggolongan relay berdasarkan jumlah pole dan thrownya:
a) DPST (Double Pole Single Throw)
b) SPST (Single Pole Single Throw)
c) SPDT ( Single Pole Double Throw)
d) DPDT (Double Pole Double Throw)
Jenis relay lainnya menurut fungsinya ialah:
a) Timing relay yakni relay berdasarkan pewaktuan atau waktu.
b) Latching relay yakni jenis relay untuk latching atau mempertahankan kondisi
aktif input sekalipun input sebenarnya sudah mati atau dalam keadaan off.
c) Protection relay yakni relay untuk pengaman dari suatu kondisi abnormal.

2. Bagian – bagian relay


Relay secara umum terbagi atas 3 bagian utama yaitu:
a) Koil yaitu lilitan dari relay
b) Common yaitu bagian yang tersambung dengan NC (dalam keadaan normal)
c) Kontak adalah bagian yang terdiri dari NC dan NO
NC (normally closed) saklar dari relay yang dalam keadaan normal (relay
tidak terhubung dengan arus; energized) terhubung dengan common. Sedangkan
NO (normally open) adalah saklar dari relay yang dalam keadaan normal relay
16

tidak terhubung dengan arus ; de energized) tidak terhubung dengan common.


Contoh dari pemakaian relay ini khususnya relay pengaman pada transformator
tenaga adalah Relay Thermal. Relay ini melindungi sekaligus sebagai indicator
transformator tenaga atas suhu operasi yang berlebihan yang dapat merusak
isolasi dari transformator tersebut.

3. Prinsip Dasar Relay


Relay pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga elemen fundamental
seperti yang ditunjukan pada gambar 2.6, yaitu: (Titarenko and Dukelsky,1977).
1. Sensing Elemen (measuring elemen), mengukur adanya perubahan besaran
listrik, misalnya perubahan arus atau tegangan pada sistem.
2. Comparing Elemen, bertugas membandingkan besaran yang terukur dengan
besaran yang telah diset sebelumnya.
3. Control Elemen, merupakan sinyal atau mengontrol rangkaian lain, misalnya
membuat sakelar suatu rangkaian tertutup.
Berikut ini akan ditinjau bentuk yang paling sederhana dari suatu relay
arus elektromagnetik yang disiapkan untuk merespon magnitudo arus yang
mengalir dalam rangkaian yang dikontrol.

Gambar 2.6 Elemen dasar Relay


Sumber: (Titarenko and Dukelsky,1977).
Dalam rangkaian listrik yang diberikan dalam gambar 2.6 yang terdiri dari
tiga elemen, arus I adalah arus yang diserap relay dan sumber DC adalah sumber
untuk rangkaian pen-trip. Besar arus ini dibatasi sampai harga tertentu, dan
apabila melewati harga yang ditentukan maka jaringan akan diputus oleh circuit
17

breaker (CB) atau dikirim sinyal impuls kepada alarm, atau menunjukan telah
mengalir arus yang besar dalam rangkaian. Agar operasi rangkaian diatas
berlangsung demikian, suatu peralatan khusus yang disebut relay harus dilibatkan
dalam rangkaian.

4. Klasifikasi relay
Relay dapat diklasifikasikan berdasarkan besaran fisik yang diukur oleh
sensing elemen menjadi electrical, optical relay dan relay - relay bentuk lain.
Electrical relay dapat dibagi dalam berbagai cara yaitu: (Titarenko and
Dukelsky,1977).
a) Berdasarkan prinsip kerjanya, relay dapat dibedakan menjadi
elektromagnetik, moving coil, induction, electrodinamic, polarised electronic,
dan terminal relay.
b) Berdasarkan besaran - besaran listrik yang diukur oleh Relay seperti arus,
tegangan, daya, reaktansi, impedansi, frekwensi, sudut fasa . Relay - relay
tersebut dapat dibedakan menjadi beberapa jenis misalnya over voltage relay
(bekerja jika tegangan yang diukur melewati harga yang ditentukan). Under
frequency relay (bekerja jika frequency yang diukur turun sampai dibawah
harga yang diset sebelumnya), dan directional power relay (relay memberi
respon terhadap arah aliran daya listrik ). SeringkalirRelay dipasang seri
dalam rangkaian (series relay), sedangkan yang dipasang paralel disebut
shunt relay, misalkan saja over current relay, seperti definisi diatas bahwa
relay ini bekerja jika besaran arus yang diukur melebihi harga yang diijinkan.
c) Berdasarkan metode pemasangan sensing elemen dibedakan menjadi relay
primer (elemen perasa dari relay terhubung secara langsung pada bagian yang
dipengaman), dan relay sekunder (elemen perasa terhubung melalui
transformator arus atau transformator tegangan).
d) Berdasarkan cara kontrol elemen bekerja dalam memutuskan peralatan -
peralatan yang terganggu dari sistem. Direct Acting Relay (elemen kontrol
bekerja secara langsung melepaskan peralatan) dan Indirect Acting Relay
18

