Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH

Oleh:

NAMA: YOGA SEPTIAWAN S.Pd

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI LAMPUNG


TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Bimbingan
Konseling di Sekolah .

Penulis menyadari dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun penulis harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN
 

1.1 Latar Belakang


Pendidikan pada hakikatnya adalah bantuan pada peserta didik untuk
mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Berbagai kekuatan pendidikan yang ada
selalu diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Bimbingan dan konseling yang merupakan
bagian dari pendidikan menawarkan berbagai program layanan dalam mewujudkan
perkembangan peserta didik itu.

Kehadiran pelayanan bimbingan dan konseling  di dunia pendidikan sering disebut kekuatan
pendidikan yang ketiga setelah kekuatan manajemen/kepemimpinan, dan pembelajaran.
Kekuatan ini berkaitan dengan pemberian layanan bimbingan dan konseling serta kegiatan
sejenis lainnya dalam upaya membantu peserta didik mendapatkan kesejahteraanya. Untuk
lebih memahami memahami bimbingan dan konseling di sekolah, maka disusunlah makalah
ini.

1.2  Rumusan Masalah


1. Mengapa BK diperlukan di sekolah berkaitan dengan pengembangan dan
perkembangan peserta didik?
2. Mengapa guru bidang studi perlu juga memahami Bimbingan Konseling di sekolah?
3. Apa masalah yang paling urgen berkaitan dengan siswa saat ini pada level SMP dan
SMA?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui peranan Bimbingan dan Konseling di sekolah berkaitan dengan
pengembangan dan perkembangan peserta didik.
2. Mengetahui peran guru bidang studi dalam upaya pelayanan Bimbingan dan
Konseling di sekolah.
3. Mengetahui masalah yang paling urgen berkaitan dengan siswa saat ini pada level
SMP dan SMA
 

 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perlunya bimbingan dan konseling di sekolah berkaitan dengan


pengembangan dan perkembangan peserta didik

Bimbingan dan konseling merupakan upaya pendidikan dan menjadi bagian integral
dari pendidikan yang secara sadar memposisikan “ … kemampuan peserta didik untuk
mengeksplorasi, memilih, berjuang memilih serta mempertahankan karier…” kehadiran
pelayanan bimbingan dan konseling di dunia pendidikan sering disebut sebagai kekuatan
pendidikan yang ketiga setelah kekuatan manajemen dan kekuatan pembelajaran.
Pendidikan yang ideal dan efektif adalah pendidikan yang mengintegrasikan tiga bidang
kekuatan tersebut secara sinergi dalam mencapai tujuannya. Pendidikan yang hanya
melaksanakan bidang admistratif dan intruksional dengan mengabaikan bidang bimbingan
dan konseling hanya akan menghasilkan peserta didik yang pintar dan trampil dalam bidang
akademik tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek diri yang lain.

Dengan hal ini menunjukkan bahwa BK di sekolah sangat berperan dalam perkembangan
dan pengembangan peserta didik berkaitan dengan fungsi dan tujuan BK di sekolah.
Adapun fungsi dari bimbingan dan konseling di sekolah berkaitan dengan pengembangan
dan perkembangan peserta didik, diantaranya:

1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu peserta didik
agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dalam lingkungannya.
Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi
dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara
dinamis dan konstruktif.

2. Fungsi preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya
untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini,
konselor memberikan bimbingan kepada peserta didik tentang cara menghindarkan
diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang
dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok.
Beberapa masalah yang dihadapi kepada para konseli dalam rangka mencegah
terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya bahaya minuman keras,
merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).

3. Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih
proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan peserta didik.
Konselor dan personel sekolah / madrasah lainnya secara sinergi
sebagai teamwork berkolaborasi / bekerja sama merencanakan dan melaksanakan
program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya
membantu peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik
bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi
kelompok, atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karya wisata.

4. Fungsi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan koseling yang bersifat kuratif.
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada peserta didk
yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aaspek pribadi, aspek sosial,
belajar, maupun karier. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling,
dan remedial teaching.

5. Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseling
memilih kegiatan ekstrakulikuler jurusan / program studi, dan memantakan
penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, dan ciri-ciri
kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini konselor bekerja sama dengan
pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.

6. Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah /
madrasah, dan staff, konselor dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan
terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan peserta
didik. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai peserta didik.
Pembimbing atau konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan
konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi di sekolah atau
madrasah. Memilih metode dan proses pembelajaran maupun menyusun bahan
pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan peserta didik.

7. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan koseling dalam membentuk peserta
didik agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara dinamis dan
konstruktif.

8. Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu peserta
didik sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan, dan
bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan)
terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasioanl, dan meiliki
perasaan yang tepat sehingga dapat menghantarkan mereka kepada tindakan atau
kehendak yang produktif dan normatif.

