Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIARE

Oleh :

Krismon Arifin
20089142069

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGAM STUDI PROFESI NERS
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN DIAGNOSA DIARE
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Diare merupakan suatu penyakit yang dianggap biasa oleh
masyarakat, sehingga kadang diabaikan namun penyakit diare masih
menjadi salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan dan
kematian terutama pada balita. Diare dapat mengakibatkan demam, sakit
perut, penurunan nafsu makan, rasa lelah dan penurunan berat badan.
Diare kadang dianggap sepele oleh masyarakat karena mereka selalu
berfikir bahwa hanya buang air besar saja, tetapi yang sepele itu justru
berdampak besar, diare dapat menyebabkan kehilangan cairan dan
elektrolit secara mendadak, sehingga dapat terjadi berbagai macam
komplikasi yaitu dehidrasi, renjatan hipovolemik, kerusakan organ bahkan
sampai koma (Syahrani, Asrina, & Yusriani, 2020).
Diare merupakan penyakit menular yang dapat ditularkan melalui
tangan yang tidak bersih. Penjamah makanan dengan hygiene perorangan
yang rendah dan kebiasaan sanitasi yang tidak baik, lebih sering
mengkontaminasi makanan oleh mikroorganisme. Diare adalah suatu
keadaan abnormal dari pengeluaran berak dengan frekuensi tiga kali atau
lebih dengan melihat konsisten lembek, cair sampai dengan atau tanpa
darah dan lendir dalam tinja. Diare berhubungan dengan berbagai macam
faktor yang mempengaruhinya yaitu : faktor makan, faktor infeksi, faktor
psikis dan faktor lingkungan (Rosidi, Handarsari, & Mahmudah, 2020).

2. Epidemiologi
Setiap anak mengalami episode serangan diare rata-rata 3,3 kali
setiap tahun. Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang
dari dua tahun. Kejadian Diare yang terjadi di seluruh dunia menyebabkan
4% dari semua kematian dan 5% dari kehilangan kesehatan menyebabkan
kecacatan. Menurut data WHO (World Health Organization), Setiap
tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka kematian
760.000 anak di bawah 5 tahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia
di bawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Diare di
Indonesia pada tahun 2018 menunjukkan sebanyak 4.165.789 penderita
diare yang dilayani di sarana kesehatan, sebanyak 1.516.438 (36,4%)
adalah balita (Kasman & Ishak, 2020).

3. Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti infeksi
malabsorbsi makanan dan psikologi. Infeksi ada dua macam yaitu enternal
dan parental. Enternal adalah infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan
dan merupakan penyebab utamanya terjadinya diare sedangkan parental
adalah infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan misalnya otitis
media akut (OMA) tansilofaringitis bronkopnemonia dan ensefalitis.
Malabsorbsi meliputi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose
dan sukrosa ) dan monosakrida (intoleransi glukosa,fruktosa dan galaktosa),
pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa lemak
dan protein. Makanan meliputi makanan basi beracun dan alergi.Psikologi
meliputi rasa takut dan cemas.
Penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu
infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit), malabsorpsi, alergi,
keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya.Penyebab yang sering
ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan
infeksi dan keracunan
Selain itu, penyebab diare diantaranya terjadi karena infeksi bakteri,
virus dan parasit. Contoh bakteri yaitu Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol.
Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus,
Campylobacter aeromona.Virus yaitu Rotavirus, Adenovirus,
Cytomegalovirus.Parasit yaitu diantaranya seperti Protozoa (Giardia,
Entamoeba histolytica,Trichuris trichiura, Cryptosporidium huminis,
Strongyloides stercoralis, Isospora Belii). Cacing ( Strogyloides
strercoralis, Schistosomal).
4. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah sebagai
berikut : gangguan osmotik merupakan akibat terdapatnya makanan atau
zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkan sehingga timbul diare. Gangguan sekresi akibat rangsangan
tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus atau terjadi peningkatan
sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare
karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Gangguan motilitas usus
hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan selanjutnya
timbul diare pula.
WOC (Web of Caution)
5. Klasifikasi
a. Diare akut, merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita.
Diare akut didefenisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi
defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus
Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai infeksi
saluran napas atau (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut
biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan
mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
b. Diare kronis, didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi
defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit
lebih dari 14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis
seperti sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi
kekebalan, alergi makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik
yang kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang
tidak memadai.
c. Diare intraktabel, yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan
sindrom pada bayi dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2
minggu tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai
penyebabnya dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi.
Penyebabnya yang paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak
ditangani secara memadai.
d. Diare kronis nonspesifik, diare ini juga dikenal dengan istilah kolon
iritabel pada anak atau diare todler, merupakan penyebab diare kronis
yang sering dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54
minggu. Feses pada anak lembek dan sering disertai dengan partikel
makanan yang tidak tercerna, dan lamanya diare lebih dari 2 minggu.
Anak- anak yang menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh
secara normal dan tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada darah
dalam fesesnya serta tidak tampak infeksi enterik.
6. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala anak yang menderita diare adalah buang air besar
lebih dari 3 kali, badan lemas, tidak nafsu makan, turgor kulit jelek,
membran mukosa bibir kering, didalam feses bisa terdapat darah maupun
lendir, pada anak dapat terlihat mata cekung selain itu, diare dapat bersifat
inflamasi atau non inflamasi. Diare non inflamasi bersifat sekretorik
(watery) bisa mencapai lebih dari 1 liter perhari.Biasanya tidak disertai
dengan nyeri abdomen yang hebat dan tidak disertai dengan darah atau
lendir pada feses. Demam bisa dijumpai bisa juga tidak. Gejala mual dan
muntah bisa dijumpai. Pada diare ini penting diperhatikan kecukupan
cairan karena pada kondisi yang tidak terpantau dapat terjadinya
kehilangan cairan yang menyebabkan syok hipovolemik. Diare yang
bersifat inflamasi bisa berupa sekretori atau disentri. Biasanya disebabkan
oleh patogen yang bersifat invasif. Gejala mual, muntah, disertai dengan
demam, nyeri perut hebat, dan tenesmus, serta feses berdarah dan berlendir
merupakan gejala dan tanda yang dapat dijumpai.

7. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik

Pemeriksaan penunjang terhadap penyakit diare menurut Nelwan (2014)


yaitu sebagai berikut :

a. Pemeriksaan darah yang meliputi darah perifer lengkap, ureum, kreatinin,


elektrolit (Na+, K+, C_).Analisa gas darah (bila dicurigai ada gangguan
keseimbangan asam basa), pemeriksaan toksik (C. Difficile), antigen (E.
Hystolitica).

b. Feses, meliputi analisa feses (rutin: leukosit difeses. Pemeriksaan parasit


:amoeba,hif). Pemeriksaaan kultur.Pada kasus ringan, diare bisa teratasi
dalam waktu <24 jam.

c. Pemeriksaan lanjut diutamakan pada kondisi yang berat yang tidak teratasi
sehingga menyebabkan hipotensi, disentri,disertai demam, diare pada usia
lanjut, atau pasien dengan kondisi imun yang rendah (pasien dengan
penggunaan obat kemoterapi).
8. Penatalaksanaan
Prinsip tatalaksana diare adalah dengan lintas diare atau lima

langkah tuntaskan diare. Pemberian cairan bukan satu-satunya cara untuk

mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat

penyembuhan/ menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi

akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Program lima

langkah tuntaskan diare yaitu:

a. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah

Oralit untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai

dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan

bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah

sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit

yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi

rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi

penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita

tidak minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk

mendapat pertolongan. Pemberian oralit sesuai dengan derajat

dehidrasi.

1) Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret.

Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret.

Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret.

2) Diare dengan dehidrasi ringan sedang

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg

bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti


diare tanpa dehidrasi.

3) Diare dengan dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk

ke Puskesmas. Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus

diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2

menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan.Anak yang

lebih besar dapat minum langsung dari gelas.Bila terjadi muntah

hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-

lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit.Pemberian cairan ini

dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.

4) Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam

tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric

Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama

diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga

berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami

kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama

dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air

besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan

kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.Berdasarkan bukti ini

semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami

diare. Dosis pemberian Zinc pada balita:

 Umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
 Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah

berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1

sendok makan air matang atau air susu ibu, sesudah larut berikan

pada anak diare.

b. Teruskan pemberian air susu ibu dan makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan

gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh

serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum

air susu ibu harus lebih sering di beri air susu ibu. Anak yang minum

susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6

bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat

harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit

lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian

makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu

pemulihan berat badan.

c. Antibiotik Selektif
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri.Antibiotika
hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar
karena shigellosis), dan suspek kolera.
d. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus


diberi nasehat tentang:
• Cara memberikan cairan dan obat di rumah
• Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
• Diare lebih sering
• Muntah berulang
• Sangat haus
• Makan/minum sedikit
• Timbul demam
• Tinja berdarah
• Tidak membaik dalam 3 hari.

9. Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
1) Ringan sedang, pada umumnya anak-anak dengan dehidrasi
sedang/ringan harus diberi larutan oralit, dalam waktu 3 jam
pertama di klinik saat anak berada dalam pemantauan dan ibunya
diajari cara menyiapkan dan member larutan oralit.
2) Berat , anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi
intravena secara cepat dengan rehidrasi oral segera setelah anak
membaik. Pada daerah yang sedang mengalami KLB kolera,
berikan pengobatan antibiotic yang efektif terhadap kolera
3) Hipotonik , kehilangan pelarut dari ECF melebihi kehilangan
cairan, sehingga dipembuluh darah menjadi lebih pekat. Tekanan
osmotic ECF menurun mengakibatkan cairan bergerak dari ECF
ke ICF. Volume vaskuler juga menurun serta terjadi
pembengkakan
4) Hipertonik , kehilangan cairan ECF melebihi pelarut pada
dehidrasi ini non osmotic ECF menurun, mengakibatkan cairan
bergerak dari ICF ke ECF
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan elektrokardiogram).
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim lactase.
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
Malnutrisi energy protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau
kronik).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
a. Data umum
1) Identitas pasien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
alamat, tempat tanggal lahir, suku, diagnose medis, golongan darah
2) Identitas penanggung jawab yang meliputi nama, hubungan dengan
pasien, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan telp/no.HP
b. Riwayat kesehatan saat ini :
1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien)
2) Alasan berobat (hal/kejadian apa yang menyebabkan pasien
berobat ke puskesmas)
3) Riwayat penyakit (Tanya pada pasien atau keluarga pasien apakah
memiliki riwayat penyakit sebelumnya)
c. Riwayat kesehatan dahulu
1) Penyakit yang pernah dialami
2) Riwayat perawatan (apakah pernah melakukan perawatan atau
mendapat perawatan di puskesmas atau tidak pernah)
3) Riwayat operasi (apakah pernah mengalami operasi)
4) Riwayat pengobatan (apakah pernah melakukan pengobatan)
5) Kecelakaan yang pernah dialami (apakah pernah mengalami
kecelakaan)
6) Riwayat alergi (tanyakan pada pasien apakah memiliki alergi
terhadap makanan atau obat)
d. Riwayat psikologi dan spiritual
e. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
1) Pertumbuhan
a) Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5
kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
b) Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm
ditahun kedua dan seterusnya.
c) Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama
dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
d) Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
2) Perkembangan
a) Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai
menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai
kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan
kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan
mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).

b) Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.


Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari
anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh
Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui
dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri,
jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag
terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat
berkembang pada diri anak.

c) Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan,


bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
 Berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2
hitungan (GK)
 Meniru membuat garis lurus (GH)
 Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
 Melepasa pakaian sendiri (BM)
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan tanda- tanda vital
Keadaan : berupa composmentis, apatis, somnolen, sopor, koma
Penampilan : cenderung sederhana

