Histomorfometri Sel Darah Putih Agranulosit Bibit Sapi Bali Di Nusa Penida
Histomorfometri Sel Darah Putih Agranulosit Bibit Sapi Bali Di Nusa Penida
1: 33-38
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2019
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2019.v11.i01.p06
Terakreditasi Nasional Peringkat 3, DJPRP Kementerian Ristekdikti
No. 21/E/KPT/2018, Tanggal 9 Juli 2018
33
Buletin Veteriner Udayana Adinugroho et al.
kemurniannya. Alasan utama pulau ini imunitas seluler (Junqueira dan Caneiro,
dipilih sebagai pusat pembibitan dan 2005). Selnya bulat berdiameter 9-12 μm
pemurnian disebabkan bebas dari penyakit, dalam larutan, tetapi pada apusan darah
seperti Jembrana, penyakit mulut dan kuku, kering, berdiameter sampai 17 μm. Monosit
antraks dan MCF serta faktor pendukung berperan sebagai prekursor untuk
lainya. Selain itu, nilai produksi tinggi, makrofag, dan sel ini akan mencerna dan
kualitas daging yang sangat baik dan membaca antigen (Lokapirnasari dan
menghasilkan vaksin penyakit Jembrana Yulianto, 2014).
juga merupakan faktor penting (Kasa et al., Leukosit agranulosit dan granulosit
2015). diketahui dapat berubah baik dalam hal
Diharapkan dengan penentuan pulau struktur histologi maupun ukurannya
Nusa Penida sebagai wilayah sumber bibit (morfometri). Pemeriksaan
sapi bali melalui kegiatan pengembangan histomorfometri dapat digunakan untuk
pembibitan sapi bali di Nusa Penida, akan mengamati kelainan pada sel darah.
menjadi momentum untuk mengakselerasi Beberapa penelitian tentang morfometri
terwujudnya upaya pengembangan dan telah dilakukan, sedangkan
peningkatan mutu bibit sapi bali. Bibit sapi histomorfometri leukosit agranulosit pada
bali yang unggul akan diberikan Surat bibit sapi bali di Nusa Penida belum pernah
Keterangan Layak Bibit (SKLB). Kriteria dilakukan. Penelitian ini menjadi penting
penilaian SKLB hanya berdasarkan mengingat Nusa Penida mempunyai
fenotipik dan ukuran eksterior saja, karakteristik geografis yang sangat khusus,
sehingga belum memberikan informasi sehingga dapat berpengaruh terhadap sapi
secara lengkap. bali yang dipelihara disana khususnya
Oleh karena itu perlu dilakukan gambaran histomorfometri agranulosit.
identifikasi lain yakni dengan melakukan METODE PENELITIAN
pengamatan histologi dan morfometri sel
darah putih (leukosit). Leukosit diketahui Materi Penelitian
berperan dalam kekebalan tubuh atau Sampel berupa darah bibit sapi bali
imunitas sapi bali, untuk menghindarkan sebanyak 50 ekor yang dipelihara di Nusa
sapi bali terhadap penyakit infeksius. Penida, kemudian dibuat apusan darah.
Peningkatan dan penurunan jumlah leukosit Bahan untuk membuat apusan darah adalah
dapat terjadi karena faktor fisiologis atau methyl alkohol absolut (metanol absolut),
patologis (Linda et al., 2014). pewarna Giemza, alkohol, aquadest, dan
Leukosit dapat dibagi menjadi dua minyak Emersi. Alat-alat yang digunakan
kategori yaitu granulosit dan agranulosit. berupa: venoject, gelas obyek, gelas fiksasi
Granulosit adalah sel yang memiliki (coplin jar), gelas beaker, rak pewarna,
segmen atau lobus pada inti sel dan granul mikroskop, dan komputer.
pada sitoplasma, terdiri atas neutrofil, Metode Penelitian
basofil, dan eosinofil. Agranulosit adalah Penelitian ini merupakan penelitian
sel yang tidak memiliki segmen atau lobus eksploratif dengan menggunakan penelitian
pada inti dan tidak ada granul pada deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
sitoplasma, terdiri atas limfosit dan Penelitian ini dilakukan untuk mengukur
monosit. Limfosit berupa sel bulat kecil sel darah putih agranulosit bibit sapi bali di
berdiameter 7-12 μm, memiliki nukleus Nusa Penida. Sampel darah diambil dari
yang relatif besar, berbentuk bulat atau sapi bali betina (bibit) melalui vena
sedikit berlekuk, yang dikelilingi oleh jugularis dengan menggunakan venoject,
sitoplasma. Fungsi utama limfosit sebagai lalu dibuat apusan darah. Pembuatan dan
respon terhadap adanya antigen dengan fiksasi apusan darah. Metode yang
cara membentuk antibodi yang bersirkulasi digunakan dalam pembuatan sampel
di dalam darah atau dalam pengembangan apusan darah yaitu dengan metode slide.
