Oleh:
Rizka Ramadhani
NIM A1D018028
Asisten:
Nada Zein
NIM A1D016028
Oleh:
Rizka Ramadhani
NIM A1D018028
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Di mana
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, nikmat dan anugerah-Nya
terselesaikan dengan baik, meski jauh dari kata sempurna. Sehingga akhirnya
terusunlah sebuah laporan resmi praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan ini.
Dengan terselesainya laporan resmi praktikum ini, maka tidak lupa saya
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
memberikan motivasi
Demikian laporan yang saya buat, mohon kritik dan sarannya atas
kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 2
A. Latar Belakang................................................................................. 2
B. Tujuan .............................................................................................. 3
C. Manfaat............................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4
A. Hasil ................................................................................................ 10
B. Pembahasan ..................................................................................... 10
V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 26
A. Kesimpulan ...................................................................................... 26
B. Saran ................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 27
iv
LAMPIRAN................................................................................................... 29
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 41
A. Latar Belakang.................................................................................... 41
B. Tujuan ................................................................................................ 42
C. Manfaat .............................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 43
A. Hasil .................................................................................................. 48
B. Pembahasan ...................................................................................... 49
V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 63
A. Kesimpulan ....................................................................................... 63
B. Saran ................................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 64
LAMPIRAN................................................................................................... 66
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 80
A. Latar Belakang................................................................................. 80
B. Tujuan .............................................................................................. 81
v
C. Manfaat ............................................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 82
A. Hasil .................................................................................................. 89
B. Pembahasan ...................................................................................... 90
V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 104
LAMPIRAN................................................................................................... 107
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar
Halaman
1.6. Aquadest.................................................................................................. 29
1.9. Pupuk ZA dan urea pada cawan petri untuk menentukan higrokopis..... 66
viii
2.8. cawan petridish........................................................................................ 148
ix
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh:
Rizka Ramadhani
NIM A1D018028
Asisten:
Nada Zein
NIM A1D016028
A. Latar Belakang
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman adalah unsur C, H, O yang ketersediaan
unsur tersebut di alam sudah melimpah, N, P, K, Ca, Mg, S (hara makro), dan Fe,
Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B (hara mikro). Pupuk dapat diberikan melalui tanah, daun,
dua jenis, yaitu pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam adalah pupuk yang
terdapat di alam atau dibuat dengan bahan alam melalui proses degradasi dan
hijau, dan pupuk batuan P. Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik
dengan bahan-bahan kimia yang berkadar hara tinggi. Misalnya, TSP, urea,
rustika, dan nitrophoska. Pupuk ini dibuat oleh pabrik dengan mengubah sumber
yaitu, pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan pupuk yang
seperti pupuk kandang, pupuk kompos, dan pupuk guano. Pupuk anorganik
merupakan pupuk buatan maupun pupuk alam yang terbuat dari bahan kimia.
2
Berdasarkan jenis haranya pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk
tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal merupakan jenis pupuk yang
(fosfat), atau pupuk K (kalium) Pupuk tunggal yang mengandung unsur N dikenal
majemuk adalah pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur haranya, misalnya
yang akan berbeda yaitu, warna, bentuk, kadar unsur hara, kelarutan,
pupuk anorganik ini harus dilakukan agar dapat mengetahui dan membedakan dari
B. Tujuan
membedakannya.
3
C. Manfaat
membedakannya.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Zat atau unsur yang ditambahkan kedalam tanah dengan maksud untuk
menyuburkan tanah biasa disebut dengan pupuk. Pupuk secara umumnya terbagi
menjadi dua yaitu pupuk organik seperti pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk
hayati dan pupuk anorganik seperti pupuk kimia, bahan sintetis. Penggunaan
pupuk anorganik dapat dikurangi dengan cara pemberian pupuk organik hal ini
selalu digunakan oleh petani. Semua unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
sudah ada pada pupuk organik karena itu bersifat multiguna. Pupuk yang dapat
memperbaiki sifat fisika, biologi dan kimia tanah serta dapat meningkatkan
kehidupan mikroba tanah yang merupakan sumber hara bagi tanaman biasanya
Pupuk adalah termasuk dalam salah satu faktor produksi yang sangat
penting untuk pertanian, belakangan harga pupuk meningkat cukup tajam. Harga
pupuk selain mahal juga sudah mengandung banyak bahan bahan kimia yang
pemberian dan dosis pupuk yang berlebihan sehingga tanah akan menjadi tidak
subur dan dapat menurunkan produksi tanaman. Pupuk yang diberikan pada tanah
atau tanaman yang tidak sesuai dengan karakteristik tanah yang diberikan dapat
5
produksi yang optimum memerlukan pupuk yang sesuai dengan jenisnya, waktu
menambah kesuburan tanah, dan memberikan dampak yang positif untuk tanah
dan tanaman budidaya. Pemupukan harus dilihat dari ketersediaan unsur hara
yang dibutuhkan didalam tanah. Unsur yang dibutuhkan adalah unsur hara makro
dan unsur hara mikro yang berkecukupan dan harus seimbang. Pemupukan
kedalam tanah akan menambah unsur yang dibutuhkan untuk kebutuhan tanaman
untuk tumbuh dan berkembang serta dapat mengubah keseimbangan hara yang
dengan cara pemupukan yang tepat dan sesuai. Cara yang tepat dan sesuai dapat
Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik dan anorganik. Pupuk yang
kimia, sifat biologi, dan sifat fisik tanah. Pemberian pupuk yang tepat dan sesuai
pupuk atau unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah sehingga akan mudah
6
B. Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik
biologi, dan fisik tanah dan dapat meningkatkan tanah menjadi subur dan
sudah mencukupi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah. Penggunaan pupuk
(Indriani, 2004).
Pupuk organik memiliki dua bentuk yaitu pupuk organik padat dan pupuk
organik cair. Pupuk organik cair lebih banyak mengandung unsur hara yang
mudah untuk diserap oleh tanaman dibandingkan dengan pupuk organik padat
(Murbandono, 1990). Pupuk organik harus diperhatikan dalam dosis yang akan
diaplikasikan pada tanaman dan tanah. Pemberian pupuk yang berlebihan yaitu
tidak sesuai dengan dosisnya akan menyababkan terjadinya gejala kelayuan pada
tanaman (Rahmi dan Jumiati, 2007). Pupuk organik termasuk dalam pupuk
lengkap karena memiliki kandungan unsur hara makro dan unsur hara mikro yang
kompos dan pupuk kandang memiliki unsur hara yang cukup untuk tanah dan
7
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman
tingkat tinggi dan tingkat rendah karena pupuk organik adalah pupuk esensial.
Unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman minimal memiliki 16 unsur yang ada
didalamnya dan harus ada unsur yang wajib yaitu nitrogen, fosfor, dan kalium.
Pupuk anorganik memiliki kandungan unsur hara yang cukup namun apabila
C. Klasifikasi Pupuk
organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yaitu pupuk yang terbuat dari
bahan-bahan alami seperti pupuk kandang, pupuk gambut, dan pupuk hijau.
Pupuk anorganik adalah pupuk buatan oleh pabrik yang berasal dari bahan bahan
dua yaitu pupuk anorganik teknis dan pupuk anorganik pro analis. Pupuk
anorganik teknis adalah pupuk buatan dari pabrik dan berasal dari bahan-bahan
kimia anorganik yaitu NPK, urea, TPS dan lainnya (Amini dan Syamdidi, 2006).
Pupuk organik adalah pupuk dari penguraian sisa-sisa dari tanaman dan
binatang. Pupuk organik seperti pupuk kandang, pupuk kompos, bungkil, tepung
tulang, pupuk hijau, dan lain-lain. Pupuk organik memiliki kandungan yang dapat
daya serap dan daya simpan air sehingga kesuburan tanah dapat meningkat (Fitrah
8
Pupuk anorganik memiliki kandungan unsur hara yang dapat disesuaikan
mudah larut sehingga akan lebih cepat diserap oleh tanaman. Pupuk organik
seperti pupuk urea, pupuk KCl, pupuk TSP, pupuk SP-36. Pupuk organik seperti
pupuk hijau, pupuk kompos, pupuk kandang, dan pupuk humus (Lingga dan
Marsono, 2007).
merupakan kewajiban yang diberikan pada tanah oleh para petani. Penggunaan
pupuk yang sesuai akan meningkatkan produktivitas tanaman yang cukup tinggi.
Penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan dan tidak sesuai dosis akan
berakibat negatif untuk kondisi lahan seperti tanah mudah keras dan tanah cepat
Pupuk dapat memperbaiki sifat fisik tanah yaitu pada permeabilitas tanah,
agregat tanah, daya tahan air tanah, mencegah erosi tanah, kekeringan tanah. Sifat
kimia tanah yaitu dapat menambah unusr hara tanah, membentuk chelat, daya
sangga pada tanah, dan meningkatkan unsur hara mikro. Sifat biologi tanah yaitu
tanah(Firmansyah, 2007).
