Anda di halaman 1dari 6

Buletin Veteriner Udayana Volume 11 No.

1: 33-38
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2019
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2019.v11.i01.p06
Terakreditasi Nasional Peringkat 3, DJPRP Kementerian Ristekdikti
No. 21/E/KPT/2018, Tanggal 9 Juli 2018

Histomorfometri Sel Darah Putih Agranulosit Bibit Sapi Bali


di Nusa Penida
(HISTOMORPHOMETRY OF AGRANULOCYTE WHITE BLOOD CELLS OF BALI
CATTLE IN NUSA PENIDA)
M. Oenas Adinugroho1*, Ni Ketut Suwiti2, Putu Suastika2
1
Praktisi Dokter Hewan di Banyuwangi Jawa Timur, 2Laboratorium Histologi Veteriner
Universitas Udayana. *Email: mario.onaz@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur histologi dan morfometri sel darah putih
agranulosit (limfosit dan monosit) bibit sapi bali di Nusa Penida. Sampel berupa darah dari 50 ekor sapi
bali betina, diambil melalui vena jugularis. Selanjutnya difiksasi, dan diwarnai dengan metode
pewarnaan Giemza. Pengukuran morfometri dilakukan dengan mikroskop Axio Zeiss Imager 2
perbesaran 1000x. Hasil pengukuran dianalisis secara deskriptif kuantitatif, sedangkan gambaran
histologi dianalisis dengan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan rerata diameter limfosit
(9,22 ± 0,73µm) lebih kecil dibandingkan dengan monosit (12,48 ± 1,73 µm). Adanya perbedaan
struktur histologi limfosit dan monosit, yang ditemukan pada nukleusnya. Nukleus limfosit, bulat dan
memenuhi sitoplasma, sedangkan nukleus monosit membentuk lekukan pada satu atau dua sisinya,
sehingga tidak memenuhi sitoplasma dari sel.
Kata kunci: sapi bali; Nusa Penida; limfosit; monosit; histologi; histomorfometri
ABSTRACT
This study aims to determine about the histology structure and the morphometry white blood cells
agranulocytes (lymphocytes and monocytes) of Bali cattle in Nusa Penida. A sample of blood from 50
female calves, had been taken through a jugular vein. The blood samples were fixed and colored by
using Giemza staining method. The morphometry measurement was performed with was done under
Axio Zeiss Imager 2 microscope with 1000x magnification. The results of the measurements were
analyzed descriptively quantitatively, while the histology description was analyzed by qualitative
descriptive. The results showed average mean lymphocyte diameter (9.22 ± 0.73μm) was smaller than
monocytes (12.48 ± 1.73 μm). The existence of the lymphocyte and monocytes histologic structure
difference which are found in the nucleus. The lymphocyte nucleus was round and filled the cytoplasm,
whereas the monocyte nucleus formed a curve on one or two sides, thus, it did not fill the cytoplasm.
Keywords: bali cattle; Nusa Penida; lymphocyte; monocyte; histology; histomorphometry

PENDAHULUAN seluruh Indonesia, seperti Nusa Tenggara


Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT),
Di Indonesia ditemukan empat
Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa Timur.
kelompok sapi asli yakni: sapi aceh, sapi
Keunggulan sapi bali dibandingkan sapi
pesisir, sapi madura dan sapi bali. Sapi aceh
lain adalah memiliki sifat reproduksi dan
terdapat di Nanggroe Aceh Darussalam,
kualitas karkas sangat baik, tahan pada
sapi pesisir di Sumatera Barat, sapi java–
kondisi lingkungan tropis dan pakan yang
ongole di pulau Jawa, sapi bali di Pulau
buruk, serta mempunyai fertilitas yang
Bali, dan sapi madura di Pulau Madura
tinggi (Supriyantono et al., 2008).
(Martojo, 2003). Sapi bali merupakan
Nusa Penida ditetapkan sebagai pusat
sumber daya genetik asli Indonesia yang
pembibitan dan pemurnian sapi bali
penting dan terdapat dalam jumlah yang
sehingga Nusa Penida dikatakan sebagai
cukup besar. Sapi bali bukan hanya terdapat
“pure breed” yang patut dijaga
di Bali melainkan telah menyebar di