34
Buletin Veteriner Udayana Volume 11 No. 1: 33-38
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2019
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2019.v11.i01.p06
Sedangkan proses pewarnaan Giemza serta sitoplasma tidak terlihat (Gambar 1b).
pemeriksaan histologi dan histomorfometri Perbedaannya terletak pada nukleus yang
dilakukan mengikuti metode yang bentuknya tidak bulat penuh sampai terlihat
dilakukan oleh (Lestari et al., 2013). tidak beraturan. Struktur histologi limfosit
Pengukuran sel darah putih dilakukan di sapi bali di Nusa Penida secara umum sama
bawah mikroskop dengan pembesaran dengan limfosit pada hewan lainnya.
lensa obyektif 100x dan lensa okuler 10x Struktur histologi limfosit memiliki inti
dibantu dengan meneteskan minyak Emersi yang besar, dimana sel hampir menutupi
untuk mengurangi adanya bias (Rahayu et seluruh sel dan memiliki sitoplasma yang
al., 2016). Pengamatan pengukuran sel tipis. Pada sediaan ulas darah
darah putih agranulosit menggunakan sitoplasmanya berwarna pucat (Junqueira
mikroskop Axio Imager Zeiss 2 dan dan Caneiro, 2005). Bentuk limfosit bulat
software ZEN 2012. Pengamatan preparat dan berisi inti yang bulat besar dengan
ulas darah dimulai dari ujung preparat dan kromatin yang padat. Hal ini disebabkan
bergerak ke sisi selanjutnya, lalu berpindah limfosit ada limfosit besar dan limfosit
sejauh 2 sampai 3 lapang pandang dengan kecil, limfosit besar memiliki sitoplasma
menggunakan battlement metode. Setelah yang tebal dibandingkan dengan limfosit
mendapatkan leukosit yang dimaksud kecil (Tadjalli, 2013).
lakukan tangkapan layar dengan melakukan Struktur histologi monosit sapi bali di
klik “Snap” pada program ZEN 2012. Nusa Penida (Gambar 2) ditemukan
Setelah gambar berhasil ditangkap maka beberapa perbedaan diantaranya memiliki
pengukuran diameter dilakukan dengan
bentuk sel menyerupai kacang dengan
menjalankan perintah pada menu bar yaitu bentuk nukleus padat. Sitoplasma terlihat
klik “Graphic” kemudian pilih “Circle jelas mengelilingi nukleus sehingga terlihat
Diameter” dengan cara membuat lingkaran bulat penuh (Gambar 2a). Berbeda dengan
dengan kursor mouse pada sel darah putih monosit (Gambar 2b) yang memiliki
agranulosit yang telah ditemukan, maka nukleus dengan lekukannya yang lebih
akan mendapatkan hasil dari diameter sel dalam dengan bentukan antar segmen
darah putih agranulosit tersebut secara sedikit menjauh dan terlihat tidak simetris,
otomatis. tidak padat dan terlihat sitoplasmanya.
Analisis Data Terlihat segmen nukleus bagian atas terlihat
Struktur histologi sel darah putih lebih besar dibandingkan segmen pada
agranulosit dianalisis secara kualitatif dan bagian bawah. Selain itu selnya juga terlihat
ukuran diameter sel darah putih agranulosit bulat dan memiliki sitoplasma yang tidak
disajikan secara deskriptif kuantitatif terlihat jelas (Gambar 2b). Bentuk nukleus
dengan program SPSS versi 16. monosit (Gambar 2c) lebih variatif jika
dibandingkan dengan monosit pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
(Gambar 2a) dan (Gambar 2b). Nukleusnya
Struktur histologi leukosit agranulosit berbentuk seperti angka “8” (Gambar 2c)
bibit sapi bali di Nusa Penida yang terdiri yaitu memiliki lekukan pada kedua sisi
dari limfosit dan monosit menunjukkan nukleus. Sitoplasma terlihat jelas pada
adanya berbagai variasi secara histologi. monosit bibit sapi bali di Nusa Penida ini
Variasi limfosit ditemukan pada bentuk dengan bentuk yang bulat penuh dan
dengan perbedaan penyerapan warna tidak mengelilingi nukleus. Selain hal tersebut
terlalu spesifik. Nukleus berbentuk bulat diatas bentuk monosit sapi bali di Nusa
dan padat, besarnya hampir memenuhi Penida secara umum sama dengan monosit
seluruh sehingga sel sitoplasmanya tidak pada hewan lainnya.
terlalu terlihat jelas (Gambar 1a). Bahkan Sitoplasma monosit tidak memiliki
ada yang memenuhi seluruh sel sehingga granular, bentuk menyerupai huruf “U”
35
Buletin Veteriner Udayana Adinugroho et al.
10 µm 10 µm
A B
10 µm 10 µm 10 µm
A B C
36
Buletin Veteriner Udayana Volume 11 No. 1: 33-38
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2019
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2019.v11.i01.p06
Limfosit dan monosit sapi bali di Nusa bentuk nukelus mempunyai lekukan pada
Penida memiliki ukuran yang lebih kecil satu/dua sisinya. Diameter limfosit
jika dibandingkan dengan ukuran limfosit (9,22±0,73µm) lebih kecil dibandingkan
dan monosit pada kucing, anjing, dan dengan monosit (12,48±1,73 µm).
kelinci. Namun ukuran limfosit dan Saran
monosit lebih besar pada sapi bali di Nusa Perlu dilakukan penelitian dengan
Penida jika dibandingkan dengan ukuran membandingkan leukosit sapi bali yang
monosit landak. Hal tersebut diatas bisa dipelihara di daerah lainnnya.
disebabkan karena spesies yang berbeda.