Ekspresi wajah : lihat ekspresi wajah pasien


Kebersihan secara umum : lihat kebersihan diri pasien
Tandaa- tanda vital : Tekanan darah : meningkat/ menurun/
normal
Suhu : kadang meningkat
Nadi : biasanya cepat
Respirasi : meningkat
2) Head to toe
1. Kepala dan rambut
Inspeksi : bentuk, ukuran, distribusi, dan warna rambut
Palpasi : tebal dan banyaknya rambut, hematoma
2. Mata
Inspeksi : simetris, konjungtiva, pupil, sclera
Palpasi : tekanan bola mata, ada atau tidaknya nyeri tekan
pada bola mata
3. Telinga
Inspeksi : ukuran, bentuk, serumen
Palpasi : kartilago telinga, ada tidaknya nyeri tekan pada bola
mata
4. Hidung dan sinus
Inspeksi : bentuk tulang, kesimetrisan lubang hidung, ada atau
tidaknya pernapasan cuping hidung
Palpasi : sinus maksilaris, ada tidaknya nyeri tekan
5. Mulut dan faring
Inspeksi : amati ada tidaknya kelainan pada bibir
Palpasi : palatum, langit- langit dan lidah
6. Leher
Inspeksi : bandingkan antara leher kanan dan kiri
Palpasi : ada atau tidaknya pembengkakan
7. Dada
- Paru- paru
Inspeksi : kesimetrisan paru kanan dan kiri, bentuk, dan postur
Palpasi : ada tidaknya pembesaran dan nyeri tekan, massa
Perkusi: batas jantung
Auskultasi : suara paru (wheezing, ronchi)
- Jantung
Inspeksi dan palpasi : batas jantung dan ada tidaknya
ketidakseimbangan denyut jantung
Perkusi : ukuran dan bentuk jantung
Auskultasi : suara jantung
8. Abdomen
Inspeksi : bentuk dan gerakan abdomen
Auskultasi : bising usus
Palpasi : bentuk, ukuran, dan konsistensi organ
Perkusi : ada tidaknya cairan dan massa nyeri tekan pada
abdomen
9. Genetalia
Inspeksi : distribusi rambut pubis, kulit, dan ukuran
Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan, benjolan, serta cairan
10. Ekstrimitas
- Ekstrimitas atas
Inspeksi : warna kulit, ada tidaknya pembengkakan, ada
atau tidaknya fraktur tertutup atau terbuka, serta ada
tidaknya luka
Palpasi : temperature, sendi- sendi, otot erta adanya nyeri
tekan atau benjolan
- Ekstrimitas bawah
Inspeksi : perhatikan adanya dislokasi atau pembengkakan
Palpasi : struktur, konsistensi dan ukuran tulang
g. Pengkajian Fungsional Gordon
1) Pemeliharaan dan presepsi terhadap kesehatan
Jelaskan: keluarga pasien selalu mengikuti instruksi dari perawat
dan dokter serta tetap memberikan obat kepada pasien
2) Pola nutrisi/metabolic
Jelaskan: sebelum sakit, keluarga px mengatakan makan 3x sehari
dengan porsi sedang. Saat sakit, keluarga px mengatakan px tidak
ingin makan, nafsu makannya menurun, mual dan muntah.

3) Pola eliminasi
Jelaskan: sebelum sakit, keluarga px mengatakan pola
eliminasinya normal.
Saat sakit keluarga px mengatakan px sering kencing lebih dari
3x, dan buang air besar lebih dari 4x warna kuning, cair , dan
berlendir.

4) Pola aktivitas dan latihan


Jelaskan: sebelum sakit keluarga px mengatakan px belum dapat
melakukan aktivitasnya sendiri. Saat sakit px tidak bias juga
melakukan aktivitas sendiri dan dibantu oleh keluarga.
- Oksigenasi: px tampak tidak menggunakan oksigenasi.
5) Pola tidur dan istirahat
Jelaskan : sebelum sakit keluarga px mengatakan pola istirahat px
cukup. Saat sakit keluarga px mengatakan pola istirahatnya
terganggu.

6) Pola kognitif – perseptual


Jelaskan: sebelum sakit, px merasa dirinya baik-baik saja.
Saat sakit: keluarga px mengatakan px badannya lemas untuk
digerakkan

7) Pola persepsi diri/ konsep diri


Jelaskan: sebelum sakit keluarga px mengtakan px sudah
mengenal orang- orang di sekelilingnya .
8) Pola seksual dan reproduksi
Jelaskan: sebelum sakit dan saat sakit keluarga px mengatakan
tidak ada gangguan pada pola seksual dan reproduksinya.

9) Pola peran – hubungan


Jelaskan: sebelum sakit dan saat sakit keluarga px mengatakan
hubungan dan peran dalam keluarga berjalan harmonis.

10) Pola manajemen koping stress


Jelaskan: sebelum dan saat sakit keluarga px mengatakan Jika
pasien tidak enak badan, maka akan mengeluh kesakitan dengan
menangis.
11) Pola keyakinan dan nilai
Jelaskan: px belum dapat beribadah karena masih kecil.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan
elektrolit pada tubuh.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.