Pupuk dapat memperbaiki sifat kimia, fisika dan kimia tanah melalui
infiltrasi air, drainase, suhu, stabilitas struktur, penetrasi akar, dan aktivitas
9
mikrobia. Sifat kimia tanah dapat berpengaruh tarhadap ketersediaan hara untuk
tumbuhan dan sebagai sumber hara fosfat, nirtogen dan sulfur (Joetono, 1995).
mikroba tanah, sumber makanan bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah, dan
menaikkan bahan serap tanah terhadap air. Pemberian pupuk juga dapat
10
III. METODE PRAKTIKUM
Soedirman pada hari selasa, 24 september 2019 jam 13.00 WIB sampai selesai.
atas berbagai macam pupuk anorganik meliputi Urea subsidi dan non subsidi, ZA,
SP-36, KCl, mutiara, supergrow NPK, phonska, NPK cair, Gandasil-D, dan
Gandasil-B.
Alat yang digunakan pada prakikum ini terdiri atas tabung reaksi, gelas
piala, cawan petridish, kertas buram, aquadest, sendok, kertas label, pH-paper
C. Prosedur Kerja
11
Prosedur kerja pada praktikum pengenalan pupuk anorganik sebagai
berikut :
1. Kelarutan pupuk
2. pH
b. Tabung reaksi ditutup dengan plastik dan dikocok hingga semua pupuk
larut.
3. Higroskopisitas
12
d. Higroskopisitas pupuk ditentukan dengan dilihat tingkat kebasahan
A. Hasil
Sangat Tidak
lambat higroskop
>30 menit is sampai
hari
ketiga
Sangat Agak
lambat higroskop
>30 menit is pada
hari
ketiga
13
3 KCl Merah K2O=60% 6
dan Cl=46%
putih (Novizan,
2004)
Sangat Tidak
lambat higroskop
>30 menit is sampai
hari
ketiga
4 SP-36 Abu- P=36% 3
abu S=5%
(Novizan,
2004).
Sangat Tidak
lambat higroskop
>30 menit is sampai
hari
ketiga
5 Super Hijau N=7,5% - - -
grow kebiru P2O5=2%
an K2O=3%
Unsur
mikro
(Novizan,
2004)
14
7 Ganda Hijau N=14% 7
sil D P=12%
K=14%
Mg=1%
Sisanya
unsur dan
senyawa Sangat Higrosko
seperti Mn, cepat larut, pis pada
B, Cu, Co 6 menit hari
(Hastuti et kedua
al., 2016)
15
menit hari
ketiga
11 Urea Putih N=46% 6
non- Kadar
subsid biuret 1%
i Moisture
0,5%
Sangat Agak
lambat higroskop
>30menit is pada
hari
ketiga
12 NPK Biru N=16% - - -
cair keung P2O5=16%
uan K2O=16%
Kadar
air=0,4%
B. Pembahasan
berbagai jenis-jenis pupuk anoraganik yang memiliki bentuk hampir sama akan
warna, bentuk, pH, higroskopis, dan kelarutan masing-masing pupuk. Pupuk yang
diamati adalah pupuk ZA, NPK, urea bersubsidi, urea non bersubsidi, SP-36,
kelarutannya lebih dari 30 menit. Menurut Arief et al. (2016) pupuk ZA adalah
salah satu pestisida anorganik yang dapat membunuh gulma dan sering digunakan
oleh petani di Indonesia. Nama pupuk ZA berasal dari istilah bahasa belanda yaitu
16
zwavelzure ammoniak. Pupuk ZA digunakan sebagai pemberi tambahan unsur
adalah mengandung unsur nitrogen dan sulfur dimana unsur sulfur tidak dimiliki
oleh pupuk nitrogen lainnya seperti urea, sendawa chili, dan amonium nitrat.
senyawa sulfur sebesar 24% dalam sulfat serta nitrogen sebesar 21% dalam
bentuk amonium. Unsur hara utama untuk tanaman yang dapat menyusun semua
protein adalah unsur nitrogen. Kandungan penting dalam unsur nitrogen yang ada
klorofil dan membantu reaksi metabolisme pada karbohidrat, protein dan lemak
sebesar 5. Kelarutan dari pupuk urea bersubsidi sangat lambat yaitu lebih dari 30
menit. Higrokopisitas pupuk urea bersubsidi agak higroskopis pada hari ketiga.
Pupuk urea termasuk dalam pupuk tunggal karena hanya mengandung satu
unsur hara saja yaitu unsur nitrogen dari penguraian alami protein dari mahluk
hidup. Sintesa urea dalam jumlah yang cukup besar dapat dilakukan dengan
Pupuk urea merupakan pupuk yang berbentuk padatan seperti kristal putih yang
dapat sangat larut dengan air dengan kandungan nitrogen sebesar 46%. Pupuk
urea dapat digunakan sebagai pupuk nitrogen yang sangat dikenal oleh dunia pada
17
pertengahan tanhun 1970 (Engelstad, 1985). Pupuk urea adalah pupuk urea yang
mengandung unsur nitrogen yang tinggi sebesar 43% sampai 46%. Pupuk urea
bersifat sangat mudah larut dan mudah diserap oleh tanaman. Kelemahan dari
pupuk urea adalah jika diaplikasikan ditanah maka kehilangan unsur nitrogen
keudara bisa mencapai 40% dari nitrogen yang telah diaplikasikan. Unsur hara
nitrogen yang ada pada pupuk urea digunakan untuk pembentukan daun dan akan
warna merah dan putih. Pupuk KCl memiliki pH sebesar 6. Kelarutan dari pupuk
KCl sangat lambat yaitu lebih dari 30 menit. Higrokopisitas pupuk KCl tidak
aktif membelah yaitu pada jaringan meristem. Unsur kalium berdifusi melalui
tanah menuju ke akar tanaman yang tumbuh pada sekitar perakaran lalu kalium
akan memberi efek pada pertumbuhan tanaman (Filiyah et al., 2016). Unsur
terutama pada bagian jaringan yang aktif seperti di jaringan meristem atau ujung
18
tanaman, unsur kalium lebih banyak ada pada jaringan tersebut dibandingkan
memiliki warna abu-abu. Kelarutan dari pupuk SP-36 sangat lambat yaitu lebih
dari 30 menit. Higrokopisitas pupuk SP-36 tidak higroskopis sampai hari ketiga.
Pupuk SP-36 adalah pupuk anorganik yang memiliki kelarutan yang lambat
sehingga sampai saat panen ketersedian SP-36 akan tetap tinggi. Pupuk SP-36
dapat meningkatkan unsur P yang ada didalam tanah. Peningkatan unsur P yang
serapan P tanaman, berat kering tajuk tanaman, dan dapat meningkatkan serapan P
memiliki warna hijau kebiruan. Pupuk supergrow adalah pupuk cair yang
digunakan untuk proses pertumbuhan tanaman terutama pada daun. Warna pupuk
pupuk majemuk karena pupuk supergrow mengandung dua atau lebih dari unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Pupuk supergrow mengandung
unsur N sebesar 7,5%, P sebesar 2%, K sebesar 3% dan juga terdapat unsur mikro
(Novizan, 2004).
19
dari pupuk mutiara sangat cepat yaitu larut dalam 5 menit. Higrokopisitas pupuk
Pupuk mutiara adalah pupuk majemuk karena terdapat lebih dari satu unsur
hara. Kandungan pupuk mutiara yaitu unsur N sebesar 16%, P sebesar 16%, dan k
kandungan unsur dari pupuk mutiara adalah unsur yang dibutuhkan oleh tanaman
tanaman untuk tumbuh dengan baik. Pupuk mutiara mengandung unsur N, P, dan
K yang dapat meningkatkan unsur hara sehingga dapat memperoleh hasil tanaman
yang optimum. Pupuk mutiara digunakan sebagai unsur hara tanaman adalah
(Ernawati, 2017).
pupuk gandasil D sangat cepat yaitu larut dalam 6 menit. Higrokopisitas pupuk
20%, fosfat sebesat 15% dan kalium sebesar 15% serta terdapat unsur hara makro
dan mikro yang melengkapinya. Terdapat juga pupuk gandasil tambahan unsur
mikro B, Mn, Zn, Cu, Co, dan Mn (Burhan, 2016). Pupuk gandasil D
mengandung unsur N sebanyak 20%, unsur P2O5 sebanyak 15%, unsur 15% K2O,
20
dan unsur 1% MgSO4. Pupuk gandasil D dilengkapi dengan unsur mangan,
tembaga, kobal, boron, dan seng dan juga terdapat vitamin yang digunakan
gandasil D yang diberikan pada media tanam maka akan semkin juga kandungan
unsur haranya. Pemberian pupuk gandasil D dapat merangsang akar tanaman yang
digunakan untuk menyerap unsur hara dan akar juga akan lebih cepat panjang dan
besar serta akar akan tahan dengan cuaca yang buruk. Pemberian pupuk gandasil
D pada tanaman harus pada dosis dan waktu yang tepat. Pemberian pupuk
dari pupuk gandasil B sangat cepat yaitu larut dalam 6 menit. Higrokopisitas
Pupuk gandasil B adalah salah satu pupuk daun anorganik makro dan mikro.
buah dan bunga. Pupuk gandasil B mengandung unsur hara makro dan mikro
yang lengkap. Pupuk gandasil B mengandung unsur hara makro yaitu N sebanyak
6%, P sebanyak 20%, K sebanyak 30%, dan Mg sebesar 3% sedangkan unsur hara
mikro yang terdapat di pupuk gandasil b adalah Cu, Mn, Zn, B, dan Co. Pupuk
karena dapat langung dimanfaatkan oleh tanaman (Munir dan Arifin, 2010).
