Oleh:
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Bimbingan
Konseling di Sekolah .
Penulis menyadari dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun penulis harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN
Kehadiran pelayanan bimbingan dan konseling di dunia pendidikan sering disebut kekuatan
pendidikan yang ketiga setelah kekuatan manajemen/kepemimpinan, dan pembelajaran.
Kekuatan ini berkaitan dengan pemberian layanan bimbingan dan konseling serta kegiatan
sejenis lainnya dalam upaya membantu peserta didik mendapatkan kesejahteraanya. Untuk
lebih memahami memahami bimbingan dan konseling di sekolah, maka disusunlah makalah
ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Bimbingan dan konseling merupakan upaya pendidikan dan menjadi bagian integral
dari pendidikan yang secara sadar memposisikan “ … kemampuan peserta didik untuk
mengeksplorasi, memilih, berjuang memilih serta mempertahankan karier…” kehadiran
pelayanan bimbingan dan konseling di dunia pendidikan sering disebut sebagai kekuatan
pendidikan yang ketiga setelah kekuatan manajemen dan kekuatan pembelajaran.
Pendidikan yang ideal dan efektif adalah pendidikan yang mengintegrasikan tiga bidang
kekuatan tersebut secara sinergi dalam mencapai tujuannya. Pendidikan yang hanya
melaksanakan bidang admistratif dan intruksional dengan mengabaikan bidang bimbingan
dan konseling hanya akan menghasilkan peserta didik yang pintar dan trampil dalam bidang
akademik tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek diri yang lain.
Dengan hal ini menunjukkan bahwa BK di sekolah sangat berperan dalam perkembangan
dan pengembangan peserta didik berkaitan dengan fungsi dan tujuan BK di sekolah.
Adapun fungsi dari bimbingan dan konseling di sekolah berkaitan dengan pengembangan
dan perkembangan peserta didik, diantaranya:
1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu peserta didik
agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dalam lingkungannya.
Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi
dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara
dinamis dan konstruktif.
2. Fungsi preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya
untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini,
konselor memberikan bimbingan kepada peserta didik tentang cara menghindarkan
diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang
dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok.
Beberapa masalah yang dihadapi kepada para konseli dalam rangka mencegah
terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya bahaya minuman keras,
merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
3. Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih
proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan peserta didik.
Konselor dan personel sekolah / madrasah lainnya secara sinergi
sebagai teamwork berkolaborasi / bekerja sama merencanakan dan melaksanakan
program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya
membantu peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik
bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi
kelompok, atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karya wisata.
4. Fungsi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan koseling yang bersifat kuratif.
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada peserta didk
yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aaspek pribadi, aspek sosial,
belajar, maupun karier. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling,
dan remedial teaching.
5. Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseling
memilih kegiatan ekstrakulikuler jurusan / program studi, dan memantakan
penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, dan ciri-ciri
kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini konselor bekerja sama dengan
pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
6. Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah /
madrasah, dan staff, konselor dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan
terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan peserta
didik. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai peserta didik.
Pembimbing atau konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan
konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi di sekolah atau
madrasah. Memilih metode dan proses pembelajaran maupun menyusun bahan
pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan peserta didik.
7. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan koseling dalam membentuk peserta
didik agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara dinamis dan
konstruktif.
8. Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu peserta
didik sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan, dan
bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan)
terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasioanl, dan meiliki
perasaan yang tepat sehingga dapat menghantarkan mereka kepada tindakan atau
kehendak yang produktif dan normatif.
10. Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membentuk
peserta didik supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang
telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari
kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penuruan produktivitas diri. Pelaksanaan
fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif, dan fakultatif
(pilihan) sesuai dengan minat peserta didik.
11.
Adapun tujuan dari bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut :
Mampu membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan dalam
lingkungan kerja
Mampu merencanakan masa depan.
Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier
Mengenali keterapilan kemampuan dan minat.
2.2 Peran guru bidang studi dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah
Dalam sistem pendidikan kita diakui bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003).