33
Buletin Veteriner Udayana Adinugroho et al.

kemurniannya. Alasan utama pulau ini imunitas seluler (Junqueira dan Caneiro,
dipilih sebagai pusat pembibitan dan 2005). Selnya bulat berdiameter 9-12 μm
pemurnian disebabkan bebas dari penyakit, dalam larutan, tetapi pada apusan darah
seperti Jembrana, penyakit mulut dan kuku, kering, berdiameter sampai 17 μm. Monosit
antraks dan MCF serta faktor pendukung berperan sebagai prekursor untuk
lainya. Selain itu, nilai produksi tinggi, makrofag, dan sel ini akan mencerna dan
kualitas daging yang sangat baik dan membaca antigen (Lokapirnasari dan
menghasilkan vaksin penyakit Jembrana Yulianto, 2014).
juga merupakan faktor penting (Kasa et al., Leukosit agranulosit dan granulosit
2015). diketahui dapat berubah baik dalam hal
Diharapkan dengan penentuan pulau struktur histologi maupun ukurannya
Nusa Penida sebagai wilayah sumber bibit (morfometri). Pemeriksaan
sapi bali melalui kegiatan pengembangan histomorfometri dapat digunakan untuk
pembibitan sapi bali di Nusa Penida, akan mengamati kelainan pada sel darah.
menjadi momentum untuk mengakselerasi Beberapa penelitian tentang morfometri
terwujudnya upaya pengembangan dan telah dilakukan, sedangkan
peningkatan mutu bibit sapi bali. Bibit sapi histomorfometri leukosit agranulosit pada
bali yang unggul akan diberikan Surat bibit sapi bali di Nusa Penida belum pernah
Keterangan Layak Bibit (SKLB). Kriteria dilakukan. Penelitian ini menjadi penting
penilaian SKLB hanya berdasarkan mengingat Nusa Penida mempunyai
fenotipik dan ukuran eksterior saja, karakteristik geografis yang sangat khusus,
sehingga belum memberikan informasi sehingga dapat berpengaruh terhadap sapi
secara lengkap. bali yang dipelihara disana khususnya
Oleh karena itu perlu dilakukan gambaran histomorfometri agranulosit.
identifikasi lain yakni dengan melakukan METODE PENELITIAN
pengamatan histologi dan morfometri sel
darah putih (leukosit). Leukosit diketahui Materi Penelitian
berperan dalam kekebalan tubuh atau Sampel berupa darah bibit sapi bali
imunitas sapi bali, untuk menghindarkan sebanyak 50 ekor yang dipelihara di Nusa
sapi bali terhadap penyakit infeksius. Penida, kemudian dibuat apusan darah.
Peningkatan dan penurunan jumlah leukosit Bahan untuk membuat apusan darah adalah
dapat terjadi karena faktor fisiologis atau methyl alkohol absolut (metanol absolut),
patologis (Linda et al., 2014). pewarna Giemza, alkohol, aquadest, dan
Leukosit dapat dibagi menjadi dua minyak Emersi. Alat-alat yang digunakan
kategori yaitu granulosit dan agranulosit. berupa: venoject, gelas obyek, gelas fiksasi
Granulosit adalah sel yang memiliki (coplin jar), gelas beaker, rak pewarna,
segmen atau lobus pada inti sel dan granul mikroskop, dan komputer.
pada sitoplasma, terdiri atas neutrofil, Metode Penelitian
basofil, dan eosinofil. Agranulosit adalah Penelitian ini merupakan penelitian
sel yang tidak memiliki segmen atau lobus eksploratif dengan menggunakan penelitian
pada inti dan tidak ada granul pada deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
sitoplasma, terdiri atas limfosit dan Penelitian ini dilakukan untuk mengukur
monosit. Limfosit berupa sel bulat kecil sel darah putih agranulosit bibit sapi bali di
berdiameter 7-12 μm, memiliki nukleus Nusa Penida. Sampel darah diambil dari
yang relatif besar, berbentuk bulat atau sapi bali betina (bibit) melalui vena
sedikit berlekuk, yang dikelilingi oleh jugularis dengan menggunakan venoject,
sitoplasma. Fungsi utama limfosit sebagai lalu dibuat apusan darah. Pembuatan dan
respon terhadap adanya antigen dengan fiksasi apusan darah. Metode yang
cara membentuk antibodi yang bersirkulasi digunakan dalam pembuatan sampel
di dalam darah atau dalam pengembangan apusan darah yaitu dengan metode slide.

34
Buletin Veteriner Udayana Volume 11 No. 1: 33-38
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2019
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2019.v11.i01.p06

Sedangkan proses pewarnaan Giemza serta sitoplasma tidak terlihat (Gambar 1b).
pemeriksaan histologi dan histomorfometri Perbedaannya terletak pada nukleus yang
dilakukan mengikuti metode yang bentuknya tidak bulat penuh sampai terlihat
dilakukan oleh (Lestari et al., 2013). tidak beraturan. Struktur histologi limfosit
Pengukuran sel darah putih dilakukan di sapi bali di Nusa Penida secara umum sama
bawah mikroskop dengan pembesaran dengan limfosit pada hewan lainnya.
lensa obyektif 100x dan lensa okuler 10x Struktur histologi limfosit memiliki inti
dibantu dengan meneteskan minyak Emersi yang besar, dimana sel hampir menutupi
untuk mengurangi adanya bias (Rahayu et seluruh sel dan memiliki sitoplasma yang
al., 2016). Pengamatan pengukuran sel tipis. Pada sediaan ulas darah
darah putih agranulosit menggunakan sitoplasmanya berwarna pucat (Junqueira
mikroskop Axio Imager Zeiss 2 dan dan Caneiro, 2005). Bentuk limfosit bulat
software ZEN 2012. Pengamatan preparat dan berisi inti yang bulat besar dengan
ulas darah dimulai dari ujung preparat dan kromatin yang padat. Hal ini disebabkan
bergerak ke sisi selanjutnya, lalu berpindah limfosit ada limfosit besar dan limfosit
sejauh 2 sampai 3 lapang pandang dengan kecil, limfosit besar memiliki sitoplasma
menggunakan battlement metode. Setelah yang tebal dibandingkan dengan limfosit
mendapatkan leukosit yang dimaksud kecil (Tadjalli, 2013).
lakukan tangkapan layar dengan melakukan Struktur histologi monosit sapi bali di
klik “Snap” pada program ZEN 2012. Nusa Penida (Gambar 2) ditemukan
Setelah gambar berhasil ditangkap maka beberapa perbedaan diantaranya memiliki
pengukuran diameter dilakukan dengan
bentuk sel menyerupai kacang dengan
menjalankan perintah pada menu bar yaitu bentuk nukleus padat. Sitoplasma terlihat
klik “Graphic” kemudian pilih “Circle jelas mengelilingi nukleus sehingga terlihat
Diameter” dengan cara membuat lingkaran bulat penuh (Gambar 2a). Berbeda dengan
dengan kursor mouse pada sel darah putih monosit (Gambar 2b) yang memiliki
agranulosit yang telah ditemukan, maka nukleus dengan lekukannya yang lebih
akan mendapatkan hasil dari diameter sel dalam dengan bentukan antar segmen
darah putih agranulosit tersebut secara sedikit menjauh dan terlihat tidak simetris,
otomatis. tidak padat dan terlihat sitoplasmanya.
Analisis Data Terlihat segmen nukleus bagian atas terlihat
Struktur histologi sel darah putih lebih besar dibandingkan segmen pada
agranulosit dianalisis secara kualitatif dan bagian bawah. Selain itu selnya juga terlihat
ukuran diameter sel darah putih agranulosit bulat dan memiliki sitoplasma yang tidak
disajikan secara deskriptif kuantitatif terlihat jelas (Gambar 2b). Bentuk nukleus
dengan program SPSS versi 16. monosit (Gambar 2c) lebih variatif jika
dibandingkan dengan monosit pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
(Gambar 2a) dan (Gambar 2b). Nukleusnya
Struktur histologi leukosit agranulosit berbentuk seperti angka “8” (Gambar 2c)
bibit sapi bali di Nusa Penida yang terdiri yaitu memiliki lekukan pada kedua sisi
dari limfosit dan monosit menunjukkan nukleus. Sitoplasma terlihat jelas pada
adanya berbagai variasi secara histologi. monosit bibit sapi bali di Nusa Penida ini
Variasi limfosit ditemukan pada bentuk dengan bentuk yang bulat penuh dan
dengan perbedaan penyerapan warna tidak mengelilingi nukleus. Selain hal tersebut
terlalu spesifik. Nukleus berbentuk bulat diatas bentuk monosit sapi bali di Nusa
dan padat, besarnya hampir memenuhi Penida secara umum sama dengan monosit
seluruh sehingga sel sitoplasmanya tidak pada hewan lainnya.
terlalu terlihat jelas (Gambar 1a). Bahkan Sitoplasma monosit tidak memiliki
ada yang memenuhi seluruh sel sehingga granular, bentuk menyerupai huruf “U”