(kontak - kontak relay hanya menghubungkan rangkaian tripping coil dari


peralatan pemutus).
e) Berdasarkan tingkat pentingnya relay (degree of importance), relay dapat
dibagi menjadi dua yaitu : Main relay yang memberikan respon secara
langsung terhadap besaran listrik (arus, tegangan dan lain - lain) dan
suplementary relay yang menyediakan kontak - kontak bantu, mengerjakan
time relay, sinyal operasi dan lain - lain.
f) Berdasarkan waktu kerja Relay (time action) Relay dapat dibedakan menjadi
Relay dengan time delay dan tanpa time delay. relay - relay yang termasuk
kategori tanpa time delay adalah tipe non inertia yang mempunyai waktu
operasi beberapa millidetik, biasanya quick acting relay dengan batasan
waktu operasi dari 5 samapai 40 millidetik, dan ordinary relay dengan
batasan waktu operasi dari 0,04 sampai 0,2 detik.
g) Berdasarkan jenis kontak - kontaknya, dapat dibedakan menjadi relay dengan
normally open (n.o) dan normally close (n.c). Relay - relay ini juga terdiri
atas beberapa pasang kontak keposisi semula setelah bekerja (energised)
relay dibagi menjadi self-reset dan hand atau electrical reset.

2.2.6.2 Transduser
Arus dan tegangan pada peralatan daya yang harus dilindungi biasanya
diubah oleh transformator arus dan tegangan ke tingkat yang lebih rendah ini
diperlukan untuk pengoperasian relay. Tingkat – tingkat yang lebih rendah ini
diperlukan karena dua alasan:
1. tingkat masukan yang lebih rendah ke relay tadi memastikan bahwa
komponen yang digunakan untuk konstruksi relay tersebut secara fisik akan
menjadi cukup kecil dan karenanya menjadi lebih murah.
2. operator yang bekerja dengan relay dapat bekerja dalam lingkungan yang
aman. Pada dasarnya, transduser tidak berbeda dengan transformator ini
memang agak khusus. Misalnya, suatu transformator arus perlu
menghasilkan kembali (reproduce) arus yang meniru bentuk gelombang arus
primer setepat mungkin pada kumparan sekundernya. Transformator harus
19