Uraian tersebut menegaskan bahwa tujuan pendidikan itu, tidak hanya terbatas pada
pembelajaran untuk sekedar mengetahui objek, tetapi berlanjut pada keahlian dan
keterampilan dalam berkreasi dan berproduksi. Pendidikan bertujuan untuk membentuk
manusia seutuhnya, cerdas dalam berfikir, dan matang dalam bertidak. Pendidikan pada
hakikatnya adalah bantuan pada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya
secara optimal.. Bimbingan dan konseling merupakan upaya pendidikan dan menjadi bagian
integral dari pendidikan. Oleh karena itu, guru bidang studi juga perlu memahami
Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Guru bidang studi memiliki posisi strategis dalam melakukan pelayanan bimbingan dan
konseling dibanding dengan guru pembimbing, misalnya guru bidang studi lebih sering
berinteraksi dengan siswa secara langsung. Apabila dirinci, ada beberapa peranan yang
dapat dilakukan oleh seorang guru bidang studi, ketika ia diminta mengambil bagian dalam
penyelenggaraan program bimbingan dan konseling di sekolah.
2.3 Masalah paling urgen yang dialami siswa di level SMP dan SMA
Permasalahan remaja cenderung memiliki dampak yang buruk bagi tiap pribadi
social para remaja, dampak yang teramat buruk bagi para remaja yakni hingga
memunculkan beberapa fenomena yang teramat buruk dikalangan remaja yang biasa
disebut dengan fenomena kenakalan remaja.
“Masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami
masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya.
Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi
bukan pula orang dewasa yang telah matang”. Sehingga pada masa-masa ini para remaja
akan banyak mencari hal-hal baru, rasa keingin tahuan ini cenderung amat tidak terkendali
dikarenakan peralihan yang memposisikan mereka bukan sebegai anak kecil lagi yang
menurut para remaja sudah saatnya mereka dapat menentukan apa yang harus mereka
lakukan, sedangkan pada saat itu mereka belum saatnya untuk dapat mememtuskan secara
keseluruhan karena sejatinya mereka belum cukup dewasa baik secara fisik maupun psikis,
sehingga cenderung para remaja merasa paling benar namun amat ceroboh dan tidak
teratur. Permasalahan mereka dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, tindakan yang
cenderung ceroboh seperti tidak adanya pemikiran yang diambil sebelum bertindak, rasa
ingin tahu yang begitu bergejolak, menggambarkan ketidakstabilan tingkat psikologisnya.
Permasalahan ini yang urgen karena kondisi emosional yang belum satabil para remaja
cenderung merasa sudah yang paling benar dibandingkan dengan orang lain sehingga akan
memicu kecerobohan dalam setiap tindakan yang mereka lakukan. Kemudian kondisi
seperti ini pula menjadikan sesosk remaja kurang dapat memposisikan pribadi mereka
sesuai dengan tempat serta kondisi yang sesuai, sehingga akan memicu tindakan yang
tidak semestinya mereka lakukan pada kondisi tertentu. Demikiannlah permaslahan urgent
yaitu permasalahan diaman para remaja tidak dapat mengatasi kondisi yang bersifat
alamiyah dalam kehidupan mereka dengan baik, oleh sebab itu pada masa ini para remaja
membutuhkan sosok tuntunan, pendidik dengan latar belakang yang baik dan
berpenglaman yang dapat mengarahkan mereka untuk mengatasi permasalah alamiyah
mereka dengan baik sehingga setelah keluar dari masa itu mereka dapat menjadi peribadi
yang baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
– Bimbingan dan konseling merupakan upaya pendidikan dan menjadi bagian integral dari
pendidikan yang secara sadar memposisikan kehadiran pelayanan bimbingan dan konseling
di dunia pendidikan sering disebut sebagai kekuatan pendidikan yang ketiga setelah
kekuatan manajemen dan kekuatan pembelajaran. Karena pendidikan yang ideal dan efektif
adalah pendidikan yang mengintegrasikan tiga bidang kekuatan tersebut secara sinergi
dalam mencapai tujuannya.
– Guru bidang studi memiliki posisi strategis dalam melakukan pelayanan bimbingan dan
konseling dibanding dengan guru pembimbing, guru bidang studi lebih sering berinteraksi
dengan siswa secara langsung sehingga dapat memiliki peran dalam membimbing lebih
efektif.
– Permasalahan dalam menghadapi perubahan kondisi alamiyah yang buruk dapat menjadi
sebuah permasalahan yang urgen, karena jika terus memburuk akan berhujung pada suatu
tindakan dalam bentuk kenakalan remaja.
DAFTAR PUSTAKA
.
Hikmawati, Fenti. 2010. Bimbingan Konseling. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.