Penelitian histomorfometri limfosit dan UCAPAN TERIMAKASIH
monosit bibit sapi bali di Nusa Penida tidak Pada kesempatan ini penulis
bisa dibandingkan dengan limfosit dan mengucapkan terimakasih kepada peternak
monosit sapi bali diluar wilayah tersebut di Nusa Penida, dan Pemerintah Disnak
karena keterbatasan informasi yang Keswan Kabupaten Klungkung atas izin
dipublikasikan. dan kerjasamanya, sehingga penelitian ini
SIMPULAN DAN SARAN dapat terlaksana.
Simpulan DAFTAR PUSTAKA
Struktur histologi limfosit dan monosit Arifin Z. 2008. Beberapa unsur mineral
bibit sapi bali di NusaPenida memiliki sensial mikro dalam sistem biologi dan
bentuk nukleus yang bervariasi. Pada metode analisisnya. J. Litbang.
limfosit ditemukan bentuk nukleus bulat Pertanian, 27(3): 99-105.
namun tidak beraturan, sedangkan monosit
37
Buletin Veteriner Udayana Adinugroho et al.
Dharma WA, Sudaryat S, Aryasa KN, Rahayu N, Suwiti NK, Suastika P. 2016.
Suandi IKG. 2005. Peran suplementasi Struktur histologi dan histomorfometri
mineral mikro seng terhadap peran granulosit pada sapi bali pasca
suplementasi mineral mikro seng pemberian mineral. Bul. Vet. Udayana,
terhadap kesembuhan diare. Sari 8(2): 151-158.
Pediatri, 7(1): 15-18. Prihirunkit K, Salakij C, Apibal S,
Junqueira LC, Caneiro J. 2005. Basic Narkkong NA. 2007. Hematology,
Histology Text and Atlas. Ed ke-11. cytochemistry and ultrastructure of
USA: The Mc Graw-Hill Companies blood cells in fishing cat(Felis
Inc. viverrina). J. Vet. Sci., 8(2): 163-168.
Kasa IW, Sukmaningsih AAS, Darmayasa Putra IPC, Suwiti NK, Ardana IBK. 2016.
IB. 2015. Efforts in conserving Suplementasi mineral pada pakan sapi
purebred bali cattle as draught and beef bali terhadap diferensial leukosit di
type in Bali island, Indonesia. Bul. Vet. empat tipe lahan. Bul. Vet. Udayana,
Udayana, 7(1): 95-100. 8(1): 8-16.
Lestari SHA, Ismoyowati, Indradji M. Salakij C, Salakij J, Rattanakunuprakarn J,
2013. Kajian jumlah leukosit dan Tengchaisri N, Tunwattana W, Apibal
differensial leukosit pada berbagai jenis S. 2000. Morphology and
itik lokal betina yang pakannya di cytochemistry of blood cells from asian
suplementasi probiotik. J. Ilmiah wild dog (Cuon alpinus). Kasetsart J.
Peternakan, 1(2): 699709. Nat. Sci., 34(4): 518-525.
Linda, Ramadhan A, Tureni D. 2014. Sinambela EM. 2012. Studi hematologi
Pengaruh ekstrak biji pala (Myristica pada landak jawa (Hystrix javanica).
fragrans) terhadap jumlah eritrosit dan Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan
leukosit pada tikus putih (Rattus Institut Pertanian Bogor.
norvegicus). E-Jipbiol., 3: 1-8. Supriyantono A, Lukman H, Suyadi,
Lokapirnasari WP, Yulianto AB. 2014. Ismudiono. 2008. Performansi sapi bali
Gambaran sel eosinofil, monosit, dan pada tiga daerah di Provinsi Bali. Berk.
basofil setelah pemberian spirulina Panel. Hayati, 13: 147-152.
pada ayam yang diinfeksi virus flu Suwiti NK, Putra S, Puja N, Watiniasih NL.
burung. J. Vet., 15(4): 499-505. 2012. Peningkatan produksi sapi bali
Marshall KL. 2008. Rabbit hematology. unggul melalui pengembangan model
Veterinary Clinics of North America: peternakan terintegrasi. Laporan
Exotic Animal Practice, 11(3): 551- Penelitian Prioritas Nasional (MP3EI)
567. Tahap I. Pusat Kajian Sapi Bali
Martojo H. 2012. Indigenous Bali cattle is Universitas Udayana.
most suitable for sustainable small Tadjali M, Nazifi S, Abbasabadi BM,
farming in Indonesia. Reprod. Domest. Majidi B. 2013. Histomorphometric
Anim., 47(1): 10-14. study on blood cell in male adult
ostrich. Vet. Res. Forum, 4(3): 199-203.
38