Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS
A. Pengertian

Diabete melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan

hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan

sensivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis

mikrovaskuler, makrovakuler, dan neuropati. (Amin & Hardi 2013)

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan

kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan

atau menggunakan insulin secara adekuat. Kadar glukosa darah setiap hari

bervariasi, kadar gula darah akan meningkat setelah makan dan kembali

normal dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa darah normal pada pagi hari

sebelum makan atau berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula

darah normal biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah

makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun mengandung

karbohidrat (Irianto, 2015).

B. Etiologi

Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus, yaitu :

1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) tipe 1

Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan penghancuran

sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :

a) Faktor genetik :

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi


mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah

terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan

pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human

Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang

bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun

lainnya.

b) Faktor imunologi :

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.

Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada

jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan

tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

c) Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,

sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus

atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang

dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.

2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Disebabkan oleh kegagalan telative beta dan resisten insulin. Secara

pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik

diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi

insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya

mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan

dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya


tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran

terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada

reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi

intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran

sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan

insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya

jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel.

Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor

insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat

dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi

insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi

memadai untuk mempertahankan euglikemia. Diabetes Melitus tipe II

disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau

Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan

suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,

terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul

pada masa kanak-kanak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya

DM tipe II, diantaranya adalah:

a) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di

atas 65 tahun)

b) Obesitas

c) Riwayat keluarga
d) Kelompok etnik

C. Manifestasi Klinik

1. Kadar Gula Puasa tidak normal

2. Hiperglikemia berat berakibat glukosa yang akan menjadi dieresis

osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (Pokiuria) dan timbul

rasa haus (Polidipsia)

3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang.

4. Lelah dan ngantuk

5. Gejala Lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur,

impotensi, peruritas vulva. (Amin & Hardi 2013)

D. Patofisiologi

Tubuh manusia memiliki mekanisme untuk mempertahankan konsentrasi

glukosa darah yang adekuat untuk digunakan oleh organ-organ tubuh,

terutama otak. Menurunnya konsentrasi glukosa dalam darah secara

fisiologis akan diikuti oleh penurunan sekresi insulin endogen kemudian

diikuti oleh pelepasan hormon-hormon counterregulatory, seperti

glukagon dan epinefrin. Pada pasien DM yang mengalami hipoglikemia,

terjadi gangguan pada mekanisme pertahanan terhadap hipoglikemia,

antara lain:

a. Konsentrasi insulin tidak menurun.

b. Konsentrasi glukagon tidak meningkat.

c. Terjadi penurunan konsentrasi gula darah untuk memulai

sekresi epinefrin.
Akan tetapi, tidak semua pasien menunjukkan gejala hipoglikemia secara

pasti. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan respons saraf simpatis.

(Tanto et al, 2014)


E. Pathway (Amin & Hardi 2

Kerusakan sel α dan β


pankras

Kegagalan Produksi Insulin

Osmolaritas Meningkatkan Gula Darah


Meningkat

Peningkatan Gula Darah Kronik


Polifagi

Gangguan Fungsi Imun


BB Menurun

Infeksi, Gangguan
Ketidak Penyembuhan Luka
seimbangan
nutrisi kurang
dari kebutuahn
tubuh
Kerusakan
Nyeri Resiko Integritas
Infeksi Kulit
F. Penatalksanaan
a. Penatalaksanaan farmakologi

1. Pemberian glukagon 1 mg per subkutan atau per intramuskular untuk

pasien tidar sadar, pasien memerlukan waktu sekitar 20 menit untuk

memulihkan kesadarannya. Berikan sumber karbohidrat pekat yang

dilanjutkan dengan makanan ketika pasien siuman.

2. Pemberian 25 sampai 50 mL dekstrosa 50% dalam air diberikan per

intravena kepada pasien yang tidak sadar (di lingkungan rumah

sakit).

b. Penatalaksanaan non farmakologi

1. Berikan larutan gula murni 20-30 gram (2 sendok makan), permen,

sirup, atau bahan makanan lain yang mengandung gula murni (bukan

pemanis buatan, rendah kalori, atau gula diabetes/ gula diet) dan

makanan yang mengandung karbohidrat.