35
Buletin Veteriner Udayana Adinugroho et al.

atau berbentuk seperti ginjal, sehingga (pleomorfik), tetapi tidak membentuk


sitoplasmanya relatif lebih banyak segmen. Apabila dibandingkan dengan
dibandingkan dengan limfosit dengan limfosit nukleus monosit memiliki warna
warna kebiruan sedikit pucat. Inti monosit yang lebih pucat dari limfosit dengan
memiliki berbagai bentuk yang berbeda sitoplasma lebih banyak.

10 µm 10 µm

A B

Gambar 1. Struktur Histologi Limfosit Bibit Sapi Bali di Nusa Penida

10 µm 10 µm 10 µm

A B C

Gambar 2. Struktur Histologi Monosit Bibit Sapi Bali di Nusa Penida

ditemukan lebih kecil, yakni 8,7-14,5 µm.


Morfometri Limfosit dan Monosit
Ukuran tersebut dibagi menjadi 3 yaitu,
Rerata diameter limfosit: 9,225124 µm,
kecil, sedang, dan besar tergantung pada
diameter terkecil adalah 7,096 µm
rasio sitoplasma nukleus. Ukuran dari
sedangkan terbesar: 11,836 µm (Tabel 1).
limfosit kecil 8,7 µm, limfosit sedang 10,9
Pada sediaan ulas darah yang diwarnai
µm, limfosit besar 14,5 µm. Sel-selnya
dapat dibedakan adanya limfosit besar dan
berbentuk bulat dengan inti oval dengan
limfosit kecil. Limfosit kecil berdiameter 6-
sitoplasma berwarna biru muda (Prihirunkit
9 µm, inti besar dan kuat mengambil zat
et al., 2007).Tidak terlalu berbeda dengan
warna, dikelilingi sedikit sitoplasma yang
anjing yang memiliki diameter limfosit
berwarna biru pucat, sedangkan limfosit
8,42-14,67 µm dengan sitoplasma berwarna
besar berukuran 12-15 µm, memiliki lebih
biru pucat dan kadang-kadang limfosit
banyak sitoplasma, dan inti lebih besar dan
memiliki butir azurofilik kecil dalam
sedikit pucat dibandingkan dengan limfosit
sitoplasma (Salakij et al., 2000). Menurut
kecil (Junqueira dan Caneiro, 2005).
Apabila dibandingkan dengan hewan Marshall (2008), ukuran diameter limfosit
pada kelinci didapat 7-15 µm. Limfosit
lainnya seperti kucing, ukuran limfosit
pada landak juga pernah diukur