dapat menjalankan fungsi ini dengan baik. Persyaratan yang serupa berlaku
juga untuk transformator tegangan. Daya yang diberikan oleh transformator
ini tidak seberapa besar, karena beban yang dihubungkan padanya hanya
terdiri dari beberapa relay dan meter yang mungkin digunakan pada waktu
tertentu. Beban pada transformator arus dan transformator tegangan
umumnya dikenal sebagai muatan (burden) transformator tersebut. Istilah
muatan biasanya melukiskan impedansi yang dihubungkan pada kumparan
sekunder transformator tetapi dapat juga menetapkan voltampere yang
diberikan pada beban. Misalnya, suatu transformator yang memberikan 5
ampere pada muatan resistif sebesar 0,1 ohm dapat juga dikatakan
mempunyai muatan sebesar 2,5 voltampere pada 5 ampere.
a. Transformator Arus (CT)
Transformator ini pada dasarnya sama dengan transformator daya satu
fasa. Arus primernya tidak diatur oleh beban pada rangkaian primer, tetapi
ditentukan oleh sistem suplai pada belitan primer. (Dinas Proteksi, 2000 ) Karena
transformator arus hanya digunakan untuk pengukuran dan pengaman, maka
rating daya dari transformator arus kecil yaitu umumnya antara 15 sampai 200
VA. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa sisi sekunder dari transformator arus
harus ditanahkan dan jangan sampai sisi sekunder ini terbuka, alasannya adalah
tegangan tinggi yang berbahaya akan lewat pada sisi sekunder dan presisi dari
transformator arus dapat berubah. Untuk tegangan yang lebih rendah dan arus
dari saluran melampaui 100 amper, sering digunakan transformator arus toroida.
Transformator arus toroida adalah sederhana dan tidak mahal harganya dan
banyak digunakan untuk instalasi dalam (indoor), tegangan rendah (low voltage)
dan tegangan menengah (medium voltage) dan juga digunakan pada bagian dalam
CB untuk monitor arus yang mengalir padanya.
Untuk transformator arus berlaku persamaan:
I1 N1 = I2 N2…………………..............………………………… ( 2.2 )
Dimana:
N1 = jumlah lilitan primer
N2 = jumlah lilitan sekunder
20

I1 = arus primer
I2 = arus sekunder
Ratio arus adalah perbandingan arus sisi primer dengan arus sisi sekunder,
misalkan tertera CT = 200/1 A, maka artinya transformator arus tersebut dipasang
pada sisi primer 200 amper dan sisi sekunder 1 amper.
b. Transformator Tegangan ( VT )
Prinsip kerja transformator tegangan sama dengan transformator daya,
hanya dalam VT mempunyai arus dan daya rendah. Transformator tegangan
dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe yaitu tipe magnetik dan tipe kapasitif.
Salah satu terminal dari sisi sekunder selalu dihubungkan dengan tanah (ground)
untuk mereduksi kejutan listrik yang berbahaya ketika menyentuh salah satu dari
saluran sekunder. Walaupun sisi sekunder secara nyata diisolasi dengan sisi
primer, kapasitansi distribusi antara dua belitan membuat koneksi yang semu
namun dapat memproduksi tegangan tinggi yang berbahaya antara sisi sekunder
dengan tanah (Dinas Proteksi, 2000).
Dengan mentanahkan salah satu sisi sekunder, tegangan tinggi dimana sisi
sekunder dengan tanah dapat mendekati harga 115 V. Perbandingan tegangan
transformator sisi primer dengan sisi sekunder dan biasanya ditulis
perbandingan: 150000/110 V artinya transformator tegangan tersebut dipasang
pada tegangan sisi primer 150 kV dan tegangan sekundernya 110 V.

2.2.6.3 Pemutus Tenaga (Circuit Breaker)


Pemutus merupakan suatu sakelar yang dapat digunakan untuk
menghubungkan atau memutuskan suplai tenaga listrik sesuai dengan ratingnya.
Pemutusan biasanya dilakukan pada saat terjadinya gangguan atau kondisi
pemeliharaan. Pemutus tegangan tidak dapat bekerja sendiri dalam pengamanan
sistem, oleh karena itu harus dikendalikan oleh relay – relay pengaman.
Dalam proses pemutusan dan penyambungan yang dikerjakan oleh CB
menimbulkan busur api diantara kontak – kontaknya. Agar besar api tersebut tidak
membahayakan peralatan ini maka didalamnya dilengkapi dengan media untuk
memadamkan busur api, seperti minyak, gas, udara, ruang hampa.
21