9. Fungsi fasilitasi, yaitu fungsi memberikan kemudahan kepada konseli dalam


mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras, dan
seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.

10. Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membentuk
peserta didik supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang
telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari
kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penuruan produktivitas diri. Pelaksanaan
fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif, dan fakultatif
(pilihan) sesuai dengan minat peserta didik.
11.
Adapun tujuan dari bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut :

1. Dalam aspek tugas perkembangan pribadi sosial


Dalam aspek ini layanan bimbingan konseling membantu siswa agar:

 Memiliki kesadaran diri, yaitu menngambarkan penampilan dan mengenal


kekhususan yang ada pada dirinya.
 Dapat mengembangkan sikap positif, seperti menggambarkan seseorang yang
mereka senangi
 Membuat pilihan secara sehat
 Mampu menghargai orang lain
 Memiliki rasa tangggung jawab
 Mengembangkan ketrampilan antar pribadi
 Dapat menyelesaikan konflik
 Dapat membuat keputusan secara efektif
1. Dalam aspek tugas perkembangan belajar
 Dalam tugas aspek perkembangan belajar layanan bimbingan dan konseling
membantu siswa agar:
 Dapat melaksanakan ketrampilan atau teknik belajar secara efektif
 Mampu belajar secara efektif
 Memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menghadapi evaluasi/ ujian.
1. Dalam aspek tugas perkembangan karier
Dalam aspek ini layanan bimbingan dan konseling membantu siswa agar:

 Mampu membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan dalam
lingkungan kerja
 Mampu merencanakan masa depan.
 Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier
 Mengenali keterapilan kemampuan dan minat.
 

2.2 Peran guru bidang studi dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah
Dalam sistem pendidikan kita diakui bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003).

Uraian tersebut menegaskan bahwa tujuan pendidikan itu, tidak hanya terbatas pada
pembelajaran untuk sekedar mengetahui objek, tetapi berlanjut pada keahlian dan
keterampilan dalam berkreasi dan berproduksi. Pendidikan bertujuan untuk membentuk
manusia seutuhnya, cerdas dalam berfikir, dan matang dalam bertidak. Pendidikan pada
hakikatnya adalah bantuan pada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya
secara optimal.. Bimbingan dan konseling merupakan upaya pendidikan dan menjadi bagian
integral dari pendidikan. Oleh karena itu, guru bidang studi  juga perlu memahami
Bimbingan dan Konseling di sekolah.

Guru bidang studi memiliki posisi strategis dalam melakukan pelayanan bimbingan dan
konseling dibanding dengan guru pembimbing, misalnya guru bidang studi lebih sering
berinteraksi dengan siswa secara langsung. Apabila dirinci, ada beberapa peranan yang
dapat dilakukan oleh seorang guru bidang studi, ketika ia diminta mengambil bagian dalam
penyelenggaraan program bimbingan dan konseling di sekolah.

1. Guru sabagai informator


Guru dapat berperan sebagai informator, berkaitan dengan tugasnya membantu guru
pembimbing atau konselor dalam memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling
kepada siswa pada umumnya.

2. Guru sebagai fasilitator


Guru berperan sebagai fasilitator terutama ketika dilangsungkan layanan pembelajaran baik
itu yang bersifat preventif maupun kuratif. Dibandingkan  guru pembimbing, guru lebih
memahami tentang keterampilan belajar yang perlu dikuasai siswa pada mata pelajaran
yang diajarkan.
3. Guru sebagai mediator
Guru dapat berperan sebagai mediator antara siswa dengn guru pembimbing. Misalnya saat
diminta untuk melakukan kegiatan identifikasi siswa yang memerlukan bimbingan dan
pengalih tngnan siswa yang memerlukan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing
atau konselor sekolah.

4. Guru sebagai kolaborator


Sebagai mitra seprofesi, yakni sama-sama sebagai tenaga pendidik di sekolah, guru dapat
berperan sebagai kolaborator. Konselor di sekolah, misalnya dalam penyelenggaraan
berbagi jenis layanan orientasi informasi.

2.3 Masalah paling urgen yang dialami siswa di level SMP dan SMA

Permasalahan remaja cenderung memiliki dampak yang buruk bagi tiap pribadi
social para remaja, dampak yang teramat buruk bagi para remaja yakni hingga
memunculkan beberapa fenomena yang teramat buruk dikalangan remaja yang biasa
disebut dengan fenomena kenakalan remaja.