36
Buletin Veteriner Udayana Volume 11 No. 1: 33-38
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2019
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2019.v11.i01.p06

diameternya dan didapatkan hasil rataan Ukuran tersebut jika dibandingkan


yaitu 8,5 µm (Sinambela, 2012). dengan monosit kucing memiliki ukuran
Diameter monosit sapi bali di Nusa yang lebih kecil. Jika dibandingkan dengan
Penida adalah 12,48413 µm, terkecil monosit pada anjing monosit pada sapi bali
adalah 8,417 µm dan ukuran terbesarnya di Nusa Penida lebih kecil. Begitu pula jika
adalah 21,621 µm. Rerata diameter monosit dibandingkan dengan ukuran diameter
pada kucing adalah 13,8 µm. Intinya sangat monosit pada kelinci, maka monosit bibit
bervariasi, ada yang berbentuk bulat, lobus sapi bali di Nusa Penida juga berukuran
ganda atau berbentuk pita, tetapi biasanya lebih kecil. Monosit sapi bali di Nusa
menjorok ke dalam dan berenda pada Penida hanya memiliki ukuran lebih besar
kromatinnya. Sitoplasmanya sedang apabila dibandingkan dengan ukuran
sampai berlimpah dengan warna biru monosit pada landak. Monosit merupakan
keabu-abuan (Prihirunkit et al., 2007). Pada jenis leukosit berukuran paling besar
anjing ukuran diameter monosit bervariasi diantara semua jenis leukosit dengan
yaitu 12-17 µm dengan rata-rata 14 µm ukuran 15-20 µm dan berjumlah 3-9% dari
(Salakij et al., 2000). Pada kelinci memiliki total leukosit. Monosit memiliki inti sel
diameter 15-18 µm. Monosit memiliki inti seperti biji kacang, dan sitoplasma tampak
amuboid , kromatin inti menyebar , dan biru keabu-abuan dengan pewarnaan
sitoplasma biru (Marshall, 2008). Ukuran Giemza (Peckham, 2014).
monosit landak memiliki diameter 10,5 µm
(Sinambela, 2012).
Tabel 1. Diameter limfosit dan monosit sapi bali di Nusa Penida
Leukosit Rerata (µm) Minimum (µm) Maximum (µm) Std. Deviasi
Monosit 12.484132 8.417 21.621 1.730993
Limfosit 9.225124 7.096 11.836 0.731792

Limfosit dan monosit sapi bali di Nusa bentuk nukelus mempunyai lekukan pada
Penida memiliki ukuran yang lebih kecil satu/dua sisinya. Diameter limfosit
jika dibandingkan dengan ukuran limfosit (9,22±0,73µm) lebih kecil dibandingkan
dan monosit pada kucing, anjing, dan dengan monosit (12,48±1,73 µm).
kelinci. Namun ukuran limfosit dan Saran
monosit lebih besar pada sapi bali di Nusa Perlu dilakukan penelitian dengan
Penida jika dibandingkan dengan ukuran membandingkan leukosit sapi bali yang
monosit landak. Hal tersebut diatas bisa dipelihara di daerah lainnnya.
disebabkan karena spesies yang berbeda.
Penelitian histomorfometri limfosit dan UCAPAN TERIMAKASIH
monosit bibit sapi bali di Nusa Penida tidak Pada kesempatan ini penulis
bisa dibandingkan dengan limfosit dan mengucapkan terimakasih kepada peternak
monosit sapi bali diluar wilayah tersebut di Nusa Penida, dan Pemerintah Disnak
karena keterbatasan informasi yang Keswan Kabupaten Klungkung atas izin
dipublikasikan. dan kerjasamanya, sehingga penelitian ini
SIMPULAN DAN SARAN dapat terlaksana.
Simpulan DAFTAR PUSTAKA
Struktur histologi limfosit dan monosit Arifin Z. 2008. Beberapa unsur mineral
bibit sapi bali di NusaPenida memiliki sensial mikro dalam sistem biologi dan
bentuk nukleus yang bervariasi. Pada metode analisisnya. J. Litbang.
limfosit ditemukan bentuk nukleus bulat Pertanian, 27(3): 99-105.
namun tidak beraturan, sedangkan monosit