2.2.7 Sistem Pengaman Transformator


Pengaman transformator daya adalah sistem pengaman yang dilakukan
pada transformator daya terhadap gangguan yang terjadi pada daerah pengaman
transformator daya.
Tujuan pengaman transformator daya:
1. Mencegah kerusakan transformator daya karena gangguan yang terjadi dalam
petak transformator daya.
2. Untuk dapat menciptakan sistem pengaman yang selektif, hanya melokalisasi
gangguan yang terjadi didaerah pengaman transformator saja.
3. Memberikan pengaman cadangan (back up protection) untuk seksi
berikutnya.
Adapun gangguan yang terjadi pada transformator daya yang sering
terjadi pada saat transformator tersebut bekerja, dapat dikelompokan menjadi dua
bagian yaitu:
A. Internal fault (gangguan didalam)
Internal fault adalah gangguan yang bersumber dari dalam transformator
itu sendiri. Gangguan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Gangguan awal
Gangguan ini sering disebut gangguan awal, karena berawal dari gangguan
yang kecil namun kemudian berkembang menjadi gangguan berat. Gangguan
ini disebabkan oleh:
a) Kendornya baut – baut penjepit inti dan pada terminal konduktor.
b) Gangguan pada inti besi akibat kerusakan laminasi isolasi.
c) Gangguan pada sistem pendingin, seperti kerusakan pada pompa sirkulasi
minyak, kipas pendingin akan menyebabkan kenaikan suhu.
d) Sirkulasi minyak terganggu yang dapat menimbulkan pemanasan lokal
(local hot spot).
e) Gangguan pada load tap changer.
f) Gangguan pada terminal bushing akibat adanya kontaminasi, keretakan
dan sebagainya.
22

g) Adanya arus sirkulasi yang tidak dikehendaki pada transformator yang


diparalel.
2. Gangguan hubung singkat dalam transformator:
a) Gangguan hubung singkat antar fasa.
b) Gangguan hubung singkat antar fasa dengan tanah.
c) Gangguan pada bushing.
d) Gangguan antara lilitan pada kumparan yang sama.
B. Through fault.
Gangguan ini terjadi diluar transformator dan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Gangguan diluar (Eksternal fault).
Gangguan hubung singkat antar fasa atau gangguan fasa ke tanah diluar
transformator, misalnya di busbar atau sisi penyulang tegangan menengah.
2. Beban lebih (over load).
Transformator tenaga dapat beroperasi secara kontinyu pada beban nominal.
Bila beban lebih besar dari beban nominal, maka transformator akan
berbeban lebih, akan menimbulkan arus lebih yang mengakibatkan
pemanasan lebih. Ini akan menurunkan kemampuan isolasi.
Relay pengaman yang dipergunakan untuk mengamankan terhadap
gangguan yang terjadi diluar transformator (eksternal fault) dan beban lebih
adalah relay arus lebih (over current relay). relay arus lebih yang dipergunakan
sebagai pengaman eksternal dan cadangan pada transformator tenaga adalah
sebagai berikut:
1. Over current primer (P50 , P51 dan P51G)
2. Over current sekunder (S50, S51 dan S51G)
3. Over current netral sekunder (NS51G)
Sedangkan pada penyulang 20 kV relay arus lebih (over current relay)
dipergunakan sebagai pengaman utama pada saluran distribusi yang radial
terhadap gangguan hubung singkat antar fasa atau gangguan fasa ke tanah dan
juga berfungsi sebagai pengaman terhadap beban lebih.
23

Gambar 2.7 Sistem Pengaman Transformator


Sumber: PT. PLN Pusdiklat, 2000

2.2.8 Relay Differensial


Relay differensial merupakan suatu relay yang prinsip kerjanya
berdasarkan keseimbangan (balance), yang membandingkan arus-arus sekunder
transformator arus (CT) terpasang pada terminal-terminal peralatan yang
diamankan. (PT. PLN Pusdiklat, 1995). Relay differensial digunakan sebagai
pengaman utama (main protection) pada transformator daya yang berguna untuk
mengamankan belitan transformator bila terjadi suatu gangguan. Relay ini sangat
selektif dan sistem kerjanya sangat cepat. Arus-arus sekunder transformator arus,
yaitu I1 dan I2 bersikulasi melalui jalur IA. Jika relay pengaman dipasang antara
terminal 1 dan 2, maka dalam kondisi normal tidak akan ada arus yang mengalir
melaluinya. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
24

Gambar 2.8 Pengawatan Dasar Relay Differensial


Sumber: (Ramadon,dkk, 2000)