Kartini Kartono mengatakan kenakalan remaja dengan “juvenile delinquency”


(juvenilis = muda, bersifat kemudaan; delinquency dari delinqucuere = jahat, durjana,
pelanggar, nakal) ialah anak-anak muda yang selalu melakukan kejahatan, dimotivir untuk  
mendapatkan   perhatian,   status   sosial   dan   penghargaan   dari lingkungannya.”,
sedangkan menurut John M Echols dan Hassan Shadily, menterjemahkan juvenile
delinquency sebagai kejahatan/kenakalan anak-anak/anak muda/muda-mudi, kenakalan
remaja merupakan terjemahan dari kata ”Juvenile  Delinquency”.   Juvenile  berasal  dari 
bahasa  Latin  juvenilis, artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda,
sifat- sifat khas pada periode remaja. Delinquent berasal dari kata Latin “delinquere” yang
berarti : terabaikan, mengabaikan; yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, a-sosial,
kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi,
durjana, dursila,   dan   lain-lain.   Delinquency   itu   selalu   mempunyai   konotasi
serangan,  pelanggaran,  kejahatan  dan  keganasan  yang  dilakukan  oleh anak-anak
muda di bawah usia 22 tahun. Sehingga permasalahan yang teramat urgen pada kalangan
remaja tingkat pendidikan SMP dan SMP ialah permasalahan yang akan berhujung pada
suatu tindakan teramat buruk yakni dalam bentuk kenakalan remaja.
Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa  remaja adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang  mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk
memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12  tahun sampai dengan
21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22  tahun bagi pria. Zakiah Darajat
(1990: 23) remaja adalah:

“Masa peralihan  diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami
masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan  psikisnya.
Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara  berfikir atau bertindak, tetapi
bukan pula orang dewasa yang telah  matang”. Sehingga pada masa-masa ini para remaja
akan banyak mencari hal-hal baru, rasa keingin tahuan ini cenderung amat tidak terkendali
dikarenakan peralihan yang memposisikan mereka bukan sebegai anak kecil lagi yang
menurut para remaja sudah saatnya mereka dapat menentukan apa yang harus mereka
lakukan, sedangkan pada saat itu mereka belum saatnya untuk dapat mememtuskan secara
keseluruhan karena sejatinya mereka belum cukup dewasa baik secara fisik maupun psikis,
sehingga cenderung para remaja merasa paling benar namun amat ceroboh dan tidak
teratur. Permasalahan mereka dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, tindakan yang
cenderung ceroboh seperti tidak adanya pemikiran yang diambil sebelum bertindak, rasa
ingin tahu yang begitu bergejolak, menggambarkan ketidakstabilan tingkat psikologisnya.

Permasalahan ini yang urgen karena kondisi emosional yang belum satabil para remaja
cenderung merasa sudah yang paling benar dibandingkan dengan orang lain sehingga akan
memicu kecerobohan dalam setiap tindakan yang mereka lakukan. Kemudian kondisi
seperti ini pula menjadikan sesosk remaja kurang dapat  memposisikan pribadi mereka
sesuai dengan tempat serta kondisi yang sesuai, sehingga akan memicu tindakan yang
tidak semestinya mereka lakukan pada kondisi tertentu. Demikiannlah permaslahan urgent
yaitu permasalahan diaman para remaja tidak dapat mengatasi kondisi yang bersifat
alamiyah dalam kehidupan mereka dengan baik, oleh sebab itu pada masa ini para remaja
membutuhkan sosok tuntunan, pendidik dengan latar belakang yang baik dan
berpenglaman yang dapat mengarahkan mereka untuk mengatasi permasalah alamiyah
mereka dengan baik sehingga setelah keluar dari masa itu mereka dapat menjadi peribadi
yang baik.

 
BAB III
PENUTUP
 
3.1 Kesimpulan
– Bimbingan dan konseling merupakan upaya pendidikan dan menjadi bagian integral dari
pendidikan yang secara sadar memposisikan kehadiran pelayanan bimbingan dan konseling
di dunia pendidikan sering disebut sebagai kekuatan pendidikan yang ketiga setelah
kekuatan manajemen dan kekuatan pembelajaran. Karena pendidikan yang ideal dan efektif
adalah pendidikan yang mengintegrasikan tiga bidang kekuatan tersebut secara sinergi
dalam mencapai tujuannya.

– Guru bidang studi memiliki posisi strategis dalam melakukan pelayanan bimbingan dan
konseling dibanding dengan guru pembimbing, guru bidang studi lebih sering berinteraksi
dengan siswa secara langsung sehingga dapat memiliki peran dalam membimbing lebih
efektif.

– Permasalahan dalam menghadapi perubahan kondisi alamiyah yang buruk dapat menjadi
sebuah permasalahan yang urgen, karena jika terus memburuk akan berhujung pada suatu
tindakan dalam bentuk kenakalan remaja.

 
DAFTAR PUSTAKA
.
Hikmawati, Fenti. 2010. Bimbingan Konseling. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.
 

Anda mungkin juga menyukai