21
Berdasarkan dari komposisinya pupuk gandasil B mengandung unsur P
lebih banyak sekitar 20% P, unsur K juga lebih banyak sebesar 30%K. Pupuk P
dan Pupuk K adalah pupuk ensensial yang harus ada pada pertumbuhan dan
perkembangan tanaman pada fase generatif . Pupuk gandasil B adalah pupuk yang
diberikan melalui daun (Bulan et al., 2016). Pupuk daun gandasil mengandung
unsur hara N yaitu 20%, unsur p yaitu 15%, unsur k yaitu 15% dan tambahan
unsur mikro yaitu Cu, Co, Zn, B, Mn, dan Mg (Andalasari et al., 2014).
memiliki warna coklat. Pupuk NPK memiliki pH sebesar 4. Kelarutan dari pupuk
NPK sangat lambat yaitu kurang dari 30 menit. Higrokopisitas pupuk NPK tidak
lebih dari satu unsur hara. Pupuk NPK mengandung tiga unsur hara utama yaitu
unsur hara nitrogen, fosfor, dan kalium dengan perbandingan 15-15-15. Pupuk
NPK sangat diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang dengan normal
dan pupk NPK ini telah banyak dicoba dan digunakan untuk tanaman. Pemberian
pupuk NPK untuk tanaman diberkan secara bertahap dengan setengah dosis disaat
tanam dan setengah dosis saat tanaman sudah berumur tiga minggu setelah
Pupuk NPK adalah pupuk majemuk yang mengandung lebih dari satu unsur.
Pupuk NPK bermakna ganda karena mengandung zat-zat pokok seperti fosfor,
nitrogen, dan kalim dengan jumlah tertentu seperti pupuk TSP (Amini dan
Syamdidi, 2006). Pupuk majemuk adalah pupuk NPK yang bersifat pupuk
22
anorganik yang digunakan sebagai peningkatan ketersediaan unsur hara makro
yaitu N, P, dan K yang dapat menggantikan pupuk tunggal yaitu ura, SP-36, dan
perhitungan kandungan zat hara yang sama dengan pupuk tunggal, penggunaan
pupuk phonska sangat cepat yaitu larut dalam 10 menit. Higrokopisitas pupuk
Pupuk phoska adalah salah satu produk dari pupuk NPK yang sudah beredar
sebesar 15% , kalium sebesa 15%, sulfur sebesar 10%, dan kadar air mineral
sebesar 2%. Pupuk phonska mudah larut dengan air sehingga unsur hara yang
terkandung didalamnya lebih mudah diserap oleh tanaman dan digunakan dengan
Pupuk phonska merupakan pupuk NPK yang tedapat kandungan tiga unsur
hara utama yaitu nitrogen, fosfat, sulfur, dan kalium. Kandungan unsur nitrogen
sebesar 15%, fosfat sebanyak 15%, kalium sebanyak 15%, dan sulfur 10%.
macam unsur hara utama yaitu nitrogen, fosfat, dan kalium yang diperkaya
dengan unsur sulfur. Pupuk phonska mudah larut dalam air dan mudah diserap
23
oleh akar tanaman. Pupuk phonska digunakan untuk mempercepat pertumbuhan
Kelarutan dari pupuk urea non-subsidi sangat lambat tidak larut dalam 30 menit.
Pupuk urea non subsidi biasa disebut juga dengan pupuk nitrogen. Pupuk
urea mengandung nitrogen sebesar 46%. Pupuk urea memiliki warna putih. Pupuk
urea dibuat berdasarkan reaksi amoniak dengan karbon dioksida yang akan
menjadi urea padat dengan ukuran 1 mm sampai 3mm atau dari ukuran granul
sekitar 2mm sampai 4mm. Pupuk urea digunakan oleh tanaman untuk
memiliki kadar air maksimal sebesar 0,5%, kadar nitrogen minimal sebesar 46%,
memiliki warna biru keunguan. Pupuk NPK cair adalah pupuk majemuk buatan
yang berbentuk cair. Pupuk NPK cair mengandung unsur hara nitrogen, fosfor,
serta kalium. Pupuk NPK cair megandung unsur hara utama nitrogen sebanyak
15%, foosfor sebesar 15%, dan kalium sebesar 15%. Pupuk NPK cair
(Kurniawati, 2015).
24
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
25
bentuknya bulat kecil, pHnya 4, agak higroskopis, dan kelarutannya
B. Saran
penentuan pH harus dilihat warna yang sama persis dengan pH-paper universal,
saat kelarutan pupuk harus diamati dengan teliti pupuk larut dalam menit
keberapa, dan pada saat penentuan higroskopisitas dipastikan letak pupuk berada
di tempat terbuka.
26
LAMPIRAN
27
Gambar 1.7. pH paper Gambar 1.8.Kelarutan Gambar 1.9. Pupuk
Universal pupuk ZA dan Urea ZA dan Urea pada
Cawan petridish
Untuk menentkan
Higroskopisitasnya.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
Bustami, Sufardi, dan Bachtiar. 2013. Serapan hara dan efisiensi pemupukan
phosfat serta pertumbuan padi varietas lokal. Jurnal manajemen
sumberdaya lahan. 1(2):159-170.
Darwis,V., dan Murmanaf, R. 2004.kebijakan distribusi, tingkat harga dan
penggunaan pupuk di tingkat pertanian. Jurnal penelitian agro ekonomi.
22(1):63-71.
Dharmayanti, N. K.S ., N. Supadma., dan D. M. Arthadama. 2013. Pengaruh
pemberian biourine dan dosis pupuk anorganik terhadap beberapa sifat
kimia tanah pegok dan hasil tanaman bayam. Jurnal agroekoteknologi
tropika. 2(3):165-174.
Ernawati, R., N. Jannah., dan A.P. Sujalu. 2017. Pengaruh pupuk kandang sapi
dan NPK mutiara 16:16:16 terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
selada. Jurnal agrifor. 16(2): 287-300.
Englstad. 1985. Teknologi dan penggunaan pupuk. Gadjah mada university press.
Yogyakarta.
Fauziah, R., J. Prihatin., dan Suratno. 2018. Pengaruh pemberian pupuk ZA pada
tanaman murbei terhadap kokon ulat sutera alam. Jurnal bioeksperimen.
4(1): 37-41.
Filiyah, Nurjaya, dan Syekhfani. 2016. Pengaruh pemberian pupuk KCl terhadap
N,P,K tanah dan serapan tanaman pada inceptisol untuk tanaman jagung di
situ hilir , cibungbulan, Bogor. Jurnal tanah dan sumberdaya lahan. 3(2):
329-337.
Fitrah, A., dan N. Amir. 2015. Pengaruh jenis pupuk organik padat dan cair
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman seledri di polybag. Jurnal
klorofil. 10(1): 43-48.
Hendri, M., M. Napitupulu., dan A.P. Sujalu. 2015. Pengaruh pupuk kandang sapi
dan pupuk NPK mutiara terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung
ungu. Jurnal agronomi. 14(2): 213-220.
Herman dan Goenadi. 1999. Manfaat dan prospek industri hayati di Indonesia.
Jurnal penelitian dan pengembangan pertanian. 18(3):11-19.
Indrakusuma. 2000. Proposal Pupuk Organik Cair Supra Alam Lestari. PT Surya
Pratama Alam. Yogyakarta.
Indriani.2004. Membuat Kompos secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Jooetono. 1995. Biologi dan Biokimia Peruraian Bahan organik Tanah. Faperta
UGM. Yogyakarta.
Kumalasari, P. 2011. Pemberian Beberapa Dosis Bokashi Salvinia molesta
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max L.)
Pada Tanah Ultisol. Skripsi. F. MIPA. Universitas Andalas. Padang.