2.2.8.1 Sistem pengaman relay differensial


Gangguan yang terjadi diluar peralatan listrik yang diamankan (external
fault), maka arus yang mengalir akan bertambah besar, akan tetapi sirkulasinya
akan tetap sama dengan pada kondisi normal, sehingga relay pengaman tidak akan
bekerja untuk gangguan luar tersebut. Jika gangguan terjadi didalam (internal
fault), maka arah sirkulasi arus disalah satu sisi akan terbalik, menyebabkan
keseimbangan pada kondisi normal terganggu, akibatnya arus ID akan mengalir
melalui relay pengaman dari terminal 1 menuju ke terminal 2. Selama arus-arus
sekunder transformator arus sama besar, maka tidak akan ada arus yang mengalir
melalui kumparan kerja (operating coil) relay pengaman, tetapi setiap gangguan
(antar fasa atau ke tanah) yang mengakibatkan sistem keseimbangan terganggu,
akan menyebabkan arus mengalir melalui Operating Coil relay pengaman, maka
relai pengaman akan bekerja dan memberikan perintah putus (tripping) kepada
circuit breaker (CB) sehingga peralatan atau instalasi listrik yang terganggu dapat
diisolir dari sistem tenaga listrik. Seperti gambar dibawah ini :
25

Gambar 2.9 Sistem Pengaman Relay Differensial


Sumber: Ramadon,dkk, 2000

2.2.8.2 Fungsi relay differensial


Mengamankan transformator dari gangguan hubung singkat yang terjadi di
dalam transformator, antara lain hubung singkat antara kumparan dengan
kumparan atau antara kumparan dengan tangki. Relay diferensial arus
membandingkan arus yang melalui daerah pengamanan. Relai ini harus bekerja
kalau terjadi gangguan di daerah pengamanan, dan tidak boleh bekerja dalam
keadaan normal atau gangguan di luar daerah pengamanan. Relai ini merupakan
unit pengamanan dan mempunyai selektifitas mutlak.
Adapun sifat pengaman relay differensial:
1. Sangat selektif dan cepat bekerja (instantaneous), tidak perlu dikoordinasikan
dengan relai lain.
2. Digunakan sebagai relai pengaman utama, tidak dapat digunakan sebagai
pengaman cadangan untuk seksi/daerah berikutnya.
3. Daerah pengamanannya dibatasi oleh pasangan trafo arus, dimana relai
differensial dipasang.
Persyaratan pada relay diferensial yaitu kedua trafo arus yang digunakan
harus mempunyai rasio yang sama atau mempunyai rasio sedemikian rupa,
26

sehingga kedua arus sekundernya sama, karakteristik kedua trafo arusnya sama,
dan polaritas kedua trafo arusnya betul.

2.2.9 Restricted Earth Fault (REF)


Relay gangguan tanah terbatas atau REF berfungsi untuk mengamankan
transformator bila terjadi gangguan satu fasa ke tanah di dekat titik netral
transformator yang tidak dirasakan oleh rele differensial dan REF juga berfungsi
untuk membantu relay diferensial dalam mengamankan dari gangguan hubung
tanah di dalam belitan trafo.
REF dipasang pada trafo daya yang titik netralnya ditanahkan langsung
(solid) atau melalui tahanan (NGR). Relay ini diperlukan karena sensitifitas relay
diferensial sangat terbatas, terutama dalam mendeteksi terjadinya hubung singkat
di dekat titik netral.

Gambar 2.10 Restricted Earth Fault


Sumber: (Ramadon,dkk, 2000)

2.2.9.1 Prinsip kerja REF


Membandingkan besarnya arus sekunder kedua trafo arus yang digunakan.
Pada waktu tidak terjadi gangguan/keadaan normal atau gangguan di luar daerah
pengaman, maka ke dua arus sekunder tersebut di atas besarnya sama, sehingga
tidak ada arus yang mengalir pada relay, akibatnya relay tidak bekerja. Pada
waktu terjadi gangguan di daerah pengamanannya, maka kedua arus sekunder
27