2. Monitor glukosa darah dalam rentan waktu yang disesuaikan dengan

pemantauan bisa lebih lama, 1-3x/ 24 jam. (Tanto et al, 2014)

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Kadar serum glukosa

a. Gula darah puasa

b. Gula darah 2 jam PP

c. Gulah darah sewaktu

2. Tes toleransi glukosa Nilai darah diagnostik: kurang dari 140 mg/dl dan

hasil 2 jam serta satu nilai lebih dari 200 mg/dl setelah beban glukosa

75 gr
3. HbA1C > 8% mengindikasikan DM yang tidak terkontol.

4. Pemriksaan kadar glukosa urin dengan cara benedic atau menggunakan

enzim glukosa. Pemeriksaan reduksi urin positif jika didapatkan

glukosa dalam urin. (Carpenito, 2012)

H. Pengkajian

1. Identitas klien, meliputi :

Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis kelamin, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.

2. Keluhan utama

a. Kondisi hiperglikemi:

Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing,

dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.

b. Kondisi hipoglikemi

Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit

kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat,

patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan

kesadaran.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal

pada kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh,

kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping

itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan

muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut,


kram otot, gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala,

kesulitan orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.

4. Riwayat kesehatan dahulu

DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan

penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan

seperti

glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi

yang mengandung estrogen.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM

6. Pemeriksaan Fisik

a. Aktivitas dan Istirahat

Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus

otot menurun, gangguan istirahat dan tidur.

Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan

aktivitas, letargi, disorientasi, koma

b. Sirkulasi

Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut,

klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki,

penyembuhan yang lama. Tanda : takikardia, perubahan TD postural,

nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan kemerahan,

bola mata cekung.


c. Integritas ego

Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang

berhubungan dengan kondisi.

Tanda : ansietas, peka rangsang.

d. Eliminasi

Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri

terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.

Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah,

hiperaktif pada diare.

e. Makanan dan cairan

Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti

diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat,

penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.

Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi

abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton

f. Neurosensori

Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia,

gangguan penglihatan.

Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan

memori, refleks tendon menurun, kejang.

g. Kardiovaskuler

Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD

postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)


h. Pernapasan

Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa

sputum.

Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.

i. Seksualitas

Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada

wanita

j. Gastro intestinal

Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen,

anseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus

lemah/menurun.

k. Muskulo skeletal

Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada

kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada

tungkai.

l. Integumen

Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek,

pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak,

lesi/ulserasi/ulkus. (Harjo, 2018)


I. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut

2. Ketidak seimbangan nutri kurang dari kebutuhan tubah Retensi urin

3. Kerusakan integritas Kulit

4. Resiko infeksi
J. Perencanaan keperawatan (Amin & Hardi 2013)

DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut NOC : NIC :
Definisi : pengalaman sensori dan  Pain level Pain Management
emosional yang tidak  Pain control - Lakukan pengkajian nyeri
menyenangkan yang muncul  Comfort level secara komprehensif
akibat kerusakan jaringan yang Kriteria hasil : termasuk lokasi,
aktual atau potensial atau  Mampu mengontrol nyeri (tahu karakteristik, durasi,
digambarkan dalam hal kerusakan penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik frekwensi, kualitas, dan
sedemikian rupa (International nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, faktor presipitasi
Association for the study of pain) : mencari bantuan) - Observasi reaksi nonverbal
awitan yang tiba-tiba atau lambat  Melaporkan bahwa nyeri dari ketidaknyamanan
dari intensitas ringan hingga berat berkurang dengan menggunakan manajemen - Kontrol lingkungan yang
dengan akhir yang dapat di nyeri dapat mempengaruhi nyeri
antisipasi atau di prediksi dan Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, seperti suhu ruangan,
berlangsung <6 bulan. frekwensi, dan tanda nyeri) pencahayaan dan
Batasan karakteristik :  Menyatakan rasa nyaman kebisingan
 Perubahan selera makan setelah nyeri berkurang - Ajarkan tentang tehnik
 Perubahan tekanan darah nonfarmakologi
 Perubahan frekwensi janung - Evaluasi keefektifan
 Perubahan frekwensi pernapasan kontrol nyeri