Kurniadie, Denny. 2002. Pengaruh kombinasi dosis pupuk majemuk npk phospat
dan pupuk n terhdap pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah varietas ir
64. Jurnal bionatura. 4930;137-147.
Kasno, A. 2009. Respon tanaman jagung terhadap pemupukan fosfor pada Typic
Dystrudepths. Journals of tropicals soil. 14(2):111-114.
Kaya, E. 2013. Pengaruh kompos jerami dan pupuk npk terhadap n-tersedia tanah,
serapan-n, pertumbuhan, dan hasil padi sawah. Jurnal agrologia. 2(1): 43-
50.
30
Lingga dan Marsono. 2007. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar. Jakarta.
Mayadewi. 2007. Pengaruh jenis pupuk kandang dan jarak tanam terhadap
pertumbuhan gulma hasil jagung manis. Jurnal agritrop. 26(4): 153-159.
Mtui, Y.S. 2009. Recent Advances in Pretreatment of Lignocellulosic Wastes and
Production of Value Added Products. African J. of Biotechnology.
8(8):1398-1415.
Munir, R dan Y.Arifin. 2010. Pertumbuhan dan hasil mentimun akibat pemberian
pupuk kandang ayam dan gandasil b. Jurnal jerami. 3(2): 63-70.
Munthe, H. Rudite, T. Istianto. 2006. Penggunaan pupuk organik pada tanaman
Karet menghasilkan. Balai Penelitian Sungai Putih Pusat Penelitian Karet
Indonesia.
Murbandono. 1990. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nath, T.N. 2013. The macronutrients status of long term tea cultivated soils in
Dibugrah and Sivasgar Districts of Assam. India International Journal of
Scientific Research. 2(5):273-275.
Parman, S. 2007. Pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan
dan produksi kentang. Jurnal anatomi dan fisiologi. 15(2): 21-31.
Pirngadi, S. dan S. Abdulrachman. 2005. Pengaruh Pupuk Majemuk NPK (15- 15-
15) Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Padi Sawah. Jurnal Agrivigor.
4(2):188-197.
Resqi, R.H., M. Roviq., dan M.D. Magfour. 2016. Pengaruh sumber pupuk
nitrogen dan waktu pemberian urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman
jagung manis. Jurnal produksi tanaman. 4(1): 8-15.
Rahmah, A., Izzati, M., dan Parman, S. 2014. Pengaruh pupuk organik cair
berbahan dasar limbah sawi putih terhadap pertumbuhan tanaman jagung
manis. Jurnal anatomi dan fisiologi. 22(1):65-71.
Rahmi, A. dan Jumiati. 2007. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan
Pupuk Organik Cair Sper ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung
Manis. J. Agritrop.,26(3).,105-109.
Roidah, I.S. 2013. Manfaat penggunaan pupuk organik untuk kesuburan tanah.
Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo. 1(1): 30-42.
Sarief, E. S. 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.
Bandung.
Samekto, R. 2008. Pemupukan. PT Citra Aji Parama. Yogyakarta.
Sundari, E., Ellyta, S., dan Riko, R. 2012. Pembuatan pupuk organik cair dengan
menggunakan bioaktivator Biosca dan EM4. Universitas Bung Hatta.
Palembang.
Sutedjo, M. M. 1995. Pupuk dan pemupukan. CV. Simplex. Jakarta.
Suwandi dan A. Sulistyono. 2013. Kajian dosis pupuk phonska pada dua varietas
semangka terhadap pertumbuhan dan hasil buah semangka. Jurnal agritop.
11(1): 53-57.
Uluputty, M. R. 2015. Pertumbuhan dan hasil seledri pada media pasir setelah
diberikan gandasil D dan atonik. Jurnal agrologia. 4(1):28-33.
Wahid, A.S. 2003. Peningkatan efisiensi pupuk nitrogen pada padi sawah dengan
metode bagan warna daun. Jurnal litbang pertanian. 22(1):156-161.
31
LAPORAN PRAKTIKUM
KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
ACARA 2
PEMBUATAN PUPUK CAMPUR (MIXED FERTILIZER)
Oleh:
Rizka Ramadhani
NIM A1D018028
Asisten:
Nada Zein
NIM A1D016028
A. Latar Belakang
Pupuk campur adalah campuran dari pupuk tunggal yang dicampur secara
manual, misalnya pupuk Urea, TSP dan KCl dicampur menjadi satu dengan
perbandingan tertentu sesuai dengan mutu yang diinginkan. Hal ini berbeda
dengan pupuk majemuk yaitu pupuk yang mempunyai dua atau lebih hara
keseragaman yang beragam karena dicampur secara manual, di sisi lain tidak
semua pupuk dapat dicampur satu sama lain. Beberapa pupuk campuran juga
hanya dapat dilakukan untuk sekali aplikasi dan tidak dapat disimpan. Pembuatan
lebih dari satu unsur hara. Pemupukan dapat dilakukan hanya sekali saja karena
pupuk campur sudah memiliki dua atau lebih hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
campurkan. Pembuatan pupuk campur harus memenuhi syarat karena jika tidak
pupuk menjadi rusak dan tidak dapat digunakan. Syarat dalam pembuatan pupuk
campur yaitu, pupuk yang akan dicampur memiliki fasa yang sama, pupuk tidak
harus dilakukan dalam keadaan kering, kandungan hara pupuk harus dihitung
terlebih dahulu, dan jika kekurangan bahan pupuk dapat diisi dengan bahan
pengisi yang memiliki bentuk seperti serbuk, tanah kering, atau abu gosok.
33
Pembuatan pupuk campur mempunyai keuntungan dan kekurangan.
dan menghemat tenaga serta waktu, memungkinkan kondisi fisik yang lebih baik,
dalam sekali pemupukan sudah unsur hara yang diberikan sudah terlengkapi,
yaitu, waktu dalam memberikan berbeda tergantung pada kondisi tanah dan
tanaman dan kebutuhan unsur yang berbeda, bahan-bahan pupuk tidak semuanya
dibutuhkan bisa saja terlalu sedikit untuk beberapa nutrisi dan berlebih untuk yang
lain, dan tidak dapat disimpan untuk waktu yang relatif lama.
B. Tujuan
C. Manfaat
34
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk campur sering digunakan oleh petani karena dalam sekali pemupukan
sudah mengandung dua atau lebih unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan
tanaman. Perubahan pupuk tunggal menjadi pupuk campur juga dapat membantu
berulang-ulang tidak seperti pupuk campur yang hanya sekali saja. Pupuk campur
sangat membantu petani untuk memberikan unsur hara yang lebih berimbang
terutama pada unsur hara kalium karena sudah ada didalam pupuk NPK (Zaini,
2012).
Pencampuran pupuk ada yang mengalami perubahan dan ada yang tidak
dan cair. Tidak semua pupuk dapat dicampur menjadi satu harus memperhatikan
karakteristiknya. Pupuk campur ada yang tahan lama dan ada yang harus segera
untuk (Achmad dan Susetyo, 2014). Pupuk yang bisa dicampur dan segera
digunakan adalah pupuk KCl dan pupuk urea. Pupuk KCl dan urea yang disimpan
lama dan tidak segera digunkan dapat mengalami pemadatan dan pupuknya akan
basah karena reaksi unsur kimianya. Kelembaban udara dan pengaruh suhu
menjadi faktor bentuk dari pupuk dapat basah atau cair, untuk mencegahnya harus
Pembuatan pupuk campur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
proses fisik atau diaduk dan proses kimia. Proses fisik atau diaduk akan lebih
35
mudah dapat mengubah perbandingan dari kandungan unsur hara nitrogen, fosfor,
dan kalium yang ada dalam pupuk dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan
tanaman. Kelebihan menggunkan proses kimia adalah pada tiap butir pupuk
mengandung unsur hara yang sama seperti formulasinya. Kelemahan dari proses
kimia yaitu di setiap butir pupuk hanya terdapat satu unsur pupuk serta jika
diaduk dengan mesin pencampuran dengan diameter dan bentuk yang berbeda
akan menghasilkan butir-butir yang pecah dan tidak sama (Zaini, 2012).
B. Pembenah Tanah
Pembenah tanah atau kadang disebut juga dengan soil conditioner. Tanah
merupakan bahan-bahan alami atau sintetis, padat atau cair, organik atau mineral
yang dapat merubah kapasitas tanah, memperbaiki struktur tanah, dan dapat
memperbaiki tanah untuk menahan hara sehingga hara tidak mudah hilang
(Dariah, 2015).
hidrofilik yang dapat merubah tanah menahan air. Pemantapan agregat tanah
sebagai pencegah aerasi dan pencemaran. Kemampuan tanah dalam menahan hara
dapat meningkat dengan cara menaikkan kapasitas tukar kation. Pembenah tanah
digunakan dalam perbaikan sifat kimia tanah lainnya seperti memperbaiki reaksi
tanah dan dapat menetralisir unsur dan senyawa yang beracun (Arsyad, 2000).