trafo arus besarnya tidak sama oleh karena itu, akan ada arus yang mengalir pada
relay, selanjutnya relay bekerja.
2.2.9.2 Analisis Gangguan Satu Phasa ke Tanah pada Kumparan Trafo
Fungsi REF adalah untuk mengamankan gangguan satu phasa ke tanah
yang terjadi di internal trafo akibat sensitifitas dari relay diferensial yang terbatas
maka dalam analisis gangguan pada “X%” kumparan trafo perlu diketahui agar
manfaat pemasangan relai REF menjadi nyata untuk meningkatkan keandalan
proteksi trafo.
 Misalkan perbandingan ratio kumparan primer dengan sekunder trafo
adalah n1 : n2 = k (n1 = ratio kumparan primer, n2 = ratio kumparan
sekunder)
 Jika terjadi pada gangguan 100% kumparan trafo sisi sekunder ke tanah
maka besarnya arus gangguan satu phasa ke tanah adalah If
 Maka pada gangguan di titik “X%” sisi sekunder ke tanah besar arus
gangguan adalah
Setelan kecuraman relai REF juga dapat dihitung dengan mengacu pada buku
pedoman (instruction manual) relai :
√ ...........................................................................(2.3)

............................................................(2.4)

Keterangan :
g = 10% : basic setting
Imean : Besar arus rata – rata pada kumparan primer
: Besar arus pada kumparan primer saat tap trafo terendah
: Besar arus pada kumparan primer saat tap trafo tertinggi
.2.9.3 Perhitungan Setting Relai REF
Perhitungan setiing relai ini mengacu pada buku petunjuk setting
(instruction manual book) yang memang diperuntukan relai REF dalam
perhitungan nantinya menggunakan data dari besarnya arus hubung singkat satu
phasa ketanah pada trafo dengan titik netral yang ditanahkan melalui pentanahan
28

titik netral. Selanjutnya hasil perhitungan akan dibandingkan dengan setting relai
yang ada sehingga lebih jelas fungsi dari relai REF tersebut untuk mengamankan
gangguan hubung singkat satu phasa ketanah pada internal trafo. Dalam
pelaksanaan perhitungan setting relai REF diperlukan beberapa persamaan
mengacu pada buku pedomannya :
IR (setting arus relai) = g % (basic setting) ..........................................(2.5)
Sensitifitas arus primer (Ip) :
Ip = N x {IR + (n+IE)} ..........................................................................(2.6)
N = Ratio trafo arus yang terpasang
n = jumlah trafo arus yang diparalel
IE = arus magnetisasi trafo arus

VS = .....................................................(2.7)

Tegangan knee point (UK)


VK = 2 x VS .........................................................................................(2.8)
Ihs max trafo = Arus hubung singkat maksimal pada trafo daya
RCt = Tahanan belitan sekunder trafo arus
Rloop = Tahanan pengwatan dari trafo arus sampai ke relai
Setting tahanan stabiliser relai (RST)
.....................................................................................(2.9)

VS = Setting tegangan relai


VA = Burden relai (VA)
............................................................................................. ..(2.10)

* +2 x If................. ......................................................................... ..(2.11)

2.2.10 Prinsip Dasar Perhitungan Arus Hubung Singkat 20 kV


Gangguan hubung singkat yang mungkin terjadi di dalam jaringan sistem
kelistrikan ada 3, yaitu:
1. Gangguan hubung singkat 3 fasa
29

2. Gangguan hubung singkat 2 fasa, dan


3. Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah
Dari ketiga macam gangguan hubung singkat di atas, arus gangguannya
dihitung dengan menggunakan rumus:

1. Gangguan hubung singkat 3 fasa


a. Gangguan hubung singkat 150 kV

........................................................................ (2.12)

b. Gangguan hubung singkat 20 kV

........................................................................... (2.13)

2. Gangguan hubung singkat 2 fasa


a. Gangguan hubung singkat 150 kV

............................................................................................ (2.14)

b. Gangguan hubung singkat 20 kV



.............................................................................................. (2.15)

3. Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah


......................................................................................... (2.16)

....................................................................(2.17)