3. Rencana Asuhan Keperawatan


No Diagnosa Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
Keperawatan hasil
1 Kekurangan volume Fluid balance Fluid management
cairan berhubungan Setelah dilakukan
1. Monitor cairan atau 1. Mengetahui keadaan
dengan kehilangan tindakan keperawatan makanan output dan input
cairan dan elektrolit selama ….x24jam
2. Monitor status pasien
pada tubuh diharapkan kebutuhan hidrasi(kelemahan 2. Untuk mencegah
cairan dan elektrolit membrane mukosa) dehidrasi
terpenuhi, dengan
3. Anjurkan pasien 3. Untuk
kriteria hasil: untuk minum menyeimbangkan
1. Input dan Output 4. Kolaborasikan volume cairan
seimbang dengan tim medis 4. Untuk memberikan
2. Tidak ada tanda-tandadalam menangani penanganan yang
dehidrasi kekurangan cairan tepat
atau pemberian
cairan IV
2 Ketidakseimbangan Nutritional status Nutrition management
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan 1. Kaji adanya alergi 1. Untuk mengetahui
kebutuhan tubuh tindakan keperawatan makanan apakah pasien
berhubungan dengan selama ….x24jam 2. Berikan makan memiliki alergi atau
intake yang tidak diharapkan nutrisi sedikit tapi sering tidak
adekuat pasien terpenuhi, 3. Ajarkan pasien 2. Untuk menghidarai
dengan kriteria hasil: untuk melakukan pasien mual
1. Adanya peningkatan oral hygiene 3. Agar makanan tetap
BB sesuai dengan sebelum makan bersih
tujuan 4. Kolaborasi dengan Agar pasien mendapat
2. Nafsu makan pasien ahli gizi untuk makanan yang tepat
meningkat menentukan nutrisi
3. Tidak ada tanda yang dibutuhkan
malnutrisi pasien
3 Hipertermi thermoregulation Fever treatment
berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Monitor suhu 1. Untuk mengetahui
proses penyakit tindakan keperawatan sesering mungkin keadaan umum
selama ….x24jam 2. Berikan kompres air pasien
diharapkan hipertermi hangat 2. Mempercepat
tidak terjadi lagi, 3. Anjurkan pasien dalam penurunan
dengan kriteria hasil: untuk banyak produksi panas
1. Suhu tubuh dalam minum 3. Mencegah
rentang normal 4. Kolaborasi/delegatif terjadinya dehidrasi
2. Nadi dan RR dalam dalam pemberian sewaktu panas
rentang normal obat sesuai indikasi, 4. Membantu dalam
3. Tidak ada perubahan contohnya: penurunan panas
warna kulit dan paracetamol
tidak ada pusing
4 Kerusakan integritas Tissue integrity 1. Monitor kulit akan 1. Agar tidak
kulit berhubungan Setelah dilakukan adanya kemerahan terjadinya iritasi
dengan sering defekasi tindakan keperawatan 2. Berikan lotion atau 2. Untuk mengurangi
selama ….x24jam minyak atau baby dan mencegah
diharapkan integritas oil kerusakan yang
kulit kembali normal, 3. Ajarkan pasien lebih parah
dengan kriteria hasil: tentang kebersihan 3. Agar pasien bisa
1. Integritas kulit baik kulit dan pemilihan menjaga kebersihan
(elastisitas) pakaian kulit
2. Tidak ada luka (lesi 4. Kolaborasi dengan 4. Untuk membantu
pada kulit, tim medis tentang dan mempercepat
kemerahan, kering) pemberian obat penyembuhan
(Nurarif & Kusuma,
2015)
DAFTAR PUSTAKA
Kasman, & Ishak, N. I. (2020). Kepemilikan Jamban Terhadap Kejadian Diare
Pada Balita Di Kota Banjarmasin. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 7(1), 28–33. https://doi.org/10.20527/jpkmi.v7i1.8790

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC (Edisi Revi). Yogyakarta: Medi
Action.

Rosidi, A., Handarsari, E., & Mahmudah, M. (2020). Hubungan Kebiasaan Cuci
Tangan Dan Sanitasi Makanan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Sd Negeri
Podo 2 Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Indonesia, 6(1), 76–84. https://doi.org/10.1111/j.1365-
2796.1990.tb00269.x

Syahrani, A. R. T., Asrina, A., & Yusriani. (2020). Pengobatan Tradisional


Penyakit Diare Pada Anak Balita Di Suku Bajo Kelurahan Bajoe Kecamatan
Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone. Window of Public Health Journal,
1(1), 70–78. Retrieved from
http://jurnal.fkm.umi.ac.id/index.php/woph/article/view/9

Anda mungkin juga menyukai