Bahan pembenah tanah yang telah dikenal oleh masyarakat adalah bahan
organik dan petani umumnya memberikan bahan organik melalui pupuk. Bahan
organik yang diberikan dalam pembenah tanah harus diberikan dalam jumlah
yang besar tidak seperti penambahan dan pelengkap unsur hara (Rochayati et al.,
36
2012). Pupuk kandang dan biomassa tanaman dibutuhkan jumlah yang relatif
kandang dan biomassa tanaman dapat memperbaiki sifat tanah jika dosis yang
diberikan tingga seperti pemberian sekitar 20-25 t ha-1 untuk biomassa dan
agregat tanah (Beare et al.,1994). Letak bahan organik yang digunakan sebagai
buruk dapat diperbaiki dengan pembenah tanah, akan tetapi pembenah tanah yang
diberikan harus tepat. Pembenah tanah seperti bahan organik dalam dosis yang
tinggi agar berfungsi sebagai pembenah tanah (Dariah dan Nurida, 2011).
organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk dari penguraian sisa-
sisa dari tanaman dan binatang. Pupuk organik seperti pupuk kandang, pupuk
kompos, bungkil, tepung tulang, pupuk hijau, dan lain-lain. Pupuk organik
37
tanah, dan dapat mempertinggi daya serap dan daya simpan air sehingga
mudah larut sehingga akan lebih cepat diserap oleh tanaman. Pupuk organik
Berdasarkan fasanya pupuk dibedakan menjadi pupuk padat dan pupuk cair.
Pupuk padat bersifat mempunyai kelarutan yang beragam ada yang mudah larut
dengan air dan ada yang sukar larut dengan air. Pupuk cair berbentuk seperti
cairan dapat digunakan dengan cara dilarutkan terlebih dahulu dengan air.
mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro (Sutandi, 2010).
mengandung unusr hara makro maupun unsur hara mikro yang sangat dibutuhkan
dengan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman (Chen et al., 2017). Pengaplikasian
pupuk dapat memberikan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman yaitu unsur
pupuk tunggal N,P,K diaplikasikan kedalam tanah, namun cara tersebut tidak
38
efektif. Aplikasi yang efektif dilakukan dengan pupuk campur karena dalam sekali
pengaplikasian sudah mengandung dua atau lebih unsur hara yang dibutuhkan
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman yang memerlukan unsur hara mikro yang
banyak sehingga dapat menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan
dapat meningkatkan sumber bahan organik tanah (Farida dan Hamdani, 2001).
39
III. METODE PRAKTIKUM
pupuk ZA (20%N), SP-26 (26% P2O5), KCl (K2O) dan bahan pengisi (abu gosok).
C. Prosedur Kerja
Sebagai contoh yang akan dibuat 100 g pupuk campur 8-12-10 dari bahan
40
3. Pupuk dan bahan pengisi dicampurkan kemudian dimasukkan ke dalam
41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Perbandingan 5:10:8
5 X 100
1. ZA ¿ = 25 gr
20
10 X 100
2. SP-36 ¿ = 27,78 gr
6
8 X 100
3. KCl ¿ = 16 gr
50
B. Pembahasan
dan berkembang dengan normal. Pemupukan menjadi hal yang tidak dapat
berupa pupuk tunggal dan pupuk campur. Penggunaan pupuk campur dapat
42
menghemat tenaga dan menghemat waktu yang dibutuhkan pada saat melakukan
tanaman yang optimum pula. unsur hara N, P, dan K telah tersedia jumlahnya
dialam yang seimbang dan optimal sehingga dalam setiap pemupukan dapat
unsur hara esensial yang sangat berperan untuk kebutuhan tanaman dalam tumbuh
dan berkembang secara optimum terutama pada fase vegetatif (Syafruddin et al.,
2012).
menggunakan pencampuran pupuk ZA, pupuk SP-36, dan pupuk KCl. Pupuk ZA
sebagai unsur hara nitrogen, pupuk SP-36 sebagai unsur hara fosfor, dan pupuk
KCl sebagai unsur hara kalium. Bahan pengisi yang digunakan pada praktikum
menggunakan pupuk ZA, pupuk SP-36, dan pupuk KCl. Pupuk ZA dengan
27,78 gram. Pupuk KCl dengan perbandingan 8 dikalikan 100 dan dibagi 50
mendapatkan nilai sebesar 16 gram. Total dari semua kebutuhan pupuk adalah
68,78 gram. Total bahan pengisi dicari dengan 100 gram dikurangi dengan total
kebutuhan pupuk yaitu 68,78 gram, jadi total kebutuhan bahan pengisi adalah
31,22 gram.
43
Pembuatan pupuk campur bertujuan untuk memperoleh pupuk yang
mengandung dua atau lebih unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman.
unsur hara yang dibutuhkan. Pembuatan pupuk campur dapat dibuat dengan
pupuk tunggal yang mengandung unsur hara tinggi, bahan kasar yang mudah
bereaksi tanpa dibuat pupuk tunggal terlebih dahulu, dan pupuk majemuk.
Pembuatan pupuk campur membutuhkan bahan pengisi atau filler karena biasanya
dalam pembuatan dengan satu grade jumlah pupuknya tidak sesuai dengan yang
dikehendaki. Bahan pengisi atau filler dapat menggunakan pasir, abu gosok,
serbuk gergaji, atau kapur. Bahan pengisi yang digunakan bersifat tidak
higroskopis dan tidak dapat bereaksi dengan pupuk yang akan dibuat pupuk
Pupuk tunggal yang dapat dicampur yaitu pupuk urea, ZA, ZK, SP-36, dan
KCl. Pencampuran pupuk ada yang dapat mengalami perubahan dan tidak
mengalami perubahan, ada yang memadat atau basah dan juga ada yang mencair.
Hal tersebut membuktikan bahwa tidak semua pupuk dapat dicampur dengan
takaran yang sembarangan karena ada yang dapat dicampur dan disimpan lama,
dicampur dan harus langsun digunakan dan tidak dapat dicampur. Pupuk urea
dengan pupuk KCl dapat dicampur akan tetapi harus segera untuk digunakan
karena jika disimpan dalam kurun waktu yang terlalu lama pupuk campur tersebut
akan memadat dan basah karena reaksi unsur kimianya. Pupuk menjadi lembek
atau dapat mencair karena ada pengaruh suhu dan kelembaban udara maka untuk
44
mencegahnya dapat menutup dengan rapat saat penyimpanan pupuk campur
Pupuk campur dapat dibuat dengan dua cara, yaitu dapat melalui proses
kimia dan fisik blending atau dengan cara diaduk. Cara fisik blending atau diaduk
hara N, P, dan K dalam pupuk sesuai kebutuhan tanaman. Keuntungan dari proses
kimia, setiap butir pupuk mengandung unsur hara yang sama, sesuai dengan
dan bila diaduk menggunakan mesin pencampur sederhana, apalagi jika diameter
dan bentuknya berbeda, akan menghasilkan butiran yang pecah sehingga tidak
pupuk organik dan pupuk hayati. Pupuk anorganik yang dapat digunakan bisa
dengan pupuk tunggal urea atau pupuk NPK yang dicampurkan dalam bentuk
granul dengan menambahkan zeolit alam untuk matrik dan sifatnya mudah
organik atau pupuk anorganik menjadi granul. Penambahan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman pada pupuk campur juga dapat menambahkan fosfat, zeolite,
dan dolomit yang telah mengandung unsur Mg, B, S, Cu, Ca, Mo, dan Mn. Pupuk
campur dapat menggunakan pupuk organik yang diperkaya dengan unsur kimiawi
yang sudah mencapai kandungan unsur hara N, P, dan K dan diperkaya dengan
45
Pupuk ZA adalah termasuk pupuk anorganik yang memiliki kandungan
senyawa sulfur sebesar 24% dalam sulfat serta nitrogen sebesar 21% dalam
bentuk amonium. Unsur hara utama untuk tanaman yang dapat menyusun semua
protein adalah unsur nitrogen. Kandungan penting dalam unsur nitrogen yang ada
klorofil dan membantu reaksi metabolisme pada karbohidrat, protein dan lemak
gulma dan sering digunakan oleh petani di Indonesia. Nama pupuk ZA berasal
sebagai pemberi tambahan unsur hara nitrogen dan belerang untuk tanaman.
sulfur dimana unsur sulfur tidak dimiliki oleh pupuk nitrogen lainnya seperti urea,
sendawa chili, dan amonium nitrat. Pupuk ZA juga digunakan pada tanah basa
Pupuk SP-36 adalah pupuk anorganik yang memiliki kelarutan yang lambat
sehingga sampai saat panen ketersedian SP-36 akan tetap tinggi. Pupuk SP-36
dapat meningkatkan unsur P yang ada didalam tanah. Peningkatan unsur P yang
serapan P tanaman, berat kering tajuk tanaman, dan dapat meningkatkan serapan P
46
Pupuk KCl secara umum digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar
tanaman sehingga akan mendukung suplai unsur hara ke jaringan tanaman secara
pada jaringan meristem. Unsur kalium berdifusi melalui tanah menuju ke akar
tanaman yang tumbuh pada sekitar perakaran lalu kalium akan memberi efek pada
pertumbuhan tanaman (Filiyah et al., 2016). Unsur kalium berperan pada tanaman
yang aktif seperti di jaringan meristem atau ujung tanaman, unsur kalium lebih
banyak ada pada jaringan tersebut dibandingkan dengan jaringan lain (Djalil,
2003).
pemupukan sudah mendapat unsur hara yang dibutuhkan, dapat menghemat biaya,
yang diberikan akan merata diterima oleh tanaman. Pupuk campur mengandung
(Hadisuwito, 2009).