Keterangan:
I3Ø(150) : Arus hubung singkat tiga fasa di sisi 150 kV
I3Ø(20) : Arus hubung singkat tiga fasa di sisi 20 kV
I2Ø(150) : Arus hubung singkat dua fasa di sisi 150 kV
I2Ø(20) : Arus hubung singkat dua fasa di sisi 20 kV
I1Ø(20) : Arus hubung singkat satu ke tanah fasa di sisi 20 kV
Ihs : Arus hubung singkat
Vp : Tegangan pada sisi primer
Vs : Tegangan pada sisi sekunder
Zhs: Impedansi sumber
30

Ztr : Impedansi trafo


INGR : Nilai arus pada NGR
Vph : Tegangan fasa

Menghitung arus hubung singkat pada sistem diatas, pertama hitung


impedansi sumber (reaktansi) diambil dari data hubung singkat pada bus 150 kV
dan menghitung impedansi penyulang.

A. Menghitung daya hubung singkat trafo


Menghitung daya hubung singkat trafo data yang diperlukan adalah data
tegangan dasar dan arus hubung singkat trafo sebagai berikut :
MVAhs = √ MVA ……………………….….............…… (2.18)
Keterangan :
MVAhs : daya hubung singkat trafo
kVLL : tegangan dasar
Ihs : arus hubung singkat trafo
B. Menghitung Impedansi Sumber
Untuk menghitung impedansi sumber data yang diperlukan adalah data
hubung singkat pada bus primer trafo dengan persamaan sebagai berikut:

ZS = ............................................................................................(2.19)

Zhs = .............................................................................................(2.20)

Keternagan :
Zs : Impedansi sumber
Zhs : Impedansi hubung singkat
Perlu diingat bahwa impedansi sumber ini adalah nilai ohm pada sisi 150
kV, karena arus gagguan hubung singkat yang akan dihitung adalah gangguan
hubung singkat di sisi 20 kV, maka impedansi sumber tersebut harus
dikonversikan dulu ke sisi 20 kV, sehingga pada perhitungan arus gangguan nanti
sudah menggunakan sumber 20 kV.
31

C. Menghitung Impedansi Transformator


Pada perhitungan Impedansi suatu transformator yang di gunakan adalah
nilai reaktansinya, sedangkan tahananya diabaikan karena nilainya jauh lebih kecil
dari nilai x. Untuk mencari nilai reaktansi dari transformator dalam bentuk pu dan
Ohm dapat di hitung dengan cara sebagai berikut:
Zt = 12 % x Zd ……………………….….............……........ (2.21)

Ztr = ……………………………….….............…….. (2.22)

Keterangan :
Ztr = Impedansi transformator
Vp = Tegangan pada transformator
Zt = Impedansi
S = daya transformator

D. Menghitung Impedansi Penyulang


Menghitung impedansi penyulang, impedansi penyulang ini dihitung
tergantung dari besarnya impedansi per meter penyulang yang bersangkutan,
dimana besar nilainya ditentukan dari konsfigurasi tiang yang digunakan untuk
jaringan SUTM atau dari jenis kabel tanah untuk jaringan SKTM. Dalam
perhitungan disini diambil dengan impedansi Z = (R + jX) /km. Dengan demikian
nilai impedansi penyulang untuk lokasi gangguan yang dalam perhitungan ini
disimulasikan terjadi pada lokasi dengan jarak 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%
panjang penyulang (Ramadon, dkk, 2000).
E. Menghitung Impedansi Sumber
Untuk menghitung impedansi sumber data yang diperlukan adalah data
hubung singkat pada bus primer trafo dengan persamaan sebagai berikut:

Zhs = ........................................................................................ (2.23)


Keterangan:
Zhs = Impedansi sumber
Vp = Tegangan pada transformator
32

If = Arus gangguan total

F. Menghitung Impedansi Trafo


Perhitungan impedansi trafo hanya diambil nilai reaktansinya, nilai
tahanannya diabaikan karena nilainya kecil, berikut perhitungan impedansi
dasar trafo dalam ohm pada sisi 20 kV, yaitu :

Zd = ……………………….….............……...................... (2.24)

Keterangan :
Zd : Impedansi dasar Trafo (Ω)
kV2 dasar : tegangan sisi sekunder trafo (kV)
MVAdasar : kapasitas daya trafo (MVA)

