Oleh :
Krismon Arifin
20089142069
2. Epidemiologi
Setiap anak mengalami episode serangan diare rata-rata 3,3 kali
setiap tahun. Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang
dari dua tahun. Kejadian Diare yang terjadi di seluruh dunia menyebabkan
4% dari semua kematian dan 5% dari kehilangan kesehatan menyebabkan
kecacatan. Menurut data WHO (World Health Organization), Setiap
tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka kematian
760.000 anak di bawah 5 tahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia
di bawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Diare di
Indonesia pada tahun 2018 menunjukkan sebanyak 4.165.789 penderita
diare yang dilayani di sarana kesehatan, sebanyak 1.516.438 (36,4%)
adalah balita (Kasman & Ishak, 2020).
3. Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti infeksi
malabsorbsi makanan dan psikologi. Infeksi ada dua macam yaitu enternal
dan parental. Enternal adalah infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan
dan merupakan penyebab utamanya terjadinya diare sedangkan parental
adalah infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan misalnya otitis
media akut (OMA) tansilofaringitis bronkopnemonia dan ensefalitis.
Malabsorbsi meliputi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose
dan sukrosa ) dan monosakrida (intoleransi glukosa,fruktosa dan galaktosa),
pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa lemak
dan protein. Makanan meliputi makanan basi beracun dan alergi.Psikologi
meliputi rasa takut dan cemas.
Penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu
infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit), malabsorpsi, alergi,
keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya.Penyebab yang sering
ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan
infeksi dan keracunan
Selain itu, penyebab diare diantaranya terjadi karena infeksi bakteri,
virus dan parasit. Contoh bakteri yaitu Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol.
Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus,
Campylobacter aeromona.Virus yaitu Rotavirus, Adenovirus,
Cytomegalovirus.Parasit yaitu diantaranya seperti Protozoa (Giardia,
Entamoeba histolytica,Trichuris trichiura, Cryptosporidium huminis,
Strongyloides stercoralis, Isospora Belii). Cacing ( Strogyloides
strercoralis, Schistosomal).
4. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah sebagai
berikut : gangguan osmotik merupakan akibat terdapatnya makanan atau
zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkan sehingga timbul diare. Gangguan sekresi akibat rangsangan
tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus atau terjadi peningkatan
sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare
karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Gangguan motilitas usus
hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan selanjutnya
timbul diare pula.
WOC (Web of Caution)
5. Klasifikasi
a. Diare akut, merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita.
Diare akut didefenisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi
defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus
Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai infeksi
saluran napas atau (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut
biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan
mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
b. Diare kronis, didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi
defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit
lebih dari 14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis
seperti sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi
kekebalan, alergi makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik
yang kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang
tidak memadai.
c. Diare intraktabel, yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan
sindrom pada bayi dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2
minggu tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai
penyebabnya dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi.
Penyebabnya yang paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak
ditangani secara memadai.
d. Diare kronis nonspesifik, diare ini juga dikenal dengan istilah kolon
iritabel pada anak atau diare todler, merupakan penyebab diare kronis
yang sering dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54
minggu. Feses pada anak lembek dan sering disertai dengan partikel
makanan yang tidak tercerna, dan lamanya diare lebih dari 2 minggu.
Anak- anak yang menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh
secara normal dan tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada darah
dalam fesesnya serta tidak tampak infeksi enterik.
6. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala anak yang menderita diare adalah buang air besar
lebih dari 3 kali, badan lemas, tidak nafsu makan, turgor kulit jelek,
membran mukosa bibir kering, didalam feses bisa terdapat darah maupun
lendir, pada anak dapat terlihat mata cekung selain itu, diare dapat bersifat
inflamasi atau non inflamasi. Diare non inflamasi bersifat sekretorik
(watery) bisa mencapai lebih dari 1 liter perhari.Biasanya tidak disertai
dengan nyeri abdomen yang hebat dan tidak disertai dengan darah atau
lendir pada feses. Demam bisa dijumpai bisa juga tidak. Gejala mual dan
muntah bisa dijumpai. Pada diare ini penting diperhatikan kecukupan
cairan karena pada kondisi yang tidak terpantau dapat terjadinya
kehilangan cairan yang menyebabkan syok hipovolemik. Diare yang
bersifat inflamasi bisa berupa sekretori atau disentri. Biasanya disebabkan
oleh patogen yang bersifat invasif. Gejala mual, muntah, disertai dengan
demam, nyeri perut hebat, dan tenesmus, serta feses berdarah dan berlendir
merupakan gejala dan tanda yang dapat dijumpai.
7. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
c. Pemeriksaan lanjut diutamakan pada kondisi yang berat yang tidak teratasi
sehingga menyebabkan hipotensi, disentri,disertai demam, diare pada usia
lanjut, atau pasien dengan kondisi imun yang rendah (pasien dengan
penggunaan obat kemoterapi).
8. Penatalaksanaan
Prinsip tatalaksana diare adalah dengan lintas diare atau lima
akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Program lima
bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah
sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit
rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi
dehidrasi.
semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami
Umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
sendok makan air matang atau air susu ibu, sesudah larut berikan
gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh
air susu ibu harus lebih sering di beri air susu ibu. Anak yang minum
susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6
bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat
c. Antibiotik Selektif
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri.Antibiotika
hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar
karena shigellosis), dan suspek kolera.
d. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
9. Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
1) Ringan sedang, pada umumnya anak-anak dengan dehidrasi
sedang/ringan harus diberi larutan oralit, dalam waktu 3 jam
pertama di klinik saat anak berada dalam pemantauan dan ibunya
diajari cara menyiapkan dan member larutan oralit.
2) Berat , anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi
intravena secara cepat dengan rehidrasi oral segera setelah anak
membaik. Pada daerah yang sedang mengalami KLB kolera,
berikan pengobatan antibiotic yang efektif terhadap kolera
3) Hipotonik , kehilangan pelarut dari ECF melebihi kehilangan
cairan, sehingga dipembuluh darah menjadi lebih pekat. Tekanan
osmotic ECF menurun mengakibatkan cairan bergerak dari ECF
ke ICF. Volume vaskuler juga menurun serta terjadi
pembengkakan
4) Hipertonik , kehilangan cairan ECF melebihi pelarut pada
dehidrasi ini non osmotic ECF menurun, mengakibatkan cairan
bergerak dari ICF ke ECF
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan elektrokardiogram).
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim lactase.
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
Malnutrisi energy protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau
kronik).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
a. Data umum
1) Identitas pasien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
alamat, tempat tanggal lahir, suku, diagnose medis, golongan darah
2) Identitas penanggung jawab yang meliputi nama, hubungan dengan
pasien, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan telp/no.HP
b. Riwayat kesehatan saat ini :
1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien)
2) Alasan berobat (hal/kejadian apa yang menyebabkan pasien
berobat ke puskesmas)
3) Riwayat penyakit (Tanya pada pasien atau keluarga pasien apakah
memiliki riwayat penyakit sebelumnya)
c. Riwayat kesehatan dahulu
1) Penyakit yang pernah dialami
2) Riwayat perawatan (apakah pernah melakukan perawatan atau
mendapat perawatan di puskesmas atau tidak pernah)
3) Riwayat operasi (apakah pernah mengalami operasi)
4) Riwayat pengobatan (apakah pernah melakukan pengobatan)
5) Kecelakaan yang pernah dialami (apakah pernah mengalami
kecelakaan)
6) Riwayat alergi (tanyakan pada pasien apakah memiliki alergi
terhadap makanan atau obat)
d. Riwayat psikologi dan spiritual
e. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
1) Pertumbuhan
a) Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5
kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
b) Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm
ditahun kedua dan seterusnya.
c) Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama
dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
d) Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
2) Perkembangan
a) Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai
menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai
kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan
kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan
mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
3) Pola eliminasi
Jelaskan: sebelum sakit, keluarga px mengatakan pola
eliminasinya normal.
Saat sakit keluarga px mengatakan px sering kencing lebih dari
3x, dan buang air besar lebih dari 4x warna kuning, cair , dan
berlendir.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan
elektrolit pada tubuh.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.
Rosidi, A., Handarsari, E., & Mahmudah, M. (2020). Hubungan Kebiasaan Cuci
Tangan Dan Sanitasi Makanan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Sd Negeri
Podo 2 Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Indonesia, 6(1), 76–84. https://doi.org/10.1111/j.1365-
2796.1990.tb00269.x