37
Buletin Veteriner Udayana Adinugroho et al.

Dharma WA, Sudaryat S, Aryasa KN, Rahayu N, Suwiti NK, Suastika P. 2016.
Suandi IKG. 2005. Peran suplementasi Struktur histologi dan histomorfometri
mineral mikro seng terhadap peran granulosit pada sapi bali pasca
suplementasi mineral mikro seng pemberian mineral. Bul. Vet. Udayana,
terhadap kesembuhan diare. Sari 8(2): 151-158.
Pediatri, 7(1): 15-18. Prihirunkit K, Salakij C, Apibal S,
Junqueira LC, Caneiro J. 2005. Basic Narkkong NA. 2007. Hematology,
Histology Text and Atlas. Ed ke-11. cytochemistry and ultrastructure of
USA: The Mc Graw-Hill Companies blood cells in fishing cat(Felis
Inc. viverrina). J. Vet. Sci., 8(2): 163-168.
Kasa IW, Sukmaningsih AAS, Darmayasa Putra IPC, Suwiti NK, Ardana IBK. 2016.
IB. 2015. Efforts in conserving Suplementasi mineral pada pakan sapi
purebred bali cattle as draught and beef bali terhadap diferensial leukosit di
type in Bali island, Indonesia. Bul. Vet. empat tipe lahan. Bul. Vet. Udayana,
Udayana, 7(1): 95-100. 8(1): 8-16.
Lestari SHA, Ismoyowati, Indradji M. Salakij C, Salakij J, Rattanakunuprakarn J,
2013. Kajian jumlah leukosit dan Tengchaisri N, Tunwattana W, Apibal
differensial leukosit pada berbagai jenis S. 2000. Morphology and
itik lokal betina yang pakannya di cytochemistry of blood cells from asian
suplementasi probiotik. J. Ilmiah wild dog (Cuon alpinus). Kasetsart J.
Peternakan, 1(2): 699709. Nat. Sci., 34(4): 518-525.
Linda, Ramadhan A, Tureni D. 2014. Sinambela EM. 2012. Studi hematologi
Pengaruh ekstrak biji pala (Myristica pada landak jawa (Hystrix javanica).
fragrans) terhadap jumlah eritrosit dan Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan
leukosit pada tikus putih (Rattus Institut Pertanian Bogor.
norvegicus). E-Jipbiol., 3: 1-8. Supriyantono A, Lukman H, Suyadi,
Lokapirnasari WP, Yulianto AB. 2014. Ismudiono. 2008. Performansi sapi bali
Gambaran sel eosinofil, monosit, dan pada tiga daerah di Provinsi Bali. Berk.
basofil setelah pemberian spirulina Panel. Hayati, 13: 147-152.
pada ayam yang diinfeksi virus flu Suwiti NK, Putra S, Puja N, Watiniasih NL.
burung. J. Vet., 15(4): 499-505. 2012. Peningkatan produksi sapi bali
Marshall KL. 2008. Rabbit hematology. unggul melalui pengembangan model
Veterinary Clinics of North America: peternakan terintegrasi. Laporan
Exotic Animal Practice, 11(3): 551- Penelitian Prioritas Nasional (MP3EI)
567. Tahap I. Pusat Kajian Sapi Bali
Martojo H. 2012. Indigenous Bali cattle is Universitas Udayana.
most suitable for sustainable small Tadjali M, Nazifi S, Abbasabadi BM,
farming in Indonesia. Reprod. Domest. Majidi B. 2013. Histomorphometric
Anim., 47(1): 10-14. study on blood cell in male adult
ostrich. Vet. Res. Forum, 4(3): 199-203.

38

Anda mungkin juga menyukai