 Laporan isyarat - Kolaborasikan dengan

 Diaforesis dokter jika ada keluhan

 Perilaku distraksi (mis. berjalan dan tindakan nyeri tidak

mondar mandir mencari orang berhasil

lain dan atau aktivitas lain, Analgesic Administration

aktivitas yang berulang) - Tentukan lokasi,


karakteristik, kualitas dan
 Mengekspresikan perilaku (mis.
gelisah, merengek, menangis) derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Masker wajah (mis. mata kurang
- Cek instruksi dokter
bercahaya, tampak kacau,
tentang jenis obat, dosis
gerakan mata berpencar atau
dan frekwensi
tetap pada 1 fokus meringis)
- Cek riwayat alergi
 Sikap melindungi area nyeri
- Evaluasi efektivitas
 Fokus menyempit (mis.
analgesik, tanda dan
gangguan persepsi nyeri,
gejala.
hambatan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan)
 Indikasi nyeri yang dapat
diamati
 Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
 Sikap tubuh melindungi
 Dilatasi pupil
 Melaporkan nyeri secara verbal
 Gangguan tidur
Faktor yang berhubungan :
Agen cedera (mis. biologis, zat
kimia, fisik, psikologis)
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC : NIC :
dari kebutuhan tubuh  Nutritional Status : food and Fluid Intake Nutrition Management
 Nutritional Status : nutrient Intake  Kaji adanya alergi
Definisi : Intake nutrisi tidak  Weight control makanan
cukup untuk keperluan Kriteria Hasil :  Kolaborasi dengan ahli
metabolisme tubuh.  Adanya peningkatan berat badan sesuai gizi untuk menentukan
dengan tujuan jumlah kalori dan nutrisi
Batasan karakteristik :  Berat badan ideal sesuai dengan tinggi yang dibutuhkan pasien.
 Berat badan 20 % atau lebih badan  Anjurkan pasien untuk
di bawah ideal  Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi meningkatkan intake Fe
 Dilaporkan adanya intake  Tidak ada tanda tanda malnutrisi  Anjurkan pasien untuk
makanan yang kurang dari RDA  Menunjukkan peningkatan fungsi meningkatkan protein dan
(Recomended Daily Allowance) pengecapan dari menelan vitamin C
 Membran mukosa dan  Tidak terjadi penurunan berat badan yang  Berikan substansi gula
konjungtiva pucat berarti  Yakinkan diet yang
 Kelemahan otot yang dimakan mengandung
digunakan untuk tinggi serat untuk
menelan/mengunyah mencegah konstipasi
 Luka, inflamasi pada rongga  Berikan makanan yang
mulut terpilih ( sudah
 Mudah merasa kenyang, dikonsultasikan dengan
sesaat setelah mengunyah ahli gizi)
makanan  Ajarkan pasien bagaimana
 Dilaporkan atau fakta membuat catatan makanan
adanya kekurangan makanan harian.
 Dilaporkan adanya  Monitor jumlah nutrisi
perubahan sensasi rasa dan kandungan kalori
 Perasaan ketidakmampuan untuk  Berikan informasi tentang
mengunyah makanan kebutuhan nutrisi
 Miskonsepsi  Kaji kemampuan pasien
 Kehilangan BB dengan makanan untuk mendapatkan
cukup nutrisi yang dibutuhkan
 Keengganan untuk makan
Nutrition Monitoring
 Kram pada abdomen
 BB pasien dalam batas
 Tonus otot jelek
normal
 Nyeri abdominal dengan atau  Monitor adanya
tanpa patologi penurunan berat badan
 Kurang berminat terhadap  Monitor tipe dan jumlah
makanan aktivitas yang biasa
 Pembuluh darah kapiler mulai dilakukan
rapuh  Monitor interaksi anak
 Diare dan atau steatorrhea atau orangtua selama
 Kehilangan rambut yang cukup makan
banyak (rontok)  Monitor lingkungan
 Suara usus hiperaktif selama makan
 Kurangnya informasi,  Jadwalkan pengobatan
misinformasi dan tindakan tidak selama
jam makan
Faktor-faktor yang berhubungan  Monitor kulit kering dan
: perubahan pigmentasi