G. Menghitung reaktansi trafo.


Perhitungan reaktansi trafo menggunakan data sebagai berikut :
Xt = Zt x Zd …………………….….............……...................... (2.25)
Keterangan :
Xt : impedansi reaktansi trafo
Zt : Impedansi trafo
Zd : impedansi dasar trafo

H. Menghitung Z1 ekivalen dan Z2 ekivalen dengan data sebagai berikut :

Z1eki dan Z2eki = Zd + Zs .......……………….….............……......................(2.26)

X0 = 3x Xt .......……………….….............……............................................ (2.27)

Z0eki = X0 + 3 x 0,7 .......……………….….............……............................ (2.28)

Keterangan :
Z1eki : Impedansi ekivalen urutan positif
Z2eki : Impedansi ekivalen urutan negative
33

Z0eki : Impedansi ekivalen urutan nol

2.2.11 Time Multiple Setting ( TMS )


TMS atau time multiple setting merupakan salah satu jenis pengaturan
pada rele arus lebih, dimana rele arus lebih ini memiliki dua jenis pengaturan,
yaitu pengaturan arus dan pengaturan waktu nya. Untuk dapat menentukan setting
waktu TMS terlebih dahulu harus diketahui arus setting pada rele arus lebih nya.
Penyetelan rele arus lebih pada sisi primer dan sisi sekunder trafo tenaga terlebih
dahulu harus diketahui arus nominal trafo tenaga. Arus setting untuk rele arus
lebih baik dari sisi primer maupun pada sisi sekunder trafo tenaga adalah :
Iset (primer) = 1,05 x I nominal trafo………………………………………….(2.29)
Nilai tersebut adalah nilai arus setting pada sisi primer, untuk
mendapatkan nilai setting pada sisi sekunder trafo tenaga, maka harus dihitung
dengan menggunakan ratio trafo arus (CT) yang terpasang pada sisi primer
maupun sisi sekunder trafo tenaga, berikut persamaan yang digunakan :
Iset (sekunder) = Iset (primer) x ………………………………………(2.30)

Hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat, selanjutnya digunakan


untuk menentukan nilai setelan waktu TMS. Namun perlu diketahui jenis dari rele
yang digunakan.
Sifat atau karakteristik dari relai inverse adalah relai baru akan bekerja bila
yang mengalir pada relai tersebut melebihi besarnya arus setting ( Is) yang telah
ditentukan. Dan lamanya waktu relai bekerja untuk memberikan komando
trupping adalah paling lambat sesuai dengan waktu setting ( Ts) yang dipilih.
Pada relai ini waktu bekerjanya ( T tripp ) tidak sama dengan waktu setting ( Ts ).
Karena sangat tergantung dengan besarnya arus yang mengerjakan relai tersebut,
sehingga makin besar arus yang mengerjakan relai tersebut maka makin cepat
waktu kerja ( Ttrip) dari relai tersebut. Rele invers dapat dikategorikan menjadi
empat jenis yaitu Standard Inverse, Very Inverse, Extremely Invers, dan Long
Time Inverse. Setelah mengetahui jenis rele invers yang digunakan maka nilai
TMS dapat diketahui melalui persamaan berikut :
34

TMS(SI) = ……………………………………………………(2.31)

TMS(VI) = ……………………………………………………...(2.32)
( )

TMS(EI) = ……………………………………………………...(2.33)

TMS(LTI) = ……………………………………………………..(2.34)
( )

Dimana :
TMS(SI) = TMS Standard Invers
TMS(VI) = TMS Very Invers
TMS(EI) = TMS Extremely Invers
TMS(LTI) = TMS Long Time Invers
t = Waktu setting OCR (detik)
If = Arus gangguan hubung singkat
Is = Arus setting trafo tenaga
Nilai TMS yang telah ditentukan dapat digunakan untuk mencari nilai
waktu tunda (td) rele pada saat terjadi gangguan berikut adalah persamaan
untuk mencari nilai waktu tunda kerja (td) yaitu :
t= ………………………………………………(2.35)
(( ) )

Anda mungkin juga menyukai