47
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
kedalam plastik lalu dicampur hingga merata dan pupuk campur siap
digunakan.
B. Saran
48
LAMPIRAN
49
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S.R., dan Susetyo, I. 2014. Pengaruh proses pencampuran dan cara
aplikasi pupuk terhadap kehilangan unsur N. Jurnal perkaretan. 33(1):29-
34.
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Lembaga Sumberdaya Informasi ,
Institut Pertanian Bogor. IPB Press. Bogor.
Beare, M.H., M.L. Cabrera, P.F. Hendrik, dan D.C. Coleman. 1994. Aggregate
protected and unprotected organic matter pool in convensional and no
tillage soils. Soil Sci. Soc. Am. J. 58:786-795.
Chen, J., Fangbo, C, Hairong X, Min H, Yingbin, Z & Xiong, Y 2017, Effects of
single basal application of coated compound fertilizer on yield and nitrogen
use efficiency in doublecropped rice. The Crop Journal. 5 (3):265– 270.
Dariah, A. dan N.L. Nurida. 2011. Formula pembenah tanah diperkaya senyawa
humat untuk meningkatkan produktivitas tanah Ultisol Taman Bogo,
Lampung. Jurnal Tanah dan Iklim. 3(3):33-38.
Dharmayanti, N. K.S ., N. Supadma., dan D. M. Arthadama. 2013. Pengaruh
pemberian biourine dan dosis pupuk anorganik terhadap beberapa sifat
kimia tanah pegok dan hasil tanaman bayam. Jurnal agroekoteknologi
tropika. 2(3):165-174.
Diana, N.E., Sujak., dan Djamali. 2017. Efektivitas aplikasi pupuk majemuk NPK
terhadap produktivitas dan pendapatan petani tebu. Jurnal buletin Tanaman
Tembakau, Serat & Minyak Industri. 9(2) : 43-52.
Farida dan J.S. Hamdani. 2001. Pertumbuhan dan hasil bunga gladiol pada dosis
pupuk organik bokashi dan dosis pupuk nitrogen yang berbeda. Jurnal
Bionatura: Biologi Terapan. 3(2): 68-76.
Fauziah, R., J. Prihatin., dan Suratno. 2018. Pengaruh pemberian pupuk ZA pada
tanaman murbei terhadap kokon ulat sutera alam. Jurnal bioeksperimen.
4(1): 37-41.
Filiyah, Nurjaya, dan Syekhfani. 2016. Pengaruh pemberian pupuk KCl terhadap
N,P,K tanah dan serapan tanaman pada inceptisol untuk tanaman jagung di
situ hilir , cibungbulan, Bogor. Jurnal tanah dan sumberdaya lahan. 3(2):
329-337.
Fitrah, A., dan N. Amir. 2015. Pengaruh jenis pupuk organik padat dan cair
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman seledri di polybag. Jurnal
klorofil. 10(1): 43-48.
Irawan, T. B. 2010. Pupuk dan pemupukan. Politeknik Negeri Jember, Jember.
Kurniati, F., dan T. Sudartini. 2015. Pengaruh kombinasi pupuk majemuk NPK
dan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil pakchoy pada
penanaman model veltikultur. Jurnal siliwangi. 1(1):41-50.
Manna, MC, Swarup, A, Wanjari, RH & Ravankar, HN 2007, Long term effect of
NPK fertilizer and manure on soil fertility and a sorghumwheat farming
system. Australia Journal of Experimental Agriculture. 47(6):700–711.
50
Mayadewi. 2007. Pengaruh jenis pupuk kandang dan jarak tanam terhadap
pertumbuhan gulma hasil jagung manis. Jurnal agritrop. 26(4): 153-159.
Nurida, N.L. A. Rachman, dan Sutono. 2012. Potensi pembenah tanah biochar
dalam pemulihan tanah terdegradasi dan peningkatan hasil jagung pada
Typic Kanhapludults, Lampung. Jurnal buana Sains. 12(1):69-74.
Oades, J.M. 1990. An introduction to organic matter in soils Pp. 89-159. In Dixon
J.B. and Weed S.B. (Eds.). Minerals in Soils Environments. SSSAJ,
Medison, Wisconsin, USA.
Rochayati, S. dan A. Dariah. 2012. Pengembangan lahan kering masam:
Peluang, tantangan, strategi, serta teknologi pengelolaan. Hlm 164-186.
Dalam Prospek Pertanian Lahan Kering daalam Mendukung Ketahanan
Pangan. IAARD Press. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Rosadi, A. 2015. Kebijakan pemupukan berimbang untuk meningkatkan
ketersediaan pangan nasional. Jurnal pangan. 24(1): 1-14.
Rosmarkam, A., dan N.W. Yuwono. 2011. Ilmu kesuburan tanah. Kanisius.
Yogyakarta.
Scherer, HW 2007, Fertilizers, Ullmann’s Agrochemicals, Volume 1. Wiley
VCH-Verlag GmbH, Weinheim, p:7
Syafruddin, Nurhayati, dan R. Wati. 2012. Pengaruh jenis pupuk terhadap
pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung manis. Jurnal Floratek. 7:
107 – 114.
Zaini, Z. 2015. Pupuk majemuk dan pemupukan hara spesifik lokasi pada padi
sawah. Jurnal tanaman pangan. 7(1):1-7.
51
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh:
Rizka Ramadhani
NIM A1D018028
Asisten:
Nada Zein
NIM A1D016028
A. Latar Belakang
kompleks yang berada di permukaan tanah dan berasal dari tumbuhan, hewan,
mempunyai beberapa peranan penting didalam tanah yaitu sebagai sumber hara
bagi tanman , meningkatkan kapasitas tukar kation, sebagai sumber energi untuk
aktivitas jasad mikro tanah, memantapkan struktur tanah dan sebagai pengatur
kelembaban dan aerasi. Bahan organik yang tinggi dapat menyebabkan tanah
menjadi subur, jika tanah yang tidak terdapat bahan organik maka
mikroorganisme yang ada didalam tanah akan semakin sedikit karena makanan
memerlukan waktu yang tidak cukup cepat, berbeda dengan pemberian pupuk
anorganik yang langsung dapat memberikan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
yang berbeda-beda membutuhkan waktu dekomposisi yang berbeda pula, hal ini
disebabkan karena struktur kimianya jika semakin komples maka akan semakin
lama mengurai. Perbandingan kadar unsur karbon terhadap unsur hara dalam
53
Metode penetapan bahan organik tanah biasa dikelompokkan menjadi tiga
organik tanah memiliki ciri warna hitam kecoklatan serta bersifat koloid yang
disebut dengan humus. Humus adalah sisa-sisa tanaman atau hewan yang telah
mengalami perombakan dan dibantu oleh organisme yang ada didalam tanah.
Tanah-tanah pada lapisan atas atau tanah-tanah topsoil biasanya adalah tanah yang
analisis kadar bahan organik tanah hanya akan melakukan dengan metode
penetapan kadar bahan organik tanah berdasarkan jumlah bahan organik yang
mudah teroksidasi.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum analisis kadar bahan organik tanah adalah mampu
melakukan analisis kadar bahan organik tanah berdasarkan metode bahan organik
teroksidasi.
C. Manfaat
mengetahui analisis kadar bahan organik tanah berdasarkan metode bahan organik
teroksidasi.
54
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesuburan Tanah
menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang
yang telah sesuai untuk pertumbuhan tanaman jika dalam suhu dan faktor
mencakup tiga hal yaitu kualitas, kuantitas, dan waktu. Kualitas adalah
konsentrasi atau jumlah unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Waktu
adalah unsur hara yang selalu tersedia secara terus menerus untuk tanaman dari
(Roidah, 2013).
dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan dan hasil tanaman disebut
tanah pada waktu panen menjadi intensitas tinggi ke rendah sedangkan tanaman
tahunan memiliki akar yang dalam yang digunakan sebagai penyangga yang
bahan organik yang mengandung unsur- unsur hara yang lengkap sehingga
diberikan dengan jumlah yang relatif besar karena bahan organik memiliki
55
kandungan unsur hara yang relatif rendah serta memiliki pelapukan yang sangat
Bahan organik yang ada didalam tanah dapat meningkatkan unsur karbon
tanah. Unsur karbon adalah unsur yang sangat diperlukan dalam bahan organik
sehingga jika semakin tinggi karbon didalam tanah maka kandungan bahan
organik juga akan meningkat. Sifat tanah akan menjadi lebih subur baik secara
biologi, fisik, dan kimia jika tanah terdapat bahan organik yang cukup banyak
Bahan organik yang ada didalam tanah dapat membantu organisme tanah
untuk sumber energinya. Aktivitas organisme yang ada didalam tanah jika
semakin tinggi maka juga akan semakin cepat memperbaiki kesuburan tanah dan
dapat mencegah dari serangga, penyakit, dan hama yang dapat menurunkan
produksi tanaman. Bahan organik tanah akan memperbaiki kesuburan tanah untuk
tanah. Nitrogen adalah unsur hara primer dari tanaman yang bersumber dari bahan
organik. Produktivitas tanaman kan semakin tinggi dan tanah semakin subur jika
semakin tinggi pula kandungan dari bahan organik tanah. Kandungan bahan
56
organik tanah yang terlalu rendap dapat menurunkan kualitas tanah (Hidayanto et
al., 2004).
Unsur hara adalah komponen yang dibutuhkan bagi tanaman untuk tumbuh
dengan unsur-unsur hara lainnya. Unsur hara esensial adalah unsur-unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman. Berdasarkan dari jumlah yang diperlukan unsur
hara esensial dikelompokkan menjadi dua yaitu unsur hara mikro dan unsur hara
makro. Unsur hara mikro yaitu Mo, B, Zn, Cu, Mu, Fe yang dibutuhkan oleh
tanaman namun tidak sebanyak unsur hara makro. Unsur hara makro mempunyai
unsur hara lain juga tersedia dengan cukup. Unsur hara makro yaitu N, P, K, S,
karena diserap oleh tanaman dalam jumlah yang relatif besar (Mengel, 1987).
Kekurangan unsur hara makro seperti unsur hara Ca, S, dan Mg dapat
yang ada didalam tanah yaitu unsur hara Fe, B, Zn, Mo dan Cu dapat membatasi
pertumbuhan tanaman meskipun unsur hara lain telah tersedia dalam jumlah yang
cukup. Tanah yang memiliki pH rendah seperti tanah gambut terdapat beberapa
unsur-unsur hara mikro yang dapat larut sehingga akan menjadi racun untuk
tanaman ( Purwati et al., 2007). Unsur hara yang dilepaskan oleh tanaman
tergantung dengan jenis tanaman, jumlah volume tanaman yng digugurkan, dan
57
bagian tanamannya. Rendahnya unsur hara disebabkan karena terlalu sering
terjadi kebakaran hutan yang selalu terjadi disetiap tahun dan unsur hara alan
Kandungan bahan organik yang tinggi juga berasal dari kadar C-organik
yang tinggi pula. Unsur hara makro yang rendah disebabakan karena unsur ghara
mikro yaitu Zn, Cu, Mn, dan Fe yang telah berikatan dengan fraksi humat dan
fulfat yang ada didalam bahan organik tanah. Serapan dari asam humat akan
menyebabkan unsur hara mikro tidak dapat larut, sedangkan serapan asam fulfat
dapat menyebabkan unsur hara mikro masih dapat sedikit larut (Utami et al.,
2017). Asam fulfat adalah salah satu dari jenis bahan humik tanah yang berperan
Bahan organik tanah merupakan jenis semua senyawa organik yang letaknya
berada didalam tanah seperti fraksi bahan organik ringan, bahan organik yang ada
didalam air, bahan organik yang stabil atau humus, dan biomassa
tanah mineral mengandung C-organik diantara 1% sampai 9%. Tanah gambut dan
tanah hutan pada lapisan organik tanahnya ngandung 40% sampai 50% dan
organik tanah. Kandungan C-organik tanah sangat bervariasi yaitu diantara 45%
58
dengan nilai sebesar 1,724. Bahan organik tanah dipengarui oleh laju akumulasi
bahan asli tanah dan laju dekomposisi serta laju humifikasi yang sangat
organik tanah dapat dilakukan dengan cara mengukur hanya kandungan C-organik
tanah tidak kandungan C-oraganik total yang ada ditanah (Utami, 2003). Metode
metode oksidasi basah dari walkey black. Metode walkey black, pada karbon
organik dapat dioksidasi dalam larutan asam dikromat dan kemudian dilakukan
titrasi balik dari kromat yang telah tersisa dengan menggunakan bantuan dari
indikator yang tepat (Nelson dan Sommers, 1996). Bahan organik yang terdapat
ditanah akan dicampurkan antara kalium dikromat dengan asam sulfat kemudian
jika kelebihan kromat akan dititrasi dengan besi sulfat dan kromat yang sudah
teroksidasi pada saat bereaksi dengan tanah sudah dianggap sama dengan C-
59
III. METODE PRAKTIKUM
Jenderal Soedirman pada hari Selasa, 1 Oktober 2019 jam 11.00 WIB sampai
selesai.
Bahan yang digunakan pada praktikum analisis kadar bahan organik tanah
adalah kalium dikromat 1 N, asam sulfat pekat, sukrosa, tissue, dan aquades.
Alat yang digunakan pada praktikum analisis kadar bahan organik tanah
adalah spektrofotometer, sinar tampak, cuvet, timbangan analitik, labu takar, labu
C. Prosedur kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum analisis kadar bahan organik
60
takar dan ditambahkan aquades sampai 100 mL. Tiap 1 mL larutan ini
mengandung 1 mg.
dan kering.
sebanyak 0;5; 10; 15; 20; dan 25 mg C dengan cara dipipet 0;5; 10; 15;
a. Sebanyak 0,5 gram tanah kering udara lolos ayakan 0,5 mm ditimbang
61
c. Dengan hati-hati ditambah 10 mL asam sulfat pekat, lalu dikocok
persamaan regresi.
62
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
b=
∑ X .Y
∑X2
21,08
=
1375
=0,02
Andisol
T= 0,8 y=0,09
Y=bx
0,09=0,02.X
0,09
X=
0,02
X=4,5
4,5 100
Kadar C organik = x x 100 %
500 100+13,08
63
= 0,01 x 0,88 x 100%
= 0,88%
100
Kadar bahan organik = x 0,88
58
= 1,56%
Vertisol
T=0,54 y=0,26
Y=bx
0,26 = 0,01. X
0,26
X=
0,02
X= 13
13 100
Kadar C organik = x x 100 %
500 100+13,390
= 0,026 x 0,88 x 100%
= 2,29%
100
Kadar bahan organik = x 2,29
58
= 3,95%
Inceptisol
T=0,35 y=0,46
Y=bx
0,46 = 0,02. X
0,46
X=
0,02
X= 23
23 100
Kadar C organik = x x 100 %
500 100+22,48
= 0,05 x 0,82 x 100%
= 0,041 x 100%
= 4,1%
100
Kadar bahan organik = x 4,1
58
= 7,07%
Entisol
T=0,87 y=0,06
Y=bx
0,06 = 0,02. X
0,06
X=
0,02
X= 3
3 100
Kadar C organik = x x 100 %
500 100+5,050
= 0,006 x 0,95 x 100%
= 0,57%
64
100
Kadar bahan organik = x 0,57
58
= 0,98%
Ultisol
T=0,71 y=0,15
Y=bx
0,15 = 0,02. X
0,15
X=
0,02
X= 7,5
7,5 100
Kadar C organik = x x 100 %
500 100+7,64
= 1,39%
100
Kadar bahan organik = x 1,39 %
58
= 2,4%
B. Pembahasan
organik tanah. Bahan organik adalah termasuk dalam faktor pembatas yang
Meningkatnya daya menahan air tanah dan kemampuan mengikat air dalam
jumlah yang besar dapat melakukan penambahan bahan organik. Bahan organik
dapat mengurangi jumlah air yang hilang serta akan mengurangi erosi pada lahan
perkembangan akar tanaman dan siklus air tanah melalui pori tanah yang
terbentuk serta menetapkan agregat tanah yang mantap. Bahan organik tanah juga
bermanfaat untuk energi bagi aktivitas organisme yang ada didalam tanah.
Indikator bahan organik yang ada didalam tanah dapat dilihat berdasarkan
65
kandungan C-organik dan N-total sehingga akan diperoleh nisbah C/N yang
2015).
Bahan organik tanah berasal dari sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer adalah sumber yang berasal dari jaringan tanaman seperti akar,
ranting, batang, dan buah. Jaringan tanaman akan mengalami proses dekomposisi
kemudian akan terangkut ke labisan bawah dan akan diinkorporasi dengan tanah.
unsur karbon sebagai penyusun utama dari bahan organik tersebut. Sumber
tanah karena kedua sumber tersebut memiliki susunan atau komposisi bahan
organik yang berbeda pula. Sumber sekunder biasanya akan lebih cepat hancur
iklim, topografi, bahan induk, vegetasi atau organisme tanah, dan pengelolaan
pertanian. Curah hujan dan temperatur yang dapat mempengaruhi dari bahan
organik tanah. Wilayah yang memiliki curah hujan yang rendah maka kerapatan
vegetasi akan menjadi renggang dan temperatur tanah akan menjadi hangat.
mikroorganisme juga akan semkin cepat sehingga akumulasi bahan organik tanah
yang saling berhubungan akan semakin rendah dan begitu pula dengan sebaliknya.
66
Jumlah organisme yang semakin banyak maka proses penguraian dapat
berlangsung dengan cepat sehingga akumulasi bahan organik tanah juga relatif
Bahan organik tanah digunakan sebagai salah satu pembanah tanah yang
dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah secara kimia, biologi, dan
fisik tanah. Sifat tanah secara fisik dapat memperbaiki struktur tanah,
tanah. Bahan organik mempunyai kapasitas lengas yang tinggi sehingga akan
sifat tanah menjadi lebih baik lagi baik dari fisik, biologi, dan kimia. Sumber
yang ada didalam tanah akan dapat memacu kegiatan mikroorganisme yang akan
tingkat kematangan bahan organik yang telah diberikan, jenis tanah, dan batas
kadaluarsa dari bahan organik tersebut. Penambahan bahan organik yang belum
67
karena bahan organik belum mengalami proses dekomposisi dengan maksimal
Tinggi dan rendahnya kandungan bahan organik sangat berganung pada C organik
kandungan bahan organik dan kadar C organik. Lahan yang tidak diolah memiliki
kandungan C organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan tanah ang
diolah secara intensif karena aerasi pada tanah yang diolah menjadi lebih baik
semakin tinggi konsentrasi kadar C maka absorbansinya juga akan semakin tinggi.
intensitas sinar yang diserap dengan intensitas sinar yang datang. Nilai absorbansi
68
akan bergantung dari kadar zat yang terkandung pada larutan. Semakin banyak
atau besar kadar zat yang ada didalam suatu sampel maka juga akan banyak
molekul yang dapat menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu yang akan
berbanding lurus dengan konsentrasi zat yang ada didalam suatu sampel larutan.
absorbtifitas molar, dan konsentrasi sampenya atau juga dapat semakin tinggi.
Ketebalan benda atau konsentrasi materi yang dilewati akan bertambah maka
cahaya yang akn diserap menjadi lebih banyak. Absorbansi akan berbanding lurus
atau dapat semakin tinggi dengan menyesuaikan ketebalan atau konsentrasi kadar
merupakan absorptifitas molar yang berasal dari larutan yang telah diukur
(Underwood, 1980).
perhitungan nilai absorbansi tanah dengan tanah yang berbeda jenis mendapatkan
kadar C-organik dan kadar bahan organik yang berbeda-beda. Tanah andisol
0,88% dan kadar bahan organik sebesar 1,52%. Tanah vertisol dengan kadar C
bahan organik sebesar 3,95%. Tanah inceptisol dengan kadar C sampel sabanyak
kadar C organik sebesar 0,88% dan kadar bahan organik sebesar 1,52%. Tanah
69
entisol dengan kadar C sampel sabanyak 10 mg C mendapatkan kadar C organik
sebesar % dan kadar bahan organik sebesar %. Tanah ultisol dengan kadar C
bahan organik sebesar %. Kadar C organik yang paling besar yaitu dengan kadar
yaitu dengan kadar 5 mg karena memiliki absorbansi 0,05. Kadar C organik tanah
yang paling besar yaitu 4,1% pada jenis tanah inceptisol dengan kadar C sampel
15 mg dan kadar C organik tanah terkecil yaitu 0,57% pada jenis tanah entisol
organik yang rendah sehingga daya untuk menahan air juga rendah dan memiliki
meloloskan air dan air mudah hilang serta larut karena perkolasi. Tanah entisol
memiliki kadar C organik yang sangat rendah dan kadar haranya tergantung dari
bahan induk. Unsur hara yang ada didalam tanah dalam keadaan segar dan belum
dapat diserap oleh tanaman. Keadaan seperti ini yang menyebabkan entisol
kekurangan kadar organik tanah. Kandungan unsur hara yang banyak hilang akan
organik tanah berupa kotoran ayam, kotoran sapi, dan kompos untuk memperbaiki
air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut – turut
dalam musim – musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit
70
akumulasi bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir
geluhan dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan menahan kation fraksi
lempung ke dalam tanah tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dalam tanah
Inceptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat
terbentuk hampir di semua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutub sampai
berkerakal, tidak berkerikil, dan diolah. Tanah ini memiliki drainase baik,
permeabilitas sedang akan tetapi aliran permukaan agak cepat. Tanah Inceptisols
merupakan salah satu ordo tanah di Indonesia yang penyebarannya cukup luas
(Suriadikusumah, 2014).
71
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
teroksidasi. Prinsip cara analisis kadar bahan organik tanah dengan metode bahan
organik teroksidasi adalah bahan organik yang mudah teroksidadi dalam tanah
B. Saran
Saran untuk praktikum analisis kadar bahan organik tanah adalah pada saat
praktikum harus menggunakan alat pengamat seperti sarung tangan lateks karena
bahan-bahan yang digunakan saat praktikum sangat berbahaya dan harus berhati-
72
LAMPIRAN
73
Gambar 3.10. botol Gambar 3.11. tanah Gambar 3.12.
Semprot andisol 0,5 gram menghomogenkan
Larutan
74
DAFTAR PUSTAKA
75
Neldawati., Ratnawulan., dan Gusnedi. 2013. Analisis nilai absorbansi dalam
penentuan kadar flavonoid untuk berbagai jenis daun tanaman obat. Jurnal
pillar of physics. 2(1): 76-83.
Nelson, D.W. dan L.E. Sommers. 1996. Total Carbon, Organic Carbon and
Organic Matter. Journal Agronomy. 1(2): 30-36.
Nyakpa, Yusuf., A.M.Lubis., M.A. Pulung., G. Amran., A. Munawar., G.B.Hong.
1988. Kesuburan Tanah. Universitas lampung. Lampung.
Purwati, S., A. Soetopo., dan A.Setiawan. 2007. Potensi penggunaan abu boiler
industri bulp dan kertas sebagai bahan pengkondisi tanah gambut pada areal
hutan tanaman industri. Jurnal Selulosa. 42(1):8-17.
Roidah, I.S. 2013. Manfaat penggunaan pupuk organik untuk kesuburan tanah.
Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo. 1(1): 30-42.
Sims, J. T. and H. Patrick. 1978. The Distribution of Micronutrient Cations in Soil
under Condition of Varying Redox Potensial and pH. Soil Sci Soc Am J.
4(2): 258- 262.
Stevenson, F.J. 1982. Humus Chemistry: Genesis of Soils. Oxford University
Press. New York-Oxford.
Subowo, G. 2010. Strategi efisiensi penggunaan bahan organik untuk kesuburan
dan produktivitas tanah melalui pemberdayaan sumberdaya hayati tanah.
Jurnal sumberdaya lahan. 4(1):13-25.
Sukmawati. 2015. Analisis ketersediaan C-organik di lahan kering setelah
diterapkan berbagai model sistem pertanian hedgrow. Jurnal galung
tropika. 4(2):115-120.
Supryono, dkk. 2009. Kandungan C-Organik Dan N-Total Pada Seresah Dan
TanahPada 3 Tipe Fisiognomi (Studi Kasus Di Wanagama I, Gunung Kidul,
Diy).Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 9(1): 49-57.
Underwood , D. 1980. Analisa kimia kuantitatif. Jakarta. Erlangga.
Utami, S.N. dan Handayani, S. 2003. Sifat Kimia Entisol pada Sistem Pertanian
Organik. Jurnal ilmu Pertanian. 10(3): 63-69.
Utami. W., Sumarminto, dan Hanudin. 2017. Pengaruh limbah biogas sapi
terhadap terhadap ketersediaan hara makro-mikro inceptisol. Jurnal tanah
dan air. 14(2):50-59.
Wallace, A. 2000. Handbook of Soil Conditioners Subsistance tahat Enhance the
Physical Properties of Soil. New York: Marcell Pecterinc.
76
RIWAYAT HIDUP
Agroteknologi.
77