Ketidakmampuan pemasukan  Monitor turgor kulit
atau mencerna makanan atau  Monitor kekeringan,
mengabsorpsi zat-zat gizi rambut kusam, dan mudah
berhubungan dengan faktor patah
biologis, psikologis atau  Monitor mual dan muntah
ekonomi.  Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
 Monitor makanan
kesukaan
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan intake
nuntrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
3. Kerusakan integritas Kulit NOC : NIC :
Defenisi : Kerusakan membran  Tisue integrity : skin dan mocous  Anjurkan pasien
mukosa, integumen, atau  Hemodialis Acses menggunakan pakain
sbukutan Kriteria Hasil : yang longgar
Batasan karakteristik :  Integritas kulit yang baikn bisa  Jaga kulit agar tetap
 Kerusakan lapis kulit (dermis) dipertahankan bersih dan kering
 Gangguan Permukaan Kulit  Tidak ada Luka/Lesi  Mobilisasi pasien
(epidermis)  Perfusi Jaringan baik  Monitor kulit akan adnaya
Faktor yang berhungan  Menunjkan paham dalam proses perbaikan kemerahan
 Zat Kimia kulit  Monitor aktivitas dan
 Usia yang ekstrim  Mampu melindungi kulit dan mobilisai pasien
 Kelembapan memperthankan kelembapan  Monitor status nutri
 Hipertermia, Hipotermia pasien
 Observasi luka
 Medikasi
 Ajarkan keluarga tentang
 Lembab
luka dan perwatan luka
 Imbolitas fisik  Berikan posisi yang
mengurangi tekanan pada
luka
 Hindari kerutan pada
tempat tidur
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
4. Resiko infeksi NOC : NIC :
Defeinisi :Mengalami peningkatan  Immune status  Bersihkan lingkunagan
resiko terserang infeksi  Knowledge : Infection control setalah dipakai pasien
Faktor – Faktor Resiko  Risk control  Pertahnakn tehnik isolasi
 Diabetes melitus Kriteria Hasil :  Batasi pengunjung bila
 Obesitas  Bebas dari tanda dan gejala infeksi perlu
 Pengetahuan yang tidak cukup  Mendekripsikan proses penularan penyakit  Inturksikan pada
 Pertahan tubuh priemer yang  Menunjukan kemampuan untuk mencegah penungunjung untuk
tidak adekkuat timbulnya infeksi mencuci tangan sebelum
 Ketidak adekuatan pertahan  Jumlah leokosit dalam batas normal dan seteah berkunjung
sekunder  Menunjukan perilaku hidup sehat  Gunakan sabun anti
 Vaksinasi tidak adekuat mikroba untuk mencuci
tangan
 Pemajanan terhadap patogen
 Cuci tangan sebelum dan
lingkungan meningkat
sesudah tindakan
 Prosedur invasif
keperawatan
 Malnutrisi  Gunakan baju, sarung
tangan sebagian alat
pelindung
 Pertahankan lingkunga
aseptik selama
pemasangan alat
 Tingkatkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotik
bila perlu
DAFTAR PUSTAKA

Amin & Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis & Nanda Nic-Noc Jilid I. Yogyakarta : Mediaction Publishing

Carpenito, Lj . 2012. Diagnosis Keperawatan : Bukusaku/Lunda Juall

Carpenito Moyet; Alibahasa, Fruriolina Artina- Edisi 13. Jakarta : Egc

Harjo, 2018. Tugas Akhir Asuhan Keperawatan Ny. N Dengan Diabtes Melitus

Di Ruangan Kirana Rumah Sakit Tk. Iii Soetarto Yogyakarta. Yokyakarta

: Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Irianto, 2015. Memahami Berbagai Macam Penyakit: Penyebab, Gejala,

Penularan, Pengobatan, Pemulihan Dan Pencegahan. Bandung: Cv

Alfabeta.

Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & Nanda Nic-Noc Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan
Profesional. Yogyakarta : Mediaction Jogja.
Tanto, Cris, Et Al. 2014. Kaptita Selekta Kedokteran Ed 4. Jakarta: Media
Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai